Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9889 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Barliandra
"ABSTRAK
Nilai pelanggan menjadi konsep yang sangat penting dalam penelitian dan
praktek bisnis untuk menarik pelanggan bam dan mempertahan pelanggan yang sudah
ada. Penelitian yang berhubungan dengan nilai pelanggan dan pengukuran terhadap
nilai pelanggan ini masih belum banyak sehingga menjadi suatu tantangan besar untuk
dilakukan.
Pertumbuhan disektor jasa ini sangat pesat seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dunia maupun kawasan yang sudah mulai meningkat dengan signijQkan.
Dengan kondisi ini pelanggan mulai mempunyai banyak alteraatif pilihan untuk
melakukan pengiriman dokumen atau barang kiriman mereka keluar negeri dengan
harga yang cukup kompetitif. Oleh karena itu pemsahaan penyedia jasa ini hams lebih
fokus memperhatikan keinginan pelanggan mereka dan meningkatkan kualitas jasa
mereka dengan harga yang tetap kompetitif dari sudut pandang pelanggan.
Penelitian ini menganalisis pengamh kualitas dan harga terhadap nilai
pelanggan pada pemsahaan jasa pengiriman ekspres khususnya FedEx Indonesia.
Jumlah sampel untuk penelitian ini diambil sebanyak 100 orang secara random pada
gerai layanan pelanggan yang terdapat di tiga tempat dengan jumlah pelanggan
terbanyak. Sampel diambil dengan metode non-probability sampling kemudian diolah
dengan teknik analisis faktor (factor analysis), regresi berganda (multiple regresion)
dan GLM univariat (general linear model univariate)
Basil penelitian menunjukkan bahwa nilai pelanggan dipengamhi secara
signifikan oleh kualitas dan harga. Kualitas itu sendiri dijelaskan oleh reliabilitas
layanan pemsahaan, kecepatan layanan, penanganan kiriman, layanan pelanggan dan
kemudahan pengiriman. Interaksi antara kualitas dan harga bemilai negatif tetapi
signifikan mempengamhi nilai pelanggan, berarti khusus untuk layanan FedEx ke
tujuan tertentu produk jasa pengiriman bersifat inelastis
Penelitian ini dapat membantu pemsahaan dan para manajer dalam
memfokuskan layanan kepada pelanggem agar dapat memberikan nilai lebih dari sudut
pandang pelanggan. Disamping itu, penelitian ini juga membuka kesempatan bagi
penelitian-penelitian berikutnya untuk mengembangkan faktor lain seperti proses
pembayaran, pengumsan prosedur measuk barang dan lainnya sehingga lebih baik
dalam mempengamhi nilai pelanggan dan membantu pelanggan memperoleh layanan
yang lebih baik dari pemsahaan."
2005
T15828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Widyawati
2005
T38449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Charles
"ABSTRAK
Investor sering kali mengalami kesukaran dalam menentukan penempatan investasi terbaiknya. Hal ini disebabkan karena investasi selalu dihadapkan pada dua masalah yang selalu berkontradiktif yaitu maksimalisasi tingkat imbal hasil (return) dan minimalisasi risiko (risk). Tingkat risiko yang dihadapi investor akan semakin tinggi sebanding dengan tingkat pendapatan yang diperolehnya, dimana fenomena ini merupakan suatu kewajaran dalam berinvestasi. Oleh karena itu, risiko yang dihadapi sebisa mungkin diantisipasi dan dikontrol sehingga potensi kerugian yang dialami dapat diminimurnkan.
Penulisan karya akhir ini mengulas masalah dalam mencari kemungkinan terbaik dari trade-off antara risiko dan imbal hasil melalui proses penyeleksian sekuritas (security selection) dalam upaya pengambilan keputusan dalam pengalokasian dana investasi (asset allocation) pada kelas asset berisiko yaitu sekuritas saham.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari komposisi ekuitas saham pembentuk portofolio dari 37 saham yang terdaftar pada Indeks LQ45 yang dapat memberikan kombinasi risiko-hasil seoptimal mungkin menggunakan model diversifikasi Markowitz dengan pendekatan EWMA (Exponentially Weighted Moving Average), serta mengestimasi besarnya potensi kerugian maksimum yang akan dihadapi apabila memegang posisi portofolio tersebut melalui analisis skenario menggunakan model VaR (Value-at-Risk) parametrik. Dalam penelitian juga akan dilihat apakah model VaR yang digunakan layak untuk dipakai dan cukup merepresentasikan kerugian aktual yang terjadi atau tidak melalui proses pengujian back testing menggunakan model exceptions.
Sejalan dengan proses pengolahan data, selain portofolio optimum akan dilihat pula graftk kurva dari minimum-variance frontier dan busur efficient frontier serta GMVP (global minimum-variance portfolio) menggunakan bantuan aplikasi program optimisasi Solver. Berdasarkan prinsip dominasi, juga akan dilihat portofolio-portofolio yang mendominasi Indeks LQ45.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa portofolio optimum yang diperoleh terdiri dari 9 ekuitas saharn yang komposisinya adalah 0, 78% saham Astra Argo Lestari Tbk; 2,08% saham HM Sampoerna Tbk.; 21,97% saham International Nickel Indonesia Tbk.; 12,96% saham Indosat Tbk.; 18,32% saham Bank NISP Tbk.; 1,28% saham Bentoel International Investama Tbk.; 11,19% saham Timah Tbk.; 14,39% saharn United Tractors Tbk.; dan 17,02% saham Unilever Indonesia Tbk dimana portofolio tersebut dapat memberikan ekspektasi hasil harian sebesar 0,392% dengan tingkat risiko 1,211%. VaR dari portofolio optimum ini, per tanggal 2 Agustus 2004, mencapai 2,686% dari total nilai mark-to-market portofolio, dimana sepanjang periode forcasting 76 hari, nilai VaR-nya berkisar antara 2,177% sampai dengan 4,311%. Dari hasil pengujian back testing selama periode forcasting, temyata model VaR yang digunakan baik pada tingkat kepercayaan 99% dan 95% dapat diterima dan cukup mempresentasikan kerugian aktual yang terjadi."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutagalung, Rihat
"ABSTRACT
The implementation of quality management system ISO 9001: 2000 is a strategic step of the enterprise to deliver the product and service with high quality to its customer. The reason is because the the satisfaction of consumers is the main goal of organization because it is significant in determining the survival of the company.
PT. X as a company which involve in the furniture industri especially in production of Kitchen
Set and Wardrobe decided to adopt the Quality Management System ISO 9001:2000 to improve the performance of its product and process, aimed to enhance the client satisfaction. By implementing this system, the company is encouraged to make continoual improvements.
The goal of this research is to investigate how far the actual performance of the company is by doing measurement on some indicators of performance 'such as the level of product defect, percentage of the delivery on time, and the level of the costumer satisfaction concerning the over-all performance of the company: quality of product, design, working methode during the installation process in the client's premises. The result of this measurement is compared with the Quality objectives as a barometer which determine whether the performance of the organization has been suitable
Based on the result of this research during June until August 2004, we find that:
1. The level of the product defect is 2.10% in June, 4.85% in July and 2.93% in August
2. The level of the delivery on time in June is 13.11% and 20% in July
3. The Level of the customer satisfaction is 85.51 % based on the questioner distributed to the client in January-March 2004 by Marketing Department.
Based on the result of the actual performance of the company, compared to the Quality objective, the writer give some recommendations:
1. The company, need to make bussiness process reengineering to help the company to
ddiver product on time to the customer ..
2. To enhance the availability of the raw material in tenns of quantity and quality to prevent the lateness of production schedule
3. The company should analyze the consuments satisfaction on the regular basis to help to know the input for the performance improvement quickly and improve the customer satisfaction.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanto
"Bills Processing Center (BPC) yang terdapat di II kota besar di Indonesia merupakan ujung tombak pelayanan transaksi ekspor impor yang lebih dikenal dengan Trade Finance and Services (TFS) pada Bank X. Namun dalam perjalanannya sistem operasi yang dikenal dengan BPC Regional tersebut masih menemui beberapa permasalahan, seperti produktifitas yang rendah, pelayanan yang lambat dan kualitas pelayanan yang kurang baik. Bank X juga menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan pemasaran dan penjualan. Pemasaran dan penjualan produk TFS Bank X relatifkurang agresif.
Bank X bermaksud menjalankan konsep single BPC. Dengan konsep ini nantinya Bank X hanya memiliki 1 (satu) unit BPC yang berlokasi di Jakarta untuk menggantikan I1 BPC Regional yang sudah ada. Sejak April 2005, Bank X telah menempuh langkah transisi, dengan menutup BPC Pontianak dan mengalihkan pemrosesan transaksi TFS ke BPC lain. Namun demikian pada awal masa transisi tersebut telah muncul beberapa masalah.
Karya Akhir ini mencoba melakukan review terhadap sistem operasi yang lama, sistem operasi yang barn dan mengalisis permasalahan yang timbul pada sistem transisi menuju sisem operasi yang barn tersebut serta mencari solusinya agar langkah transisi tersebut tidak sampai menganggu kualitas pelayanan kepada nasabah.
Disamping menghadapi masalah pelayanan, Bank X juga kurang agresif dalam aktifitas pemasaran dan penjualan, yang antara lain disebabkan oleh ketidakjelasan peran tiap unit kerja yang terkait dengan pelayanan TFS, koordinasi yang lemah, serta kesulitan bagi tenaga sales (Relationship Maneger/RM) untuk berperan secara optimal dalam melakukan aktifitas penjualan. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar waktu yang dimiliki RM dihabiskan untuk tugas-tugas administratif di kantor.
Meskipun demikian, sampai dengan akhir tahun 2004 Bank X masih menjadi pemimpin pasar untuk transaksi ekspor dan impor, dimana untuk transaksi L/C ekspor pangsa pasar Bank X mencapai 26%. Untuk transaksi L/C impor pangsa pasar Bank X mencapai 40%. Dari sisi kepuasan nasabah untukjasa TFS Bank X juga masih mengungguli bank-bank lokal. Bahkan untuk transaksi Bank Guarantee, tingkat kepuasan nasabah Bank X menduduki posisi teratas. Disisi lain kinerja Bank X atas faktor-faktor yang menjadi pertimbangan nasabah dalam membeli (buyingfactors) produk TFS Bank X masih perlu ditingkatkan.
Hasil penelitian internal menunjukkan bahwa pada faktor kecepatan dan kualitas pelayanan masih dibawah rata-rata (moderate), padahal nasabah memiliki tingkat kepentingan tinggi atas faktor-faktor dimaksud. Untuk itu Bank X harus memberikan prioritas untuk melakukan perbaikan pada masalah kecepatan dan kualitas pelayanan ini.
Berdasarkan rencana strategis untuk menjadi Domestic Power House, Bank X telah menetapkan target penguasaan pasar sebesar 50% untuk bisnis TFS pada tahun 2010. Peluang yang tersedia bagi Bank untuk mencapai target tersebut masih cukup terbuka. Melalui penetrasi pasar dari existing customer terdapat potensi untuk meningkatkan pangsa pasar sebesar 3,11% untuk transaksi ekspor sebesar USD. 6.132 juta dan 2,08% untuk transaksi impor atau sebesar USD.6.402 juta.
Dari pengembangan pasar, Bank X berpotensi untuk meningkatkan pangsa pasar sebesar 20,89% untuk transaksi ekspor sebesar USD. 4.497 juta dan 7,92% untuk transaksi impor sebesar USD. 7.675 juta. Dari pengembangan produk khususnya untuk produk TFS non L/C Bank X berpeluang untuk meraih omzet sebesar USD.54 milyar untuk transaksi ekspor dan USD.44 milyar untuk transaksi impor.
Implementasi single BPC memberi peluang kepada Bank X untuk meningkatkan kinerja pelayanan melalui : kualitas dan kompetensi pegawai yang lebih baik, perbaikan koordinasi antar unit kerja dan adanya TFS Customer Service yang berperan sebagai single point of contact dalam pelayanan TFS. Sementara disisi lain implementasi single BPC mendukung upaya peningkatan kinerja penjualan jasa TFS melalui kemampuan untuk memberikan pelayanan yang semakin cepat dan berkualitas, efisiensi biaya sehinga memberi peluang untuk menerapkna strategi low price, relokasi SDM dari BPC yang ditutup menjadi TFS Sales Specialist dan Customer Service.
Namun demikian pada awal sistem transisi menuju sistem single BPC telah muncul permasalahan seperti melambatnya pelayanan, bertambahnya keluhan nasabah yang tidak mendapat pelayanan yang memuaskan dan adanya tambahan biaya transaksi dengan Bank X. Bank X harus melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, agar perubahan sistem operasi menjadi sistem single BPC tidak mengakibatkan gangguan pelayanan kepada nasabah."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Nurul H, Author
"ABSTRAK
Industri kesehatan, salah satunya rumah sakit telah mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah dan jenis rumah sakit khususnya di kota Jakarta.
Kondisi demikian menimbulkan persaingan diantara pengelola rumah sakit untuk mendapatkan pangsa pasar konsumen yang lebih besar. Salah satu bidang jasa layanan rumah sakit yang sangat memliki prospek yang bagus adalah jasa penanganan kelahiran. Angka kelahiran di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi, sehingga kebutuhan akan tempat melahirkan merupakan hal yang memiliki peluang profit yang besar.
Orientasi rumah sakit tidak lagi hanya sebatas fungsi sosial, tetapi bahkan beberapa rumah sakit cenderung ke arah pencapaian profit. Pada umumnya kalangan konsumen yang mereka bidik adalah konsumen dengan kelas sosial ekonomi menengah keatas karena aliran keuntungan yang didapatkan bisa lebih cepat. Hal ini membuat masing-masing pihak manajemen mulai membenahi sistem pelayanannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen. Salah satunya dengan mengetahui karakteristik konsumen yang menjadi pasiennya dan juga konsumen yang menjadi pasien rumah sakit pesaingnya, sehingga dengan demikian pihak manajemen dapat lebih tepat menyusun strategi menajemennya terhadap para pesaingnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengiuentifikasi proses pengambilan keputusan, mengidentifikasi perilaku konsumen dalam memilih mmah sakit untuk melahirkan, mengidentifikasi alasan konsumen memilih rumah sakit untuk melahirkan, mengidentifikasi atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi konsumen memilih rumah sakit untuk melahirkan, dan mengetahui segmentasi konsumen rumah sakit berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap atribut yang perlu dimilki oleh rumah sakit untuk melahirkan.
Data untuk penelitian ini diperoleh melalui kuesioner terstruktur terhadap 100 orang respond en yang berstatus masih menj adi pasien raw at inap pasca melahirkan yang diambil secara acak dari dua jenis rumah sakit yang ada di daerah Jakarta Selatan. Analisis statistik yang dipakai dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis diskriminan, analisis faktor, analisis cluster, dan uji korelasi.
Hasil analisis berkaitan dengan proses pengambilan keputusan pemilihan jenis rumah sakit untuk melahirkan menunjukkan bahwa kesadaran perlunya rumah sakit untuk melahirkan telah timbul pada usia kehamilan trimester pertama sebesar 81%. Yang menjadi TOM RS Umum urutan 3 teratas adalah RS Pusat Pertamina, RS Pondok Indah, dan MMC. Sedangkan untuk TOM RS Bersalin urutan 3 teratas adalah RSB Asih, RSB Hermina, dan RSB Bunda. Sumber informasi utama didapatkan melalui keluarga (36%), ternan (33%), dokter kandungan (17%), suami (10%), dan brosut (4%). Orang yang paling mempengaruhi responden dalam pemillihan mmah sakit adalah ternan (38%), dokter kandungan (30%), diri sendiri (20%), orangtua (7%), dan suami (5%). Sedangkan orang yang mengambil keputusan dalam pemilihan rumah sakit adalah diri sendiri (48%), suami (45%), dan dokter kandungan (7%).
Tempat periksa kehamilan yang dipilih oleh responden adalah RSB (59%), RSU (34%), Klinik Bersalin (4%), Rumah Bersalin (2%), dan Bidan Anak (1 %). Alasan pemilihan tempat periksa kehamilan ada lima dengan 3 alasan terbanyak yang menempati urutan pertama adalah "Dokter sebelumnya" (35%), "Dokter rekomendasi" (32%), dan "Dekat rumah" (31 %). Sedangkan alasan pemilihan rumah sakit untuk melahirkan ada sepuluh alasan dengan 3 alasan terbanyak yang menempati urutan pertama adalah "Cocok dengan dokter" (56%), "Dekat rurnah" (22%), "Peralatan rnedis lengkap" (13%). Tipe rumah sakit yang disukai oleh responden adalah dengan: bentuk bangunan rumah sakit "Rumah" (54%), status rumah sakit "Swasta" (94%), jenis rumah sakit "Khusus" (64%), dan kelas kamar "I-III/non VIP" (66%).
Berdasarkan analisis diskriminan, ada 3 atribut yang paling membedakan antara konsumen rumah sakit umum dengan rumah sakit bersalin dengan urutan dari yang paling membedakan sampai yang kurang membedakan adalah "Kecanggihan peralatan medis", "Penampilan perawat", dan "Kemegahan rumah sakit".
Berdasarkan analisis faktor, telah terbentuk enam faktor baru dimana pada faktor pertama atribut yang paling berpengaruh adalah "Kesejukan kamar", pada faktor kedua adalah atribut "Keramahan dokter", pada faktor ketiga adalah atribut "Keahlian dokter", pada faktor keempat adalah atribut "Kelengkapan perabot", pada faktor kelima adalah atribut "Kemegahan rumah sakit", dan pada faktor keenam adalah atribut "Kecanggihan peralatan medis".
Berdasarkan analisis cluster, responden yang menjadi pasien RSB Asih dan RSU Pertamina dapat dikelompokkan menjadi dua cluster, cluster pertama ada 42% responden dan cluster kedua ada 58% responden. Pada RSB Asih, cluster 1 adalah kelompok yang lebih menganggap penting kemegahan gedung RS dan ImageRS, sedangkan cluster 2 yang menganggap penting pada dokter yang komunikatif, dokter senior, perawat yang cekatan bertindak, kesejukan kamar, ketenangan kamar, menu makanan enak bergizi, dan area parkir luas. Pada RSU pertamina cluster 1 adalah kelompok yang lebih menganggap penting kecanggihan peralatan medis, sedangkan cluster 2 kelompok yang lebih menganggap penting terhadap kebersihan kamar, ketenangan kamar, kelengkapan perabot kamar, privacy kamar, menu makanan enak bergizi, dan area parkir yang luas.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dewi Magdalena, Author
"Investors are provided with two main categories of investment alternatives, financial investment and real investment. Real investments include investment in real assets such as real estates, land, machines, and others. These real assets represent productive capacity of economy. On the other hand, financial investments include investments in financial assets such as stocks or bonds. These financial assets contribute to the productive capacity of economy indirectly since they allow separation of ownership and transfer of funds among market players. While the real economy creates wealth by producing goods and services, financial dimension does so by bearing, trading, and managing risks. Financial assets and the markets in which they trade thus play crucial roles in emerging and developed economies.
As these economies continue to grow, structural shifts in financial markets are taking place and profoundly altering the nature of wealth from corporate to retail investment. Investment players are no longer dominated by large corporations. The most popular phenomenon of retail financial investment is the emergence of mutual funds. Mutual funds are pool of investors money. They invest in ways specified in their prospectuses and issue shares to investors entitling them to a pro rata portion of the income generated by the funds Important factors contributing to the popularity mutual funds are their simplicities along with other attributes providing great benefits to investors with limited knowledge, time, or money.
One new concept that has not been quite popular in Indonesia is fund of funds. Fund of funds is a mutual fund which invests in other mutual funds. Just as a mutual fund invests in a number of different securities, a fund of funds holds shares of many different mutual funds. These funds were designed to achieve even greater diversification than mutual funds, known as double diversification advantage. Fund of funds has proven to be an attractive investment alternative in a number of developed countries. However, this concept has not been popular amongst investors in Indonesian market. This thesis aims to explore whether the concept of fund of funds can be applied to diversify mutual funds traded in Indonesian markets in order that investors may benefit from double diversification New fund of funds portfolio are to be developed for each class of fund, comprising highest performing mutual funds as measured by Sharpe, Treynor, Jensen, and Appraisal Ratio measurement. Performance of the newly constructed fund of funds is then compared with that of corresponding market proxy and the highest performing individual mutual fund. Observations are limited to fixed income funds, equity funds, and balanced funds actively traded in Indonesian market for the period December 2000-June 2005. Money market fund is not covered in this thesis.
This research concludes that pooling of these high performing mutual funds into fund of funds may provide even greater diversification, called double diversification. Double diversification is reflected in increase in risk adjusted return of the newly constructed fund of funds. Through improved Sharpe Index, fund of funds has proven to increase risk adjusted return. Therefore, it can be concluded that fund of funds reduces the risk even further through the diversification of already diversified mutual funds, thus providing double diversification advantage.
For Fixed Income Fund of Funds (FFF), optimum portfolio is reached by investing 3.84% in Indovest Dana Obligasi, 94.21% in Panin Dana Uta.ma, and 1.95% in Jisawi Mix. FFF demonstrates highest Sharpe among individual fixed income funds being observed. This number beats that of the highest performing individual funds, Panin Dana Utama. For Equity Fund of Funds (EFF), optimum portfolio is reached by investing 36.14% in Phinisi Dana Saham, 25.32% in Rencana Cerdas, 32.13% in Bira Dana Saham, 3.48% in Bahana Dana Prima, and 2.93% in Panin Dana Maksima EFF demonstrates highest Sharpe among individual equity funds being observed. This number beats that of the market as well as the most performing individual funds, Phinisi Dana Saham. For Balanced Fund of Funds (BFF), optimum portfolio is attained by investing 0.78% in Niaga Kombinasi Seri A, 0.31% in Schroder Dana Prestasi, 0.25% in MeesPierson Finas Investa Pesona, 98.22% in Dana Unggul Investasi Terpercaya, and 0.44% in Sam Dana Berkembang. BFF demonstrates highest Sharpe among individual balanced funds being observed. This number beats that of the market as well as the most performing individual funds, Dana Unggul Investasi Terpercaya Eventually, all these funds are combined altogether to form Combined Fund of Funds (CFF). Optimum portfolio is reached by investing 0.55% in Indovest Dana Obligasi, 6.40% in Panin Dana Utama, 0.13% in Phinisi Dana Saham, 0.13% in Rencana Cerdas, 0.37% in Bira Dana Saham (SiDana Saham), 1.29% in Schroder Dana Prestasi, 0.57% in MeesPierson Investa Pesona, and 90.56% in Dana Unggul Investasi Terpercaya CFF (comprising fixed income funds, equity funds, and balanced funds) demonstrates highest Sharpe among all individual funds being observed. This number beats that of the market as well as the most performing individual funds, Dana Unggul Investasi Terpercaya which falls under balanced funds category.
Therefore, the concept of Fund of Funds can be taken into considerations when it comes to investment decision since this investment alternative has been proven to be profitable. However, careful attention must be given to government regulation that until now still has not covered Fund of Funds. In addition, careful attention must also be given to the mutual funds selection. Mutual funds selection must take into account the macroeconomic factors since returns of various investment instruments are highly dependent upon macroeconomic variables such as economic growth, inflation, exchange rate, and fiscal policy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reagan, Author
"ABSTRAK
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan sewaktu-waktu. Instrumen keuangan yang urnurn diperjualbelikan di BEJ adalah saham biasa. Saham merupakan suatu sertiftkat kepemilikan atas perusahaan yang periode kepemilikannya dalam jangka pendek atau jangka panjang tergantung dari pemegang saham.
Pergerakan harga saham tidak dapat diramal secara pasti karena harga saham selalu berfluktuasi setiap hari bahkan setiap detik. Pergerakan harga saham secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal perusahaan dan faktor internal perusahaan.
Faktor internal perusahaan salah satunya dapat dilihat melalui perubahan laba perusahaan yang mencerminkan kinerja perusahaan. Hal ini menyebabkan nilai perusahaan menjadi ukuran yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan pembelian suatu saham karena tujuan utama setiap investor adalah mendapatkan keuntungan.
Investor dapat melakukan pengukuran kinerja dari suatu perusahaan guna mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham di bursa efek. Pengukuran kinerja perusahaan telah banyak dilakukan baik dengan metode tradisional maupun dengan metode yang baru dikembangkan. Beberapa metode tradisional yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE),
Return on Asset (ROA), Price to Earning Ratio (PER), Residual Income (RI) dan lain-lain.
Tahun 1989, Stern Stewart & Co mengembangkan metode baru guna mengukur kinerja perusahaan yang dinarnakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).
EVA melakukan pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan keaadaan dalam perusahaan, sedangkan MVA telah mengikut sertakan keadaan di luar perusahaan. Ini tercermin dari komponen perhitungan dari MVA yaitu harga saham. Jika harga saham mengalami kenaikan
maka nilai MVA juga naik. Sebaliknya, jika harga saham turun maka nilai MVA juga ikut turun. Oleh karena itu, MVA dapat digunakan untuk mencerminkan penilaian investor terhadap suatu perusahaan.
Berdasarkan pemyataan tersebut di atas, penulis ingin mengetahui kinerja perusahaan-perusahaan
dan hubungan antara peningkatan atau penurunan kinerja perusahaan dengan peningkatan atau penurunan penilaian investor. Metode perhitungan kinerja yang digunakan penulis adalah metode ROI, EVA dan MV A. Periode waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah sejak tahun 2000 sarnpai dengan tahun 2004. Obyek penelitian dibatasi pada perusahaan-perusahaan yang sudah tercatat di BEJ dan termasuk dalam industri perdagangan eceran selama periode penelitian.
Dasar pemilihan industri ini karena pentingnya sektor perdagangan dalam menunjang perekonomian negara, semakin berkembangnya sektor retail di Indonesia sejak tahun 2000 sejalan dengan langkah strategis pengusaha yang melakukan ekspansi usaha dan juga akibat membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia. Perkembangan ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya retail-retail baru baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang berdiri seperti Indomaret, hypermart, giant, clubstore, wallmart dan lain-lain. Selain itu, bisnis ritel memiliki
cash flow yang sangat likuid, dimana transaksi sebagian besar dalam bentuk tunai.
Hasil dari perhitungan yang dilakukan oleh penulis dengan metode ROI, EVA dan MVA adalah berdasarkan metode ROI, perusahaan dengan kinerja ROI tertinggi selama lima tahun periode adalab PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Berdasarkan metode EVA, perusahaan dengan kinerja EVA tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Sedangkan pada tahun 2001 dan tahun 2002 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Selanjutnya pada tahun 2004 adalab PT. Hero Supermarket Tbk. Berdasarkan metode MY A, perusahaan dengan kinerja MV A tertinggi pada tahun 2000 dan tahun 2001 adalah PT. Alfa Retailindo Tbk. Sedangkan pada tahun 2002 dan tahun 2003 adalah PT. Toko Gunung Agung Tbk. Selanjutnya, pada tahun 2004 adalah PT. Ramayana Lestari Sentosa. Basil perhitungan tersebut kemudian dianalisis secara statistik dan basil yang diperoleb dari analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara ROI dengan MVA dan tidak adanya korelasi antara EVA dengan MVA.
Pemeringkatan atas kinerja perusahaan pada penelitian ini, dibarapkan dapat memberikan referensi bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham perusahaan dalam industry perdagangan ritel dan manajemen perusahaan dalam menilai baik buruknya kinerja suatu perusahaan. Namun, pemeringkatan ini bukan merupakan basil mutlak yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang tinggi berarti barga saham perusahaan tersebut akan tinggi. Karena investor juga tetap barus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lainnya seperti kebijakan politik, kebijakan fiskal dan pajak, regulasi pemerintah, persaingan, kondisi perekonomian dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi perusahaan, untuk mengatasi EVA yang negatif manajemen perusahaan dibarapkan dalam melakukan investasi terutama ekspansi gerai bendaknya mempertimbangkan keuntungan ekonomis yang akan didapat sehingga nantinya akan dapat memberikan penambahan kesejahteraan bagi investor.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Iryati, Author
"ABSTRAK
Dalam berinvestasi investor mengharapkan adanya return dari modal yang telah diinvestasikan. Ada dua sumber return dalam dunia investasi yaitu dividen dan capital gain. Dividen adalah sebagian dari keuntungan usaha pada periode tertentu yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Sedangkan capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari penjualan saham pada harga yang lebih tinggi dari harga pembelian sebelumnya.
Berdasarkan teori Perfect Capital Market, Miller dan Modigliani berkesimpulan bahwa pada pasar modal yang sempurna kebijakan dividen yang diambil perusahaan tidak akan mempengaruhi value dari perusahaan dan kekayaan investor. Namun dalam pasar yang tidak sempurna pemilihan kebijakan dividen mempunyai pengaruh pada kekaya:m investor. Oleh karena itu investor menentukan pilihan dalam melakukan investasi.
Dari berbagai perusahaan di berbagai industri, pengaruh pembagian dividen tunai untuk masing-masing industri akan mengakibatkan reaksi yang berbeda dari investor saham. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan karakteristik dari industri-industri tersebut, kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan di masing-masing industri dan pemilihaa tujuan investor yang melakukan investasi di perusahaan tersebut.
Dalam pasar modal Indonesia pengaruh saham-saham yang membagikan dividen tunai terhadap perilaku investor adalah suatu hal yang menarik diamati mengingat kondisi pasar modal di Indonesia yang belum efisien. Perilaku investor dalam penelitian ini dicerminkan oleh frekuensi perdagangan saham suatu perusahaan dalam pasar modal.
Metode logit sebagai salah satu metode statistik untuk melihat probabilitas terjadinya suatu event digunakan untuk menentukan apakah pembagian dividen tunai pada perusahaan dalam industri manufaktur memberikan pengaruh terhadap perilaku investor. Dari data yang diperoleh selama tahun 2000-2004, dilakukan regresi binomial logistic menggunakan program SPSS antara perusahaan dalam industri manufaktur yang membagikan dividen dengan frekuensi transaksi saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Jakarta.
Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa dari industri manufaktur yang diteliti memberikan hasil industri manufaktur tembakau dan farmasi memiliki peluang yang lebih kecil dibanding industri manufaktur lainnya dimana pembagian dividen tunai memiliki pengaruh terhadap perilaku investor. Sedangkan kelompok industri manufaktur makanan dan minuman, consumer goods, produk plastik dan kaca, otomotif dan produk terkait dan lainnya memiliki peluang yang lebih besar dibanding industri manufaktur lainnya bahwa pembagian diviclen tunai memiliki pengaruh terhadap perilaku investor.
Secara keseluruhan industri manufaktur dapat disimpulkan bahwa pembagian dividen tunai memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku investor dibandingkan industri lainnya pada tahun 2000, dan 2002-2004. Sedangkan di tahun 2001 pembagian dividen tunai memberikan pengaruh positif terhadap perilaku investor dibandingkan industri lainnya. Secara periode dapat disimpulkan bahwa trend probabilitas berpengaruh atau tidaknya pembagian dividen tunai dibandingkan dengan industri lainnya konsisten selama periode 2000-2004.
Penelitian ini menunjukkan pengaruh positif dan negatif pembagian dividen tunai pada
industri manufaktur, untuk itu bagi para investor yang akan melakukan investasi di Bursa Efek
Jakarta hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek lainnya dalam keputusan berinvestasi
misalnya dengan analisis fundamental dari masing-masing perusahaan.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>