Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shinta Dewi
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara bursa global terhadap bursa efek Indonesia dan mengetahui bursa apa yang paling berpengaruh terhadap Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah berbagai bursa dari beberapa negara yang akan diwakili dengan menggunakan proxy indeks. Adapun tujuh bursa saham tersebut adalah bursa saham Hongkong (HSI), Jepang (Nikkei 225), Singapura (STI), Australia (AORD), Inggris (FTSE), dan Amerika Serikat (DJIA) dan Indonesia (IHSG).
Penelitian menggunakan metode ekonometrika granger causality dan VAR (Vechtorauthoreggression) dengan periode penelitian Januari 2004 sampai dengan Mei 2009.
Hasil penelitian dengan uji granger causality menunjukan bahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah ( Uni-directional causality) dan dua arah (bidirectional causality) terhadap bursa Efek Indonesia. Dan bursa global yang memiliki pengaruh terhadap bursa Efek Indonesia adalah bursa Hongkong dan Jepang.

This research was intended to analyze the causality of word stock exchange to Indonesian stock exchange, and eksplore what stock exchange have significant influence to Indonesian. Seven Stock exchange is represent by Hongkong (HIS), Jepang (nikkei), Singapura (STI), Australia (AORD), Inggris (FTSE), dan Amerika Serikat (DJIA).
The method in this paper, using granger causality and VAR, from January 2004-May 2009.
The result, there are causality granger among the stock Exchange to Indonesia stock exchange. Japan and Hongkong have significant influence to Indonesia stock exchange."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chahyanti Shinta Dewi
"Komponen alam, tenaga kerja, dan modal merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait dalam pembangunan. Dalam dunia ekonomi, ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, walaupun kenyataannya komponen tenaga kerja kerap muncul sebagai faktor yang dominan. Oleh karena itu hubungan antara tenaga kerja dengan perusahaan harus tetap terjaga dengan baik. Untuk melindungi hak dan kewajiban tenaga kerja dengan perusahaan, perjanjian kerja perlu dibuat supaya diketahui dengan jelas hak dan kewajiban masing-masing. Dengan adanya perjanjian kerja yang jelas dan transparan, serta mewakili keinginan para pihak, maka akan tercipta iklim usaha yang konduksif. Namun perubahan sosial ekonomi negara yang berlangsung cepat, mengakibatkan perkembangan baru dalam perjanjian kerja tersebut, yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan dari Undang-Undang Ketenagakerjaan, dimana pengusaha cenderung mengurangi pembiayaan dengan cara membuat perjanjian kerja waktu tertentu pada pekerjaan yang bersifat rutin yang juga dilakukan oleh pekerja tetap. Hal tersebut apabila ditinjau dari sisi pekerja tidak menguntungkan, karena dari segi jenis pekerjaan seharusnya pekerja waktu tertentu tersebut hubungan kerjanya adalah sebagai pekerja tetap. Untuk mengatasi hal ini pemerintah melindungi pekerja dengan menerbitkan peraturan yang memberikan batasan tertentu tentang sifat dan jenis suatu pekerjaan yang bisa dibuat dengan perjanjian kerja waktu tertentu, apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian kerja waktu tertentu berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja untuk pekerja tetap. Penulisan ini bersifat deskriptif analitis dengan metode penelitian yuridis normatif yang menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tertier, serta wawancara dengan narasumber.

Natural component, labour, and capital is one intact unity and each other related in development. In the world of economics, third of the component inseparable one another, although frequent labour component in reality emerge as dominant factor. Therefore relation between labour with company have to remain to awake better. To protect labour rights and obligations with company, work agreement require to be made is so that known clearly each rights and obligations. With existence of transparent and clear work agreement, and also represent desires of the parties, hence will be created effort climates which is konduksif. But change of political economy social that goes on quickly, resulting new growth in work agreement, which in the end influence execution of Labor Act, where entrepreneur tend to to lessen defrayal by making work agreement of selected time work having the character of routine which was also conducted by worker remain to. The mentioned if evaluated from worker side do not profit, because from type facet work of worker of time ought to the selected job relation of is as worker remain to. To overcome this matter of government protect worker published regulation giving selected constrain concerning nature of and type work which can be made with work agreement of selected time, if the rule not fulfill by hence work agreement of selected time turn into work agreement of time not selected or work agreement for worker remain to. This writing have the character of analytical descriptive with method research of normatif yuridis using materials punish primary, and sekunder of tertier, and also interview with guest speaker."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S21390
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titaufani Shinta Dewi
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S22838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Shinta Dewi
"Pengadaan barang/jasa (PBJ) saat masa pandemi COVID-19 sangatlah vital dalam keberlangsungan operasional RS. Terdapat mekanisme khusus yang tertuang dalam SE LKPP Nomor 3 Tahun 2020 tentang percepatan penanganan pandemi COVID-19 serta pembaharuan pada Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tentang PBJ pemerintah. PBJ paling signifikan terdapat pada kebutuhan APD serta renovasi ruangan hal tersebut membuat RS harus memiliki anggaran khusus dalam penanganan COVID-19. Kondisi tersebut membuat pengeluaran RS menjadi lebih tinggi dan keadaan tersebut akan memberi pengaruh pada kinerja keuangan RS. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan PBJ pada masa pandemi COVID-19 terhadap kinerja keuangan RS Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian didapatkan dengan cara purposive sampling diantaranya Dewan Pengawas; Direktur Utama; Pejabat Pembuat Komitmen RM dan BLU; Unit Layanan Pengadaan; Instalasi Farmasi; Koordinator Keuangan dan BMN; Subkoordinator Akuntansi dan BMN. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer (wawancara mendalam) dan data sekunder (telaah dokumen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PBJ pada masa pandemi di RSPG sudah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Kebijakan tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan RSPG secara umum dikarenakan terdapat penerimaan bantuan dana BA BUN untuk percepatan penanganan COVID-19 dari Kementerian Keuangan. Kebijakan PBJ berpengaruh negatif terhadap rasio kas, rasio lancar dan penagihan piutang. Selain itu, berpengaruh positif terhadap imbalan atas aset tetap, imbalan ekuitas serta rasio pendapatan PNBP terhadap biaya operasional. Dan tidak mempunyai pengaruh terhadap perputaran aset tetap dan perputaran persediaan di RSPG.

Procurement during the COVID-19 pandemic is vital for the continuity of hospital operations. There is a special mechanism contained in SE LKPP Number 3 of 2020 regarding the acceleration of handling the COVID-19 pandemic and the renewal of Presidential Regulation Number 12 of 2021 concerning the government's procurement. The most significant procurement is for PPE and room renovations, this makes the hospital must have a special budget in handling COVID-19. This condition makes hospital expenditures higher and this situation will have an impact on the hospital's financial performance. The purpose of this study was to determine the effect of procurement policies during the COVID-19 pandemic on the financial performance of Pulmonary Hospital dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor (RSPG). This research is a non-experimental research with a qualitative approach. Research informants were obtained by purposive sampling including the Supervisory Board; President Director; RM and BLU Commitment Making Officers; Procurement Service Unit; Pharmaceutical Installation; Finance and BMN Coordinator; Sub-Coordinator of Accounting and BMN. The types of data needed in this study are primary data (in-depth interviews) and secondary data (document review). The results showed that the implementation of procurement during the pandemic at the RSPG was in accordance with applicable policies. This policy has a positive effect on the financial performance of the RSPG in general due to the receipt of BA BUN funds to accelerate the handling of COVID-19 from the Ministry of Finance. Procurement policies have a negative effect on the cash ratio, current ratio and collection period. In addition, it has a positive effect on the return on fixed assets, return on equity and the cost recovery rate. And it has no effect on fixed asset turnover and inventory turnover at RSPG."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryati Shinta Dewi
"Gas alam mengandung kontaminan yang salah satunya adalah CO2. Proses pemisahan campuran gas CO2 dari gas alam yang didominasi oleh gas CH4 dengan menggunakan membran telah banyak menggantikan proses-proses pemisahan lainnya seperti menggunakan kolom absorbsi. Teknologi membran dikembangkan karena prosesnya yang sederhana, ramah lingkungan, serta konsumsi energi dan biaya operasi yang rendah. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan membran dengan selektivitas dan permeabilitas yang tinggi untuk pemisahan gas CO2/CH4.
Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan gas CO2 dan CH4 dengan kemurnian yang tinggi pada rentang tekanan rendah menggunakan membran asimetrik selulosa asetat dengan pembawa Polietilen Glikol(PEG) padat untuk komposisi tertentu. Preparasi membran dilakukan dengan metode inversi fasa menggunakan teknik presipitasi pencelupan polimer. Preparasi membran ini dilakukan dengan memvariasikan waktu evaporasi yaitu 15 detik, 30 detik, dan 60 detik, variasi komposisi PEG sebesar 3%, 5%, 10%, dan 15% dari berat dari selulosa asetat, variasi ketebalan casting membran yaitu 250 _m, 300 _m, dan 400 _m, variasi berat molekul PEG yaitu PEG 4000, 10000, dan 20000, serta mengevaluasi pengaruh media penyimpanan membran berupa desikator dan kotak air pada membran tanpa PEG maupun yang mengandung PEG. Selanjutnya, dilakukan pengujian unjuk kerja dengan menggunakan sel permeasi.
Unjuk kerja membran diuji dengan memvariasikan kondisi operasi yaitu tekanan gas umpan dari 10-100 psig. Lalu, akan diperoleh laju permeasi dari gas murni yang dapat diolah kembali untuk mendapatkan data selektivitas. Terakhir, morfologi membran yang memiliki selektivitas cukup signifikan dianalisis dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh membran yang paling optimal yaitu yang mengandung 5% PEG 20000 dengan waktu evaporasi 60 detik dan ketebalan casting 300 _m atau ketebalan aktual sekitar 268 _m. Membran tersebut memiliki selektivitas yang paling tinggi yaitu dalam kisaran 138,3-264,2. Selain itu, media penyimpanan juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kinerja suatu membran. Media penyimpanan berupa kotak air menghasilkan membran dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan desikator.

The natural gas contains contaminants, one of it is CO2. The separation process of the CO2 from natural gas dominated by CH4 gas using membrane has replaced other separation process such as absorbtion coloumn method. Membran technology has been developed because it has a simple process, easy, environmental friendly as well as low of energy consumption and operation cost. Many researched has been conducted to produce a membrane which has high selectivity and permeability to separate CO2 from mixed gas CO2/CH4.
The purpose of this research is to separate CO2 and CH4 with high purity on low pressure using cellulose acetate asymmetric membrane by adding solid fixed carrier Polyethylene Glycol//PEG in a certain composition. Preparation of membrane has been carried out with phase inversion method using polymer immersion presipitation process. The preparation of this membrane is done by varieting the evaporation time which are 15, 30, and 60 seconds, variation of PEG concentration at 3%, 5%, 10% and 15% from cellulose acetate weight, variation of casting membrane thickness which are 250 _m, 300 _m, and 400 _m, variation of PEG molecular weight which are PEG 4000, 10000, and 20000, and also evaluate the effect of membrane storage for non-PEG membrane and membrane which contains PEG.
Performance will be tested using permeation cell. Performance of the membrane was examined by variating the operation condition which is feed gas pressure from 10-100 psig. Furthermore, permeation rate will be processed to get a selectivity number. Finally, morphology of membran which produce high selectivity will be analyzed using SEM (Scanning Electron Microscopy).
The research has produced the most optimum membran which contains 5% PEG 20000 with evaporation time of 60 seconds and casting thickness of 300 _m or the actual thickness of around 268 _m. The membran has the highest selectivity within the range of 138,3-264,2. On the other hand, media storage also have quite significant influence to a membran performance. Membrane storage in the form of water box produced membran with better performance compared to desicator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Shinta Dewi
"Carrefour adalah perusahaan ritel asal perancis yang berkategori hypermarket. Perusahaan ritel ini cukup agresif dalam memikat konsumen terutama Jaya tarik harganya yang memang relatif miring. Mereka cukup solid dari sisi manajemen dan strategi pemasaran. Carrefour masuk ke Indonesia sejak tahun 1998 dengan mengambil langkah berani karena saat itu gejolak sosial dan politik Indonesia berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Carrefour merupakan pelaku bisnis eceran yang cukup prospektif keberadaannya. Persaingan yang ketat untuk menarik minat konsumen dilakukan dengan melalui berbagai kegiatan pemasaran, salah satunya adalah melalui kegiatan promosi yang bertujuan untuk menciptakan komunikasi antara produsen dan konsumen sedangkan komunikasi berperan untuk mempertemukan konsumen dan produsen agar bersama-sama dalam suatu hubungan pertukaran yang efektif dan memuaskan kedua belah pihak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh gambaran mengenai kegiatan Marketing Public Relations dalam menunjang upaya promosi pada hipermarket Carrefour. Dalam penulisan Tugas Karya Akhir ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dimana data atau informasi yang diperoleh atau dikumpulkan tidak berbentuk kata, kalimat atau pernyataan dan konsep. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara terperinci dan relatif akurat mengenai topik yang diangkat dalam penulisan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Marketing Public Relations dan Corporate Public Relations pada hypermarket Carrefour mempunyai fungsi atau peran yang sama dan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Thomas L. Harris yaitu melakukan fungsi publikasi, event, news, community involvement, inform/image, lobbying dan negotiation. Dalam melakukan publikasi, PR berfungsi sebagai penyelenggara publikasi atau menyebarkan informasi melalui media mengenai kegiatan perusahaan yang layak diketahui oleh publik, dalam event, PR bertugas untuk merencanakan dan berperan dalam mengadakan special event, sedangkan dalam news, PR bertugas membuat berita seputar press release, news letter dan lain-lain. Pada fungsi community involvement, PR melakukan kegiatan sosial dengan kelompok masyarakat tertentu untuk membina hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat, sedangkan dalam image, PR berperan dalam memberitahukan sesuatu kepada publik atau menarik perhatian sehingga diharapkan akan memperoleh respon dengan terbentuknya citra positif. Dalam melobbi PR mempunyai kemampuan bernegosiasi atau melobi untuk mencari atau memperoleh dukungan dari individu ataupun lembaga yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaannya. Fungsi terakhir adalah tanggung jawab sosial dimana PR memiliki kepedulian terhadap masyarakat dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial untuk mencapai sukses dalam memperoleh simpati maupun empati dari khalayak luas.

Carrefour is a hypermarket French-based company. This company is rather aggressive in gaining consumer's interest by giving competitive price. They have a solid management and marketing strategy. Joining Indonesian market in 1998, Carrefour has taken a valiant step, as at that time, the current of social and political condition are in a very hazardous phase. Carrefour is a prospective retail player company. Hard competition to retain consumer's interest is conducted through several marketing activities, one of which is promotion to establish communication between producer and consumer, while the function of communication is to convene the consumer and producer in order to be involved in an effective exchange association and satisfactory for both sides. The purpose of this research is to study and have a good understanding of the activities of Marketing Public Relations in supporting the promotion effort in Carrefour hypermarket. In this writing, the writer used a qualitative approach in descriptive way, where all data or information gained and retained, not merely in words, sentences or statement and concept. The goal is to describe in details and relatively accurate the topic of this writing. The research shows that the role of Marketing Public Relations and Corporate Public Relations in Carrefour hypermarket are having similar role and function and refers to the theory from Thomas L. Harris, they carry out the publication function, event, news, community involvement, inform/image, lobbying and negotiation. In conducting publication, PR functions as the publication management or giving information dissemination through media about company activities that would be worthy of public to know it; in running event, PR have to plan and organize special event; while for news, PR's job is to compile news such as press release, news letter etc. For the community involvement function, PR conducting particular social activities to maintain good relationship between the company and the community; while for image building, PR's role is to inform the public or to attract attention to gain response by building a positive image. In lobbying, PR must have the capability to negotiate or lobbying to gain support from individual or institution that has the influence towards the company. The final function is social responsibility where PR must have the sensitivity and care towards the society by conducting social activities to achieve success in acquiring sympathy and empathy from the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bela Shinta Dewi
"Saat ini banyak muslimah muda yang terlihat berhijab ketika menjalani rutinitas harian. Dengan berhijabnya ini maka sudah tentu terbentuk kebutuhan berpakaian yang harus menutup aurat dan dipenuhi dengan cara belanja pakaian. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pola keruangan yang terbentuk dari aktivitas belanja pakaian mahasiswi berhijab. Studi ini dilaksanakan dengan metode kualitatif yang melibatkan 31 mahasiswi berhijab dari Universitas Indonesia yang pernah berbelanja pakaian secara langsung ke toko formal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi berhijab terbagi menjadi 2 tipikal berdasarkan gaya berbusana hijabnya: hijaber dan jilbaber. Hijaber adalah kelompok mahasiswi dengan gaya busana: hijab, pakaian atasan dan celana yang cenderung terbuka pada perkembangan fesyen. Sedangkan jilbaber adalah kelompok mahasiswi dengan gaya busana: jilbab, pakaian atasan dan rok atau gamis yang cenderung menekankan pada pakem berhijab. Pola keruangan belanja pakaian mahasiswi berhijab terlihat berbeda dari kedua tipikal berhijab. Mahasiswi hijaber mampu bergerak ke berbagai arah tempat belanja dan berbagai tema toko pakaian wanita di ruang-ruang publik dan tidak selalu mengandalkan kedekatan sosial. Sedangkan pola keruangan belanja mahasiswi tipikal jilbaber cenderung mengandalkan kedekatan sosial yang ada dalam ruang komunitas rohani islam. Namun hijaber dan jilbaber tetap mampu berbagi ruang belanja pakaian dalam ruang ritel publik, hanya saja sub-tipe dari jilbaber yakni jilbaber warna gelap tidak mampu berbagi ruang belanja pakaian dengan tipikal hijaber karena ketersediaan model pakaiannya yang masih ekslusif dalam ruang komunitas disamping adanya faktor kedekatan sosial komunitas mereka.

Today many young muslim women are seen wearing hijab as a daily routine. By wearing hijab, then formed some dressed needs covering the aurat that fulfilled by shopping ways. This research was done to see how the spatial patterns formed from the activity of shopping clothes by the veiled student. This study was conducted with qualitative methods that involved 31 veiled student from the University of Indonesia who bought their clothes directly into the formal shop.
The results showed that the veiled student was divided into 2 type based on their style of dress: hijber and jilbaber. Hijaber is a group of student with fashion style: hijab, clothing top and pants that tend to be openly with the trend of fashion. While jilbaber is a group of student with fashion style: jilbab, dress with skirts or robe tops that tend to emphasize the hijab grip they was kept. The spatial pattern of clothes shopping were look different at both typical hijab. Hijaber student was able to move different directions of shopping, to a variety of themes in the women’s clothing store. The hijaber where did not always rely on social closeness. And the jilbaber tend to rely on social closeness that exists in a spiritual community of islam. Both hijaber and jilbaber was still be able to share space in a public shopping center, but it just a sub-type of the jilbaber: dark colour jilbaber, who could not be able to share a room with the typical of hijaber, due to the availability of the product hijab are exclusively found within the community, and in addition to the social closeness.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis pengaruh kebijakan pendirian agensi promosi ekspor pemerintah (Indonesia Trade Promotion Center) terhadap peningkatan ekspor non-migas Indonesia di 42 negara mitra dagang, yang kemudian akan dianalisis lebih lebih dalam dengan membagi negara mitra dagang tersebut kedalam kelompok negara berpendapatan tinggi dan menengah.
Adapun penelitian ini akan menggunakan variabel dummy kebijakan ITPC di 42 negara mitra dagang sebagai proksi dari promosi ekspor dan sebagai proksi kebijakan pemerintah dalam mengatasi hambatan asimetris informasi. Penelitian ini akan diestimasi dengan menggunakan pendekatan model data panel dan menggunakan waktu periode penelitian tahun 2000-2014.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan agensi promosi ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan ekspor non-migas Indonesia. Hasil kajian ini juga membuktikan bahwa keberadaan ITPC di negara berpendapatan tinggi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan ekspor akan tetapi tidak ditemukan pengaruh ITPC di negara berpendapatan menengah.

This research aims to analyze the effect of Export Promotion Agency Republic of Indonesia (named Indonesian Trade Promotion Center). This ITPC was established to promote non-oil export of Indonesia in 42 country trading patner. This research deeply analyzes in details the trades partner countries of both in group of the high and middle income countries.
This study use a dummy variable of ITPC in 42 country trading partner as both the proxy of export promotion and government policies in dealing with asymmetry information problem. This research using panel data model with the time period of 2000 to 2014.
In general, this research found that the existence of the export promotion agency is positive and significant to promote Indonesia export. This research also proved that the existence of ITPC has significant positive effect on export in high-income countries yet opposite in middle income counties."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesi Shinta Dewi
"Daerah perkotaan yang menempati kurang dari 5 dari luas bumi ternyata mengkonsumsi lebih dari 75 sumberdaya alam. Studi yang lalu menyatakan bahwa tidak ada sektor lain yang mampu menghasilkan penurunan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca seefektif sektor bangunan. Maka konsep bangunan hijau green building dipercaya merupakan jalan keluar yang paling mampu menjawab tantangan menuju kota berkelanjutan.
Indonesia mulai mengimplementasikan konsep bangunan hijau sebagai upaya mencapai keberlanjutan, namun perlu digarisbawahi bahwa di Indonesia kebijakan penerapan bangunan hijau ini masih ditujukan pada bangunan perkantoran, gedung-gedung komersial, fasilitas pendidikan serta rumah tinggal yang berupa bangunan bertingkat apartemen, rumah susun.
Berbeda dengan di negara-negara maju yang sudah membidik rumah tunggal ini sebagai target dalam penerapan konsep bangunan hijau Homestar di New Zealand, Greenstar SA Multi Unit Residential Tool di Australia, Indonesia belum secara khusus menjadikan perumahan sebagai target dalam implementasi konsep bangunan hijau padahal kenyataannya kota besar di Indonesia didominasi oleh rumah tunggal.
Analisis GIS di Kota Tangerang yang dianggap mampu mewakili karakteristik kota metropolitan di Indonesia, menunjukkan bahwa luas tutupan lahan Kota Tangerang didominasi oleh kawasan perumahan hingga 51,7 sedangkan kawasan industri hanya mencapai 24,09 dan kawasan komersial hanya 15,37. Hasil ini menjadi dasar yang kuat untuk menggali potensi penerapan konsep bangunan hijau untuk perumahan di Kota Tangerang.
Penelitian ini mengungkap potensi penurunan jejak karbon suatu kota melalui implementasi konsep bangunan hijau di perumahan. Studi difokuskan pada masa operasional gedung yang merupakan masa terpanjang dari siklus hidup bangunan sehingga bagaimana penghuni bangunan tersebut melakukan aktivitasnya menjadi faktor penentu tercapai atau tidaknya tujuan penerapan konsep bangunan hijau.
Analisis statistik menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kota Tangerang saat ini yang lulusan SMA, berada di posisi pola konsumsi yang sangat tinggi. Simulasi dengan sistem dinamik menunjukkan bahwa dengan skenario bussiness as usual jejak karbon yang dihasilkan diprediksi masih akan naik dengan pesat hingga 20-50 tahun mendatang.
Simulasi dengan skenario intervensi kebijakan penataan ruang dengan asumsi tidak ada perubahan perilaku dan pola konsumsi, menunjukkan jejak karbon perkapita masih akan terus naik pesat. Namun jika intervensi kebijakan penataan ruang ini diikuti dengan intervensi perubahan perilaku dan pola konsumsi melalui perbaikan tingkat pendidikan dan kesadaran lingkungan hidup maka jejak karbon perkapita dapat diturunkan nilainya.
Keberhasilan konsep bangunan hijau yang selama ini dipercaya mampu menjawab tantangan dalam mencapai kota berkelanjutan ternyata memiliki keterbatasan dan hanya efektif diterapkan pada kondisi masyarakat yang spesifik yaitu: mayoritas memiliki pendidikan di atas tingkat S1 dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp 7.000.000/bulan

Urban areas occupy less than 5 of the earth but consumes more than 75 of natural resources. Some studies state that there is no sector capable to reduce energy consumption and greenhouse gas emissions as effective as the building sector. Green building concept is believed to be the most effective answer to the challenges towards sustainable cities.
Indonesia started to implement the concept of green building as an effort to achieve sustainability, but it should be underlined that in Indonesia, the implementation of green building policy is still aimed at office buildings, commercial buildings, educational facilities, and residences in the form of multi storey buildings i.e., apartments, flats.
It is different with some developed countries, which already targeted a single house as an important object in green building concept implementation Homestar in New Zealand, Greenstar SA Multi Unit Residential Tool in Australia , Indonesia has not specifically targeted housing sector in green building concept implementation, while in fact, land cover of metropolitan cities in Indonesia were dominated by single homes.
GIS analysis in Tangerang City, which is considered to represent the characteristics of metropolitan cities in Indonesia, shows that land cover of the region is dominated by the housing area up to 51.7 while industrial areas only reached 24.09 and commercial areas only 15.37.
These results should be based on the consideration to explore the potential of green buildings concept implementation for housing area. Research ASDP1 was focused on the operational phase of the building which is the longest period in the building life cycle which shows that occupant activities act as determining factor to the success of green building concept implementation.
Statistical analysis showed that the education level of the majority of people in Tangerang are high school graduates, which lead to a condition where the consumption pattern are high. Simulation with dynamics system shows that based on business as usual scenario, carbon footprint is predicted to rise rapidly in 20 50 years.
Simulation with spatial planning policy intervention scenario, with an assumption that there were no change in the behaviour and consumption patterns, and shows that carbon footprint per capita is still going up rapidly. However, if the spatial planning policy intervention was followed by the intervention to behavioural changes in consumption patterns through improvement of level of education and environmental awareness, carbon footprint per capita will be reduced.
The success of the green building concept that had been believed as as effective tool in achieving sustainable cities, was proven to have limitations and only effective if applied to specific conditions of society such as, the majority have the education level of above S1 level with the level of income of more than Rp 7,000,000 month.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>