Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahra Sabrina
"Berbeda dengan penyakit akut yang berlangsung singkat, penyakit kronis umumnya memerlukan jangka waktu lama untuk sembuh, bahkan bisa berlangsung selama tiga bulan atau lebih. Penyakit ini sering kali tidak memiliki obat yang dapat menyembuhkan sepenuhnya dan bersifat progresif, di mana gejala dan efeknya dapat bertambah parah seiring waktu. Contoh umum penyakit kronis meliputi kanker, penyakit jantung (seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, aritmia, dan lainnya), stroke, diabetes, dan radang sendi. Penelitian ini mengkaji dan menganalisis resep polifarmasi pada pasien penyakit kronik yang dilayani di Apotek Kimia Farma 055 OSHCS. Metode yang digunakan adalah deskriptif non-eksperimental dengan mengambil data sekunder dari empat resep yang diresepkan oleh dokter di klinik Kimia Farma dan pasien dari fasilitas kesehatan sekitar. Setiap resep dievaluasi berdasarkan aspek administratif, farmasetik, dan klinis, dengan fokus pada identifikasi interaksi obat potensial. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar resep administratif memenuhi persyaratan, meskipun ada kekurangan dalam beberapa aspek identifikasi pasien dan praktik dokter. Secara farmasetik, semua obat memiliki stabilitas dan kompatibilitas yang baik, sementara dari segi klinis, sebagian besar resep terbukti rasional namun perlu pemantauan lebih lanjut terhadap kemungkinan interaksi obat. Direkomendasikan untuk meningkatkan dokumentasi dengan mengisi form pengkajian resep dan pemantauan terapi obat yang lebih efektif di lingkungan apotek.
......
Unlike acute illnesses with a short duration, chronic diseases typically require a prolonged recovery period, often exceeding three months. These conditions often lack definitive cures and exhibit a progressive nature, where symptoms and effects worsen over time. Common examples of chronic diseases include cancer, cardiovascular ailments (such as hypertension, hypercholesterolemia, arrhythmias, and others), stroke, diabetes, and arthritis. This study examines and analyzes polypharmacy prescriptions for chronic disease patients served at Kimia Farma 055 OSHCS Pharmacy. A non-experimental descriptive approach was employed, utilizing secondary data from four prescriptions issued by Kimia Farma clinic physicians and patients from surrounding healthcare facilities. Each prescription was evaluated based on administrative, pharmaceutical, and clinical aspects, with a focus on identifying potential drug interactions. The findings indicate that most prescriptions met administrative requirements, despite some shortcomings in patient identification and physician practices. Pharmaceutically, all medications demonstrated adequate stability and compatibility. Clinically, while most prescriptions were deemed rational, further monitoring for potential drug interactions is warranted. Recommendations include enhancing documentation by completing prescription assessment forms and implementing more effective medication therapy monitoring within the pharmacy setting."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Sabrina
"Pedagang Besar Farmasi (PBF), termasuk PT Anugrah Argon Medica (AAM) Cabang Bekasi, memiliki tanggung jawab penting dalam distribusi dan penyediaan obat, termasuk produk rantai dingin. Menjaga rantai dingin sangat penting dalam distribusi produk kesehatan dan farmasi untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya, terutama untuk produk sensitif suhu seperti vaksin, obat-obatan, dan sampel darah. Kualifikasi ruangan cold storage menjadi langkah krusial dalam distribusi produk farmasi yang memerlukan lingkungan terkendali, meminimalisir risiko kerugian akibat penyimpanan yang tidak sesuai. Kualifikasi ruang penyimpanan cold storage dilakukan untuk memastikan bahwa praktik kefarmasian sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan BPOM No. 6 Tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode observasi untuk mengumpulkan data dari hasil kualifikasi ruangan penyimpanan cold storage. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang penyimpanan cold storage lulus kualifikasi dengan suhu yang terjaga pada rentang 2 – 8ºC, sesuai dengan kriteria penerimaan. Kualifikasi ini memastikan lingkungan penyimpanan memenuhi persyaratan, oleh karena itu diperlukan petugas yang selalu memantau suhu untuk menjaga kondisi produk tetap baik selama penyimpanan.
......
Pharmaceutical Wholesale Distributors (PBFs), including PT Anugrah Argon Medica (AAM) Bekasi Branch, play a crucial role in the distribution and supply of medicines, including cold chain products. Maintaining the cold chain is paramount in healthcare and pharmaceutical distribution to ensure product safety and efficacy, especially for temperature-sensitive items like vaccines, medications, and blood samples. Cold storage room qualification is a critical step in the distribution of pharmaceutical products requiring a controlled environment, minimizing the risk of losses due to improper storage. Cold storage room qualification is conducted to ensure that pharmaceutical practices adhere to Law No. 36 of 2009 on Health and BPOM Regulation No. 6 of 2020. This study employed an observational method to gather data from cold storage room qualification results. The findings indicate that the cold storage room passed qualification with a maintained temperature range of 2-8°C, meeting acceptance criteria. This qualification ensures the storage environment meets the requirements; hence, continuous temperature monitoring by designated personnel is essential to maintain product quality during storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Sabrina
"Pelayanan kefarmasian di puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien dengan tolok ukur standar yang telah ditetapkan. Standar pelayanan kefarmasian meliputi pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas membantu tenaga kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan yang sesuai standar dan mendukung fungsi pokok puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rancangan panduan pelayanan farmasi klinis di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, dengan fokus pada standar pelayanan kefarmasian yang berlaku. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi langsung terhadap kegiatan farmasi klinis di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Hasil penelitian ini adalah penyusunan panduan pelayanan farmasi klinis yang sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang diterbitkan oleh Kemenkes, serta peraturan yang relevan. Perlu dilakukan penerapan standar pelayanan farmasi klinis secara konsisten guna meminimalkan risiko kesalahan dalam pelayanan farmasi klinis dan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian secara keseluruhan.
......
Pharmaceutical services in community health centers also called as Puskesmas aim to enhance patient quality of life by adhering to established standards. These standards encompass clinical pharmacy services and the management of pharmaceutical preparations and disposable medical supplies. The Technical Guidelines for Pharmaceutical Service Standards in Puskesmas guide pharmacists in delivering standardized services and supporting the core functions of puskesmas. This study aimed to develop a clinical pharmacy service guideline for Pasar Rebo District Puskesmas, focusing on applicable pharmaceutical service standards. A descriptive-qualitative research method was employed, involving data collection through interviews and direct observation of clinical pharmacy activities at Pasar Rebo District Puskesmas. The research outcome was the creation of a clinical pharmacy service guideline aligned with the Technical Guidelines for Pharmaceutical Service Standards in Puskesmas issued by the Ministry of Health and relevant regulations. Consistent implementation of clinical pharmacy service standards is necessary to minimize medication error risks and improve overall pharmaceutical service quality."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Sabrina
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP), serta pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien dan kualitas hidup mereka. Apoteker di Central Operating Theatre (COT) berperan dalam perencanaan, pengadaan, pendistribusian, pengendalian mutu, penyimpanan, dan pemberian obat serta produk farmasi lainnya untuk prosedur bedah. Dalam pelaksanaan tindakan operasi di COT Rumah Sakit UI, terdapat variasi dalam kebutuhan obat dan BMHP. Variasi kebutuhan obat dan BMHP dalam tindakan operasi seperti retrograde intrarenal surgery (RIRS) menimbulkan tantangan dalam pengelolaan, sehingga standar paket tindakan dibuat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Metode observasional retrospektif digunakan, data yang dievaluasi berasal dari stock card detail tindakan RIRS selama periode penelitian. Stock card detail dievaluasi kesesuaian penggunaan aktual obat dan BMHP tindakan RIRS dengan paket tindakan RIRS. Evaluasi dilakukan untuk setiap pasien, bulan, dan item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket RIRS terstandarisasi tidak selalu digunakan secara penuh. Selain itu, penggunaan obat dan perlengkapan tidak secara konsisten memenuhi standar paket dari bulan Agustus hingga Oktober 2023. Analisis item per item menunjukkan hanya 18% yang sesuai, dengan 11% melebihi dan 58% berada di bawah jumlah standar. Oleh karena itu, disarankan untuk menyesuaikan isi paket agar sesuai dengan penggunaan aktual dan melakukan pemantauan rutin terhadap kebutuhan obat dan perlengkapan untuk tindakan RIRS.
......
Pharmaceutical services in hospitals encompass both managerial and clinical aspects. Managerial services involve the management of pharmaceutical preparations, medical devices, and disposable medical supplies, while clinical pharmacy services aim to ensure patient safety and quality of life. Hospitals rely on comprehensive pharmaceutical services, encompassing both management and clinical aspects.  This ensures patient safety and quality of life.  Managers oversee pharmaceutical supplies (medications, medical devices, and disposable supplies) while clinical pharmacists directly contribute to patient care.  In the Central Operating Theatre (COT) at UI Hospital, pharmacists play a vital role by managing medications and supplies for various surgical procedures.  However, the varying needs of each surgery pose a challenge.  To address this, standardized procedure packages were developed to improve efficiency. A study using a retrospective approach examined stock card details for Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS) procedures.  This analysis compared actual medication and supply usage with the standardized RIRS package.  Evaluations were conducted for each patient, month, and item.  The results revealed that the standardized RIRS package was not always fully utilized.  Furthermore, medication and supply usage did not consistently meet the package standards from August to October 2023.  Item-by-item analysis showed only 18% perfect adherence, with 11% exceeding and 58% falling below the standard quantities. Therefore, adjusting the package contents to reflect actual usage and routinely monitoring RIRS needs are recommended."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Sabrina
"Industri farmasi di Indonesia terikat oleh regulasi yang komprehensif mengatur aspek-aspek krusial seperti registrasi obat, uji klinis, pembuatan, standar kualitas, iklan, dan pemantauan pasca-pemasaran. Salah satu elemen penting dalam regulasi ini adalah penetapan waktu simpan (shelf life) obat, yang merepresentasikan periode di mana obat dijamin aman dan efektif jika disimpan dengan benar. Menjelang kadaluarsa, obat yang tidak terjual umumnya dikembalikan ke industri farmasi, menimbulkan potensi kerugian finansial. Untuk mengatasi hal ini, industri farmasi berinovasi dengan memperpanjang waktu simpan obat, seperti yang dilakukan PT. Sterling Products Indonesia dalam memperpanjang waktu simpan Panadol Cold+Flu Caplet dari 24 bulan menjadi 36 bulan. Penelitian ini mengeksplorasi alur proses perpanjangan waktu simpan Panadol Cold+Flu Caplet dengan metode deskriptif non-eksperimental, mengumpulkan data sekunder dari dokumen Change Control terkait. Kajian stabilitas menunjukkan bahwa produk memenuhi spesifikasi stabilitas selama periode yang diperpanjang. Alur proses melibatkan inisiasi usulan perpanjangan, pembuatan Change Control, evaluasi dampak, risiko, dan aspek regulasi, serta implementasi dan evaluasi lanjutan. Perlu dipertimbangkan dampak dan risiko potensial serta dilakukan evaluasi kontinu untuk mengoptimalkan proses perpanjangan waktu simpan produk farmasi. Hal ini sejalan dengan regulasi BPOM yang menekankan pada jaminan kualitas dan keamanan produk obat bagi konsumen.
......
The Indonesian pharmaceutical industry is governed by comprehensive regulations encompassing crucial aspects such as drug registration, clinical trials, manufacturing, quality standards, advertising, and post-marketing surveillance. A critical element of this regulatory framework is the establishment of drug shelf life, representing the period during which a drug remains safe and effective when stored appropriately. As expiration dates approach, unsold drugs are typically returned to pharmaceutical manufacturers, potentially resulting in financial losses. To address this challenge, pharmaceutical companies are innovating by extending drug shelf lives, as exemplified by PT. Sterling Products Indonesia's extension of Panadol Cold+Flu Caplet's shelf life from 24 to 36 months. This study explores the shelf life extension process for Panadol Cold+Flu Caplet using a non-experimental descriptive approach, gathering secondary data from relevant Change Control documents. Stability studies demonstrate that the product meets stability specifications throughout the extended period. The process involves initiating the extension proposal, creating a Change Control, evaluating the impact, risks, and regulatory aspects, implementing the extension, and conducting ongoing evaluations. Potential impacts and risks warrant careful consideration, and continuous evaluation is crucial for optimizing the shelf life extension process for pharmaceutical products. This aligns with BPOM regulations emphasizing the assurance of drug quality and safety for consumers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library