Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shoko Matsuoka
Abstrak :
Kejadian teror pada bulan Oktober tahun 2002 telah menewaskan 202 korban jiwa dan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap industri pariwisata di Bali, sebagai industri utama di wilayah setempat. Kejadian teror tersebut telah menyebabkan turunnya jumlah kunjungan para wisatawan asing karena mayoritas dari korban teror tersebut adalah wisatawan mancanegara. Namun demikian, khusus para wisatawan atau orang Jepang terus berdatangan ke Bali. Dalam tesis ini, penulis meneliti tentang latar belakang dan alasan mengapa jumlah wisatawan dan warga negara Jepang yang datang ke Bali pada periode 2002 -2004 meningkat. Tesis ini membahas faktor-faktor Internal dan eksternal yang mendorong para wisatawan Jepang terus berkunjung ke Bali dan warga negara Jepang terus menetap di Bali. Faktor-faktor internalnya adalah: A. Daya tarik Bali bagi turis Jepang, B. Ketidaknyamanan situasi pariwisata di Jepang, C. Ketidaksetaraan jender antara laki-laki di Jepang. Sedangkan faktor-faktor eksternalnya adalah A. Hubungan bilateral yang baik di antara Indonesia dan Jepang, B. Keputusan perempuan Jepang untuk menikah dengan penduduk lokal dan bermukim di Bali, C. Peningkatan infrastruktur penerbangan dan komunikasi, semakin memfasilitasi arus pergerakan manusia dari satu negara di negara lain. Orang Jepang terus datang ke Bali setelah kejadian teror pada tahun 2002 dan hal itu mendorng peningkatan jumlah perempuan Jepang menikah dengan laki-laki Bali dan menetap di Bali.
Bali Terror Bomb case which occured in year 2002 had killed 202 inocent people and had a big influence on tourism industry in Bali. Tourism industry in Bali has long been the main industry in the region. Bom incident in Bali had decreased the number of the foreign tourists to Bali because the most of the people who were killed in the incident were tourists from all over the world. However, as for the Japanese tourists to Bali, the number had not decreased. In this thiesis, the writer will research about the background and the reason why numbers of the Japanese tourists to Bali did not decrease during the period of 2002-2004. This thesis will also examine internal and external facotors that pushed Japanese touris to Bali even after the Bomb incident in 2002. There are 3 internal factors as the following. A. Bali`s own attraction for the tourists B. The bad condition of the tourism inside Japan C. Jender unequality in Japan There are also 3 external factors as the following. A. Bilateral relationship between Indonesia and Japan which is relatively in good condition. B. Japanese women?s choice to settle down in Bali C. Advance on infrustructure, transportaion and comunication which enable more people to move across the borders.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T 19266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Esthi Widiatmika
Abstrak :
Peristiwa peledakan bom yang terjadi di Kuta Bali pada tanggal 12 oktober 2002 yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Bom Bali I dapat dikatakan sebagai sebuah bencana besar bagi Indonesia, sehingga diperlukan adanya suatu tindakan-tindakan "istimewa" oleh pemerintah, khususnya Polri. Dalam peledakan yang menelan korban terbesar kedua setelah tragedi 11 September 2001 tersebut, Indonesia (khususnya Polri) dibantu oleh banyak negara-negara lain yang peduli akan peristiwa tersebut. Bantuan tersebut datang antara lain dari negara Inggris, Jerman, Jepang, Australia, New Zealand, Amerika, Perancis, Belanda, Swedia dan Singapura. Sementara untuk memfasilitasi koordinasi antar negara tersebut, Australia dipilih sebagai koordinatornya. Bantuan dari negara-negara tersebut selain berupa bantuan kemanusiaan, juga dengan mengirimkan tenaga-tenaga ahli untuk mereka untuk dapat membantu proses identifikasi, investigasi dan bantuan forensik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada tahun 2002 (khususnya setelah peristiwa 12 Oktober) banyak kerjasama dalam bidang keamanan khususnya mengenai terorisme yang dilakukan oleh Pemerintah dengan negara-negara lain. Salah satunya yang akan dibahas disini adalah kerjasama keamanan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Australia melalui Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Australian Federal Police (AFP). Terkait dengan penulisan ini, berdasarkan uraian singkat tersebut yang akan menjadi pokok permasalahan adalah Bagaimana ruang lingkup serta proses kerjasama Kepolisian Republik Indonesia dengan Australian Federal Police dalam penanganan terorisme di Indonesia (studi tentang pengungkapan kasus Bom Bali I)? Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk menggambarkan tentang ruang lingkup serta proses kerjasama yang dilakukan oleh Polri dengan AFP dalam penanganan terorisme di Indonesia. Dalam menganalisa permasalahan tersebut, penulis menggunakan konsep kerjasama keamanan yang diungkapkan oleh Albert Zaccor, sementara untuk kerjasama kepolisian digunakan konsep yang dikemukakan oleh Mathieu Deflem. Mengenai terorisme digunakan konsep yang kemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya adalah James Andrew Lewis. Adapun metode penelitian yang digunakan untuk membahas permasalahan tersebut adalah deskriptif analitis melalui penelitian kepustakaan atas dokumen-dokumen yang relevan. Kerjasama yang dilakukan antara Polri dan AFP adalah ditujukan untuk peningkatan kapasitas atau capacity building Polri. Kerjasama tersebut sangat menekankan pada tingkat individu dan kelembagaan, dalam artian disini adalah kerjasama yang dilakukan tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas personil Polri dan lembaga Polri. Kerjasama yang dilakukan tidak menyentuh pada level sistem. Oleh karena itu kerjasama yang telah dilakukan selama ini walaupun telah memberikan kemajuan yang sangat berarti bagi Polri dalam penanganan masalah terorisme namun dirasakan masih belum maksimal.
The bombing that happens in Bali on October 2002, which latter known as 1st Bali Bombing can be categorized as a major incident for Indonesia, were taken as a special case to Indonesian National Police (Polri). That bomb incident costs a lot as they put it the worst incident that cost people?s life next to the 11 September 2001 incident in New York. Indonesian National Police were helped by various countries including England, Germany, Japan, US, France, Sweden and Singapore. In order to facilitate the coordination between countries, Australia were chosen as the coordinator. Various aids were sent to help Indonesia. The aids were related to humanitarian action. They also sent their experts to help the process of identification, investigation and forensic. Related to the aids that given after 12 October 2002, Indonesia has held a lot of cooperation with another countries. This thesis will describe the security cooperation that held by the Indonesian?s government that represented by the Indonesian National Police (Polri) and Australia that represented by the Australian Federal Police (AFP). The subject of the study is the process of cooperation between Polri and AFP in handling terrorism in Indonesia (a case study of enlightening the first Bali bombing). The objectives of the study is to describe the scope and process of the cooperation between Polri and the AFP in handling the terrorism in Indonesia. To analyze the subject, writer use the Albert Zaccor?s concept about Security Cooperation. For further explanations, writer use the Mathieu Deflem?s concept that explains Police Cooperation. To asserts the the definition of terrorism into the analysis, writer use various concepts, including the Concept of terrorism from James Andrew Lewis. The research methods that used in this study is an analytic descriptive thorough library study from the relevant documents. The cooperation between POLRI and AFP were meant to enhanced the capacities of Polri. The cooperation also emphasize in individual and institutional level, which are means that the cooperation that been done is to enhance the capacity of Polri?s personnel and the Polri?s institution. The cooperation does not touch the level system. Never less, although the cooperation already give a lot to Polri development, but it is still not enough.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bergas Fadhil Widyadhana
Abstrak :
Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 merupakan sebuah peristiwa yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Jepang. Gambaran peristiwa tersebut masih banyak ditemukan dalam kehidupan di Jepang, termasuk dalam media populer seperti anime dan manga. Anime yang berupa animasi dan manga yang berupa komik merupakan hal yang dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat Jepang dan seringkali dinilai identik dengan sifat imut. Akan tetapi, anime dan manga tetap dapat merefleksikan realita peristiwa tersebut serta sikap masyarakat Jepang terhadap peristiwa tersebut, hal itulah yang ingin ditemukan dalam penelitian ini. Budaya populer seperti keduanya dapat merefleksikan realita dan kerangka geopolitik suatu negara, dan dalam fokus penelitian ini adalah sikap anti-perang dan dukung perlucutan senjata nuklir. Hal tersebut dapat dipelajari lewat geopolitik populer yang merupakan studi bagaimana media menyebarkan nilai atau ide seperti batas atau ancaman negara terhadap khalayak penontonnya. Nilai yang dibawa tersebut merupakan realita kerangka geopolitik yang dapat ditemukan di antara masyarakat dan pemerintah Jepang sehingga manga dan anime dapat memberikan refleksi representasi geopolitik Jepang. Penelitian ini menggunakan studi geopolitik populer dan studi semiotika untuk membedah refleksi nilai pasifisme dan anti-persenjataan nuklir Jepang yang dapat ditemukan dalam berbagai anime dan manga pasca-perang. Ditemukan bahwa manga dan anime dapat merefleksikan kerangka pasifis geopolitik Jepang serta menyorot perkembangan visi geopolitik tersebut. Manga dan anime yang berasal dari generasi perang menunjukkan penderitaan dan tragedi bom atom secara detil dan manga dan anime dari generasi pasca perang mengambil pendekatan sentimen anti-perang dan anti-persenjataan nuklir yang lebih pasif dan tidak kritis. Hasil termuan tersebut menunjukkan posisi pasifis netral geopolitik pasca perang Jepang yang terepresentasikan dalam manga dan anime. ......The Atomic bomb attack on Hirsohima and Nagasaki in 1945 is an event that left a big impact on the life of society and the state in Japan. Depictions of the event are still widely found in Japanese life, including in popular media such as anime and amnga. Anime or animation and manga or comic are things that are enjoyed by various groups of Japanese society and are often considered synonymous with cuteness. However, anime and manga can still reflect the reality of that event and the attitude of the Japanese society towards it, this is what this research wants to find. Popular culter like manga and anime can reflect the reality and geopolitical framework of a country, and in this research focus is anti-war attitude and support for nuclear disarmament. his can be studied through popular geopolitics which is the study of how the media spreads values or ideas such as state boundaries or threats to its audience. The value that is brought is the reality of the geopolitical framework that can be found among the people and government of Japan so that manga and anime can provide a reflection of Japan's geopolitical representation. This research uses popular geopolitical studies and the semiotic approach to look at the reflection of Japanese pacifism and anti-nuclear weapons attitudes that can be found in post-war anime and manga. It was found that manga and anime can both reflect Japan's geopolitical pacifist framework and highlight the development of their geopolitical vision. Manga and anime from the war generation show the agony and tragedy of the atomic bomb in detail and manga and anime from the post war generation take a more passive and uncritical approach to anti-war and anti-nuclear weapons sentiments. The findings show that postwar geopolitically neutral pacifist positions of Japan are represented in manga and anime.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Kamilah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formula dan metode pembuatan bath bomb tanpa penambahan air dengan pewarna alami dari ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Kayu secang diekstraksi menggunakan metode maserasi dalam pelarut etanol 96%. Penelitian ini membuat 7 sampel bath bomb yaitu sampel A (pewarna buatan), sampel B (pewarna alami 3:100, tepung jagung 11,9%), sampel C (tepung jagung 7%), sampel D (pewarna alami, tepung jagung 17%), sampel E (pewarna alami 2:100, tepung jagung 11,9%) , sampel F (pewarna alami ekstrak 1:100, tepung jagung 11,9%), dan sampel G (penambahan isopropil alkohol 91%). Variasi konsentrasi ekstrak kayu secang berpengaruh terhadap intensitas warna ekstrak kayu secang yang dihasilkan. Variasi tepung jagung berpengaruh terhadap stabilitas bath bomb disuhu ruang serta stabilitas busa yang dihasilkan. Sampel C (tepung jagung 7%) memiliki kepadatan dan tekstur yang terbaik pada pengujian suhu ruang dengan total skor 75. Sampel D (tepung jagung 17%) memiliki volume busa tertinggi yaitu 230 mL serta waktu berbusa yang paling panjang yaitu 10 menit 47 detik. Sampel G yang merupakan variasi penggantian minyak zaitun dengan isopropil alkohol 91% mengalami penurunan berat paling banyak yaitu sebesar 11.2% dan juga memiliki volume busa paling rendah yaitu 70 mL. ...... This study evaluate the effect of corn flour in the formulation and the use of natural dye extracted from sappan wood (Caesalpinia sappan L.). In the bath bomb formulation, the addition of corn flour (7%, 11.9%, 17% w/w) affected the stability of the bath bomb in room temperature and foaming. This study made 7 bath bomb samples, which sample A (artificial coloring), sample B (3:100 natural dye, 11.9% corn starch), sample C (7% corn starch), sample D (natural dye, corn starch 17 %), sample E (natural dye 2:100, corn starch 11.9%) , sample F (natural dye extract 1:100, corn starch 11.9%), and sample G (addition of isopropyl alcohol 91%). Variations in the concentration of sappan wood extract affect the color intensity of the sappan wood extract produced. Variations in corn starch affect the stability of the bath bomb at room temperature and the stability of the resulting foam. Sample C (7% corn starch) has the best stability at room temperature testing with a total score of 75. Sample D (17% corn starch) has the highest foam volume of 230 mL and longest effervescent time for 10 minutes 47 s. Sample G (91% isopropyl alcohol) has the most weight loss of 11.2% and also had the lowest foam volume of 70 mL.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Abimanyu
Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005
303.625 Abi t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erlita Chairanda
Abstrak :
Tulisan ini membahas mengenai penerapan manajemen sekuriti sebagai upaya pencegahan serangan bom pada Hotel X yang menggunakan merek Barat. Hotel bermerek Barat seringkali dikunjungi oleh pihak-pihak yang biasanya ditargetkan oleh teroris. Serangan pada hotel bermerek Barat juga dianggap mampu memberikan hasil yang setara dengan serangan pada gedung kedutaan (sebagai simbol negara Barat) yang memiliki tingkat pengamanan yang tinggi. Dengan menggunakan data sekunder, tulisan ini menunjukkan bahwa Hotel X telah menerapkan sistem pengamanan yang sesuai dengan fungsi dalam manajemen sekuriti, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pengarahan, dan pengendalian. Tulisan ini juga menggunakan crime triangle untuk menjelaskan penerapan manajemen sekuriti di Hotel X melalui kehadiran petugas sekuriti dan staf hotel, serta didukung dengan penggunaan peralatan sekuriti yang dapat berfungsi untuk melindungi target potensial dan melindungi suatu tempat (lokasi hotel), sehingga dapat berperan sebagai guardian dan manager pada Hotel X. ......This paper discussed security management applications as an effort to prevent bomb attacks at X Hotel, a Western brand hotel. Western-branded hotels are frequently visited by people who are usually targeted by terrorists. An attack on Western-branded hotels is considered to provide substantial impact as it is capable of providing impact equivalent to attacks on embassy buildings (as a symbol of Western countries) that have a high level of security. Based on the secondary data, this paper finds that X Hotel has implemented a security system that correlates with the functions in security management, such as planning, organizing, staffing, directing, and controlling. Utilizing crime triangle perspectives, this paper examined the application of security management aspects at X Hotel, carried out through the presence of security officers, hotel staff, and is supported by the use of security equipment. Their presence plays a role in protecting potential targets and protecting a place (hotel location). Hence, they also act as a guardian and manager at X Hotel.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pengeboman bunuh diri yang dilakukan di sebuah masjid yang berada di Markas Kepolisian Resort Kota Cirebon yang sedang digunakan untuk sholat jumat pada tanggal 21 April 2011 adalah pola pengeboman yang baru pertama di Indonesia. Sebelumnya pengeboman bunuh diri dilakukan tidak di masjid, atau pengeboman di masjid tapi tidak dengan menewaskan pelaku. Walaupun pertama, namun jika dikaitkan dengan pengeboman yang lain yang pernah muncul di Indonesia, pengeboman masjid di Cirebon terdapat kesamaan. Kesamaan ini dapat dilihat dari hubungan antar pelaku dan latar belakang organisasi yang diikuti pelaku. Untuk mengkaji kesamaan tersebut, tulisan ini menggunakan teori differential association dan general strain. Tujuan dari paper ini adalah untuk memahami tentang teori differential association dan general strain sehingga dapat menganalisa pengeboman masjid di Cirebon tersebut dari sisi kirminologi.
340 ARENA 6:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Hendrix
Abstrak :
ABSTRAK<>br> Tindakan Melawan Hukum merupakan suatu permasalahan yang mengganggu dalam dunia penerbangan, salah satu bentuknya adalah Ancaman Bom. Hal tersebut pada dasarnya memperbesar kemungkinan terjadinya Pengeboman, yang berpotensi merusak infrastruktur dan memakan korban jiwa. Selain itu, Pengeboman juga bisa terjadi tanpa adanya Ancaman Bom terlebih dahulu. Mengacu pada buku Aviation Security International, dalam tiga tahun terakhir, Ancaman Bom terjadi secara rutin dengan jumlah rata-rata 6 kali perbulannya, dan hampir 1 kemungkinan dari kasus tersebut adalah Pengeboman. Melalui tulisan ini, penulis mengkaji fenomena tersebut dengan teknik Pencegahan Kejahatan Situasional guna melakukan pencegahan terhadap Pengeboman. Selain itu, melakukan pengkategorisasian handler, manager, dan guardian yang berdasar pada Teori Aktivitas Rutin, dan juga melakukan pengkategorisasian terhadap controllers untuk melindungi masing-masing aspek, yang berdasar pada Segitiga Kejahatan. Melalui kedua pendekatan tersebut, penulis melihat bagaimana adaptasi Pencegahan Kejahatan Situasional dan Teori Aktivitas Rutin dapat berperan untuk mencegah kemungkinan terburuk, yakni Pengeboman. Hasil tulisan ini dapat digunakan sebagai aspek pencegahan dengan strategi pencegahan kejahatan oleh Aviation Security untuk melindungi Bandara dan Pesawat Udara.
ABSTRACT<>br> Acts of Unlawful Interference is a troubling issue in the aviation world, one of which is Bomb Threats. It essentially increases the likelihood of Bombing, which potentially damages infrastructure and consumes lives. In addition, Bombing can also occur without the presence of Bomb Threats first. Referring to the book of Aviation Security International, in the last three years, Bomb Threats occurs regularly with an average of 6 times per month, and almost 1 possibility of those cases are Bombing. Through this paper, the authors examine the phenomenon with Situational Crime Prevention techniques to prevent Bombing. In addition, categorize handlers, managers, and guardians based on Routine Activity Theory, and also categorize the controllers to protect each aspect, based on The Crime Triangle. Through both approaches, the authors looked at how the adaptation of Situational Crime Prevention and Routine Activity Theory can play a role in preventing the worst possible, the actual Bombing. The result of this paper can be used as a prevention aspect with crime prevention strategy by Aviation Security to protect Airport and Aircraft.
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Calder, Ritchie
Chichago: The university Chichago Press, 1962
614.715 CAL l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hersey, John
[Place of publication not identified]: Penguin Books, 1958
952.033 HER h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>