Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Sulistiowati
Abstrak :
Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang mampu meningkatkan efikasi diri pada pasien penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang dukungan keluarga dan efikasi diri serta mengidentifikasi hubungan antara kedua variabel tersebut. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan korelasi dengan menggunakan metode cross sectional. Sebanyak 133 responden menggunakan teknik sampling consecutive sampling. Hasil analisis penelitian menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan efikasi diri pada pasien PPOK p value : 0,032 ; ? : 0,05 dengan nilai OR 4,21, CI 95 1,19-14,89. Faktor confounding yang diteliti hanya faktor penghasilan yang memiliki pengaruh terhadap hubungan dukungaan keluarga dengan efikasi diri pada pasien PPOK p value : 0,007; ?: 0,05. Hasil penelitian menunjukkan perlunya memperhatikan aspek dukungan keluarga dan efikasi diri pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Amran
Abstrak :
Pendahuluan : Perkembangan dalam bidang industri saat ini, telah merubah pola penyakit yang ada. Penyakit paru yang dahulu di dominasi oleh penyakit infeksi, saat ini juga dipengaruhi penyakit bukan infeksi, seperti pajanan debu udara dan juga dipengaruhi oleh penyakit metabolik yang diderita oleh individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan diabetes melitus terhadap laju penurunan fungsi paru dengan adanya riwayat pajanan debu Metode : Desain penelitian adalah comparative cross sectional menggunakan 494 data pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 dan 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala periode tahun 2012 dan 2013. Hasil dan Kesimpulan : Rerata selisih penurunan nilai KVP dan VEP1 tahun 2012 dan 2013 secara berturut-turut pada subyek dengan status tetap DM (499 ml & 553 ml), normal menjadi DM (192 ml & 253 ml), DM terkontrol (102 ml & 190 ml), dan tetap normal (143 ml & 213 ml). Hasil uji statistik didapatkan nilai p<0,0001, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan penurunan laju fungsi paru pada rerata nilai KVP dan VEP1 pada semua status diabetes subyek penelitian Saran : Perlu dilakukan pengendalian terhadap pekerja yang menderita diabetes, dengan melakukan pengobatan secara tepat dan mencegah terjadinya komplikasi. Melakukan kegiatan promotif dan preventif untuk mencegah pekerja dari diabetes. ......Introduction: Developments in the industry today, has changed the pattern of existing disease. Pulmonary disease who formerly dominated by infectious diseases, today the influenced is not just an infectious diseases, such as exposure to airborne dust and is also affected by metabolic diseases suffered by the individual. The purpose of this study was to determine the role of diabetes mellitus on the rate of decline in lung function with a history of dust exposure Methods: The study design was cross- sectional comparative use of data 494 periodic health examinations in 2012 and 2013. The data was collected using secondary data from periodic health examination period in 2012 and 2013. Results and Conclusions: The mean difference between FVC and FEV1 impairment in 2012 and 2013 respectively in subjects with permanent status in DM (499 ml & 553 ml), normal to DM (192 ml & 253 ml), controlled DM (102 ml & 190 ml), and remained normal (143 ml & 213 ml) . The results of the statistical test p value < 0.0001 , significant at the 5 % alpha can be concluded thera is difference in the rate of lung function decline in the average value of FVC and FEV1 diabetes status on all study subjects. Suggestion: There needs to be control over the workers who suffer from diabetes, by making appropriate treatment and prevent complications. Promotive and preventive activities to prevent workers from diabetes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Audrienna
Abstrak :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang tidak dapat disembuhkan dan jika tidak dikelola dengan baik maka dapat menyebabkan eksaserbasi akut PPOK. Obat inhalasi merupakan terapi utama bagi pasien PPOK yang bila digunakan secara optimal dapat meningkatkan efektivitas terapi PPOK yang kemudian mencegah kejadian eksaserbasi akut dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi seluler mengenai edukasi cara penggunaan obat inhalasi yang baik dan benar terhadap tingkat efektivitas terapi dan kualitas hidup pasien penderita PPOK. Penelitian ini berlangsung dari Februari sampai Mei 2021 dengan desain penelitian pre-eksperimental dan dilakukan secara prospektif di Rumah Sakit Grha Permata Ibu Depok. Sebanyak 47 pasien yang menjadi subjek penelitian diperiksa kualitas hidupnya menggunakan kuesioner CAT (COPD Assessment Test) dan diperiksa ketepatan penggunaan obat inhalasinya menggunakan daftar tilik obat inhalasi khusus, dan kemudian diberikan akses terhadap aplikasi seluler yang kemudian diunduh ke dalam telepon seluler mereka masing-masing. Setelah satu bulan, kualitas hidup dan ketepatan penggunaan obat inhalasi pasien kembali diperiksa. Hasil rerata median skor CAT seluruh subjek penelitian setelah pemberian intervensi menunjukkan adanya perubahan yang signifikan (p<0,05) yaitu penurunan skor lebih dari 2 poin dari skor CAT sebelum intervensi [13 (2-27) vs 6 (0-26)]. Pemberian intervensi berpengaruh dalam meningkatkan ketepatan penggunaan obat inhalasi pasien pengguna obat inhalasi jenis diskus, breezhaler, pMDI, dan respimat secara signifikan (p<0,05). Oleh karena itu,  dapat disimpulkan bahwa aplikasi seluler mengenai edukasi penggunaan obat inhalasi yang tepat berpengaruh terhadap meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. ......Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the uncurable airway disease, and may progress into acute excacerbation if the disease is not controlled. Appropiate use of inhaler is the main therapy for COPD patients which may increase medication effectiveness for COPD and in turn may prevent excacerbation and improves patient’s quality of life. This study aims to determine the effect of mobile application, which is developed by our research team, regarding education on proper use of ihaler to the therapeutic effectiveness and quality of life of patients with COPD. This research took place from February 2021 to May 2021 with a pre-experimental research design and was carried out prospectively at Grha Permata Ibu Hospital Depok. A total of 47 patients who became the subject of the study were examined for their quality of life using CAT (COPD Assessment Test) questionnaire and their accuracy in using their inhalers using a special inhaler checklist. Patients are then given access to the mobile application which is then installed to their respective mobile phones. After one month, the patients’ quality of life and accuracy of inhaler technique were re-examined. The ratio of median CAT score of all subjects from the CAT score before the intervention and after the intervention showed a significant change (p<0,005), namely a decrease of more than 2 points [12 (2-27) vs 6 (0-26)]. The intervention also showed an effect on increasing the accuracy of patients’ inhaler technique, as the patients using discus, breezhaler, pMDI, and respimat inhaler experienced a significant increase of  score (p<0,05) from before the intervention and after the intervention. So we can conclude here that mobile application regarding education on proper use of inhaler have an effect on improving the quality of life of COPD patients.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Maula Utrujah
Abstrak :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. PPOK mengganggu proses masuk dan keluarnya udara sehingga dapat menimbulkan gejala seperti batuk, sesak, dan produksi sputum berlebih. Aktivitas fisik penting untuk pasien PPOK. Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko hospitalisasi dan mortalitas. Tujuan penelitian ini, yaitu melihat gambaran karakteristik dan aktivitas fisik pada pasien PPOK. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional pada 200 responden dengan teknik purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) untuk aktivitas fisik. Hasil penelitian didapatkan 66 orang (33%) aktivitas fisik ringan, 74 orang (37%) aktivitas fisik sedang, dan 60 orang (30%) aktivitas fisik berat. Pada 200 orang responden yang mengikuti penelitian ini paling banyak melakukan aktivitas fisik sedang, sehingga mayoritas responden aktivitas fisiknya terpenuhi. Pada aktivitas fisik ringan disarankan untuk menggunakan bronkodilator sebelum beraktivitas atau mengikuti rehabilitasi paru sehingga dapat meningkatkan aktivitas fisik. ......Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the fourth leading cause of death in the world. COPD interferes with air entry and discharge, causing symptoms such as coughing, dyspnea, and excessive sputum production. Physical activity is important for COPD patients. Physical activity could reduce the risk of hospitalization and mortality. This study is aimed to describe the characteristic of physical activity on patients with COPD. Its design was cross-sectional with 200 samples and selected through purposive sampling technique. Physical activity were identifies using International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). The results showed there were 66 patients (33%) who had mild physical activity, 74 patients (37%) with moderate, and 60 patients (30%) which had severe physical activity. This study found that the majority of patients had a good physical activity. This study reccomends patients with mild physcial activity uses bronchodilator before joining the lung rehabilitation or other activities to improve the intensity of physical activity.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Yusrika
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Kapasitas difusi paru berdasarkan karbon ke sirkulasi pulmoner. Nilai DLCO prediksi pada asma cenderung normal atau sedikit monoksida (DLCO) didesain untuk mengukur laju perpindahan gas CO dari alveolus meningkat sedangkan pada PPOK kapasitas difusi cenderung menurun akibat emfisema. Sindrom tumpang-tindih asma-PPOK dinyatakan sebagai entitas yang unik dengan kombinasi karakteristik asma dan PPOK. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui nilai DLCO pada pasien tumpang tindih asma- PPOK (TAP) di RSUP Persahabatan Jakarta. Metode: Uji DLCO dengan metode napas tunggal dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya telah dilakukan pada 40 pasien yang terdiagnosis sebagai TAP. Diagnosis TAP pada subjek penelitian ditegakkan menggunakan kriteria pedoman GINA/GOLD 2017. Kriteria akseptabilitas dan reprodusibilitas DLCO napas tunggal dinilai menggunakan kriteria dari ATS/ERS 2017. Hasil uji DLCO disajikan dalam nilai mutlak dan nilai persen prediksi. Hasil: Rerata nilai DLCO mutlak dan %DLCO prediksi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 17.98 ± 5.37 mL/menit/mmHg dan 84.16 ± 18.29%. Jika menggunakan persamaan penyesuaian DLCO berdasarkan kadar hemoglobin didapatkan nilai %DLCO prediksi sedikit meningkat dibanding sebelumnya, 85.17 ± 18.04%. Terdapat 10 subjek (25.0%) yang mengalami penurunan nilai DLCO. Enam diantaranya mengalami penurunan ringan dan empat lainnya mengalami penurunan sedang. Kesimpulan : Rerata nilai DLCO pada subjek TAP di RSUP Persahabatan Jakarta dapat diinterpretasikan normal, lebih menyerupai asma dibandingkan PPOK. Hasil ini juga mengindikasikan kebanyakan pasien TAP dalam penelitian ini tidak mengalami penurunan luas permukaan alveolar yang mengganggu proses difusi.
ABSTRACT
Background: Diffusing capacity of the lung for carbon monoxide (DLCO) was designed to measure transfer rate of carbon monoxide from alveoli to pulmonary circulation. As we know, DLCO predicted value in asthma proved to be normal or slightly elevated. On contrary it decreased in COPD with emphysematous pattern. Asthma-chronic obstructive pulmonary disease overlap (ACO) declared as a unique entity with combined characteristics between asthma and COPD. The aim of the research is to find out DLCO value of ACO patient in Persahabatan Hospital, Jakarta. Method: We have conducted single-breath DLCO and other required test to 40 patients diagnosed with ACO using GINA/GOLD 2017 guidelines. The acceptability and reproducibility of single-breath DLCO was done according to ATS/ERS 2017 criteria. The result then presented as absolute value and percent predicted value. Results: The mean DLCO of our patient is 17.98 ± 5.37 mL/minute/mmHg with percent predicted value is 84.16 ± 18.29%. Using adjusted DLCO equation for hemoglobin, we found that the value is slightly increased, 85.17 ± 18.04%. However, we found 10 patient (25.0%) with DLCO decrease. Six of them have DLCO predicted value <75% (mild-decrease) and four of them have DLCO predicted value <60% (moderate-decrease). Conclusion: The mean DLCO value of patient with ACO in our hospital can be interpreted as normal, similar with asthma, rather than COPD. It also indicate most of our patient did not have alveolar loss that altering diffusion process.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widyantri Wulandini
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang persisten, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi kronik. Proses inflamasi yang terjadi akan mengeluarkan nitrit oksida (NO) sehingga pengukuran fraksi nitrit oksida ekspirasi saat ini dapat digunakan sebagai penanda hayati inflamasi yang dapat digunakan klinisi untuk memonitor derajat keparahan suatu penyakit dan efikasi dari pengobatan anti inflamasi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di RS Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan pada bulan Februari - April 2019 untuk melihat kadar NO ekspirasi pada pasien PPOK stabil. Pemilihan subjek dilakukan secara consecutive sampling dan dilakukan wawancara, pemeriksaan fisis, pemeriksaan uji faal paru, pemeriksaan FeNO dan pemeriksaan laboratorium. Hasil : Sebanyak 53 subjek ikut serta dalam penelitian ini dengan subjek terbanyak laki - laki (86,79%) dengan rerata usia subjek adalah 63,45 + 8,53. Pada penelitian ini juga dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu PPOK non eosinofilik (58,5%) dan PPOK eosinofilik (41,5%). Rerata nilai kadar NO ekspirasi pada kelompok PPOK stabil sebesar 18 ppb. Rerata nilai kadar NO ekspirasi pada kelompok PPOK non eosinofilik adalah 17 ppb dan pada kelompok PPOK eosinofilik adalah 22,5 ppb. Terdapat perbedaan bermakna pada nilai kadar NO ekspirasi pada kedua kelompok namun tidak terdapat hubungan antara nilai kadar NO ekspirasi dengan hitung eosinofil maupun riwayat merokok pada kelompok PPOK non eosinofilik maupun PPOK eosinofilik. Kesimpulan : Rerata nilai kadar NO ekspirasi pada kelompok PPOK stabil adalah 18 ppb.
ABSTRACT
Background : Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a lung disease that characterized by persistent airflow limitation, progressive and correlated with chronic inflammatory response. Inflammation process that occur will release nitric oxide (NO) then it makes fraction exhaled nitric oxide as an inflammation biomarker that clinician could use to monitor the degree of severity disease and efficacy of anti inflammation therapy. Methods : This is cross sectional study that was conducted from February - April 2019 at National Referral Respiratory Center Persahabatan Hospital to know the value of exhaled nitric oxide in stable COPD patient. Subjects were taken to participate in this study in a consecutive sampling basis and all patients were interviewed, physical examination, lung function test, FeNO test and laboratory test. Results : Total 53 subjects were participated in this study with dominant male subjects (86,79%) and the mean age value is 63,45 + 8,53. This study is divided into two main groups which are COPD non eosinophilic (58,5%) and COPD eosinophilic (41,5%). The mean value of exhaled nitric oxide in COPD stable is 18 ppb. The mean value of exhaled nitri oxide in COPD non eosinophilic is 17 ppb and for group COPD eosinophilic is 22,5 ppb. There is a significant difference between exhaled nitric oxide in those two groups but there is no relation between exhaled nitric oxide with eosinophil count or smoking history in COPD non eosinophilic group and COPD eosinophilic. Conclusion : Mean value of exhaled nitric oxide in stable COPD patient is 18 ppb.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library