Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsudin
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Kurkumin merupakan zat warna kuning yang terdapat dalam berbagai spesies kurkuma seperti: Curcuma Tonga L, Curcuma xantorrhizae roxb dan digunakan dalam obat tradisional untuk penyakit hati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kurkumin dapat mencegah kerusakan hati yang diinduksi oleh CCL4, galaktosamin dan parasetamol dosis tinggi. Dari penelitian ini tampak bahwa efek kurkumin agaknya berdasarkan efek antioksidannya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh pemberian kurkumin terhadap aktivitas enzim antioksidan yang terdapat di mitokondria seperti glutation peroksidase (GPx dan glutation reduktase (GR) disamping itu untuk mengamati kerusakan oksidatif mitokondria hati tikus yang terisolasi yang diinduksi oleh butil hidroperoksida tersier (t-BHP). Efek proteksi kurkumin dilihat dari peningkatan aktivitas GP, dan GR. Isolasi mitokondria dilakukan dengan cara sentrifugasi bertingkat. Fraksi mitokondria yang diperoleh dilakukan pengukuran aktivitas glutation reduktase (GR) dan glutation peroksidase (GPx). Pengukuran dilakukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 340 ηm. Hasil dan kesimpulan : Mitokondria yang diisolasi cukup baik (RSA untuk SDH = 34,24). Pemberian t-BHP 200 µM dan 400 µM dapat menurunkan aktivitas glutation reduktase dan glutation peroksidase dari 15 ± 3 nmol/min/mg protein menjadi 6 ± 1 nmol/min/mg protein dan 0,29 ± 0,03 µmol/min/mg protein menjadi 0,04 ± 0,01 µmol/min/mg protein. Pemberian kurkumin dengan dosis 60 µM dapat meningkatkan aktivitas glutation reduktase dari 6 ± 1 nmol/min/mg protein menjadi 16 ± 3 nmol/min/mg protein dan pemberian kurkumin dengan dosis 1000 µM dapat meningkatkan aktivitas enzim glutation peroksidase dari 0,04 ± 0,01 µmol/min/mg protein menjadi 0,016 ± 0,002 gmol/min/mg protein. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kurkumin dapat melindungi kerusakan mitokondria pada rentang dosis 60-1000 µM.
Reductase Enzyme's Activity in Rat Liver Mitochondria Affected By t-BHP OxidantDimension and method study. Curcumin is the yellow substance of various Curcuma sp. Such as Curcuma longa L, Curcuma xantorrhizae roxb which traditionally used to cure liver ailments. Several studies show that curcumin can prevent CCl4, galactosamin and high dose paracetamol induced liver damage and indicted its antioxidant role in that part. This present study was conducted to obtain further information regarding the effect of instilled curcumin toward the antioxidant enzymes present in mitochondria, gluthatione peroxidase and gluthatione reductase and to observe the oxidative damage of the isolated rat liver induced by t-BHP. Curcumin's protective effect is shown by the gluthatione peroxidase and gluthatione reductase increase activity. Mitochondria isolation was done by fractionated centrifugation. Mitochondria fraction obtained was subjected to gluthatione peroxidase and gluthatione reductase activity determination, which was procured spectrophotometrically at wavelength 340 ηm. The Result and Conclusion: The isolated mitochondria was good(RSA for SDH =34,24). Instillation of t-BHP 200 µM and 400 µM reduced GPx and GR activity from l5 ± 3 nmol/min/mg protein to 6 ± 1 nmol/min/mg protein and from 0,29 ± 0,03 nmol/min/mg protein to 0,04 ± 0,01 nmol/min/mg protein. Instillation of curcumin at 60 µM dosage increased the GR's activity from 6 ± 1 nmol/min/mg protein to 16 ± 3 nmol/min/mg protein, while a 1000 µM dosage increased the GPx's enzyme activity from 0,04 ± 0,01 nmol/min/mg protein to 0,016 ± 0,002 nmol/min/mg protein. These studies showed that curcumin can prevent mitochondria damage at dose range of 60-1000 µM.
2001
T8339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin
Malang: UIN-Maliki Press, 2012
306.4 SYA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin
Jakarta: UI-Press, 2011
615.107 24 SYA b (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin
Jakarta: UI-Press, 2011
615.7045 SYA i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsudin
Abstrak :
Penyakit dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan empat serotipenya yaitu DENV-1, 2, 3, dan 4. Untuk mengurangi terjadinya penyakit dengue dari keempat serotipe yang ada, maka perlu dirancang vaksin peptida yang bersifat tetravalen dan mencegah infeksi semua serotipe dengue menggunakan protein E (envelope) DENV-3 sebagai backbone. Prediksi epitope sel T protein E DENV1-4 menggunakan server MULTIPRED dengan HLA kelas II DR dan algoritma Hidden Markov Model (HMM), dan prediksi epitope sel B protein E DENV-3 menggunakan Conformational Epitope Prediction (CEP) server. Perancangan vaksin dilakukan dengan mensubstitusikan epitope sel T highest binders protein E DENV-1,2, dan 4 ke dalam epitope sel T non binders backbone protein E DENV-3. Dengan memvariasi posisi epitope pensubstitusi maka diperoleh enam rancangan vaksin peptida dengue yang bersifat tetravalen. Hasil BLASTp menunjukkan keenam rancangan vaksin mempunyai 93% identity dengan protein E DENV-3 native. Struktur tersier vaksin diprediksi melalui homology modeling. Dari hasil analisis struktur tersier diperoleh empat rancangan vaksin yang terbaik, yaitu HMM1-2-4, HMM1-4-2, HMM2-1-4, dan HMM4-1-2 dengan persentase residu non glisin pada disallowed region berkisar 2% dan score VAST 61,5. Prediksi sistem ekspresi protein menghasilkan sel serangga sebagai host yang sesuai untuk mengekspresikan keempat vaksin tersebut. Rancangan DNA rekombinan menggunakan plasmid pBlueBac4.5 sebagai vektor transfer baculovirus dan insersi sekuens DNA vaksin menggunakan enzim restriksi BamH1 dan EcoR1. Prediksi modifikasi post translation menunjukkan hanya modifikasi N-glikosilasi yang paling mungkin terjadi terhadap protein vaksin dalam sel serangga.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T40054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasam Syamsudin
Abstrak :
Gangguan pada sistem tenaga listrik umumnya berawal dari gangguan satu fasa ke tanah yang berkembang menjadi gangguan tiga fasa. Besar arus gangguan tanah sangat tergantung pada metoda pentanahan yang diterapkan seperti : pentanahan bertahanan tinggi, pentanahan bertahanan rendah, pentanahan langsung atau tidak ditanahkan. Skema pengaman gangguan tanah yang baik dipilih berdasarkan metoda pentanahan dan jenis gangguan yang mungkin terjadi. Skema pengaman gangguan tanah yang umum dipakai adalah skema diferensial, arus sisa, keseimbangan inti dan arus balik. Pembahasan di tesis ini lebih ditekankan pada penerapan skema pengaman gangguan tanah diferensial. Pemilihan skema pengaman gangguan tanah perlu mempertimbangkan arus gangguan tanah minimum dan maksimum yang diperoleh dari perhitungan arus hubung singkat. Meskipun skema pengaman gangguan tanah yang baik telah dipilih, kinerja peralatan pengaman akan tergantung pada instalasi di lapangan dan nilai tetapan rele. Pemahaman mengenai arah aliran arus sesaat, polaritas trafo arus dan rele, jenis penyambungan trafo daya dan instrumen, arus gangguan tanah minimum dan maksimum. dan penentuan tetapan rele sangat membantu pada pemilihan skema pengaman gangguan tanah yang baik.
The most common electrical fault in an electrical power system is initiated by a single phase ground fault which can develop into a three phase fault. The ground fault current magnitude depend on the grounding method being applied such as : high impedance, low impedance, solidly grounded or ungrounded. Selection of good ground fault scheme depends upon the grounding method used and the possible fault type. Common ground fault schemes are differential, residual current, core balance and ground return. Discussions in this Tesis was emphasized on differential schemes. The ground fault protection scheme selected should consider the minimum and maximum ground fault currents obtained by calculations. Although a good ground fault protection scheme has been selected, the protection performances will depend on site installations and relay settings. Therefore, understanding of momentary current flow directions, minimum and maximum ground fault current occurences, and relay settings are important to identify any deviation due to miswiring and improper relay settings.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Syamsudin
Abstrak :
Pelaksanaan penilaian angka kredit Pemeriksa Paten telah dilakukan perbaikan terhadap Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten sebagairnana tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Kehakiman dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: M.1815-KP.04.12 Tahun 1993 dan Nomor: 16 Tahun 1993. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengubah penilaian terhadap setiap kegiatan pemeriksaan secara terperinci menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir pemeriksaan paten. Namun demikian, sejak awal diberlakukannya petunjuk pelaksanaan tersebut hingga dilakukan perbaikan belum pernah dilakukan evaluasi apakah implementasi kebijakan tersebut telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten telah dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui keberhasilan implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten, dalam penelitian ini dipergunakan pendekatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward III (1980), yaitu dengan menilai 4 (empat) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik. Empat faktor tersebut adalah faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor sikap, dan faktor struktur birokrasi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman tentang faktor'-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten. Penelitian ini mengambil studi kasus para Pemeriksa Paten di Direktorat Paten dengan sampel populasi, dimana populasinya adalah semua Pemeriksa Paten aktif berjumlah 31 (tiga puluh satu) orang sebagai kelompok sasaran dan semua anggota Tim Penilai Angka Kredit yang berjumlah 9 (sembilan) orang-sebagai aparat pelaksana.Pengumpulan data primer melalui wawancara dan kuesioner. Pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jabatan fungsional Pemeriksa Paten. Alat bantu yang digunakan dalam menganalisis data keusioner adalah menggunakan nilai rata-rata tertimbang untuk mengetahui persepsi responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan yaitu faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor sikap, dan faktor struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut juga dinilai koefisien determinasinya melalui bantuan komputer dengan program SPSS untuk mengetahui kontribusi setiap factor terhadap keberhasilan implementasi kebijakan tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten telah cukup dipahami dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh aparat pelaksana maupun kelompok sasaran. Selanjutnya tidak ditemukan hambatan yang berarti yang dihadapi dalam implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten di Direktorat Paten. Untuk meningkatkan keberhasilan implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten disarankan meningkatan pemahaman isi lampiran petunjuk pelaksanaan tersebut. Di samping itu juga perlu meninjau kembali terhadap kegiatan pengembangan profesi dan kegiatan pendukung pemeriksaan paten yang selama ini tidak pernah dapat dilaksanakan oleh Pemeriksa Paten. Selanjutnya juga perlu segera membuat peraturan perundangan-undangan setingkat Keputusan Menteri atau yang lebih tinggi untuk mengatur perbaikan pada penilaian kegiatan pemeriksaan paten yang dapat dinilai sebagai angka kredit sehingga dalam pelaksanaannya tidak cacat hukum. Untuk dapat melaksanakan jabatan fungsional di lingkungan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, maka nama dan kegiatan yang tercantum dalam rumpun jabatan fungsional yang ada perlu disesuaikan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Syamsudin
Abstrak :
ABSTRAK Selama kurun waktu 25 tahun khususnya sepuluh tahun terakhir dari tahun 1985 sampai 1995 pembangunan di berbagai sektor di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan sektor pembangunan yang pesat diikuti pula oleh pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Pertumbuhan penduduk yang pesat ini umumnya terjadi pada propinsi-propinsi tertentu saja, sehingga propinsi yang sudah padat penduduknya akan menjadi semakin padat. Propinsi yang kepadatan penduduknya tinggi akan berkorelasi terhadap kualitas lingkungan. Yang menjadi permasalahan di sini adalah sektor pembangunan meningkat, jumlah penduduk rneningkat tetapi kualitas liugkungan khususnya kualitas udara menurun. Sebaran penduduk yang belum merata ini diduga ada korelasinya dengan penduduk masih terpusat pada daerah-daerah tertentu. Sebaran industri maupun sebaran penduduk yang belum merata, khususnya di daerahdaerah yang sangat padat penduduknya tentu akan berdampak pada kualitas lingkungan khususnya kualitas udara. Untuk mengetahui apakah sebaran industri manufaktur mempunyai korelasi terhadap sebaran penduduk maupun terhadap kualitas lingkungan, khususnya kualitas udara maka dilakukan studi ini. Studi ini dilakukan dengan mengolah data sekunder, terutama dan Sensus Ekonomi 1985, Sensus Ekonomi 1995, Supas 1985, Supas 1995 dan Neraca Kependudukan Lingkungan Hidup Daerah 1995. Manfaat studi ini adalah untuk memberikan masukan pada .suatu pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang. Pada studi ini diajukan empat hipotesis yaitu: (i) Penyebaran industri manufaktur mempunyai korelasi yang kuat terhadap penyebaran penduduk di tiap-tiap propinsi di Indonesia, (ii) Sektor usaha jasa (perdagangan besar, eceran, rumah makan, restoran, serta hotel; angkutan, penggudangan, komunikasi; jasa keuangan, asuransi, usaha persewaan, bangunan tanah, jasa prusahaan; jasa kemasyarakatan dan sosial hiburan dan peroraugan) mempunyai korelasi yang lebih kuat dibandingkan dengan sektor industri (pertambangan dan penggalian; manufakur; lisirik, gas, dan air, bangunan dan konstruksi) terhadap penyebaran penduduk di tiap-tiap propinsi di Indonesia, (iii) Sektor industri manufaktur secara umum mempunyai korelasi yang kuat terhadap pertumbuhan sektor-sektor usaha jasa industri lain terutama sektor usaha jasa, (iv) Sebaran industri manufaktur maupun sebaran penduduk mempunyai korelasi yang kuat terhadap kualitas udara. Dari hasil analisis data dengan menggunakan persarnaan regresi dan korelasi melalui Program Statistika 5 maka dapat disimpulkan bnhwa hipotesis 1, 2, 3, dan 4 dapat diterima. Dalam hal korelasi antara penyebaran industri, penyebaran penduduk dan kualitas lingkungan, khususnya kualitas udara dapat dikatakan bahwa : Semakin padat industri manufaktur di suatu daerah maka semakin padat penduduknya, demikian juga pencemaran udaranya akan semakin meningkat. Bahan pencemar udara yang berkorelasi dengan meningkatnya kepadatan industri manufaktur adalah debu, NOx, HC, CO, dan CO2, sedangkan bahan pencemar udara yang berkorelasi laugsung dengan uktivitas kepadatan penduduk adalah debu, CO, dan CO2 ini menunjukkan bahwa sebaran industri manufaktur dan sebaran penduduk mempunyai korelasi yang kuat terhadap kualitas lingkungan khususnya kualitas udara. Semakin padat industri manufaktur di suatu propinsi, maka semakin padat penduduknya sedangkan kualitas udaranya menjadi semakin rendah.
ABSTRACT During the last quarter of a century, especially the last decade, from 1985 to 1995, development in every sector in Indonesia has shown a rapid ,growth_ The rapid growth was followed by an increase in population too. The growth of this population, generally, occurs in certain provinces. Hence, these provinces that are already crowded became even more crowded. Provinces which have a huge population will correlate with environmental quality. The problem here is that development. and population increased but environmental quality, especially air quality, decreased. Unbalanced population distribution pattern may be due to the distribution are of manufacturing firms. The distribution of both manufacturing firms and population focussed in a certain region. Both these unbalanced distributions will certainly influence environmental quality. To find out whether or not the distribution of manufacturing firms correlate closely with population distribution, and environmental quality, especially air quality, therefore this research was undertaken. This research was conducted by processing secondary data, mostly from the economic census 1985, economic census 1995, Supas 1985, Supas 1995 and NKLU 1995. This research is useful inproviding input for making decisions for site plan. This research proposed four hypotheses as follows: 1. The distribution of manufacturing firms have strong correlations with population distribution in each province in Indonesia 2. Services sectors (big trade, retail, restaurants and hotels, transport, finance services, insurance. rentals, real estates, services company, community social and personal services) have stronger correlations compared to industry sectors (mining and quarrying, manufacturing, electricity, gas and water supply, construction) towards population distribution in every province in Indonesia 3. Manufacturing, generally, has strong correlations towards the growth of service establishment or other industry, especially service establishment. 4. Manufacturing industry distribution as well as population distribution has strong correlations towards air quality. Results of data analyses by using regression equation and correlation through Statistic Program 5, it could be concluded that hypothesis 1, 2, 3, and 4 can be accepted. Correlations between industry distribution, population distribution and air quality it could be stated that: The more crowded the manufacturing industries in one region, the more dense population will be; the same is true with air pollution. The air pollutant that have correlations with increasing manufacturing industries were dust, NOx, HC, CO, and C02. Whilst air pollutants that have correlations with population were dust, CO, and C02. These indicate that the Beater the population in one region, the lower the environmental quality will be, especially air quality.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Syamsudin
Abstrak :
Baja karbon rendah merupakan material ferromagnetik yang banyak digunakan untuk teras besi transformator, rotor pada generator pembangkit listrik, maupun rotor mesin/ motor listrik. Alat-alat ini diroperasikan dalam waktu yang cukup lama pada temperatur tinggi, akan disertai kenaikan temperatur dari alat, khususnya teras besi tersebut. Kenaikan temperatur ini akan menimbulkan perubahan pada microstruktur, sifat mekanik, dan sifat magnetik. Dilakukan penelitian pada sampel baja karbon rendah untuk mempelajari pengaruh perlakuaan panas secara line heating dan quenching terhadap hysteresis magnet. Sampel diidentifikasi dengan menggunakan peralatan X Ray Diffraksi (XRD) , Scanning Electron Microscope (SEM), Permagraph. Perubahan sifat kemagnetan sampel yang diukur dengan permagraph dinyatakan dalam bentuk kurva hysteresis magnetik, yang mengambarkan proses magnetisasi dan demagnetisasi. Adanya perubahan bentuk kurva mengidikasikan telah terjadi perubahan sifat kemagnetan sampel. Dari kurva hysteresis magnet dapat ditentukan besaran-besaran magnetik diantaranya, remanen magnet, koersivitas magnet, saturasi magnet, permeabilitas maksimum, dan hysteresis core losse. Hasil penelitian menunjukan terjadinya perubahan pada sifat-sifat magnetik setelah dilakukan quenching diantaranya, kenaikan remanen magnet dan koersivitas magnet meningkat dengan adanya kenaikan suhu, tetapi menurun jika waktu penahanan suhu semakin lama. Permeabilitas mencapai harga maksimum pada pemanasan 500°C, dan semakin mengecil pada suhu yang lebih tinggi akibat adanya efek agitasi termal dari molekuk-molekul. Hysteresis core loss mengalami perubahan, dimana besarnya perubahan mengikuti pola perubahan remanen dan koersivitas magnet. ......Low carbon steel is ferromagnetic material which is widely used for magnetic core in transformator, rotor at electricity plant generator, and electrical motor. Devices are operated at a long term and at high temperature, and there is always a temperature raise of the devices especially the magnetic core. The raise of temperature will cause changes on the microstructure, mechanical properties, magnetic properties. A research is conducted to a low carbon steel sample to study the effect of heat treatment by quenching of hysteresis magnetic. Sample will be identified using X Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), and Permagraph. The magnetic properties of the sample measured wiht permagraph is statead in the in the form of magnetic hysteresis loop, describes the process of magnetization, and demagnetization. The change of the magnetic hyeteresis loop form indicates the change of magnetic properties. Magnetic hyeteresis loop determines the quantity of such as remanence magnetic, coercivity magnetik, permeability maximum, magnetic saturation, hysteresis core losses. The result of research show changes on magnetic properties after quenching, that is the raising of magnetic remanent, magnetic coercivity follow with the raisisng of the haeting temperature, but it is opposite of with the holding time. Permeability reaches the maximum point at 500°C heating, and decreases at higer temperature, because of agitasi thermal effect of the molecules, where amount the change of magnetic remanent, and magnetic coercivity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syamsudin
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sejak peluncuran paket Juni 1993 dan Mei 1995 mengenai deregulasi otomotif, harga otomotif yang semula diharapkan turun ternyata tidak terjadi seperti yang diharapkan. Memang setelah paket Mei 1995 terjadi penurunan harga pada banyak merk mobil, akan tetapi penurunan yang terjadi tidak begitu berarti.

Pasar industri kendaraan bermotor, khususnya mobil di Indonesi a terrnasuk suatu fenomena yang unik. Situasi perekonomian bukan merupakan satu-satunya faktor yang rnutlak yang menentukan pola pembelian mobil. Banyak faktor yang turut mempengaruhi. Sering terjadi permintaan mobil meningkat di kala trend perekonomian menurun. Pasaran industri otomotif tampaknya akan semakin semarak dengan keluarnya Inpres No. 02/1 996 tanggal 19 Pebruari 1996 yang antara lain melahirkan hak pembuatan mobil nasional kepada PT Timor Putra Nasional. Pernbuatan mobil nasional ini diperkirakan akan rnenurunkan harga mobil, terutama untuk sedan kelas 1600 cc ( dirnana sedan Timor berada). Dengan adanya penurunan harga ini maka dapat diproyeksikan bahwa permintaan akan mobil, terutarna untuk jenis sedan akan rneningkat pada masa-rnasa mendatang. Dengan k ondisi ini, maka peluang dalam bisnis otomotif tetap menjanjikan tingkat keuntungan yang baik. Untuk lebih meningkatkan keuntungan, pengusaha otomotif di Indonesia umumnya menguasai usaha dari hulu (pabrik komponen dan perakitannya), hingga kegiatan distribusinya.

Tingginya permintaan akan kendaraan bermotor diatas, mendorong salah satu perusahaan karoseri di Jawa Tengah, yaitu PT Mekar Armada Jaya, untuk mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan kredit kendaraan bermotor (KKB). Selain alasan tersebut, maka rencana pendirian mi merupakan kelanjutan dan kegiatan Divisi Kredit perusahaan yang selama ini dalam skala kecil telah melayani pembelian kendaraan dengan kredit dari dealer-dealer perusahaan di daerah Magelang dan sekitarnya, yang mana kegiatan tersebut menunjukkan peningkatan.

Lonjakan kegiatan dari Divisi Kredit tersebut, mendorong perusahaan untuk mendirikan secara terpisah suatu perusahaan pembiayaan konsumen dengan badan hukum sendiri, yaitu PT Armada Finance. Mengingat cukup tingginya investasi yang diperlukan, maka PT Armada Finance mengadakan kerjasama pembiayaan dengan bank untuk mendanai sebagian kebutuhan dananya. Prinsip kerjasama yang akan dijalankan oleh PT Armada Finance dan bank adalah dengan joint financing, dimana total pembiayaan kendaraan setelah dikurangi dengan pembayaran uang muka konsumen akan dibagi dalam prosentase tertentu antara PT Armada Finance dan bank. Bank utarna yang direncanakan untuk kerjasama tersebut adalah salah satu bank pemerintah.

Selain permasalahan pendanaan proyek, maka hal lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah ketatnya peraturan pemerintah dalam mengawasi kegiatan industri pembiayaan. Hal ini dikarenakan industri pembiayaan ikut mempengaruhi stabilitas moneter. Pada tahun 1995 telah keluar kebijakan yang antara lain menghentikan izin baru bagi perusahaan yang akan bergerak dilembaga pembiayaan. Ketentuan lain yang penting adalah mengenai permodalan, dimana jumlah modal yang disetor atau simpanan pokok dan simpanan wajib Perusahaan Pembiayaan adalah sebesar

a. Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah);

b. Perusahaan patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp 25.000.000.000 (dua puluh lima milyar rupiah);

c. Koperasi sekurang-kurangnya Rp 5.000.000.000 (lima rnilyar rupiah);

yang harus dipenuhi dalam waktu 3 tahun sejak berlakunya putusan tersebut atau sejak mendapatkan izin.

PT Armada Finance memperoleh izin usaha pada akhir tahun 1994. Dengan modal disetor awal sebesar Rp 2.000,0 juta, maka perusahaan merencanakan pada tahun I operasionalnya dapat merealisjr sekitar 913 perjanjian kredit, dengan total pembiayaan sebesar Rp 21.500,0 juta. Dari jumlah mi sebesar 20,0% atau Rp 4.300,0 juta akan dibiayai dengan uang muka dan konsumen, 70,0% atau Rp 15.050,0 juta akan dibiayai dari kredit modal kerja bank, dan sisanya sebesar 10,0% atau Rp 2.150,0 juta dibiayai dari modal sendini perusahaan.

Dari proyeksi keuangan, maka tenlihat bahwa pada tahun I operasional perusahaan bisa mendapatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 102,6 juta, tahun II sebesar Rp 1.274,3 juta, tahun III sebesar Rp 2.077,4 juta, tahun IV sebesar Rp 2.409,5 juta dan tahun V sebesar Rp 2.565,2 juta. Dari internal fund generated tersebut dan ditambah dengan setoran modal yang dilakukan oleh perusahaan, maka pada akhir tahun ketiga operasional perusahaan sudah bisa mengakumulasikan modal sejumlah Rp 10.403,6 juta. Dari analisa keuangan dan didukung oleh analisa SWOT, maka diperkirakan perusahaan akan mampu masuk dalam posisi 20 besar perusahaan pembiayaan swasta nasional di Indonesia yang membiayai KKB.

Lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap industri pembiayaan yang dimasuki perusahaan adalah lingkungan remote dan operasional. Dukungan penuh dari group perusahaan yang sudah lama bergerak dalam bidang industri karoseni, diharapkan akan dapat membantu kelancaran operasional perusahaan, baik dalam mengantisipasi persaingan maupun kebijakan pemenintah yang begitu ketat mengatur industni mi.

Selain arialisa keuangan diatas, maka hasil analisa lingkungan usaha dengan mempertirnbangkan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal, menunjukkan bahwa rencana investasi proyek mi layak untuk dibiayai. Pendirian perusahaan ini juga mempunyai dampak sosial yaitu berupa penciptaan lapangan kerja dan memberikan tambahan pendapatan bagi negara berupa pajak.

Untuk pengembangan perusahaan, maka hendaknya pengurus perusahaan mengkonsentrasikan secara penuh dalam pengelolaan bisnisnya tanpa harus menjalankan perusahaan-perusahan lain dan group perusahaan. Hal mi untuk mejnbangun suatu company image yang kuat. Mengingat usaha KKE merupakan usaha jasa, maka hendaknya perusahaan menanamkan suatu service excellent dalam diri setiap pegawai perusahaan. Selain itu kegiatan pemasaran sangat perlu digalakkan. Untuk tahap pertama, mungkin perusahaan harus banyak melakukan pendekatan langsung kepada sebanyak mungkin dealer kendaraan bermotor.

Dalam pengembangan perusahaan, maka strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah strategi integrasi. Untuk itu maka akumulasi dana yang dihasilkan sebaiknya digunakan untuk memperbanyak dealer perusahaan. Dalam rangka bersaing, maka strategi yang bisa digunakan adalah strategi cost leadership. Strategi mi ditempuh dengan mencari sumber dana yang semurahmurahnya, sehingga perusahaan bisa mengambil spread yang tinggi dari konsumen atau membebankan tingkat bunga yang lebih rendah dari saingan. Untuk itu perlu dijaga hubungan baik dengan kreditur dalam rangka mendapatkan credit line.

1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>