Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardhi Rahman Ahani
"ABSTRAK
Latar Belakang : Morbiditas sindrom kolon iritabel SKI cukup tinggi. Kondisi stress, seperti masa studi yang panjang, banyaknya ujian, dan tugas jaga saat rotasi klinik, menyebabkan prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran tinggi. Perlunya diketahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria baru Roma IV dan faktor-faktor yang berhubungan Tujuan : Mengetahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria Roma IV dan faktor-faktor yang berhubunganMetode : Studi potong lintang dilakukan terhadap 350 mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia pada bulan November-Desember 2016, pemilihan berdasarkan stratified random sampling. Kriteria diagnosis yang digunakan adalah kriteria Roma IV. Analisis bivariat dilakukan terhadap faktor-faktor yang diteliti. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, uji T tidak berpasangan, dan alternatifnya. Analisis multivariat menggunakan regresi logistikHasil : Proporsi SKI pada mahasiswa perempuan sebesar 18,3 15,4 ndash;21,2 IK 95 dan proporsi pada mahasiswa laki-laki sebesar 9,7 7,5-11,9 IK 95 . Subtipe SKI terbanyak adalah subtipe diare 53,1 . Skor student-life stress inventory pada mahasiswa dengan SKI lebih tinggi dibandingkan tanpa SKI, untuk skor stressor 66,4 SB 11,4 vs 60,0 SB 12,2 , p=0,001 dan skor respons terhadap stressor 64,0 41-97 vs 55,0 35-88 , p

ABSTRACT
Latar Belakang Morbiditas sindrom kolon iritabel SKI cukup tinggi. Kondisi stress, seperti masa studi yang panjang, banyaknya ujian, dan tugas jaga saat rotasi klinik, menyebabkan prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran tinggi. Perlunya diketahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria baru Roma IV dan faktor faktor yang berhubungan Tujuan Mengetahui prevalensi SKI pada mahasiswa kedokteran dengan menggunakan kriteria Roma IV dan faktor faktor yang berhubunganMetode Studi potong lintang dilakukan terhadap 350 mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia pada bulan November Desember 2016, pemilihan berdasarkan stratified random sampling. Kriteria diagnosis yang digunakan adalah kriteria Roma IV. Analisis bivariat dilakukan terhadap faktor faktor yang diteliti. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, uji T tidak berpasangan, dan alternatifnya. Analisis multivariat menggunakan regresi logistikHasil Proporsi SKI pada mahasiswa perempuan sebesar 18,3 15,4 ndash 21,2 IK 95 dan proporsi pada mahasiswa laki laki sebesar 9,7 7,5 11,9 IK 95 . Subtipe SKI terbanyak adalah subtipe diare 53,1 . Skor student life stress inventory pada mahasiswa dengan SKI lebih tinggi dibandingkan tanpa SKI, untuk skor stressor 66,4 SB 11,4 vs 60,0 SB 12,2 , p 0,001 dan skor respons terhadap stressor 64,0 41 97 vs 55,0 35 88 , p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livinda Orceila Librianto
"Latar belakang: Kasus kanker terus meningkat setiap tahunnya. Begitu pula dengan kanker kolon. Selain itu, belum terdapat penelitian mengenai pendeteksian kanker kolon menggunakan spektrofotometri autofluoresensi. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan panjang gelombang dan intensitas cahaya reflektans pada sediaan preparat blok parafin jaringan kolon normal, radang, dan prekanker mencit menggunakan spektrofotometri autofluoresensi dengan menilai sensitivitas dan akurasinya. Metode: Penelitian ini mengukur panjang gelombang dan intensitas cahaya reflektans pada jaringan kolon normal, radang, dan prekanker mencit dengan spektrofotometri autofluoresensi bersumber cahaya ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 420,2—762,9 nm. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS untuk menguji hipotesis dan normalitas data serta Orange Data Mining yang ditinjau dengan machine learning untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, akurasi, precision, serta recall. Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan panjang gelombang reflektans antara 3 kelompok jaringan kolon (normal, radang, dan prekanker) dengan akurasi 56,7% dan tidak ditemukan perbedaan signifikan panjang gelombang reflektans antara 2 kelompok jaringan (radang dengan prekanker) dengan sensitivitas 66,67% dan nilai diagnosis buruk. Namun, ditemukan 175 panjang gelombang reflektans dengan perbedaan signifikan dalam membedakan jaringan kolon normal dengan radang atau prekanker dengan sensitivitas 72,73%—100% dan nilai diagnosis baik hingga sangat baik. Kesimpulan: Spektrofotometri autofluoresensi bersumber cahaya ultraviolet (UV) dapat mengklasifikasikan 2 kelompok jaringan kolon, yakni jaringan kolon normal dengan jaringan kolon radang atau prekanker. Namun, tidak dapat mengklasifikasikan 3 kelompok jaringan kolon, yakni jaringan kolon normal, radang, dan prekanker serta 2 kelompok jaringan kolon radang dengan prekanker.

Introduction: Cancer cases are increasing annually, including colon cancer. Furthermore, early detection of colon cancer using autofluorescence spectrophotometry also hasn't been done before. Objectives: This research aims to comprehend the difference between reflectance wavelength and light intensity in normal, inflammation, and precancerous mice's colon tissues in paraffin block samples using autofluorescence spectrophotometry by assessing its accuracy and sensitivity. Method: This research measured reflectance wavelength and light intensity of normal, inflammation, and precancerous mice's colon tissue using autofluorescence spectrophotometry with ultraviolet light, in the range of 420.2—762.9 nm. Afterward, it was analyzed by SPSS to test the hypothesis and data normality, also Orange Data Mining's machine learning to determine its sensitivity, specificity, accuracy, precision, and recall. Result: There was no significant difference in reflectance wavelength between 3 groups of colon tissues (normal, inflammation, and precancerous) with accuracy valued at 56.7%, also between 2 groups of colon tissues (inflammation and precancerous) with sensitivity valued at 66.67% and "poor" diagnostic value. Nonetheless, there were 175 significantly different reflectance wavelengths to differentiate normal with inflammation or precancerous colon tissue with sensitivity valued at 72.73%—100% and "good" to "excellent" diagnostic value. Conclusion: Autofluorescence spectrophotometry with ultraviolet (UV) light can classify 2 groups of colon tissue, i.e. normal with inflammation or precancerous colon tissue. Otherwise, it cannot classify 3 groups of colon tissue (normal, inflammation, precancerous) at a time and 2 groups of colon tissue (inflammation and precancerous)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Harrison Paltak Bernard
"Asam galat merupakan zat polifenol dengan kemampuan sitotoksik. Studi sebelumnya menunjukkan turunan asam galat mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Sampai saat ini, belum banyak studi yang mempelajari turunan alkil ester galat dan turunan metoksi galat terhadap pertumbuhan kanker kolon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas sitotoksik turunan alkil ester galat dan metoksi galat pada sel kanker kolon. Penelitian ini dilakukan dengan desain eksperimental secara in vitro. Kemampuan sitotoksik asam galat dan turunannya diuji pada sel HCT116 (sel kanker kolon) dengan menggunakan MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2Htetrazolium) assay. Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan IC50 setiap senyawa.
Hasil penelitian menunjukkan modifikasi asam galat menjadi senyawa metil galat, propil galat, butil galat, t-butil galat, amil galat, oktil galat dan ketiga turunan metoksi galat tidak menunjukkan peningkatan aktivitas sitotoksik dengan peningkatan konsentrasi yang diuji. Dari semua senyawa yang memiliki kecenderungan menghambat, heptil galat memiliki aktivitas yang paling baik. Disimpulkan, metil galat, propil galat, butil galat, t-butil galat, amil galat, dan oktil galat merupakan turunan alkil galat yang tidak aktif. Etil galat, isobutil galat, isoamil galat, dan heptil galat merupakan turunan alkil galat yang memiliki aktivitas sitotoksik pada sel kanker kolon. Ketiga turunan metoksi galat tidak menunjukkan aktivitas sitotoksik pada sel kanker kolon.

Gallic acid is a polyphenol with anticancer activity. Previous studies had shown that the derivatives of gallic acid had cytotoxic activity in cancer cell. To date, few studies evaluated the activity of alkyl ester derivatives of gallic acid and methoxy derivatives of gallic acid in colon cancer cell. The objective of this study was to examine the cytotoxic activity of alkyl ester derivatives and methoxy derivatives of gallic acid in colon cancer cell. This study was conducted in in-vitro study in HCT116 colon cancer cell. Cytotoxic activity of gallic acid and its derivatives were evaluated in HCT116 colon cancer cell using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay. Data from this experiment was analyzed to obtain IC50 of each compound.
The result showed that modification of gallic acid to methyl gallate, propyl gallate, butyl gallat, t-butyl gallate, pentyl gallate, octyl gallate and three methoxy derivatives of gallic acid did not increase cytotoxic activity in all concentrations tested. Among all derivatives of gallic acid, heptyl gallate has the best cytotoxic activity. In conclusion, methyl gallate, propyl gallate, butyl gallate, t-butyl gallate, pentyl gallate, and octyl gallate are alkyl ester derivatives of gallic acid with no cytotoxic activity. Ethyl gallate, isobutyl gallate, isopentyl gallate, and heptyl gallate are active derivatives of gallic acid. All methoxy derivatives of gallic acid do not show any cytotoxic activity in colon cancer cell.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoma Sari Namara
"Latar Belakang: Irritable bowel Syndrome (IBS) adalah penyakit fungsional saluran cerna yang bersifat multifaktorial, melibatkan faktor internal maupun lingkungan yang bervariasi secara geografis maupun budaya. Faktor risiko terhadap IBS, khususnya di daerah yang pernah mengalami bencana berat, belum banyak diteliti. Penelitian ini menilai prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu Sulawesi Tengah pascabencana. Tujuan: Mengetahui prevalensi dan faktor risiko IBS di masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah pascabencana. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Kota Palu pada 2023. Data diambil dengan cara survei rumah ke rumah. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografis, diagnosis IBS dengan kriteria Rome IV dan Bristol Stool Form Scale (BSFS), Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A), Beck’s Depression Index II (BDI-II) untuk menilai gejala gangguan psikologis yang terdiri dari cemas dan depresi, serta SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) untuk menilai pola makan dan menentukan nilai konsumsi FODMAP. Hasil: Terdapat 1212 partisipan dalam penelitian ini. Prevalensi IBS di Kota Palu sebesar 0,99%, dengan proporsi subtipe IBS-C, IBS-D, dan IBS-M sebesar 50,00%, 17,67%, 33,33%. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, status ekonomi, topografi, dan pola makan dengan IBS, namun gangguan psikologis berhubungan bermakna secara statistik dengan IBS (p<0,001) dengan PR 29,629 (IK 95% 6,547— 134,081). Simpulan: Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu. Prevalensi IBS di masyarakat Kota Palu sebesar 0,99% dengan proporsi subtipe IBS terbanyak adalah IBS-C diikuti oleh IBS-M dan IBS-D dengan gangguan psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian IBS.

Background: Irritable bowel syndrome (IBS) is a multifactorial functional gastrointestinal disease involving internal and environmental factors that vary geographically and culturally. However, risk factors have yet to be widely studied, especially in areas that have experienced severe disasters. This study assessed the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Objective: To determine the prevalence and risk factors of IBS in Palu City, Central Sulawesi post-disaster. Methods: This study was held in Palu City in 2023 in cross-sectional design. Data was collected using a door-to-door survey. We extracted demographic data and diagnosed IBS using Rome IV criteria and the Bristol Stool Form Scale (BSFS). The validated Indonesian version of the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and Beck's Depression Index II (BDI-II) were used to assess psychological disorder severity of anxiety and depression, respectively. We used SEMI FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE (SFFQ) to assess eating patterns and determined FODMAP diet. Results: There were 1212 participants in this study. Prevalence IBS in Palu City was 0.99%, with proportion of IBS-C, IBS-D, and IBS-M subtypes were 50.00%, 17.67%, and 33.33%. There were no significant relationship between sex, age, economic status, topography, and FODMAP diet with IBS, otherwise psychological disorder was significantly associated with IBS (p<0.001) with a PR of 29.629 (CI 95% 6.547— 134.081). Conclusions: This is the first study to assess the prevalence of IBS in the Palu City community. The prevalence of IBS in the Palu City community is 0,99% with the most common IBS subtype is IBS-C, followed by IBS-M then IBS-D, and psychological disorder is an associated factor to IBS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Kejadian kanker kolon mayoritas terjadi secara sporadik. Berbagai faktor non-inherited yang dipikirkan sebagai penyebab kanker kolon merupakan kombinasi antara faktor diet dan lingkungan. Kedua faktor ini menyebabkan mutasi somatik pada berbagai gen spesifik dalam pembentukan kanker kolon. Di antara berbagai faktor, butirat (dibentuk dalam proses fermentasi fiber) mungkin mempunyai peranan yang penting sebagai zat kemoprotektif terhadap kanker kolon. Sumber butirat dalam makanan sehari-hari berasal dari makanan yang mengandung kulit gandum. Pada tingkat molekuler, butirat menyebabkan asetilasi histon, meningkatkan diferensiasi berbagai sel, menginduksi terjadinya apoptosis dan meregulasi ekspresi dari berbagai onkogen. Faktor-faktor ini yang menjadi alasan butirat mempunyai efek protektif terhadap kanker kolon. (Med J Indones 2003; 12: 127-31)

The majority of colon cancers occur sporadically. They are thougth to be caused by non-inherited factors such as a combination of diet and environmental factors, which result in somatic mutations of specific genes. Among dietary factors butyrate which is derived from fermentable fibers may have important role as chemoprotector against colorectal cancer. The source of butyrate in daily diet mostly come from wheat products especially wheat bran. At molecular level, butyrate causes hystone acetylation, favours differentiation, induces apoptosis and regulates the expressions of various oncogens. These effects suggest that butyrate may be protective against colorectal cancers. (Med J Indones 2003; 12: 127-31)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (2) April June 2003: 127-131, 2003
MJIN-12-2-AprilJune2003-127
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Shafira Hanifah
"ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia pada pria dan wanita. Kejadian kanker di Indonesia mencapai 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan tingkat mortalitas mencapai 9,5% dari kasus kanker. Progresi kanker sangat terkait dengan ekspresi berlebihan COX-2 pada sel kanker kolorektal. Inhibitor COX-2 seperti COXIB dan NSAID memiliki efek kemopreventif, tetapi juga memiliki efek kardiovaskular yang berbahaya. Terdapat herbal yang memiliki aktivitas antikanker, salah satunya adalah tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Efek antikanker berbagai bagian tanaman telah diuji, tetapi penelitian mengenai bagian batang tanaman Mahkota Dewa masih minim. Ekstrak batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dipersiapkan untuk dimaserasi dalam etanol. Aktivitas antikanker ekstrak etanol Phaleria macrocarpa in-vitro diuji dengan MTT assay pada lini sel kanker kolorektal HCT116. Studi ini juga menilai efek ekstrak etanol Phaleria macrocarpa terhadap penghambatan ekspresi COX-2 pada lini sel kanker kolorektal HCT116 melalui penghitungan nilai H-score dari pewarnaan imunositokimia. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) menunjukkan aktivitas antikanker melalui penghambatan pertumbuhan dengan nilai IC50 sebesar 1,327 µg/ml.  Salah satu jalurnya adalah melalui penghambatan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan nilai H-score sebesar 173,33 pada pemberian ekstrak dengan dosis 200 ppm. Penelitian ini membuktikan bahwa batang (Phaleria macrocarpa) menghambat pertumbuhan kanker kolorektal, salah satunya melalui penghambatan COX-2.

ABSTRACT
Colorectal cancer is the third most malignancy in the world in men and women. The prevalence of cancer reached 12,8 per 100,000 adult populations, with mortality rate reaching 9,5% from all cancer cases. Cancer progression is strongly associated with excessive expression of COX-2 in colorectal cancer cells. COX-2 inhibitors such as COXIB and NSAID have been proven to have chemopreventive nature, but also have harmful cardiovascular effects. There are herbs that have anticancer activities such as Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) plant. Various parts of the plant have been researched on its anticancer effect, but research on its bark parts of Mahkota Dewa is still minimal. Ethanol extract from Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark was prepared for maceration in ethanol. Phaleria macrocarpa bark ethanol extract in-vitro anticancer activity was tested with MTT assay on HCT116 colorectal cancer cell line. This study also assessed the effect of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 colorectal cancer cell line by counting the H-score from immunocytochemistry staining. Ethanol extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark shows anticancer activity by inhibiting its growth with IC 50 of 1,327 µg/ml. One of the pathways is through inhibition of COX-2 expression, shown from H-score of 173,33 after administration of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark at a dose of 200 ppm. This study shows that Phaleria macrocarpa bark is a colorectal cancer growth inhibitor, one of which is through inhibition of COX-2."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrayhansyah Muhammad Faqih
"Background: Colon cancer is being the third most-prevalent type of cancer worldwide. Options for treatment and therapy are available including surgery, chemotherapy, radiotherapy, and many other therapies. Even though, the treatment of cancer nowadays is quite challenging due to numerous factors, such as socio-economic, geographic, and side effects. Chery tomatoes potentially can come up to be the alternative treatment of cancer due to its active components and cytotoxicity. This alternative treatment might also prevent the resistance of the main treatment of cancer. From several studies, it is found that the tomatoes have a decent antioxidant activity and cytotoxic capability towards various cancer cells. This study aims to determine the phytochemicals components, antioxidant activity and cytotoxic effect of the cherry tomatoes (Solanum lycopersicum Var. cerasiforme) towards HT-29 colon cancer cells.
Method: Solanum lycopersicum Var. cerasiforme was grinded until it becomes juice. Maceration is done with solvent of petroleum ether, ethyl acetate, and methanol, which results petroleum ether, ethyl acetate, and methanol extract of Solanum lycopersicum Var. cerasiforme, respectively. The three extracts undergo phytochemical screening and thin layer chromatography (TLC) to determine the amount and secondary metabolite of the phytochemical components, followed by measuring antioxidant activity by DPPH assay, and evaluating the cytotoxic activity towards HT-29 colon cancer cells by MTT assay.
Results: Solanum lycopersicum Var. cerasiforme extract contained secondary metabolites of flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, and triterpenoids and there was a total of 8 phytochemical components. Among the three extracts, ethyl acetate extract showed a the highest (active) antioxidant activity towards DPPH free radical with IC50 of 47.655 μg/mL and an active cytotoxic evaluation with IC50 of 63.224 μg/mL. Petroleum ether extract has shown the highest cytotoxic value with IC50 of 32.676 μg/mL (active). Meanwhile, methanol is categorized as moderate cytotoxic evaluation with 108.992 μg/mL.
Conclusion: Solanum lycopersicum Var. cerasiforme extract contained phytochemical components that had biological activity of antioxidant toward DPPH free radical and cytotoxic effect towards HT-29 colon cancer cell.

Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker yang paling umum ketiga di seluruh dunia. Pilihan untuk pengobatan yang tersedia termasuk operasi, kemoterapi, radioterapi. Namun, pengobatan kanker saat ini cukup menantang karena beberapa faktor, seperti sosio-ekonomi, geografi, dan efek samping. Tomat ceri berpotensi menjadi alternatif pengobatan kanker karena kandungan komponen aktif dan sitotoksisitas-nya. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa tomat memiliki aktivitas antioksidan dan kemampuan sitotoksik yang cukup baik terhadap berbagai sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen fitokimia, aktivitas antioksidan dan efek sitotoksik tomat ceri (Solanum lycopersicum Var. cerasiforme) terhadap sel kanker kolorektal HT-29.
Metode: Solanum lycopersicum Var. cerasiforme digiling hingga menjadi jus. Maserasi dilakukan ke dengan petroleum eter, etil asetat, dan metanol, yang menghasilkan ekstrak masing-masing pelarut untuk Solanum lycopersicum Var. cerasiforme masing-masing. Tiga ekstrak menjalani penapisan fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui jumlah dan metabolit sekunder komponen fitokimia, dilanjutkan dengan pengukuran aktivitas antioksidan dengan uji DPPH, dan evaluasi aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker usus besar HT-29 dengan uji MTT.
Hasil: Ekstrak Solanum lycopersicum Var. cerasiforme mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, tannin, saponin dan triterpenoid dengan total 8 komponen fitokimia. Diantara ketiga ekstrak tersebut, ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi terhadap radikal bebas DPPH dengan IC50 sebesar 47,655 g/mL dan evaluasi sitotoksik aktif dengan IC50 sebesar 63.224 g/mL. Ekstrak petroleum eter menunjukkan nilai sitotoksik tertinggi dengan IC50 sebesar 32,676 g/mL (aktif). Sedangkan metanol sebesar 108,992 g/mL.
Kesimpulan: Ekstrak Solanum lycopersicum Var. cerasiforme mengandung komponen fitokimia yang memiliki aktivitas biologis antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan aktivitas sitotoksik terhadap sel HT-29 kanker usus besar.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggarsari
"Kolostomi merupakan salah satu pilihan tindakan pembedahan pada kanker kolorektal yang dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep diri pasien. Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diketahui dan diperhatikan perawat dalam melakukan perawatan kolostomi. Hasil yang didapatkan dari penulisan berdasarkan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien kolostomi Ny. R menunjukkan bahwa perawatan pasien dengan kolostomi yang perlu diperhatikan meliputi cara dan waktu mengganti kantong kolostomi, membersihkan stoma dan kulit peristomal, memantau kondisi stoma, dan melakukan irigasi kolostomi. Hal lain yang juga perlu dilakukan ialah memberikan edukasi terkait diet yang dibutuhkan pasien yang memiliki stoma, serta kebutuhan aktivitas pasien.

Colostomy is one of the surgical procedures that can be done in colorectal cancer patient, which can cause complication and changing in self concept. This paper was made to identify things that must be concerned by nurse in caring colostomy patient. Based on the application to a patient, Mrs. R, the result indicated that when caring colostomy patient, it is important to know well and concern about how and when to change colostomy pouch, clean stoma and peristomal skin, observing stoma, and doing colostomy irrigation. Educating what kind of dietary management and their activity need are also important to be done by patient with stoma."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Virhan Novianry
"ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga tersering di Amerika Serikat dengan angka mortalitas menempati peringkat kedua tahun 2012. Mortalitas kanker ini dapat ditekan melalui deteksi dini saat perkembangan kanker pada tahap polip, salah satunya dengan diagnosis biologi molekuler keberadaan DNA pada tinja maupun serum. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi cell free DNA (cfDNA) sebagai penanda tumor pada karsinogenesis kolorektal dengan menggunakan sampel serum darah mencit balb/C yang sebelumnya dinduksi oleh azoxymethane (AOM) dan promosi oleh dextan sulfate sodium (DSS). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental quasi menggunakan hewan uji mencit Balb/C. Sampel terdiri atas 6 mencit Balb/C yang setiap sampelnya mendapatkan 4 perlakuan secara serial dalam rentang waktu tertentu. Perlakuan pertama adalah pengambilan sampel serum sebelum induksi-promosi, pengambilan kedua pada minggu ke-1 (1 minggu setelah induksi azoxymethane), pengambilan ketiga minggu ke-2 (1 minggu setelah induksi-promosi oleh azoxymethane-dextran sulfate sodium) dan pengambilan ketiga minggu ke-6 (5 minggu setelah induksi-promosi oleh azoxymethane-dextran sulfate sodium). Kuantifikasi cfDNA terhadap serum dilakukan dengan metode fluoresensi SYBR Green II menggunakan Rotor Gene 6000 dan pemeriksaan histopatologis untuk melihat karsinogenesis dilakukan pada minggu ke-0, ke-1, ke-2 dan ke-6. Konsentrasi cfDNA menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok sampel sebelum induksi dan promosi (1238,49±674,84 pg/μL ) dibandingkan kelompok sampel yang serumnya diambil minggu ke-6 dengan gambaran histopatologis pra-kanker (2244,04±726,57 pg/μL ). Terdapat kenaikan cfDNA pada minggu ke-1 hanya dengan induksi AOM maupun minggu ke-2 setelah dinduksi dan dipromosi (1358,57±803,81 pg/μL ) dan 1317,23±735,92 pg/μL ), namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik.

ABSTRACT
Colorectal cancer was third of the most cancer in United States and second for the most mortal at 2012. Mortality should be decreased by early screening of the polyp stadium by molecular biology diagnoze of faecess’s DNA and serum’s DNA.The focus of this study is cell free DNA's potency as tumor marker of colorectal carcinogenesys within blood serum sample that was taken from balb/C mice induced by azoxymethane (AOM) and promoted by dextran sulfate sodium (DSS). This study is quasi experimental research. Samples were taken from 6 Balb/C mices, which are serial treated by the time. First, pre induction-promotion blood serum (week 0), second were one week post azoxymethane induction week 1st), third were one week post azoxymethane and dextran sulfate sodium induction-promotion (week 2nd), and fourth were fifth week post azoxymethane and dextran sulfate sodium induction-promotion (week 6th). Cell free DNA Quantification was performed by fluoresence of SYBR Green II method and confirmed by histopathology examination at null, 1st, 2nd and 6th week. Cell free DNA concentration show there was significant differencies of cfDNA before induction and promotion (1238,49±674,84 pg/μL ) compared to cfDNA 6th week after induction and promotion (2244,04±726,57 pg/μL ) statistically, but no significant differencies to the group of 1st week after AOM induction only and the group of 2nd week after induction and promotion, even both of those groups show increament of cfDNA concentration (1358,57±803,81 pg/μL and 1317,23±735,92 pg/μL )."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>