Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhan Mubarak
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH adalah gangguan perilaku yang dapat diterapi dengan angka prevalensi yang cukup tinggi dan dapat merugikan pasien hingga usia dewasa. Namun, kepatuhan pasien untuk mengikuti terapi GPPH cukup rendah dan menjadi masalah yang cukup besar, karena pasien GPPH yang tidak mengikuti rencana terapi dengan baik dapat mengalami gangguan dalam perbaikan klinis. Selain itu, belum ada penelitian mengenai hubungan kepatuhan pengobatan terhadap lama perbaikan klinis GPPH. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan terhadap lama perbaikan klinis GPPH. Penelitian ini adalah penelitian metode cross-sectional dengan menggunakan rekam medis penderita GPPH yang mengikuti kontrol di Poliklinik Psikiatri Anak-Remaja RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2016, dengan 59 sampel. Angka kepatuhan pemberian metilfenidat pada pasien GPPH di RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 27,1 n=59 . Kepatuhan pengobatan memiliki hubungan terhadap perbaikan GPPH dengan nilai P= 0,04, odds ratio sebesar 3,71, dan rasio prevalensi sebesar 1,84. Dalam penelitian ini, teramati bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh prioritas pasien dalam pengobatan, adanya komorbiditas, masalah pada lingkungan sosial pasien, dan efektivitas kerja obat yang dirasakan pasien. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan meningkatkan perbaikan GPPH dalam waktu 4-6 minggu sebanyak dua kali dibandingkan jika tidak patuh meminum obat.
ABSTRACT
Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is a behavioral disorder that is treatable with a high prevalence number and could be a burden until adulthood. Adherence to ADHD therapy is considerably low and become a burden as ADHD patients with poor compliance could have an impaired clinical outcome. There has been no research about association between ADHD treatment adherence and clinical outcome of ADHD. This research implies to give knowledge about the association between ADHD treatment adherence and the clinical improvement. The method used is cross sectional method by using medical records of ADHD patients who have done the control within the range of January 1st, 2014 December 31st, 2016, with 59 medical records obtained. The adherence of ADHD medication in RSUPN Cipto Mangunkusumo is 27,1 n 59 . There is an association between ADHD treatment adherence and ADHD improvement with P value 0,04, odds ratio 3,71, and prevalence ratio 1,84. Within this research, it is observed that patient rsquo s behavior to prioritize other diseases, presence of comorbidities, patient rsquo s social issues, and methylphenidate rsquo s effectiveness are the factors to affect treatment adherence. In conclusion, medication adherence increases ADHD symptoms improvement in 4 6 weeks two times than those without treatment adherence.Keywords ADHD, treatment adherence
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Hanifah
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas elemen sentuh ruang terapi Sensori Integrasi sebagai bagian dari lingkungan terapi anak yang berperan dalam beberapa aspek untuk mendukung penyembuhan anak. Pengalaman sentuh sebagai bagian dari proses penyembuhan anak GPPH dialami melalui terapi Sensori Integrasi SI yang berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan anak dan respons terhadap sensasi dari lingkungan. Anak GPPH mengalami ruang SI dengan bergerak dan berinteraksi dengan elemen sentuh yang bervariasi melalui aktivitas bermain. Tulisan ini mencoba mengkaji karakteristik elemen sentuh yang berperan dalam penyembuhan anak GPPH, bagaimana anak mengalami ruang dengan menyentuh dan bergerak untuk kebutuhan terapi, serta aspek lingkungan terapi yang mendukung. Studi kasus di YPAC menganalisis elemen sentuh yang tersedia dan hubungannya terhadap pengalaman sentuh anak GPPH berbagai tipe. Melalui penulisan skripsi ini, didapat bahwa elemen sentuh di ruang terapi Sensori Integrasi memiliki karakteristik yang bervariasi, sehingga membentuk lingkungan yang kaya sensori dengan permukaan yang dijadikan media untuk melatih keseimbangan-koordinasi, tenang, dan fokus. Permukaan dengan tekstur yang menantang pada ruang terapi SI terbatasi dalam segi luasan kontak dengan tubuh maupun melalui elemen yang dapat dipindah dengan mengalihkan ke sensasi tekanan sehingga peletakan elemen pada ruang terapi SI menunjang anak GPPH yang sensitif terhadap sentuhan.
ABSTRACT
This thesis discuss about tactile element as a part of children therapeutic environment that has several role to support healing process. Tactile experience as part of therapeutic process of ADHD children through Sensory Integration SI therapy contributing in children rsquo s ability enhancement and response to environment. ADHD children experience the space by moving and making contact with tactile element through play as therapy strategy. This writing reviews the characteristic of tactile elements that have roles to heal ADHD children, how children experience the space for therapeutic purpose, and the therapeutic setting aspects. The analysis of case studies in YPAC Jakarta was conducted to capture existing tactile element with tactile experience of ADHD children in variety types. Finding show that tactile element in SI therapeutic space has variety of characteristics that create sensory rich environment with its surface as medium to train balance coordination, calm, and focus. The challenging texture is limited in body contact area also through loose element by replacement to pressure sensation so that element arrangement in SI therapeutic space support ADHD children that have tactile defensiveness.
2017
S67297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Chrisnatalia
Abstrak :
ADHD adalah suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan tersebut memiliki 3 gejala utama, yaitu inattention (ketidakmampuan memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar, 2000). Akibat adanya gejala-gejala tersebut, anak ADHD sering mengalami masalah akademis atau kesulitan untuk berprestasi optimal di sekolah, dimana 75 % dari para penyandang ADHD mengalami kesulitan belajar (Mash & Wolfe, 1999). Prestasi akademis mereka cenderung rendah tetapi hal tersebut bukan disebabkan oleh kemampuan intelegensi mereka, melainkan oleh kesulitan dalam menerapkan kemampuan intelektual tersebut dalam situasi yang mereka hadapi sehari-hari. Beberapa literatur mengutarakan bahwa kondisi ADHD berkaitan erat dengan kurang atau lemahnya kemampuan pengendalian diri. Menurut Sarafino (1996), kemampuan pengendalian diri berfungsi menahan atau menunda pemuasan dorongan-dorongan atau hasrat yang ada di dalam diri seseorang. Kurangnya kemampuan pengendalian diri pada anak ADHD dapat terlihat dalam gejala impulsivitas dan hiperaktif (Flick, 1998). Gejala impulsif menunjukkan bahwa anak ADHD tidak mampu menahan diri untuk menunggu dalam waktu te1tentu sebelum bertindak atau berbicara. Sama seperti gejala impulsif, gejala hiperaktif juga menunjukkan ketidakmampuan anak untuk menahan dorongan dari dalam diri untuk melakukan gerakan-gerakan secara berlebihan. Masalah dalam penguasaan diri dan aktualisasi kemampuan akademis perlu diatasi. Jika dibiarkan terus menerus tanpa ada intervensi, maka anak dapat semakin terpuruk dalam bidang akademis. Mengingat dampak gejala impulsivitas dan hiperaktifitas terhadap perkembangan keterampilan akademis dan kepribadian anak secara umum, maka peneliti tertarik untuk melakukan intervensi kepada anak ADHD dalam bentuk pelatihan kendali diri. Salah satu bentuk pelatihan kendali diri adalah pelatihan kendali diri dengan menggunakan teknik progressive delayed reinforcement dan kegiatan pengalih (Dixon, Binder & Ghezi, 2000). Pelatihan dengan teknik ini berangkat dari definisi kendali diri menurut pendekatan behavioral yaitu sebagai kemampuan untuk menunda pemuasan kebutuhan secara (immediate gratification ) atau kemampuan untuk memilih penguat yang lebih besar yang diberikan setelah penundaan (penguat-besar­ tertunda/larger delayed reinforcement ) daripada memilih penguat yang lebih kecil, namun diberikan segera (penguat-kecil-segera/sma/ler immediate reinforcement ) (Ainslie, Rachlin, & Green, dalam Dixon, dkk, 1998). Berdasarkan definisi tersebut, pelatihan dengan teknik tersebut, melatih kemampuan kendali diri dengan cara menghadapkan individu kepada dua pilihan penguat, yaitu penguat-kecil-segera dan penguat-besar­ tertunda. Adanya kebiasaan anak untuk belajar menunda pemuasan kebutuhan, diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak dalam menunda pemuasan kebutuhan segera yang pada gilirannya akan menguatkan kemampuan pengendalian dirinya. Jangka waktu penundaan penguat-besar-tertunda ditingkatkan secara bertahap untuk meningkatkan kendali diri anak. Pelatihan kendali diri dalam penelitian ini selain menggunakan teknik progressive delayed reinforcement dan kegiatan pengalih juga menggunakan teknik modelling. Kegiatan pengalih yang digunakan adalah perilaku defisit pada anak yaitu duduk dan menge1jakan tugas. Selain itu kegiatan pengalih yang digunakan adalah self statement rule yang berfungsi sebagai instruksi diii bagi anak untuk mengerjakan tugasnya. Modelling dilakukan untuk mempengaruhi anak untuk tetap menampilkan kendali diri ketika diberikan pilihan penguat. Hasil pelatihan menunjukkan peningkataan kendali diri, yang dilihat dari dua indikator. Pertama, adanya peningkatan kecenderungan anak untuk memilih penguat-besar-te 1iunda. Kedua, adanya peningkatan jangka waktu perilaku duduk dan mengerjakan tugas pada anak ADHD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan kendali diri terjadi jika penguat-kecil­ segera diberikan jangka waktu penundaan juga.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Garland, Teresa
Abstrak :
Keeping children's bodies, minds and emotions on task just got easier with this new book from self-regulation expert Teresa Garland. It features more than 200 practical and proven interventions, strategies and adaptation for helping children gain more control over their lives. Each chapter provides rich background and theoretical material to help the reader better understand the issues our children face. Topics include: Basic and advanced methods to calm a child and to prevent outbursts and melt-downs; Interventions to help with attention problems, impulse control, distractibility and the ability to sit still; Stories and video-modeling for autism, along with techniques to quell repetitive behaviors; Sensory strategies for sensitivity and craving; Behavioral and sensory approaches to picky eating; Ways to increase organization skills using technology and apps; Strategies for managing strong emotions as well as techniques for releasing them. Keeping children bodies, minds and emotions on task just got easier with this new book from self-regulation expert Teresa Garland. Featuring more than 200 practical and proven interventions, strategies and adaptation for helping children gain more control over their lives. Each chapter provides rich background and theoretical material to help the reader better understand the issues our children face. Topics include: =​ Basic and advanced methods to calm a child and to preventing outbursts and melt-downs =​ Interventions to help with attention problems, impulse control, distractibility and the ability to sit still =​ Stories and video-modeling for autism, along with techniques to quell repetitive behaviors =​ Sensory strategies for sensitivity and craving =​ Behavioral and sensory approaches to picky eating =​ Ways to increase organization skills using technology and apps =​ Strategies for managing strong emotions as well as techniques for releasing them.
Eau Claire, Wisconsin: Pesi Publishing Media, 2014
618.92 GAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Clare Stanford, editor
Abstrak :
In this volume there is a strong emphasis on translational science, with preclinical approaches suggesting new directions for development of new treatments. Individual chapters describe how neuroimaging, neuroendocrine, genetic and behavioral studies use powerful research tools that are offering a completely new understanding of the factors that increase vulnerability to ADHD. The clinical impact of co-morbid problems, especially obesity and substance misuse, are highlighted and explain what such problems can tell us about the etiology of ADHD, more generally. Reviews of the pharmacology of established drug treatments for ADHD justify an exciting novel theory for their therapeutic actions and address questions about the effects of their long‑term use.
Berlin: [, Springer], 2012
e20417778
eBooks  Universitas Indonesia Library