Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supardi
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Ekspor mebel rotan mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama pada tahun 1986. Perkembangan tersebut disebabkan adanya larangan ekspor rotan asalan dan permintaan yang makin meningkat di luar negeri.
Berlimpahnya bahan baku rotan di Indonesia dan permintaan mebel-mebel rotan dari luar negeri yang semakin meningkat, telah mendorong PT BRIP untuk berpartisipasi dalam industri mebel rotan. Mebel rotan selain laku di luar negeri juga mempunyai nilai tambah yang sangat tinggi. Nilai tambah rotan yang dalam bentuk barang jadi mencapai 1900 % dari nilai rotan asalan.
Seiring dengan makin meningkatnya ekspor mebel rotan Indonesia, pabrik rotan juga mengalami perkembangan yang pesat dan telah mencapai ± 200 perusahaan pada saat ini.
Mebel rotan dianggap mempunyai potensi yang sangat besar di luar negeri karena meningkatnya konsumen yang menghendaki mebel yang terbuat dari bahan alamiah seperti kayu dan rotan. Permintaan barang rotan diproyeksi akan terus meningkat pada tahun-tahun yang akan datang dan diperkirakan mencapai US$ 645 juta pada tahun 1994.
Pasar utama mebel rotan Indonesia adalah Amerika, Jepang dan Eropa Barat. Pada tahun 1987 Jepang dan Amerika menyerap 67,8 % dari seluruh mebel rotan yang diekspor Indonesia.
Target Market PT BRIP adalah penduduk berumur setengah baya dan diatas 65 tahun di Jepang, Amerika dan Eropa. Mebel rotan yang dipasarkan ke negara tersebut diposisikan sebagai mebel rotan bermutu tinggi dengan harga relatif murah.
Perusahaan ini mendisain produknya menurut standar yang telah ditentukan atau menurut spesifikasi dari pembeli. Perubahan disain dapat dilakukan dengan cepat karena sifat industri mebel rotan yang padat karya. Perusahaan ini menerapkan strategi product adaptation.
Sasaran penentuan harga perusahaan ini ialah untuk mencapai pangsa pasar sebesar mungkin melalui harga yang bersaing. Metode penetapan harga yang diterapkan adalah Estimated Accounting Cost Method, sedangkan strateginya ialah Penetration pricing. Strategi ini dianggap tepat karena industri mebel rotan merupakan industri yang telah mature dan permintaannya bersifat inelastis.
Penawaran mebel rotan yang mampu menarik perhatian calon pembeli; penentuan saat dan target market yang tepat, sehingga mebel rotan dapat tersalurkan secara baik, cepat dan ekonomis, merupakan sasaran penyaluran/distribusi yang ingin dicapai.
Struktur distrbusi dari satu negara ke negara lainnya berbeda. Jepang mempunyai saluran distribusi yang sangat rumit. Struktur distribusi di Amerika, selain rumit juga fragmented. Oleh karena itu diperlukan saluran distribusi yang berbeda untuk kedua negara tersebut.
Hasil analisa menunjukkan bahwa strategi communication extension yang diterapkan sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan karena pasar berbeda dalam sifat sosial-budaya dan ekonomi. Masalah ini dapat diatasi dengan strategi communication adaptation. Konsekuensinya ialah diperlukannya pengetahuan pasar yang lebih mendalam dan koordinasi pasar yang lebih baik.
SWOT analisis menunjukkan perusahaan ini mempunyai peluang yang mampu mengatasi segala ancaman yang dihadapi. Selain itu segi-segi kekuatan yang dimiliki juga relatif lebih besar dibandingkan dengan segi-segi kelemahannya. Oleh karena itu, perusahaan dapat dibenarkan untuk menerapkan suatu strategi yang lebih agresif.
Strategi Marketing Mix yang diterapkan telah tepat dan telah mempertimbangkan target market serta product positioning. Keterkaitan antara variable marketing mix seperti produk, harga, saluran distribusi dan promosi sudah baik. Walaupun demikian upaya masih dapat ditingkatkan dengan lebih agresif degan menggunakan promosi secara selektif dan saluran distribusi yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan kondi.si setempat.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supardi
Yogyakarta: BP FE, 1982
001.42 SUP e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Supardi
"Usaha untuk menunjang keberhasilan penelitian di IPB terus dilakukan antara lain dengan penyediaan berbagai sumher informasi bahan pustaka dalam suatu sistem perpustakaan yang terpusat. Namun karena pesatnya pertumbuhan literatur, terbatasnya dana serta meningkatnya harga bahan pustaka, sering terjadi hambatan dalam usaha penyediaan bahan informasi tersebut. Di lain pihak sumber informasi yang ada di Perpustakaan Pusat IPR belum sepenuhnya dimanfaatkan secara berdaya guna oleh pemakai, walaupun volume pendidikan di IPB cenderung meningkat. Pertanyaan yang sering muncul ialah literatur manakah yang sering digunakan pemakai atau, bagaimana menilai literatur yang relevan dengan kebutuhan pemakai? Ada berbagai cara yang dikemukakan oleh para peneliti bidang informasi tentang cara menghimpun, menganalisia dan menentukan keperluan pemakai Pertama berupa pertanyaan langsung seperti cara penyebaran kuesioner, wawancara. Kedua, dengan menganalisis data yang ada di perpustakaan, misalnya analisis pertanyaan referens pada meja informasi, pencatatan sirkulasi bahan pustaka dan sebagainya. Ketiga, dengan penghitungan referene (analiais sitiran) yang tercantum dalam artikel majalah , dengan asumsi bahwa penunjukkan terhadap majalah merupakan ukuran langsung terhadap penggunaanya. Ketiga cara tersebut tidak sepenuhnya bebas dari bias, namun keuntungan penghitungan referens atau sitiran lebih sederhana dan dapat menilai sumber informasi bahan pustaka yang telah digunakan dengan relatif bebas. Penerapan analisia sitiran telah berlangsung enam dasawarsa sejak pertama kali diperkenalkan oleh Gross dan Gross pada tahun 1927. Mereka mengusulkan penggunaan kajian sitiran sebagai dasar untuk menyusun peringkat majalah yang dikaitkan dengan pengadaan dan pengembangan koleksi perpustakaan. Sejak itu dengan prosedur yang sama telah dilakukan berbagai kajian sitiran, antara lain oleh para pustakawan untuk mengkaji kebutuhan pemakai. Kajian tersebut bersifat deskriftif mempunyai implikasi terhadap pengembangan koleksi dan perencanaan layanan jasa perpustakaan. Suatu pendekatan yang dilakukan pustakawan ialah menganalisis daftar referens yang tercantum dalam pelbagai karya ilmiah, di antaranya dalam tesis, disertasi, laporan penelitian dangan tujuan untuk memolakan literatur yang digunakan oleh pemakai perpustakaan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supardi
Yogyakarta: Bagian penerbitan fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 1982
658.8 SUP e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Supardi
"Studi tentang interseksi antara budaya dan kejahatan merupakan minat yang terus mendapat perhatian di dalam Kriminologi. Budaya dan kejahatan, dalam konteks tertentu, merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Dalam pandangan mainstream hal ini kerap diletakkan dalam kerangka sub-budaya dan cendrrung dipertentangkan dengan budaya mainstream. Kriminologi budaya justru memberi ruang pemahaman yang melihat dan memperlakukan sub budaya semacam ini sebagai budaya yang otonom. Paradigma ini digunakan penulis untuk mencermati fenomena duta Kayuagung sebagai bentuk budaya kejahatan. Duta Kayuagung merupakan budaya kejahatan yang muncul sebagai tanggapan orang Kayuagung atas ketimpangan antara keinginan mencapai tujuan-tujuan budaya dengan keterbatasan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Proses kemunculan duta berkaitan dengan transformasi cara orang Kayuagung mencari penghidupan dengan merantau melalui berdagang dengan perahu kajang. Transformasi ini berlangsung seiring proses internalisasi terhadap kondisi eksternal yang dihadapi orang Kayuagung yang berkaitan dengan dinamika perubahan di sekelilingnya. Duta Kayuagung mengalami kesinambungan karena bersifat dinamis dan adaptif terhadap kondisi eksternal yang dihadapi masyarakat Kayuagung. Proses transmisi nilai-nilai duta juga berlangsung dalam bergam aktifitas budaya masyarakat Kayuagung. Duta memiliki peranan sebagai sarana kontestasi bagi masyarakat Kayuagung terutama untuk bersanding dan bertanding dengan masyarakat di luar Kayuagung. Teori yang dijadikan landasan dalam disertasi ini adalah Teori Anomi dari Merton, Teori Transmisi Budaya dari Shaw dan McKay, Teori Demonisasi dari Stanley Cohen dan Teori Practice dari Pierre Boudieu. Metode yang digunakan adalah metode Ginealogi dari Michel Foucault. Kesimpulan disertasi ini adalah praktik duta merupakan bentuk adaptasi atas ketimpangan struktural yang mengalami pelembagaan sehingga menjadi budaya, kesinambungan terjadi karena adanya transmisi nilai-nilai antar generasi dengan menggunakan lahan sosial budaya. Duta merupakan sarana bagi orang Kayuagung untuk mendapatkan posisiposisi sosial dalam konteks kontestasi sesama orang Kayuagung dan bahkan dengan masyarakat di luar Kayuagung.

Studies on the intersection between culture and crimes are interests that continue to get attention in Criminology. Culture and crimes, in certain contexts, are two things that affect each other. It is, in the context of mainstream, often placed in the framework of sub-cultural and tends to be contrasted with the cultural mainstream. Cultural criminology, in fact, gives an understanding space which sees and treats such sub-culture as an autonomous culture. Such paradigm is used by the author to examine the phenomenon of Kayuagung Duta as a form of a criminal culture. Kayuagung Duta constitutes a criminal culture emerging as responses of Kayuagung community to the imbalances between the desire of achieving cultural objectives and the limitations of ways to achieve the objectives. The process of the emergence of duta deals with the transformation of the ways of Kayuagung community making lives by sailing using Kajang boats. Such transformation takes place as the process of internalization of the external conditions faced by Kayuagung community related to the dynamics of change around them. Kayuagung duta runs continuously due to its good dynamics and adaptation to the external conditions faced by Kayuagung community. The transmission processes of duta values also occur in various cultural activities of Kayuagung community. Duta functions as a tool of contestation for Kayuagung community, especially for being equal and competing with outsiders. The author employs various theories, such as Anomie theory of Merton, theory of Cultural Transmission of Shaw and McKay, Demonization theory of Stanley Cohen and Practice theory of Pierre Boudieu. The author also employs the method of Gynealogi of Michel Foucault. The results of the research reveal that the practice of duta is a form of an adaptation on the structural imbalances that experiences an institutional process to become a culture. The continuity happens because of the transmission of values from one generation to the next generation in the social and cultural fields. Duta constitutes a means for Kayuagung community for achieving social positions in the context of contestation with other Kayuagung people and even with outsiders."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1913
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo Supardi
"WHO me1alui resolusi tahun 1977 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak dapat merata sampai tahun 2000 tanpa mengikut sertakan sistem pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional antara lain menggunakan obat tradisional, yang terdiri dari simplizia, jamu gendong, jamu berbungkus dan obat fitoterapi. Dalam upaya pembinaan dan pemanfaatan obat tradisional agar dapat digunakan oleh masyarakat desa, diperlukan intormasi tentang penggunaan obat tradisional dan faktor?faktor yang berhubungan dengannya. Untuk mendapakan informasi tersebut dilakukan survai secara cross sectional terhadap 27 ibu rumah tangga di desa Tapos, Bogor yang dipilih secara multistage random sampling. Data dikumpulkan deagan cara mewawancarai responden di rumahnya menggunakan kuesioner. Untuk analisis data dilakukan uji Chi-square dan uji Phi atau Cramer -s V. Dari hasil dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari karakteristik ibu rumah tangga yang berupa umur, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan, hanya hubungan pendidikan dan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pengetahuan tentang obat tradisional yang bermakna.
2. Hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga tentang obat tradisional, sikap terhadap obat tradisional, kepercayaan terhadap khasiat obat tradisional dan ketersediaan obat tradisional dengan penggunaan obat tradisional secara statistik bermakna. Keeratan hubungan utama pada ketersediaan, lalu kepercayaan terhadap khasiat. pengetahuan dan terakhir sikap.
3. Ibu rumah tangga di desa Tapos yang menggunakan obat tradisional selama satu bulan sebesar 37,6%.
4. Penggunaan obat tradisional oleh ibu rumah tangga di desa Tapos kebanyakan : berupa simplisia nabati, digunakan untuk pengobatan sariawan pegel linu dan menjaga kesehatan beralasan karena manjur/cocok 1-4 kali sebulan, mendapat secara gratis/tidak membayar dan mengetahui manfaatnya dari orang tua.
5. Ibu rumah tangga di desa Tapos kebanyakan lebih mengenal simplisia nabati darapada jamu berbungkus maupun jamu gendong."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo Supardi
"Almost all district public hospital already has their own formulary.The aims of study are to obtain percentage of noncompliance with the public hospital formulary, to obtain the average additional cost be paid by outpatients as a result of noncompliance with the hospital formalary and to obtain the avarage of the outpatient's ability to pay for treatment.A cross sectional study has been carried out to 120 patients in RSU Kabupaten K and 100 patients in RSU Kabupaten B.Subjects of the study were adult outpatients with TB,hypertension and diabets.Data were collected by well-trained district public hospital staff in interviewing patients.The questioner was first tried out to patients at RSU Kota Jakarta Timur.Data were analyzed by cost analysis.Results of the study are difference drug item with formulary in RSU Kabupaten K is 66,7% for TB,96,6% for hypertension,where as in RSU Kaabupaten B 44,8% for TB,82,3% for hypertension and 76,7% for diabetes. Average additional cost that must be paid by outpatients per ercounter in RSU Kabupaten K is Rp 10.060 for hypertension; while in RSU Kabupaten B is Rp 5.818 for TB,Rp.8.956 for hypertension and Rp.15.218 for diabetes. The avarage outpatient's ability to pay treatment in RSU Kabupaten K is Rp.19.807 and in RSU Kabupaten B.is Rp.15.301 which are bath less than outpatient treatment cost per encounter"
2005
MIKE-II-1-Apr2005-43
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo Supardi
"The self medication is an effort conducted by the community to cure their selves using medicine, traditional medicine or others without health proffesional advice. The aims of this study are to know healthy - illness concept, to know local language, symptoms, prevention and curation of headache, fever, cough and common cold and the self-medication practice on the village community.
This study using qualitative design and data was collected by depth interviewing from 12 key informants at Ciwalen village, Warungkondang sub-district, Cianjur district, West Java in 1998. Key information are the chief of RT, the chief of RW, the teachers of elementary school, the health cadres and the housewives. Data were analyzed using triangulation methode and confirmating the interview result to the key informans. The conclussion of this study are: The healthy-illness concept does not only physical aspect, but also social culture aspect. The light illness - heavy illness concept depends on the physical condition of patient, the daily activity and the medication.
The community use generally local language nyeri sirah for headache, muriang fot he fever, gohgoy for cpught and salesma for the common cold. The cause of illness is commonly their physical environment, include bacteria for the cought. The prevention of illness is generally conducted by avoiding its cause. The self medication practice generally use the medicine that were bought from the retail at their village, some of them use the traditional medicine.
Reason of self-medication practice are light illnesss, inexpensive, time eficiency and as a first aid before going to the health proffesional or health center. The self-medication practice is improperly done, because the community mostly bought a small amount of medicine, so that the brochure of the medicine can not be read."
2005
MIKE-II-3-Des2005-134
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nunus Supardi
Yogyakarta: Ombak, 2007
919.2 NUN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Supardi
"Salah satu upaya untuk meningkatkan investasi daerah pada tiap provinsi berupa peningkatan kenerja investasi daerah. Hal ini dapat di lakukan diantaranya melalui peningkatan tingkat keterbukaan perdagangan serta peningkatan kualitas maupun kapasitas infrastruktur. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk : (1) menganalisa besarnya pengaruh faktor penentu kencrja investasi daerah; (2) menentukan jenis-jenis faktor penentu kenerja investasi da rah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pemben tu kan investasi daerah; (3) memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam rangka menangkap peluang masuknya investasi, mengopti malkan faktor-faktor penentu daya tarik yang dimiliki serta melakukan evaluasi kebijakan terhadap peningkatan kinerja investasi secara keseluruhan. Metode estimasi yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Metode dan analisis dalam penelitian ini didasarkan pada hastl­ hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan data 26' Propinsi di seluruh Indonesia (diasumsikan bahwa Propinsi Timor-Ti mur telah memisahkan diri dari Indonesia (NK.RI) dan beberapa propinsi belum melakukan pemekaran untuk memudahkan pengolahan data) periode tahun 2001-2006 yang berasal dari Badan Pusat statistik (BPS) Pusat. Hasil analisis menunjukkan model yang paling sesuai untuk estimasi ini adalah Fixed Effect Models dengan struktur varian covarian dari residual heterokedastik. Nilai koefisien regresi merupakan elastisitas masing-masing input yaitu keterbukaan perdagangan (0.060), panjang jalan (0.245), listrik (0.052), telepon (0.126) serta air bersih (0.014). Total dari elastisitas merupakan skala ekonomi. Tingkat keterbukaan perdagangan serta ketersediaan infrastruktur.

A Regional investment performance improvement has become an effort to increasing regional investment on each province. It Shall be conducted through trade exposure level enhancement and infrastructure capacity or quality improvement. Therefore this research is designed to : (1) analyzi ng determinant factor influence of regional investment performance(2) defining varies determinant factor of regional investment performance that provide major contri bution to regional investment plan;(3) providing any input to regional government regarding to drag any investment en try, by optimizing determinant factors of attraction and conducti ng a policy evaluation towards investment performance improvement thoroughly. Data panel regression analysis are used with estimation method. Analysis and Method on this research is based on prior observation results.
Research is applying 26 province data th roughout Indonesia territory ( it is assumed that East Timor province has separated themselves from Indonesia (NKRI) and several province that has not performing an expansion to enable data process) year period 2001 2006 analysis demonstrate that most congruous model for estimation is Fixed Effect Models with covariant variant structure of beterochedastic resid ual. Regression co efficient value of an elasticity on each input is trade exposure (0.060), length of road (0,245), electricity (0.052), telephone (0.126) and mineral water (0.014)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T27345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>