Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Femmy Eka Kartika Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kreativitas pada siswa SMU Negeri 70 di Jakarta Menurut penulis, penelitian ini perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan kreativitas di sekolah, yang selama ini belum mendapat perhatian yang cukup dari pihak pemerintah dan sekolah.
Untuk menjelaskan kreativitas siswa, dalam hal ini yang dimaksud adalah produk kreatif, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas tersebut, yaitu pribadi kreatif, proses kreatif, dan pendorong kreatif.
Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: apakah variabel-variabel pribadi kreatif, proses kreatif, dan pendorong kreatif, berpengaruh terhadap produk kreatif siswa? Manakah di antara variabel-variabel tersebut yang lebih berpengaruh terhadap produk kreatif?
Yang dimaksud dengan variabel pribadi kreatif yaitu sikap kreatif siswa. Yang dimaksud dengan variabel proses kreatif adalah kemampuan berfikir verbal dan kemampuan berfikir figural. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel pendorong kreatif adalah kegiatan kreatif siswa di sekolah, sikap siswa terhadap teman sebaya yang kreatif, sikap guru-guru terhadap 4 P pengembangan kreatif, dan kegiatan kreatif guru di sekolah.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang pecan variabel pribadi kreatif, proses kreatif, dan pendorong kreatif terhadap produk kreatif siswa, dilakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan struktural, dengan program LISREL (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog, dkk.
Penelitian dilakukan di SMU Negeri 70, yaitu salah satu SMU Unggulan di Jakarta, yang memiliki fasilitas pendidikan yang cukup memadai, guru-guru yang berpengalaman, dan siswanya pernah menjuarai atau mendapat penghargaan berbagai lomba yang berkaitan dengan kreativitas.
Responden seluruhnya 616 orang siswa dan didukung oleh 8 orang guru yang mengajar siswa-siswa tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes kreativitas verbal dan tes kreativitas figural kepada siswa, pemberian kuesioner dan skala sikap kepada siswa, serta memberikan kuesioner dan skala sikap kepada guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teoritik yang diajukan sesuai (fit) untuk menjelaskan kreativitas siswa. Selain itu, faktor pribadi kreatif, yang tercermin dalam sikap kreatif siswa, merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap kreativitas siswa, terutama terhadap banyaknya produk / karya kreatif siswa di sekolah tersebut. Sikap kreatif siswa tersebut ditunjang pleb indikator yang kuat dari kepercayaan pada gagasan sendiri, kebebasan dalarn penilaian, dan keterlibatan dalam tugas.
Faktor proses kreatif, yang dilihat melalui kemampuan berfikir verbal dan kemampuan berfikir figural, ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produk kreatif siswa. Salah satu kemungkinan yang dapat diajukan dari kejadian tersebut adalah hanya sebesar 14,6 % dari seluruh siswa yang memiliki skor dengan kriteria di atas rata-rata dan sebesar 4,7 % siswa memiliki skor dengan kriteria tinggi pada tes yang lama. Pada kemampuan berfikir figural, sebesar 15,7 % siswa memiliki skor dengan kriteria di atas rata-rata dan sebesar 5,2 % siswa memiliki skor dengan kriteria tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor pendorong kreatif, dalam hal ini adalah macam-macam kegiatan kreatif siswa di sekolah ternyata berpengaruh secara signifikan dengan produk kreatif siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah produk kreatif siswa tergantung dari berapa banyak siswa tersebut mengikuti kegiatan di sekolah yang bersifat kreatif.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap siswa terhadap teman sebaya yang kreatif tidak berpengaruh terhadap produk kreatif siswa Hal ini dapat dimungkinkan karena sebesar 53,6 % siswa mempunyai sikap yang kurang mendukung terhadap teman sebaya yang kreatif.
Dari segi guru dapat diungkapkan bahwa sikap guru terhadap 4 P pengembangan kreativitas tidak berpengaruh secara signifikan dengan produk kreatif siswa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa guru sebagai faktor pendorong kreatif, sikapnya belum mendorong kreativitas kreatif siswa. Sikap guru terhadap 4 P pengembangan kreativitas tidak cukup untuk menjelaskan peranannya terhadap produk kreatif siswa. Cara mengajar guru diduga juga berperan terhadap kreativitas siswa, namun cara mengajar guru tidak diteliti.
Macam-macam kegiatan kreatif guru di sekolah, juga tidak mempunyai dampak yang positif terhadap produk kreativitas siswa. Kemungkinan yang dapat diajukan adalah kurangnya frekuensi guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kreatif di sekolah sehingga peran guru sebagai salah satu faktor pendorong kreatif tidak menunjukkan pengaruh jika mereka sendiri jarang mengikuti kegiatan yang bersifat kreatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor pribadi kreatif, yaitu sikap kreatif siswa dan faktor pendorong kreatif, yaitu macam-macam kegiatan kreatif siswa di sekolah, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produk kreatif siswa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Takriyanti
"ABSTRAK
Secara umum keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah merupakan ukuran dari berhasil atau tidaknya seorang siswa mencapai tujuannya. Dalam pendidikan, berhasilnya seorang siswa memenuhi tuntutan tugas pelajarannya merupakan suatu kesuksesan. Keberhasilan ataupun kegagalan yang dialami siswa dapat merupakan suatu pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau pemahaman terhadap sesuatu, baik dalam bidang keterampilan dan dalam bidang tingkah laku.
Pengalaman belajar dari siswa dapat dinilai oleh pendidik melalui prestasi belajar. Prestasi belajar ini dapat diwujudkan antara lain dengan kemampuan membaca. Oleh karena itu, bagi siswa berpenglihatan terbatas sangat diperlukan sekali bagaimana memanfaatkan sisa penglihatan yang ada padanya. Diharapkan dengan memanfaatkan sisa penglihatan yang ada padanya, siswa berpenglihatan terbatas dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Penggunaan sisa penglihatan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca awas. Oleh karena itu, perlu dicari upaya atau intervensi untuk memanfaatkan sisa penglihatan mereka, sehingga dikemudian hari anak-anak ini dapat berkembang menjadi manusia pembangunan yang berkualitas.
Melalui pelatihan (training) tertentu diharapkan siswa berpenglihatan terbatas dapat memanfaatkan sisa penglihatannnya sehingga kemampuan membaca awasnya tidak kalah jauh dengan anak yang tidak tergangu penglihatannya. Minimal mereka dapat menggunakan fasilitas-fasilitas umum yang ada dalam kehidupan sehari-han. Sehingga dalam aktivitas kehidupan sehari-harinya (ADL = Activity Daily Living) siswa berpenglihatan terbatas ini cukup mandiri dan tidak tergantung dengan individu lain, dan pada akhirnya nanti akan menunjang pula prestasi belajar akademiknya secara optimal sesuai dengan taraf kemampuan inteligensi dan kecerdasan emosinya.
Eksperimen Program Pelatihan Penggunaan Sisa Penglihatan (PPSP) terhadap kemampuan membaca awas ini menggunakan rancangan randomized pretest postest control group. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner dan Tes Kemampuan Membaca.
Subyek penelitian adalah 12 siswa SLB Bagian A Negeri Bandung yang berusia 8 sampai 18 tahun. Mereka berpenglihatan terbatas dan belum mampu membaca awas dengan baik. Mereka secara random dibagi menjadi dua kelompok yaitu 6 orang sebagai kelompok eksperimen dan 6 orang sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mengikuti Program Pelatihan Penggunaan Sisa Penglihatan (PPSP) selama 24 hari dengan lama setiap sesinya antara 30-90 menit.
Pemberian Program Pelatihan Penggunaan Sisa Penglihatan (PPSP) ini bersifat terarah dan terbimbing dengan melibatkan unsur bacaan awas dan proses kegiatan membaca awas. Pelaksanaan program pelatihan ini lebih ditekankan kepada masing-masing individu karena karakteristik sisa penglihatan merekapun sangat individual sekali pula. Walaupun dalam hal ini pelaksanaannya secara kelompok.
Pengujian statistik non parametrik dengan uji Kruskal Wallis (H Test) mendapatkan nilai H = 8, 2935 dengan tarap signifikansi p = . 001. Bila digunakan tabel a = 0, 01 maka menurut tabel x z o,ol; 2-1 = 6, 635. Nilai H (8, 2935) ternyata lebih besar daripada 6, 635, maka Ho diterima. Ini menunjukkan adanya perbedaan peningkatan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian program pelatihan pengganaan sisa penglihatan terbukti efektif terhadap kemampuan membaca awas siswa berpenglihatan terbatas.
Meskipun hasil tersebut mendukung hipotesa yang diajukan, penelitian ini memiliki kendala keterbatasan generalisasi. Jumlah sampel yang kecil mengandung kemungkinan sampel kurang representatif terhadap populasi. Jadi generalisasi hasil penelitian ini terbatas hanya pada bagian populasi siswa berpenglihatan terbatas yang mempunyai karakteristik sisa penglihatan yang relatif sama dengan sampel penelitian.
Saran-saran untuk penelitian lebih lanjut adalah sampel penelitian dapat diperluas daerah atau wilayah tempat sekolah. Sehingga ada kesempatan untuk mengatasi generalisasi hasil penelitian ini, dengan demikian sampelnya cukup representatif terhadap populasi. "
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Suralaga
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang hubungan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat dan "Task Commitment" siswa berbakat dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada dua SMU unggulan (SMU Plus) di Jakarta, yaitu SMUN 70 dan SMUN 68.
Subyek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik "Purposive Sampling" yaitu memilih anak berbakat berdasarkan data skor inteligensi (IQ ? 120) dam Tes Inteligensi Kolektif Indonesia -- Tinggi (TIKI-T) dan skor kreativitas (CQ 110) dari Tes Kreativitas Verbal (TKV- Konstruksi Utami Munandar). Dan 655 siswa kelas II, jumlah subyek yang berbakat adalah 63 orang (9,6%).
Sikap orang tua diukur dengan instrumen "Skala Sikap Orang Tua Terhadap Anak Berbakat" yang disusun sendiri, sedangkan "Task Commitment" siswa diukur dengan "Skala Pengikatan Diri Anak Berbakat Terhadap Tugas" konstruksi Yaumil Achir yang dimodifikasi. Sebelum digunakan, kedua alat ukur tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Skala sikap orang tua meliputi dimensi penerimaan terhadap keberbakatan, harapan tentang prestasi anak, perlindungan terhadap anak, pemberian tanggung jawab dan sikap pengasuhan. Skala "Task Commitment" Anak Berbakat meliputi dimensi kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan yang nyata, menetapkan "goal" di atas rata-rata, belajar dengan disiplin dan rencana, belajar secara mandiri serta ketangguhan/ keuletan.
Data prestasi belajar diambil dari nilai Rapor Catur Wulan 1, yaitu nilai rata-rata seluruh bidang studi. Diteliti pula nilai per bidang studi yang diperoleh melalui Ulangan Umum Bersama (UUB), yaitu nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan PPKN.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat pada dimensi perlindungan terhadap anak dengan prestasi belajar Bidang Studi Bahasa Inggris. Pada dimensi lainnya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada hubungan positif antara "Task Commitment" siswa secara umum dan perdimensi dengan prestasi belajar, namun hubungan tersebut tidak signifikan.
Untuk meningkatkan mutu SMU unggulan (SMU Plus) dan pelayanan siswa berbakat disarankan agar diupayakan terns peningkatan kualitas guru dan proses belajar mengajamya. Penambahan waktu belajar hendaknya lebih diarahkan untuk membantu perkembangan dan memenuhi kebutuhan siswa secara individual, antara lain dengan mendorong siswa melakukan penelitian-penelitian, baik penelitian survai maupun eksperimental. Kepada siswa yang teridentifikasi sebagai berbakat dan orang tua mereka perlu diberikan pemahaman tentang keberbakatan dan upaya pengembangannya. Pelayanan Bimbingan Konseling juga perlu lebih ditingkatkan.
Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa calon siswa SMU yang mempunyai NEM SMP tinggi tidak selalu diikuti dengan prestasi belajar yang tinggi pula di SMU. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor situasional siswa pada saat evaluasi belajar dilaksanakan. Karena itu sistem penerimaan siswa berdasarkan NEM saja perlu dipertimbangkan kembali.
Dalam penelitian selanjutnya perlu diupayakan antara lain : pengambilan subjek yang lebih luas, penyusunan instrumen yang lebih baik, serta pengukuran aspek-aspek lain yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar siswa berbakat. Dapat pula dilakukan perbandingan antara "task commitment" siswa berbakat dengan siswa berkemampuan normal yang berprestasi tinggi.
Lebih lanjut perlu juga dilakukan penelitian terhadap orang-orang yang sudah bekerja untuk melihat apakah ada hubungan antara prestasi akademis dengan prestasi kerja.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Inteligensi merupakan internal kognitif dan kemandirian belajar merupakan internal non kognitif (kepribadian) yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Faktor eksternal yang berpengaruh ,terhadap prestasi belajar antara lain lingkungan keluarga terutama status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya.
Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh dan kemandirian belajar anak dengan prestasi belajar anak dalam mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, UPS, Matematika dan IPA.
Sampel penelitian diambil 12 SD secara random dari semua siswa kelas VI yang jumlahnya 417 anak. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi dari Raven, angket status sosial ekonomi orang tua, angket pola asuh menurut anak dan menurut orang tua, angket kemandirian belajar anak dan hasil tes Ebtanas yang meliputi mata pelajaran PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis korelasi berganda. Dari penelitian ini ditemukan bahwa; secara bersama-sama prestasi belajar PMP, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, dan kemandirian belajar anak. Keempat variabel tersebut memberi kontribusi terhadap prestasi belajar PMP 21.821%, Bahasa Indonesia 19.017%, IPS 27.899 %, Matematika 18.380 %, IPA 24.418 %.
Secara sendiri-sendiri; (1) prestasi belajar PMP dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0007, 2689, dan 1026. (2) Prestasi belajar Bahasa Indonesia dipengaruhi secara positif oleh tingkat iteligensi anak, status sosial ekonomi orang tua, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh yang dilakukan orang tua, dengan p masing-masing .0001, .0043, .0088, dan .7948. (3) Prestasi belajar IPS dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing .0001, .0027, 4161, dan 7854. (4) Prestasi belajar Matematika dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan kemandirian belajar anak, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh status sosial ekonomi orang tua dan pola asuh, dengan p masing-masing .0001, .0077, .0829, dan .1035. (5) Prestasi belajar IPA dipengaruhi secara positif oleh tingkat inteligensi anak, dan status sosial ekonomi orang tua, tetapi tidak dipengaruhi secara positif oleh pola asuh dan kemandirian belajar anak, dengan p masing-masing 0001, .0003, .3152, dan .1298."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Temaluru, Yohanes
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Komitmen dan faktor-faktor Demografik dengan kepuasan kerja karyawan; perbedaan komitmen karyawan terhadap perusahaan berdasarkan faktor-faktor demografik; perbedaan kepuasan kerja antar karyawan berdasarkan faktor-faktor demografik.
Komitmen yang dimaksudkan di atas, baik secara keseluruhan (komitmen total) maupun berdasarkan komponen-komponen komitmen yaitu komitmen Afektif, komitmen Kontinuans, komitmen Normatif. Faktor-faktor demografik terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja. Sedangkan kepuasan kerja diperoleh melalui formulasi (rumus).
Kepuasan Kerja = Kepentingan (Harapan - Kenyataan).
Penelitian ini menggunakan metode Non Eksperimental yang bersifat Ex Post Facto. Responden (subyek) penelitian berjumlah 166 orang. Pengukuran menggunakan skala Likert dengan skala 1 sampai dengan 5. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Berganda pada taraf signifikansi = 0.05. Sedangkan uji perbedaan komitmen dan kepuasan kerja berdasarkan faktor-faktor demografik menggunakan Uji-T dan Anova Satu Arah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan (bersama) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen pada organisasi (juga komponen-komponen komitmen) dan faktor-faktor demografik dan kepuasan kerja baik secara keseluruhan maupun berdasarkan Kepentingan, Harapan dan Kenyataan.
Dari hasil tersebut, ternyata bahwa hasil positif dan signifikan merupakan pengaruh komitmen, sedangkan pengaruh faktor-faktor demografik tidak signifikan. Berdasarkan komponen-komponen komitmen, komitmen Afektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja total dan kepuasan kerja berdasarkan Kenyataan; komitmen Normatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja berdasarkan Kepentingan dan Harapan. Sedangkan pengaruh komitmen Kontinuans tidak signifikan.
Hasil uji perbedaan komitmen berdasarkan faktor-faktor demografik, semuanya tidak signifikan. Sedangkan pada uji perbedaan kepuasan kerja, hanya pada faktor usia terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kepuasan kerja keseluruhan, dan juga terhadap aspek-aspek kepuasan kerja work it-self, kondisi kerja, dan supervise. Sedangkan pada faktor demografik lainnya, hasil uji perbedaan tidak signifikan.
Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen terhadap perusahaan (organisasi) dengan kepuasan kerja, namun belum dapat dikatakan sempurna mengingat berbagai keterbatasan yang dijumpai dalam penelitian ini, khususnya menyangkut instrumen kuesioner dan responden (subyek) penelitian. Oleh karena itu disarankan agar untuk penelitian yang sama kuesioner didisain menjadi lebih singkat dan padat sehingga tidak menimbulkan beban dan rasa jenuh responden yang berakibat terjadinya respons error. Besar sampel penelitian juga perlu dipertimbangkan dengan mengingat analisis statistik yang digunakan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pondaag, Joseph
"Pendidikan selama ini dipandang sebagai 'jembatan' melalui mana suatu tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik dapat diraih. Jika demikian, dapat ditafsirkan bahwa jembatan itu mungkin dibangun atas landasan dan kerangka yang berbeda. Bagaimana jembatan itu dibangun tidak terlepas dari cara pandang terhadap kesejahteraan oleh para pengguna jembatan itu.
Masyarakat Irian Jaya saat ini merupakan pembauran antara penduduk asli dan pendatang. Dalam pembauran itu tampak adanya gejala-gejala kesenjangan di bidang-bidang penunjang kesejahteraan dan pada umumnya yang tampil sebagai pihak yang kurang atau lemah adalah kalangan penduduk asli. Di bidang pendidikan formal gejala umum yang dapat langsung kelihatan adalah kurang dalam prestasi belajar.
Dari beberapa literatur dan laporan ternyata ada aspek-aspek budaya tradisional Irian Jaya ditandai sebagai faktor-faktor yang besar andilnya terhadap terbentuknya beberapa karakter khas bagi masyarakatnya. Penelitian ini hendak mempelajari sikap (belajar) yang terbentuk oleh suatu latar budaya dengan asumsi bahwa sikap itu akan mewarnai perilaku individunya; dalam pengertian bahwa kehidupan dalam suatu alam budaya tertentu memberikan suatu pengalaman atau pembelajaran. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap belajar di sini adalah sikap terhadap pembelajaran itu. Apa yang hendak dilihat dalam sikap belajar (variahel dependen) adalah efek-efek dari keluarga, sekolah asal dan jenis kelamin (variabel-veriabel independen) masing-masing sebagai bentuk pranata sosial yang memiliki budaya khas. Secara khusus hendak dilihat pula tentang efektivitas kategori-kategori yang dilibatkan dalam setiap pranata tersebut.
Penelitian ini dilakukan terhadap 1361 responden (siswa kelas I SLTA) yang dijaring dari beberapa wilayah sampel di Irian Jaya. Mereka dikelumpokkan menurut keanggotaannya dalam: keluarga penduduk asli atau keluarga pendatang, berasal dari SLTP swasta atau negeri, berjenis kelamin perempuan atau lelaki; dengan demikian akan ditemukan misalnya sekelompok siswa perempuan penduduk asli yang berasal dari SLTP swasta dan seterusnya.
Dari pengolahan data berdasarkan pengelompokkan responden diperoleh hasil berikut: (1) Dari segi jumlah responden: 94 siswa perempuan penduduk asli dari SLTP swasta. 193 siswa perempuan penduduk.asli dari SLTP negeri, 58 siswa perempuan pendatang dari SLTP swasta, 215 siswa perempuan pendatang dari SLTP negeri, 147 siswa lelaki penduduk asli dari SLTP swasta, 351 siswa lelaki penduduk asli dari SLTP negeri, 51 siswa lelaki pendatang dari SLTP swasta, dan 252 siswa lelaki pendatang dari SLTP negeri. Jumlah responden seluruhnya yang dapat dianalisis adalah 7.98% dari jumlah siswa kelas 1 SLTA se-Irian Jaya. (2) Dari segi keanggotaan responden menurut masing-masing variabel independent 785 siswa kategori penduduk asli, 576 siswa kategori pendatang, 350 siswa dari SLTP swasta, 1011 siswa dari SLTP negeri, 560 siswa perempuan dan 801 siswa lelaki.
Berdasarkan analisis regresi berganda ditemukan beberapa hal berikut: (a) Dari segi proporsi varians: yang dijelaskan bersama oleh semua variabel bebas terhadap sikap belajar adalah sebesar ± 23% yang sangat bermakna pada level p = 0,000 ; tetapi menurut masing-masing variabel bebas hanya variabel keluarga dan jenis kelamin yang memberikan penjelasan yang sangat bermakna pada level p = 0,000, sedangkan penjelasan dari variabel sekolah asal hanya bermakna pada level p = 0,077 < 0.05. Semuanya itu sekaligus menggambarkan Pula kebermaknaan efek dari setiap variabel bebas terhadap sikap belajar. (b) Jika dilihat dari segi efek suatu variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya, tampak bahwa keluarga mempunyai efek bermakna pada level p = 0,01 terhadap sekolah asal dan jenis kelamin, tetapi sampai pada level p 5 0,05 variabel sekolah asal tidak mempunyai efek bermakna atas jenis kelamin. (c) Jika dilihat dari segi perbedaan efek tampak bahwa efek keluarga terhadap sekolah asal swasta tidak berbeda signifikan dengan efek keluarga terhadap sekolah asal negeri: efek keluarga terhadap jenis kelamin perempuan berbeda signifikan dengan efek keluarga terhadap jenis kelamin lelaki; dan efek sekolah asal terhadap jenis kelamin perempuan berbeda signifikan dengan efek sekolah asal terhadap jenis kelamin lelaki."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T5675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Sukartini
"Penelitian ini bermula dari terbatasnya penelitian yang dilakukan pada salah satu kegiatan manajerial khususnya kemampuan pengambilan keputusan dikaitkan dengan prestasi kerja para manajer. Ini menimbulkan keingintahuan untuk meneliti hubungan antara proses pengambilan keputusan intuitif dan rasional terhadap prestasi kerja para manajer di bidang pemasaran dan produksi.
Manajer selaku ujung tombak perusahaan, semua kegiatan yang dilaksanakan harus diarahkan demi kemajuan perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat ditentukan prestasi kerja (performance) para manajernya. Dalam penelitian ini faktor yang menentukan prestasi adalah faktor kuantitatif, kualitatif dan karakteristik perorangan.
Proses pengambilan keputusan intuitif yang cenderung menggunakan fungsi belahan otak sebelah kanan diduga banyak dilakukan oleh para manajer pemasaran. Ini disebabkan tugas manajer pemasaran harus berhubungan dengan lingkungan yang berubah cepat dan tidak menentu. Urgensi keputusan yang harus segera diambil menyebabkan mereka tidak dapat rnemperoleh data yang lengkap dan akurat untuk menentukan keputusan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusannya lebih mengandalkan pada persepsi, pengalaman, perasaan, dugaan dan sebagainya. Sedangkan pengambilan keputusan rasional cenderung dilakukan manajer produksi karena tugas yang dilaksanakan lebih stabil sehingga menyebabkan mereka mempunyai waktu untuk memikirkan dengan lebih rinci keputusan yang akan dibuat dibandingkan manajer pemasaran. Sehingga dalam prosesnya dimungkinkan dapat diperoleh data yang akurat, lengkap, dilakukan secara rasional dengan menggunakan tahaptahap tertentu. Dalam proses tersebut akan lebih digunakan fungsi belahan otak sebelah kiri.
Penelitian ini berusaha mengungkapkan, pertama, bagaimanakah kecenderungan umum manajer di bidang pemasaran dan produksi dalain proses pengambilan keputusan. Kedua, adakah perbedaan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan antara manajer pemasaran dan manajer produksi. Ketiga, adakah hubungan antara proses pengambilan keputusan intuitif dan rasional terhadap prestasi kerja manajer tingkat pertama pemasaran dan produksi.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, dilakukan studi lapangan, non eksperimental, di perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan barang. Sebagai sampel penelitian adalah : 18 manajer tingkat menengah pemasaran, 16 manajer tingkat menengah produksi, 37 manajer tingkat pertama pemasaran dan 35 manajer tingkat pertama produksi. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner dengan pengukuran model Likert yang berskala I sampai 6. Teknik analisis pengolah data yaitu Analisis Varian (Anava) AB Dua Arah, Uji T dan Regresi Berganda dengan taraf signifikansi 0.05.
Hasil olahan data dengan Anava AB Dua Arah menunjukkan bahwa manajer tingkat pertama pemasaran cenderung lebih intuitif dan rasional dibandingkan manajer tingkat pertama produksi dalam pengambilan keputusan. Analisis data dengan Uji T membuktikan bahwa ada perbedaan secara signifikan dalam proses pengambilan keputusan intuitif antara manajer tingkat pertama pemasaran dan produksi. Regresi Berganda membuktikan pengambilan keputusan rasional mempunyai korelasi bermakna terhadap prestasi manajer tingkat pertama produksi. Tetapi korelasi pengambilan keputusan intuitif terhadap prestasi manajer tingkat pertama pemasaran kurang bermakna."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Laksana
"ABSTRAK
Kondisi perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia masih belum berkembang secara optimal tennasuk prestasi penjualan polis asuransi karena belum mampu menggarap semua potensi pasar dalam negeri. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi penjualan wiraniaga diantaranya adalah usia, masa kerja, inteligensi, sikap Machiavellian, sikap kewirasastaan dan juga divisi pemasaran dan jenis kelamin. Sikap Machiavellian berasal dari teori Niccolo Machiavellian, yang kemudian dikembangkan Christie pada bidang psikologi di Universitas Columbia Amerilca Serikat. Teori Machiavellian dikaitkan dengan ajaran "menghalalkan segala cara utuk mencapai tujuan" namun kalau disimak lebih dalam maka disamping hal-hal yang negatif, sikap Machiavellian juga mempunyai nilai-nilai yang positif karena mengandung nilai progressif dan keinginan untuk mencapai kesuksesan terutama dalam bidang bisnis. Demikian juga sikap kewiraswastaan adalah aspek yang menjunjung keberhasilan dalam aktifitas bisnis. Disamping itu faktor usia, masa kerja dan inteligensi diduga mempunyai pengaruh terhadap prestasi penjualan wiraniaga. Melalui uji validitas internal dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh hasil bahwa alas ukur sikap Machiavellian dan sikap kewiraswastaan cukup valid dan reliabel. Data dari 138 orang wiraniaga yang berhasil dikumpulkan dengan metode angket dan tes, kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan analisa varian dengan bantuan program komputer sps/pc+ver 4.0 dan sps dari Sutrisno Hadi Sena. Diperoleh hasil bahwa ada korelasi yang signifikan antara usia, masa kerja, inteligensi, sikap Machiavellian dan sikap kewiraswastaan secara bersama terhadap prestasi penjualan wiraniaga wanita maupun pria baik pada divisi pemasaran maupun pada divisi pemasaran eksekutif pada perusahaan AJB Bumi Putera 1912 di Jakarta dengan nilai R .19. F ratio 4.52 > F Label 0.05. Diperoleh hasil bahwa pada wiraniaga divisi eksekutif, variabel yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi penjualan adalah variabel sikap kewiraswastaan dan inteligensi. Pada wiraniaga divisi standar, variabel yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi penjualan adalah variabeI sikap Machiavellian dan sikap kewiraswastaan. Sedangkan pada wiraniaga wanita variabel yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi penjualan adalah sikap kewiraswastaan dan sikap Machiavellian. Pada wiraniaga pria variabel yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap prestasi penjualan adalah sikap Machiavellian dan masa kerja.
Diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara sikap Machiavellian dengan sikap kewiraswastaan. Dan hasil analisis varian diperoleh hasil bahwa ada perbedaan inteligensi diantara wiraniaga divisi standar dengan wiraniaga divisi eksekutif, dimana inteligensi wiraniaga divisi eksekutif lebih tinggi dari inteligensi wiraniaga standar. Diperoleh hasil, tidak ada perbedaan inteligensi diantara wiraniaga wanita dengan wiraniaga pria Diperoleh hasil tidak perbedaan sikap Machiavellian diantara wiraniaga wanita dengan pria. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap Machiavellian diantara wiraniaga divisi standar dengan wiraniaga divisi eksekutif. Diperoleh hasil tidak ada perbedaan sikap kewiraswastaan diantara wiraniaga wanita dengan pria Tidak ada perbedaan sikap kewiraswastaan diantara wiraniaga dari divisi standar dengan wiraniaga divisi eksekutif. Diperoleh hasil tidak ada perbedaan prestasi penjualan diantara wiraniaga divisi standar dengan wiraniaga divisi eksekutif. Diperoleh hasil ada perbedaan yang signifikan prestasi penjualan diantara wiraniaga wanita dengan prestasi penjualan wiraniaga pria, dimana prestasi penjualan wiraniaga wanita lebih tinggi dari prestasi penjualan pria. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa sikap Machiavellian, sikap kewiraswataan, inteligensi dan masa kerja memberikan pengaruh terhadap prestasi penjualan para wiraniaga "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjatjo Thaha
"Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran tentang diperlukannya upaya bagaimana mengatasi masalah siswa putus sekolah khususnya siswa SMP, yang setiap tahun semakin meningkat jumlahnya. Siswa putus sekolah ini agaknya sudah merupakan masalah dibidang pendidikan yang perlu diatasi secara nasional. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, Pemerintah mendirikan sekolah-sekolah dan bahkan melakukan pemerataan pendidikan, sampai kedesa-desa. Namun masih banyak juga siswa terhenti sebelum suatu jenjang pendidikannya selesai. Siswa putus sekolah ini lalu menimbulkan dampak negatif dalam masyarakat, seperti pengangguran, kriminalitas, kenakalan remaja, dan sebagainya.
Dengan penuh i'tikad baik, Pemerintah maupun masyarakat, membentuk suatu wadah pembinaan yang disebut, " Karang Taruna " di bawah binaan Departemen Sosial, sebagai salah satu lembaga pendidikan luar sekolah. Melalui lembaga ini, siswa putus sekolah diharapkan dapat teratasi sebahagian masalahnya, misalnya dalam meningkatkan kreativitasnya.
Penelitian ini, adalah untuk mengetahui hubungan antara Persepsi terhadap Karang Taruna dan Motivasi berprestasi dengan Kreativitas siswa SMP putus sekolah dalam Karang Taruna. Oleh karena itu penelitian ini, adalah termasuk jenis ex post facto il yakni siswa SMP putus sekolah sebagai sampel penelitian ini telah berada dan menjadi anggota Karang Taruna.
Dari topik penelitian ini dapat diketahui, bahwa yang merupakan peubah bebas (meramalkan ), adalah, Persepsi terhadap Karang Taruna dan Motivasi berprestasi, sedang peubah terikat (diramalkan), adalah kreativitas.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dengan mengambil sampel 12 Karang Taruna, yang berlokasi 12 kelurahan dengan klasifikasi, di luar kota, di pinggir kota, dan di dalam kota, dengan jumlah subyek 102 orang.
Dengan melalui kajian pustaka, lalu dikemukakan 7 buah hipotesis yang kemudian di analisis secara statistik melalui komputer, yaitu dengan korelasi tunggal dan parsial serta regresi.
Ketujuh hipotesis yang diajukan itu, semuanya diterima, yaitu .
Hipotesis 1: Ada hubungan yang signifikan antara Persepsi terhadap Karang Taruna dan Motivasi berprestasi dengan Kreativitas, siswa SMP putus sekolah.
Hipotesis 2 : Ada hubungan yang signifikan antara Persepsi terhadap Karang Taruna dengan Kreativitas siswa SMP putus sekolah.
Hipotesis 3: Tidak ada perbedaan persepsi terhadap Karang Taruna antara laki-laki dan wanita dari siswa SMP putus sekolah.
Hipotesis 4: Ada hubungan signifikan antara Motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa SMP putus sekolah.
Hipotesis 5: Tidak ada perbedaan Motivasi berprestasi antara laki-laki dan wanita dari siswa SMP putus sekolah dalam Karang Taruna.
Hipotesis 6: Ada hubungan signifikan antara Persepsi terhadap Karang Taruna dengan Motivasi berprestasi dari siswa SMP putus sekolah dalam Karang Taruna.
Hipotesis 7 : Tidak ada perbedaan kreativitas antara 1aki-laki dan wanita dari siswa SMP putus sekolah dalam Karang Taruna.
Kesimpulan umum dari penelitian ini, ialah bahwa ada hubungan signifikan antara persepsi terhadap Karang Taruna dan motivasi berprestasi dengan kreativitas. Dengan demikian persepsi terhadap Karang Taruna dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberi suiabangan terhadap kreativitas siswa SMP putus sekolah, yang berada dalam Karang Taruna. Dengan kata lain, untuk meningkatkan kreativitas siswa SMP putus sekolah yang dibina dalam Karang Taruna, maka faktor persepsi terhadap Karang Taruna dan motivasi berprestasi perlu diperhatikan.
Tesis ini ditutup dengan menyampaikan saran untuk penelitian berikutnya serta pemanfaatan hasil penelitian, di samping juga mengemukakan kelemahan dan kelebihan penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diennaryati Tjokrosuprihatono
"ABSTRAK
Raudsepp (1981) dalam uraiannya mengemukakan beberapa tantangan atau masalah yang sering ditemui saat ini. Masalah yang ditemui ini menyangkut semua dimensi kehidupan manusia, sehingga tidak dapat hanya didekati dari segi ilmiah dan teknologi semata. Pemikiran-pemikiran yang mendalam juga dituntut dalam semua bidang ilmu. Olson melihat bahwa masalah yang dihadapi bukan sebagai ancaman, tetapi tantangan untuk menggunakan kreativitas demi peningkatan diri dan menentukan strategi, metode dan teknik kreatif untuk menanggulanginya.
Perguruan Tinggi sebagai salah satu wadah pendidikan memegang peranan penting dan diharapkan mampu membuahkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam berbagai bidang ilmu yang nantinya mampu menjawab tantangan pembangunan dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan pendidikan psikologi. Sarjana Psikologi dituntut kreativitasnya dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori yang diketahuinya agar tepat dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisinya yang ada.
Sehubungan upaya memperoleh sarjana yang tangguh dan berkualitas dan mampu berprofesi dalam bidangnya, diharapkan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Psikologi bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik, minimal, ia harus pandai, kreatif dan memiliki pengikatan diri terhadap tugas dan jangan menjadi mahasiswa yang putus kuliah. Diharapkan mahasiswa harus memiliki kemampuan lain di samping kepandaian semata.
Faktor inteligensi yang tinggi saja tidaklah cukup untuk menjadi prediktor keberhasilan studi. Dari hasil beberapa penelitian, tampak adanya korelasi yang rendah antara inteligensi yang diukur dengan tes inteligensi konvensional dengan prestasi belajar. Nason (1958) menemukan koefisien korelasi 0.34 untuk anak laki-laki dan 0.39 untuk anak perempuan antara inteligensi dan prestasi belajar. Freudhoff (1955) mendapatkan korelasi sebesar 0.44 dengan sampel siswa kelas 8. Surya di Indonesia (1983) mengadakan penelitian terhadap sampel tingkat sekolah dasar. Dari hasil penelitiannya ia menemukan bahwa 10% dari jumlah siswa memiliki potensi yang tinggi tetapi tidak berprestasi dalam belajarnya. Dari penelitian diatas, tampak bahwa angka koefisien korelasi antara faktor inteligensi dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang signifikan rendah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa faktor inteligensi semata bukanlah prediktor terhadap keberhasilan atau prestasi belajar. Ada faktor lain di samping inteligensi yang juga merupakan prediktor prestasi belajar.
Surya {1983) sehubungan dengan gejala kurang berprestasi pada anak tingkat sekolah dasar lebih lanjut mengemukakan bahwa gejala berprestasi kurang bukanlah bukan lagi sebagai masalah intelektual akan tetapi lebih merupakan masalah non intelektual baik internal maupun eksternal. Kenyataan ini dialami juga oleh mahasiswa ditingkat perguruan tinggi.
Guilford dalam pidato pengukuhannya menyatakan keluhan terhadap lulusan pendidikan saat itu, yang dirasakan sangat tidak kreatif. Dari apa yang dikeluhkan Guilford terhadap sarjana lulusan pendidikan tinggi, serta diperkuat dengan penelitian lain mengenai hubungan inteligensi dengan prestasi belajar, tampak bahwa mencari siswa atau mahasiswa yang bisa berprestasi tidak bisa jika hanya mengandalkan faktor tingginya inteligensi semata, tetapi juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.
Getzels dan Jackson (1963) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kreativitas dan inteligensi memiliki kekuatan yang sama di dalam menentukan prestasi akademis seseorang. Olson {1980) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan alat ampuh yang sederhana yang merupakan milik manusia. Sedangkan Taylor menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kualitas manusia yang lebih dari kualitas . kualitas lainnya dan sangat penting dalam membentuk masa depan manusia.
Renzulli (1977) dalam penelitiannya terhadap keberbakatan memberikan pendapat yang melengkapi pandangan tentang keberhasilan belajar, terutama yang disebut sebagai mampunya seseorang dianggap 'berbakat' yang berarti ia tampil mengagumkan dalam prestasi belajarnya. Menurut Renzulli, keberbakatan baru termanifestasi jika individu memiliki 3 "cluster" yang berperan dalam dirinya, yaitu: 1) Inteligensi diatas rata-rata 2) Kreativitas yang cukup tinggi 3) Pengikatan diri terhadap tugas.
Bila dihubungkan dengan prestasi belajar, pengikatan diri terhadap tugas merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan manusia untuk mewujudkan keberhasilan belajarnya. Menurut Renzulli, inteligensi yang tinggi maupun kreativitas semata belum tentu mampu meramalkan keberhasilan belajar seseorang. Apa artinya pandai dan kreatif jika ia tidak bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas dan kewajiban-kewajibannya.
Dari kenyataan bahwa inteligensi bukanlah satu-satunya prediktor keberhasilan belajar, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang berperan, yaitu kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas.
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk turut memberi sumbangan pengetahuan terhadap khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kreativitas, yang mencakup baik segi kognitif atau cara berfikir kreatif maupun segi afektif dari kreativitas serta masalah pengikatan diri terhadap tugas.
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Mengetengahkan masalah kreativitas maupun pengikatan diri terhadap tugas dalam pendidikan Psikologi sebagai salah satu faktor yang bisa dipertimbangkan didalam bimbingan akademik mahasiswa sebagai upaya bimbingan agar mereka bisa mencapai prestasi optimal dan berhasil dalam studinya, disamping masalah inteligensi.
2. Menambah alat pengukuran kreativitas yang menyangkut aspek afektif yaitu pengukuran skala sikap kreatif bagi mahasiswa Psikologi.
3. Dikembangkannya skala sikap Pengikatan diri terhadap tugas yang merupakan salah satu prediktor keberhasilan studi.
4. Dengan dikembangkannya alat pengukuran afektif dari kreativitas yaitu skala sikap kreatif dan juga skala Pengikatan diri terhadap tugas bagi mahasiswa fakultas Psikologi, maka alat ini dapat digunakan untuk membantu mendeteksi salah satu kemungkinan dari masalah belajar yang dihadapi mahasiswa di fakultas Psikologi.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Gajah Mada dan Padjadjaran.
Metode penelitian yang dipakai adalah perhitungan multiple regression, korelasi parsial, korelasi tunggal, analisa varians.
Dari hasil penelitian dilakukan berdasarkan hipotesis yang ditegakkan, ternyata ke empat variabel penelitian yang mencakup inteligensi, kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas memiliki hubungan yang signifikan positif dengan prestasi belajar. Adapun gambaran hasil menunjukkan bahwa 13% dari varians prestasi belajar didukung oleh ke empat variabel penelitian dengan sumbangan terbesar diberikan oleh variabel pengikatan diri terhadap tugas dan diikuti oleh variabel inteligensi. Kreativitas sendiri, baik yang mencakup dimensi berfikir kreatif maupun sikap kreatif secara keseluruhan tidak memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi khususnya di Fakultas Psikologi UI, dimensi kelancaran berfikir pada cara berfikir kreatif tampaknya memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi tidak demikian halnya dengan UNPAD dan UGM.
Disamping itu beberapa variabel penelitian juga menunjukkan perbedaan pada masing-masing Fakultas Psikologi. Variabel inteligensi tampak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD, tetapi pada Fakultas lainnya (UI & UGM), tidak signifikan. Pada variabel sikap kreatif, tampaknya pada mahasiswa Fakultas Psikologi UI menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif dengan prestasi belajar, artinya semakin memiliki sikap kreatif, prestasi belajar yang ditampilkan semakin kurang baik. Tapi tidak demikian halnya dengan mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD dan UGM."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>