Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Restiyadi
Abstrak :
ABSTRAK
Uang yang berfungsi sebagai alat tukar menyimpan berbagai makna tersembunyi dalam praktik sosialnya di masyarakat. Salah satu yang menarik adalah keberadaan uang kebon yang digunakan oleh para Tuan Kebun dalam hal iini berlokasi di Tanah Deli atau yang lebih dikenal dengan Sumatera Timur. Dalam konteks ini terdapat sebuah permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan uang kebon yaitu bagaimakah praktik kolonialisme pada saat itu, yang tercermin dalam uang kebon? Melalui pisau bedah arkeologi Marxis didapatkan makna uang kebon sebagai alat prakatik hagemoni yang dilakukan oleh para Tuan Kebun terhadap Kuli/pekerjanya.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Badra
Abstrak :
ABSTRAK
Wasan merupakan nama sebuah subak yang terletak di sebelah timur Banjar Blahtanah dan di sekitar Banjar Canggi. Wasan mengandung beberapa tinggalan arkeologis di antaranya candi, kolam struktur bangunan, arca perwujudan, arca binatang, lingga, yoni, dan sejumlah fragmen gerabah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi temuan gerabah yang terdapat di pura tersebut. Data penelitian dikumpulkan melalui survei dan ekskavasi, kemudian dianalisis secara morfologi, teknologi, dan kontekstual. Hasil penelitian ini berupa tiga buah penyembean, tiga buah coblong, dan sebuah periuk. berdasarkan ketiga bentuk gerabah ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Penyembean dapat difungsikan sebagai wadah tempat menyalakan api, ketika upacara yadnya di Pura Wasan dimulai. Coblong dapat difungsikan sebagai wadah tempat air suci atau tirtha, sedangkan periuk yang bentuknya lebih besar, selain difungsikan sebagai tempat tirtha, dapat juga dipakai sebagai wadah tempat toye anyar dalam pelaksanaan upacara agama.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Wiradnyana
Abstrak :
ABSTRAK
Kerap fungsi menhir itu dikaitkan dengan medium pemujaan, tanda kubur, penjaga area/perkampungan atau tambatan hewan kurban. Fungsi-fungsi dimaksud diketahui terkait dengan aspek visual atau fungsi yang bersifat praktis. Menhir dalam budaya masyarakat Batak Toba di pulau Samosir yang disebut dengan tunggal panaluan dan borotan juga memiliki fungsi dimaksud. kedua benda budaya itu juga memiliki fungsi lainnya yang terkait dengan aspek kosmogono. Berkenaan dengan itu maka tujuan uraian ini adalah mengetahui fungsi tunggal panaluan dan borotan dalam kaitannya dengan kosmogoni. Hal tersebut dilakukan melalui metode deskriptif- intepretatif yang disertai data etnografi budaya Batak Toba untuk kemudian dibandingkan dengan budaya dan fungsi sejenis di tempat lainnya. Pemanfaatan metode tersebut dalam pencapaian tujuan penelitian menghasilkan fungsi tunggal panaluan dan borotan sebagai jembatan bagi roh untuk menyatukan ketiga tingkatan alam.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nenggih Susilowati
Abstrak :
ABSTRAK
Alat musik gong sebagai motif hias terdapat pada kubur kuna di Situs Sutan Nasinok Harahap, Kecamatan Batang Onang, Kabupaten Padang LAwas Utara, Provinsi Sumatera Utara. Situs Sutan Nasinok Harahap merupakan kompleks kubur kuna yang terletak pada bentang lahan yang cukup luas +/- 7 Ha. Adapun tujuannya adalah mengetahui alasan pemanfaatan motif hias gong dan memaknai pemanfaatan motif hias gong pada kubur kuna di situs itu. Metode yang diterapkan adalah penelitian kualitatif dengan kajian etnoarkeologi. kajian itu dimanfaatkan untuk memaknai lebih dalam tentang relif ogung (gong) di kompleks kubur kuna Situs Sunan Nasinok Harahap. Perbandingan dengan data-data etnografi yang ada, diharapkan dapat memberikan gambaran yang baik tentang makna relief ogung (gong) pada kompleks kubur kuna di Situs Sutan Nasinok Harahap. Hasilnya relief ogung (gong) di kompleks kubur kuna Situs Sutan Nasinok Harahap menjadi bukti perjalanan panjang pemanfaatan alat musik tersebut dari dahulu hingga kini. posisisnya pada bangunan kubur secara khusus dapat dimaknai bahwa tokoh yang dikuburkan telak melaksanakan kewajiban adat seperti horja godang semasa hidup (Siriaon/suka cita), Sipareon (penaik harkat martabat), dan bahkan saat kematian (Siluluton/ duka cita) yang dilaksanakan oleh ahli warisnya. Keberadaan relief ogung (gong) dan sejenisnya juga dapat menggambarkan bahwa tokoh yang dikuburkan adalah tokoh terhormat dan telah menjadi gelar raja adat.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Sumerata
Abstrak :
ABSTRAK
Situs Tejakula sejak dahulu sudah dilirik oleh peneliti sebagai situs yang potensial untuk dikembangkan. Situs ini berada di kawasan pesisir pantai Bali Utara yang menurut beberapa sumber merupakan jalur pelayaran bagi kapal-kapal dari berbagai wilayah lain di Nusantara bahkan dari luar negeri. Beberapa titik lokasi penelitian ini antara lain adalah Situs Pantai Bangsal di Dusun Geretek, dan Sepanjang Pantai Bondalem. MEtode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, survei berupa observasi di darat dan juga di bawah air dengan menggunakan teknik SCUBA Diving. Hasilnya diperoleh kontur dan kondisi dasar laut Smbirenteng yang berupa palung dan berlumpur, serta temuan bekas struktur beru[a batu padas di Pantai BAngsal, Dusun Geretek, Desa Sambirenteng, Temuan struktur dan gerabah ini memperkuat adanya aktifitas pelabuhan atau pemukiman, Selain itu temuan gerabah dari masa prasejarah yang kondisi saat ini di bawah permukaan air karena abrasi pantai yang parah di Desa Bondalem.
Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ambo Asse Ajis
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam catatan beberapa sumber asing dan prasasti pada rentang abad IX--XII Masehi menyebutkan dua nama kerajaan di ujung utara pulau Sumatera, yaitu Ramni (Ramin) dan Ilamuridesam (LAmuri). Adapaun permasalahan yang dimunculkan dalam hal ini berkaitan dengan identifikasi dan kondisi umum kerajaan yang disebutkan dalam sumber di atas. Melalui permasalahan tersebut diharapkan dapat melengkapi sejarah Aceh secara umum. Metode yang digunakan untuk mengungkap sejarah tersebut dengan menganalisis catatan asing yang berkaitang dengan penyebutkan Ramni dan/ atau Ilamuridesam (Lamuri). Simpul informasi yang diperoleh dari data tersebut digunakan sebagai bahan identifikasi dan penggambaran kondisi kerajaan tersebut. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Kerajaan Ramni merupakan kerajaan Aceh awal, ketika masyarakat pendukungnya masih pra-Islam. Nama Kerajaan Ramni kemudian diubah oleh Raja Rajendracola I menjadi Ilamuridesam karena beberapa alasan. dala catatan asing tersebut juga tergambar bahwa Ilamuridesam merupakan lokasi penting dalam jalur perdagangan internasional di Selat Malaka dan penduduknya beragama Hindu.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Hermawan
Abstrak :
ABSTRAK
Lampung merupakan salah satu kawasan strategis di Sumatera, karena merupakan pintu gerbang pulau Sumatera di bagian selatan. Posisi strategis tersebut mendorong Jepang untuk membangun bangunan pertahanan di Telukbetung. Pembangunan bangunan pertahanan tersebut dilakukan guna menghadapi Perang Dunia II. PErmasalahan pada tulisan ini, adalah Persebaran Bangunan Pertahanan Jepang di Telukbetung, khususnya Hubungan antara persebaran bangunan pertahanan Jepang dengan strategi dalam menghadapi Perang Dunia II. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, survey, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan keruangan. Berdasarkan persebarannya, bangunan pertahanan di Telukbetung dibangun dengan memperhatikan letak strategis dan strategi militer dalam mengahdapi Perang Dunia II.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Wiradnyana
Abstrak :
ABSTRAK
Keterbatasan artefak di Situs Bukit Kerang Kawal Darat I, yang hanya menghasilkan kapak pendek, spatula dan fragmen gerabah dengan hasil analisa karbon yang relatif muda, menyulitkan upaya mengidentifikasi budayanya. Hal tersebut disebabkan adanya asumsi yang selalu mengaitkan Situs Bukit Kerang dengan sisa aktivitas pendukung budaya Hoabinh. Budaya dimaksud juga dicirikan dengan teknologi artefaktual berbahan kerakal yang dipangkas di seluruh sisi-sisinya yang dikenal dengan sebutan sumatralith. Keberadaan bukit kerang yang diasumsikan sebagai bagian dari budaya Hoabinh dengan artefak temuan yang berciri Bacsonian tersebut menjadikan permasalahan dalam mengidentifikasi situs dimaksud. Dengan alur pemikiran induktif atas keberadaan budaya materi yang ditemukan di situs-situs arkeologi yang teknologinya berciri Sonviian, Hoabinhian dan Bacsonian di Asia Tenggara, untuk dibandingkan dengan data budaya materi dari Situs Bukit Kerang Kawal Darat I. Maka dapat diinterpretasikan bahwa telah terjadi perubahan teknologi alat litik, yang awalnya bersumber dari teknologi yang disebut Sonviian hingga Basonian. Mengingat Hoanbinhian memilki data yang paling lengkap dari ketiga ciri teknologi tersebut, maka artefak yang ditemukan di Situs Bukit Kerang Kawal Darat I merupakan hasil dari Tekno Kompleks Hoanbinh.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nenggih Susilowati
Abstrak :
ABSTRAK
Budaya mengunyah sirih sering dikaitkan dengan migrasi penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Nusantara pada masa prasejarah. Budaya ini yang berlanjut hingga masa-masa kemudian menjadi tradisi hampir semua suku-suku di Nusantara, termasung Mandailing-Angkola di Sumatera Utara. Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui fungsi atau arti penting sirih dan kerbau pada upacara adat di Angkola - Mandailing, serta mengetahuo makna yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian etnografi serta diterapkan Teori Interaksi Simbolik. Sirih juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari (tradisi makan sirih atau sebagai obat), dan juga penting dalam kegiatan adat (horja) seperti horja siriaon (upacara adat suka cita-kelahiran anak, memasuki rumah baru, perkawinan). Apabila yang dilaksanakan adalah upacara adat besar (horja godang) maka hewan yang disembelih wajib kerbau. Horja godang merupakan kegiatan adat yang ditandai dengan kegiatan makkobar, margondang, manotor, dan menyembelih kerbau. Di dalam kaitannya dengan Teori Interaksi Simbolik, sirih dan kerbau merupakan bentuk komunikasi nonverbal sebagai simbol undangan dan penyelenggaraan kegiatan adat. Di sisi lain sebagai bentuk komunikasi verbal melalui perkataan dalam hata adat yang terucap dalam makkobar pada suatu horja godang.
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Repelita Wahyu Oetomo
Abstrak :
ABSTRAK
Nisan di Barus selain terdiri dari berbagai tipe, pada nisan tersebut terdapat berbagai pahatan yang menghiasinya. Tipologi maupun pola hias dari nisan tersebut bersar kemungkinan memiliki makna-makna tertentu yang merupakan simbolisasi dari tokoh yang dimakamkan. salah satu pola hias yang cukup banyak didapati pada makam-makam di Barus adalah motif hias lampu gantung, hal ini dikaitkan dengan simbol dari tokoh yang dimakamkan, yaitu sebagai penerang dalam agama, seperti yang digambarkan dalam Surat An Nur ayat 35
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library