Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qatra Dini Seprida
Abstrak :
Infeksi menular seksual hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, balk di negara maju maupun di negara berkembang. Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi bersifat lokal di tempat inokulasi. Waria merupakan kelompok risiko tinggi untuk terkena gonore faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian besar bersifat asimtomatis, maka sering tidak disadari sehingga dapat menjadi somber penularan. Penelitian ini merupakan survei potong lintang analitik, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi gonore faring dan gonore rektum pada populasi waria, serta hubungan antara perilaku seksual dengan kedua infeksi di atas. Diagnosis gonore faring dan rektum ditegakkan berdasarkan pemeriksaan PCR. Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai dengan Juli 2006. Pemeriksaan dilakukan terhadap 43 SP, yaitu waria yang berkunjung ke klinik PKBI Jakarta Timur yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan spesimen dari daerah faring dan rektum untuk pemeriksaan gonore dengan PCR. Setelah itu dilakukan pencatatan, perhitungan, dan analisis statistik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Arina Puspa Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menganalisis mengenai perkembangan Lesbian, Gay, Bisex, dan Transgender di wilayah Jakarta Selatan. Permasalahan yang berkembang dimasyarakat bahwa salah satu badan PBB yakni United Nations Development Programme (UNDP) akan mengucurkan dana untuk mendukung dan membesarkan komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Indonesia. Dalam menganalisis permasalahan tersebut, penulis menggunakan teori Etika Imperatif Kategoris Immanuel Kant dan Etika Situasi menurut Joseph Fletcher, Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial menurut Parsudi Suparlan, Teori Penyimpangan Seksual menurut Tb. Ronny Nitibaskara, Teori Hak Asasi Manusia menurut Koesparmono Irsan, Teori Hiperrealitas dalam Media Massa menurut Jean Baudrillard, dan konsep Pemolisian Masyarakat (Community Policing). Penulis menggunakan teori tersebut sebagai pisau analisis untuk mengupas teori dan dikaitkan dengan fakta yang ada. Analisis yang penulis tuangkan pada tesis ini akan dikaitkan antara teori dan fakta yang ada, tiap teori dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada. Fakta menunjukkan bahwa kelompok LGBT diperlukan pendekatan secara persuasif oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam merangkul mereka sebagai kelompok masyarakat. Solusi yang dapat dilakukan oleh anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam medekatkan diri kepada kelompok LGBT yakni menonjolkan sifat kasih sayang pada mereka dan menjalankan tugas pokoknya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab secara moral dengan kata lain demi kewajiban. Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari tesis ini bahwa kelompok LGBT bukan kelompok yang dijauhi karena mereka memiliki hak yang sama dan sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib memberikan pendekatan kepada mereka. Selain itu, dalam bertindak anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) termasuk dalam memberikan arahan dan pendekatan kepada kelompok LGBT
ABSTRACT
This thesis analyses the phenomenon of Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender in South Jakarta. Rumour has shown that United Nations Development Program (UNDP) will donate their movement in Indonesia. Within the context of analysis, there are several theories and one concept will be put to use, such as categorical imperative theory by Immanuel Kant, situation ethic by Joseph Fletcher, sociological theory of social change by Parsudi Suparlan, sexual deviance theory by Tb. Ronny Nitibaskara, human rights theory by Koesparmono Irsan, hyperreality theory in mass media by Jean Baudrillard, and community policing concept. In terms of police duty, Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender need to care with persuasive approach as a part of society. Indonesian National Police (INP) must get closer to them in order to fulfil their social responsibilities. As a conclusion, Lesbian, Gay, Bisex, and Transgender isn?t prohibited group in society because they are equal in society. Indonesian National Police needs to uphold human rights value in every way. In terms of police duty, Lesbian,Gay, Bisexual, and Transgender need to care with the persuasive approach as a part of society. Indonesian National Police must use persuasive approach to encourage them as a social group. They need to treat them carefully by using their consciousness (moral value) as a human. Indonesian National Police must closer to them in order to fulfil their social responsibilities. As a conclusion, LGBT aren?t prohibited group in society because they are equal in society. Indonesian National Police needs to uphold human rights value in every way
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grant Nixon
Abstrak :
Penelitian ini mengeksplorasi pergumulan mahasiswa seminari Kristen dalam merengkuh identitas biseksual pada konteks Indonesia. Lebih spesifik, saya menelusuri pengalaman ketubuhan para mahasiswa seminari biseksual, strategi negosiasi yang hidupi, dan agensi seksual yang lahir dari interaksi antara pengalaman ketubuhan dan strategi negosiasi mahasiswa seminari biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi feminis yang menempatkan keberpihakan terhadap kelompok ragam gender dan seksualitas. Lima subjek yang mengidentifikasi diri sebagai biseksual diwawancarai secara mendalam. Penelitian ini mengungkap pengalaman ketubuhan yang partikular, multidimensional, dan kompleks pada masing-masing individu mahasiswa seminari biseksual. Berangkat dari pengalaman tersebut, muncul paling tidak tiga tema utama sebagai strategi negosiasi yang mereka hidupi: mempolarisasi identitas seksual dan keyakinan agama, menghidupi standar ganda, dan melakukan reinterpretasi teologis terhadap pengalaman serta identitasnya. Agensi seksual yang terbangun juga nampak partikular dan dilakukan dalam kompromi dengan konteks sosial yang heteronormatif. Penelitian ini menawarkan kebaruan dalam perluasan wacana biseksual, khususnya dalam memperjumpakan identitas seksual dan keyakinan agama pada konteks Indonesia. ......This study explored the struggles of Christian seminary students in embracing bisexual identity in the Indonesian context. More specifically, I explored the bodily experiences of bisexual seminary students, lived negotiation strategies, and sexual agency taken of the interaction between bisexual seminary students' bodily experiences and negotiation strategies. This study used a feminist phenomenological approach that takes side with groups of various genders and sexualities. Five subjects who identified as bisexual were interviewed in depth. This study reveals the particular, multidimensional, and complex bodily experiences of each individual bisexual seminary student. Based on this experience, at least three main themes emerged as their negotiating strategies: polarizing sexual identity and religious beliefs, living double standards, and carrying out theological reinterpretations of their experiences and identities. Sexual agency that is built also seems particular and is carried out in a compromise with a heteronormative social context. This research offered novelty in the elaboration of bisexual discourse, especially in sexual identity and religious beliefs engagement in the Indonesian context.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grant Nixon
Abstrak :
Penelitian ini mengeksplorasi pergumulan mahasiswa seminari Kristen dalam merengkuh identitas biseksual pada konteks Indonesia. Lebih spesifik, saya menelusuri pengalaman ketubuhan para mahasiswa seminari biseksual, strategi negosiasi yang hidupi, dan agensi seksual yang lahir dari interaksi antara pengalaman ketubuhan dan strategi negosiasi mahasiswa seminari biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi feminis yang menempatkan keberpihakan terhadap kelompok ragam gender dan seksualitas. Lima subjek yang mengidentifikasi diri sebagai biseksual diwawancarai secara mendalam. Penelitian ini mengungkap pengalaman ketubuhan yang partikular, multidimensional, dan kompleks pada masing-masing individu mahasiswa seminari biseksual. Berangkat dari pengalaman tersebut, muncul paling tidak tiga tema utama sebagai strategi negosiasi yang mereka hidupi: mempolarisasi identitas seksual dan keyakinan agama, menghidupi standar ganda, dan melakukan reinterpretasi teologis terhadap pengalaman serta identitasnya. Agensi seksual yang terbangun juga nampak partikular dan dilakukan dalam kompromi dengan konteks sosial yang heteronormatif. Penelitian ini menawarkan kebaruan dalam perluasan wacana biseksual, khususnya dalam memperjumpakan identitas seksual dan keyakinan agama pada konteks Indonesia. ......This study explored the struggles of Christian seminary students in embracing bisexual identity in the Indonesian context. More specifically, I explored the bodily experiences of bisexual seminary students, lived negotiation strategies, and sexual agency taken of the interaction between bisexual seminary students' bodily experiences and negotiation strategies. This study used a feminist phenomenological approach that takes side with groups of various genders and sexualities. Five subjects who identified as bisexual were interviewed in depth. This study reveals the particular, multidimensional, and complex bodily experiences of each individual bisexual seminary student. Based on this experience, at least three main themes emerged as their negotiating strategies: polarizing sexual identity and religious beliefs, living double standards, and carrying out theological reinterpretations of their experiences and identities. Sexual agency that is built also seems particular and is carried out in a compromise with a heteronormative social context. This research offered novelty in the elaboration of bisexual discourse, especially in sexual identity and religious beliefs engagement in the Indonesian context.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanisa Purwantari
Abstrak :
LSL merupakan populasi kunci HIV yang paling berisiko dibandingkan dengan populasi lainnya. Salah satu strategi penanggulangan HIV/AIDS adalah VCT yang bertujuan untuk meningkatkan penemuan kasus HIV. Diketahui baru 59% LSL yang sudah pernah memanfaatkan VCT di Indonesia. Persepsi individu terhadap HIV/AIDS dan VCT dan faktor modifikasi diketahui dapat mempengaruhi LSL dalam memanfaatkan VCT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan VCT pada LSL di Bogor tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan secara daring dengan jumlah responden 108 orang. Pemanfaatan VCT sebagai variabel dependen, sedangkan faktor modifikasi (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pengetahuan), persepsi individu (persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan) serta isyarat untuk bertindak sebagai variabel independen. Data dianalisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil proporsi tertinggi pada kelompok LSL yang pernah memanfaatkan VCT sebesar 70,4%, 84,3% berumur £ 30 tahun, 63,0% pendidikan terakhir menengah, 63,9% bekerja, 59,3% memiliki pengetahuan yang rendah, 55,6% memiliki persepsi kerentanan tinggi atau rentan, 51,9% memiliki persepsi keparahan tinggi atau parah, 52,8% memiliki persepsi manfaat tinggi, 60,2% memiliki persepsi hambatan rendah, dan 68,5% memiliki isyarat untuk bertindak tinggi. Terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,034), persepsi manfaat (p=0,001), dan persepsi hambatan (p=0,001) dengan pemanfaatan VCT. Hasil penelitian menyarankan untuk optimalisasi kegiatan penyuluhan terkait HIV/AIDS dan pemanfaatan VCT kepada kelompok LSL oleh petugas kesehatan dan LSM. ......MSM is the key HIV population most at risk compared to other populations. One of the HIV/AIDS prevention strategies is VCT which aims to increase HIV case finding. It is known that only 59% of MSM have used VCT in Indonesia. Modifying factors and individual perceptions of HIV/AIDS and VCT are associated to the utilization of VCT among MSM. This study aims to determine the factors related to the use of VCT in MSM at ​​Bogor in 2021. This study used a cross-sectional design with purposive sampling. Data were collected through questionnaires distributed online with a total of 108 respondents. Utilization of VCT as the dependent variable, while the modifying factors (age, last education, occupation, and knowledge), individual perceptions (perceived vulnerability, perceived severity, perceived benefits, and perceived barriers) and cues to action as independent variables. Based on the results of the analysis, it was found that the highest proportion of MSM groups who had used VCT was 70.4%, 84.3% aged £30 years, 63.0% had secondary education, 63.9% worked, 59.3% had low knowledge, 55.6% had a high perception of susceptibility, 51.9% had a high perception of severity, 52.8% had a high perceived benefit, 60.2% had a low perceived barrier, and 68.5% had a high cue to action. There is a relationship between knowledge (p=0.034), perceived benefits (p=0.001), and perceived barriers (p=0.001) with the use of VCT. The results of the study suggest optimizing counseling activities related to HIV/AIDS and the use of VCT to MSM groups by health workers and NGOs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Rayinda Ajeng
Abstrak :
ABSTRAK
Perilaku konsumen adalah hal yang terus menarik dibahas dalam bisnis. Jika tidak ada konsumen, sudah tentu bisnis tidak akan berjalan. Persaingan yang ketat di era globalisasi membuat perusahaan harus terus menjaga kredibilitas merek dan loyalitas konsumen. Penelitian Alam et al (2012) menyatakan bahwa agama menjadi aspek penting dalam proses pembelian. Konsumen cenderung akan membeli produk dari merek yang sesuai dengan ajaran agama konsumen (Alam et al : 2012). Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara brand credibility terhadap customer loyalty. Serta apakah variabel religious orientation menjadi variabel moderator antara brand credibility dan customer loyalty di Universitas Indonesia pasca dukungan Kafe Kopi terhadap komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Trangender). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel penelitian sebanyak 100 orang mahasiswa/i di Universitas Indonesia. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan linier regression dan moderated regression analysis. Hasil dalam penelitian menemukan bahwa kredibilitas merek menjadi aspek yang lebih berpengaruh daripada aspek agama terhadap customer loyalty. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara brand credibility terhadap customer loyalty serta variabel religious orientation tidak menjadi variabel moderator antara antara brand credibility terhadap customer loyalty pada Kafe Kopi di Universitas Indonesia.
ABSTRACT
Consumer behavior is something that continues to attract discussion in the business. Consider reversing, business will not run without consumers. Intense competition in the era of globalization makes companies have to continue to maintain the credibility of the brand and customer loyalty. Alam et al (2012) stated that religion became one of important aspect of the purchasing process. Consumers tend to buy products from brands that conform to religious teachings consumers (Alam et al : 2012). Based on these studies, this study aimed to analyze whether there is influence between brand credibility of the customer loyalty and whether the variable religious orientation become a moderator variable between brand credibility and customer loyalty in the University of Indonesia after the support Kafe Kopi against the LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and transgender). This study uses a quantitative approach. The samples in this study conducted using sample of 100 students at the University of Indonesia. The research using questionnaires and analyzed using linear regression and moderated regression analysis. Results of the study found that the credibility of the brand become more influential aspects than the religious aspects of the customer loyalty. The results of this study indicate that there is influence between the brand and customer loyalty as well as the credibility of the religious variable orientation did not become a moderator variable between the brand credibility of the customer loyalty at Kafe Kopi at the University of Indonesia
2016
T46343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grant Nixon
Abstrak :
Penelitian ini mengeksplorasi pergumulan mahasiswa seminari Kristen dalam merengkuh identitas biseksual pada konteks Indonesia. Lebih spesifik, saya menelusuri pengalaman ketubuhan para mahasiswa seminari biseksual, strategi negosiasi yang hidupi, dan agensi seksual yang lahir dari interaksi antara pengalaman ketubuhan dan strategi negosiasi mahasiswa seminari biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi feminis yang menempatkan keberpihakan terhadap kelompok ragam gender dan seksualitas. Lima subjek yang mengidentifikasi diri sebagai biseksual diwawancarai secara mendalam. Penelitian ini mengungkap pengalaman ketubuhan yang partikular, multidimensional, dan kompleks pada masing-masing individu mahasiswa seminari biseksual. Berangkat dari pengalaman tersebut, muncul paling tidak tiga tema utama sebagai strategi negosiasi yang mereka hidupi: mempolarisasi identitas seksual dan keyakinan agama, menghidupi standar ganda, dan melakukan reinterpretasi teologis terhadap pengalaman serta identitasnya. Agensi seksual yang terbangun juga nampak partikular dan dilakukan dalam kompromi dengan konteks sosial yang heteronormatif. Penelitian ini menawarkan kebaruan dalam perluasan wacana biseksual, khususnya dalam memperjumpakan identitas seksual dan keyakinan agama pada konteks Indonesia. ......This study explored the struggles of Christian seminary students in embracing bisexual identity in the Indonesian context. More specifically, I explored the bodily experiences of bisexual seminary students, lived negotiation strategies, and sexual agency taken of the interaction between bisexual seminary students' bodily experiences and negotiation strategies. This study used a feminist phenomenological approach that takes side with groups of various genders and sexualities. Five subjects who identified as bisexual were interviewed in depth. This study reveals the particular, multidimensional, and complex bodily experiences of each individual bisexual seminary student. Based on this experience, at least three main themes emerged as their negotiating strategies: polarizing sexual identity and religious beliefs, living double standards, and carrying out theological reinterpretations of their experiences and identities. Sexual agency that is built also seems particular and is carried out in a compromise with a heteronormative social context. This research offered novelty in the elaboration of bisexual discourse, especially in sexual identity and religious beliefs engagement in the Indonesian context.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Ananggadipa Haryono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal yang dilakukan oleh seorang biseksual setelah melewati terjadinya proses coming out kepada lingkungan sekitarnya. Penelitian ini berangkat dari konsep agensi yang dikemukakan oleh Archer yang mengartikan agensi sebagai refleksi bagi seseorang untuk bisa mengembangkan dirinya. Konsep agensi yang digunakan adalah transformative agency yang diartikan sebagai adanya pertemuan antara agensi dan struktur, di mana agensi ini mempunyai kemampuan untuk berstrategi menghadapi struktur yang ada setelah adanya interaksi sosial dengan agen lainnya. Penelitian ini beragumen bahwa setelah melakukan proses coming out, agensi ini menghadapi konsekuensi yang ada karena struktur heteronormatif, sehingga individu-individu biseksual ini ada keinginan untuk bisa menegosiasi struktur heteronormatif dalam menghadapi penolakan, stigma, dan menjalani identitas sebagai biseksual. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa seorang biseksual belum bisa menggunakan kemampuan sepenuhnya sebagai transformative agency untuk mengubah struktur heteronormatif yang ada. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam.
This study aims to explain what a bisexual person is going to do after they coming out to the people around them. This study is based on the concept of agency by Archer who describe agency as a reflection of a person to develop themselves. The concept of agency that used in this study is transformative agency, when agency and structure meets and develop a capability to make a strategy to confront the structure in some environment after the social interaction is happening with another agents. This study argues that after the process of coming out, the agency of bisexual people is going to dealt with some consequences because of the existence of heteronormative structure in their everyday life. Therefore, a bisexual person have a power to negotiate the heteronormative structure when they dealt with rejection, facing some stigma about bisexual people and also build their bisexual identity. This study confirms that a bisexual person can not use their full potential as a transformative agency to negotiate or change the heteronormative structure. This study used qualitative approaches with in depth interview method.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Fajar Kirana
Abstrak :
Biseksualitas seringkali hanya dipandang sebagai salah satu dari orientasi seksual, identitas seksual, atau perilaku seksual. Pada kenyataannya, biseksual tidak hanya dapat dilihat dari salah satu sudut pandang. Lewat pengalaman hidup seseorang yang mengakui diri sebagai seorang biseksual, biseksualitas dapat dilihat dari berbagai sudut. Untuk dapat mengetahuinya, saya melakukan pengamatan dan wawancara mendalam kepada empat informan yang mengakui identitas seksualnya sebagai biseksual. Melalui pengalaman mereka dalam mengidentifikasi diri hingga akhirnya memilih identitas seksual dan pengalaman mereka dalam menjalin relasi, saya berusaha melihat bahwa biseksual tidak hanya dipandang sebagai orientasi seksual saja, identitas seksual saja, atau perilaku seksual saja.
Bisexuality mostly just seen as one of the sexual orientation, sexual identity, or just as sexual behaviour. In fact, bisexual can?t just seen as one of the third. From the life histories of someone who identified their self as bisexual, bisexuality can be seen from many point of view. Therefore, I conduct observations and in-depth interviews of four people who identified their self as bisexual. From their identifying their sexual identity experience until they decide to choose their sexual identity and from their relationship experiences, I try to look that bisexual not just as sexual orientation or just as sexual identity, or just sexual behaviour.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washington, D.C. : American Psychological Association, 2007
R 158.3 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>