Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetty Rimenda
Abstrak :
ABSTRAK
Disertasi ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara kondisi kongruen dan inkongruen ketika konsumen melihat model iklan yang sebaya dan lebih tua. Ketika konsumen mempersepsikan usianya kongruen ketika melihat model iklan, maka dapat lebih mempengaruhi persepsi produk untuk saya, persepsi evaluasi dan persepsi referensi yang akhirnya mempengaruhi sikap terhadap produk.  Untuk menjawab pertanyaan itu, maka pada penelitian ini diadakan dua studi. Setudi satu membuktikan bahwa kondisi kongruen terjadi pada saat konsumen melihat model iklan yang usianya lebih tua, sedangkan kondisi inkongruen terjadi ketika konsumen melihat model yang sebaya. Study 2 menjawab pertanyaan yang mucul pada studi 1, yaitu persepsi inkongruen anak usia tween yang melihat model iklan sebaya dapat dipengaruhi dengan memperlihatkan model iklan sebaya.
ABSTRACT
This dissertation aims to examine the differences between the conditions congruent and incongruent when consumers see the advertising model of the same age and older. When consumers perceive congruent age when seeing the advertising model, it may be affecting the perception of the product for me, perceptual evaluation and perception of reference which ultimately affect attitudes toward the product. To answer that question, so in this study conducted two studies. One of the studies prove that the congruent condition occurs when consumers see the advertising model who is older, while the incongruous condition occurs when consumers see a model of the same age. Study 2 answer the questions that appear on the first study, the perception incongruous tween -age children who saw the ad model peer can be influenced by peer advertising model show

2016
D2732
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Oktafianto
Abstrak :
Fungsi media selain sebagai sumber informasi, juga mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi kesadaran khalayak. Produsen Extra Joss menggunakannya melalui penciptaan simbol atau tanda dalam upaya mempengaruhi kesadaran, yang mencakup pembentukan makna melalui audio, benda-benda, dan aktivitas yang merupakan sistem tanda. Dalam iklan Extra Joss versi laki, nilai-nilai maskulin dikembangkan dalam narasi iklannya. Permasalahan yang diteliti ialah “Bagaimana representasi maskunilitas pada produk minuman energi dalam iklan televisi?” Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis dengan metode semiotika Roland Barthes yang menganalisis pemaknaan dua tahap tanda. Hasilnya, ditemukan adanya konstruksi pesan maskulinitas pada iklan televisi Extra Joss versi laki secara jelas dan terepresentasi dalam iklan Extra Joss versi laki. Terdapat tiga karakteristik maskulinitas tradisional dalam iklan Extra Joss dan tidak dijumpai karakteristik maskulinitas baru atau yang disebut juga metroseksual. Tiga karakteristik maskulinitas tradisional dalam iklan Extra Joss versi laki yang ditemukan adalah bahwa laki-laki tidak boleh mengeluh walaupun dalam kondisi capek. Yang kedua adalah mitos kejantanan laki-laki dan ketiga adalah mitos kekuatan laki-laki. Media pun turut andil dalam membentuk citra maskulin. Iklan sebagai tayangan yang sering tampil di televisi telah memproduksi representasi maskulinitas yang ada di Indonesia. ......The function of the media apart from being a source of information, also has the power to influence public awareness. Extra Joss producers use it through the creation of symbols or signs in an effort to influence consciousness, which includes the formation of meaning through audio, objects, and activities which are a sign system. In the Extra Joss Television ad, masculine values ​​are developed in the advertising narrative. The problem studied is "How is the representation of masculinity in energy drink products in television commercials?" The paradigm used in this research is the constructivist paradigm with Roland Barthes' semiotic method which analyzes the two-stage sign's meaning. As a result, it was found that the construction of a masculinity message in the television ad “Extra Joss versi laki” was clearly represented in the television ad “Extra Joss versi laki”. There are three characteristics of traditional masculinity in Extra Joss advertisements and there is no new masculinity characteristic or what is also called metrosexual. Three characteristics of traditional masculinity in the television ad “Extra Joss versi laki” that were found were that men should not complain even when they are tired. The second is the myth of male virility and the third is the myth of male power. The media also took part in forming a masculine image. Advertisements as shows that often appear on television have produced representations of masculinity in Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Ina Rohana
Abstrak :
Keadaan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat negara berkembang masih dihadapkan dengan berbagai masalah, diantaranya masalah kesehatan. Departemen Kesehatan RI sebagai instansi yang berwenang terhadap masalah ini, berusaha mengatasinya dengan mengadakan penyuluhan di berbagai media massa dengan tu juan khusus yaitu peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Salah satu media massa yang dipergunakan adalah televisi (TV), karena TV mempunyai fungsi-fungsi yang rnernbuat media ini lebih efektif sebagai sarana penyebaran pesan-pesan kesehatan, antara lain rnelalui acara sinetron. TVRI adalah badan siaran rnilik pemerintah, yang tidak menayangkan iklan bagi surnber dananya melainkan hanya mernperoleh dana dari iuran televisi dan subsidi dari APBN, sehingga menyebabkan adanya keterbatasan dana untuk produksi dan siarannya . Namun demikian TVRI didukung oleh keunggulan jangkauannya yang luas sebesar 900. ooo km persegi untuk seluruh wilayah Indonesia. Dengan · kondisikondisi tadi , maka oleh Departemen Kesehatan RI, TVRI dipilih sebaga i media untuk penayangan sinetron dengan pesan-pesan kesehatan, atmaha pen anaan produksi sinetron ini diperoleh dari Depatemen Kesehatan RI. Sinetron seba,gai acara. hiburan yang disisipi pesan pendidikan kesehatan, memerlukan alur cerita yang terpadu agar tidak iari dari fungsi utamanya dimana , sinetron adalah sebagai acara hiburan. Dengan pendekatan e ntereducation maka disajikan sebuah cerita engenai kehidupan keluarga dokter muda, yaitu melalui cerita sinetron seri Sartika. Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana pesan-pesan kesehatan ini dikemas, dengan melakukan metode penelitian analisis isi pesan. Dari analisis isi yang dilakukan terhadap pesan-pesan kesehatan dalam sinetron Sartika periode Agustus 1989 sampai dengan Pebruari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S4078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniadi
Abstrak :
Televisi sebagai media massa mempunyai pengaruh yang kuat terhadap audiensnya, banyak renelitian yang telah membuktika hal tersebut. Gerbner (1956) melakukan studi tentang efek televisi terhadap individu yang terkena terpaan televisi dan yang tidak terkena terpaan, dari hasil J?enelitiannya dihasilkan Cu?tivation Theory. Di san ia menjelaskan bahwa terpaan tayarigan televisi yang berkesinambungan mempengaruhi pola pikir seseorang. T elevisi sebagai media, menampilkan realitas yang dibentuk · oleh pekerja media. ealitas ini akan tert am dalam benak audien yang lambat laun akan menjadi realita s0sial. Penanaman ini terjadi dalam kurun waktu tertentu. Banyak lagi penelitian yang telah membuktikan pengaruh elevisi. Penelitian ini pu masih.. dalam rangkaian pembuktian pengaruh televisi terhadap individu, hanya saja jenis pengaruh yang menjadi fokus perhatian adalah pengaruh terhadap nilat-nilai religius yang dimiliki oleh . individu. Banyak anggapan bahwa televisimempunyai andil terhadap turunnya nilai-nilai masyarakat dewasa ini, namun pembuktian dari an gapan tersebut ja ang sekali ditemukan. Penelitian ini mencoba menjawab tantangan tersebut. Pengaruh televisi terhadap individu tidak dilihat sebagai proses linear yang kaku, seakan-akan tidak ada faktor lain yang turut mempengaruhi proses tersebut. Kondisi lingkugan sekitarnya ataupun bentuk-bentuk pengaruh dari keluarga dan ternan sepermainan turut membentuk nil i religius p,ada indiviou. Faktor-faktor lain dalam proses tersebut berusaha diketengahkan dalam penelitian in·, namun penelitian ini tetap memfokuskan pada kajian efek media tersebut, yakni pengaruh televisi terhadap religiusitas seseorang. Apakah televisi menimbulkan efek yang mempengaruhi sistem religius seseorang dengan latar belakang sistuasi religius lingkungan sekitarnya. Latar belakang kondisi religius ini yang kemudian oleh Geertz dikategorikan menjadi santri, abangan, dan priyayi ini kemudian banyak digunakan sebagai bahan acuan dalam pengkategorian masyarakat Jawa. Hanya saja kemudia pengkategorian ini mendapat banyak bantahan, karena abangan dan santri merupakan pengaktegorian berdasarkan status religiusnya sedangkan priyayi lebih merupakan pengaktegorian berdasarka status sosial yang dihubungkan dengan kedekatan pada komunitas keraton Penggunaan santri dan abangan dalam penelitia ini ingin menghindari kerancuan pengaktegorian tersebut namun masih tetap melihat latar belakang religisu individu. Santri digunakan untuk menunjuk pada se~orang yapg menuntut ilmu di pesantren dan bertempat tinggal di sana. Istilah ini juga digunakan untuk menunjuk kelompok salah satu agama yang berada di Jawa, yang ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual serta berpegang teguh kepada doktrin agama. Abangan secara harfiah berarti merahan, istilah ini dignakan untuk menunjuk 'kelompok yang mengaku muslim, tetapi kurang acuh terhadap doktrin agama dan terpesona oleh detail keupacaraan dan slametan. Kondisi masyarakat semacam ini masih terlihat di Cirebon. Pengambilan populasi pada masyarakat Cirebon didasarkan pada latar belakang sejarahnya. Cirebon pernah menjadi pusa penyebaran Islam pada akhir abad 18, di tempat ini pula pernah tinggal Sunan Gunung Jati salah satu dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa. Kemudian masyarakat Cirebon mernitiki karakteristik masyarakat yang dapat digolongkan pada dua klasifikasi tersebut. perbedaan yang menyolok pada masyarakat tersebut adalah dengan banyaknya pesantren yang berkembang di Cirebon namun banyak pula masyarakat yang masih menganut adat peninggalan nenek moyang mereka. Penggunaan media jika dilihat dari teori uses and effect memiliki tiga unsur .. Pertama adalah konse uensi, konsekuensi di sini adalah e(ek kehilangan waktu, tidak melakukan tindakan lain dan segala sesuatunya karena menggunakan media kedua adalah effect, effect disini adalah pengaruh yang terjadi pada individu ~ena isi media yang digunakan. Ketiga adalah konsefeks, . konsefeks disini adalah akibat yang dihasilkan secara bersama-sama antara konsekuensi dan dan effect pada seseorang. Sedangkan religius sebagai efek dilihat dalam tiga'dimensi efek, kognitif: afektif: dan konati£ Sesuai dengan paradigma positivis, penelitian ini menggunakan teknik analisa statistik alpha cronbach, t test, pearson correlation, regresi linear, dan z test untuk dua sampel independen. Sedangkan pengumpulari data primer menggunakan kuesioner, namun untuk mendukung interpretasi penelitian ini menggunakan data literatur dan wawancara terhadap tokoh yang kompeten. Pengambilan sampel menggun.ak,an{lustering . sampling, sampel yang ditarik adalah 30 responden dari masing-masing karakteristik. Clustering sampling ini mengakibatka hasil penelitian hanya bisa dilihat pada populasi yang berdekatan dengan sampe~ tidak bisa diterapkan pada kelompok populasi Analisa data yang melihat sampai hubungan p~ masing-masing dimensi membuktikan beberapa hipotesis penelif ditolak, nilai signifikansi tidak mencapai batas maksimum yang diperbOle an. Secara umum kesimputan yang dapat ditarik adalah pola religius Santri memiliki religiusitas yang kuat. Sedangkan pada masyarakat abangan po Ia religiusnya cenderung lebih lemah dibandingkan sntri. Nilai-nilai religius · masyarakat abagan kuat pada level kognitif, tetapi pada level selanjutnya semakin melemah. Pola menonton televisi santri hanya untuk · mengisi waktu luang saja, sedangkan pada masyarakat abangan pola menonton televisi masyarakat abangan merupakan masyarakat yang melakukan pemilihan cara televisi. Hampir semua pengujian yang memasukkkan variabel ketiga tidak signifikan. Berarti bahwa sosialisasi agama tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen. Ada uji antar hubungan yang ~cara signifikan membuktikan bahwa variabel ternan dan keluarga ini mempengaruhi hubungan antara televisi dan religiusitas. Pada masyarakat santri variabel ternan mempengaruhi hubungan televisi dan religiusitas pada hubungan antara konsekuensional dengan religisusitas, konsekuensional dengan aspek kognitif religiusitas, dan konsekuensional dengan aspek afektif religiusitas. Hubungan antara isi televisi dan religiusitas temyata berbanding positif. Efek televisi mempunyai arah positif terhadap religiusitas, semakin besar efek yang terjadi maka sernakin besar pula religiusitas seseorang. Jadi semakin menggunakan isi televisi maka sernakin religius. Hal ini karena sampel memiliki penanaman religiusitas yang kuat. Keinudian hal ini membe~t~ filter pada mereka untuk menerirna pengaruh dari televisi. Penggunaan pandaiigan active audiens yang melatar belakangi teori uses and effect . telah dibuktikan pada sampel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini sudah berusaha membuktikan hubungan antara penggunaan televisi dengan efek religiusitas audiens. Namun disadari penelitian ini masih tetap memiliki kekurangan
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisjnu Wardhana
Abstrak :
Bidang periklanan di Indonesia saat ini sudah berkembang sedemikian rupa menjadi sebuah industri raksasa. Namun hingga saat ini belum ada suatu peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai masalah periklanan dan sebagai akibatnya praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan yang dilakukan oleh pengiklan dan perusahaan periklanan sudah sering terjadi. Perjanjian periklanan yang merupakan titik awal perikatan antara pengiklan dengan perusahaan periklanan dan sekaligus menjadi titik awal proses produksi sebuah iklan seharusnya mampu menjadi sarana pencegah terjadinya praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, dengan merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat ke dalamnya namun ternyata hal ini belum menjadi perhatian serius bagi kalangan pelaku usaha periklanan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, memberikan fakta mengenai adanya praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, serta memberikan gambaran mengenai pentingnya merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat kedalam suatu perjanjian periklanan. Berdasarkan penelitian, maka Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan. Sayangnya dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen tidak dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan etika periklanan. Berdasarkan penelitian ini pula, terungkap bahwa perjanjian periklanan tidak merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, karena pelaku usaha periklanan, khususnya pengiklan dan perusahaan periklanan tidak menjadikan masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan ini sebagai suatu masalah yang serius. Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, persaingan usaha tidak sehat melalui iklan merupakan suatu tindakan yang dilarang, dan kalangan pelaku usaha periklanan belum merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat ini ke dalam perjanjian periklanan yang dibuat oleh dan antara pengiklan dengan perusahaan periklanan. Sebagai saran, maka sebaiknya Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan etika periklanan dalam hal ini serta pelaku usaha periklanan sebaiknya menjadikan masalah praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan ini sebagai suatu masalah serius dan melakukan pencegahan dengan merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat kedalam suatu perjanjian periklanan.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S20626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dewan Periklanan Indonesia, 2020
343.082 ETI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library