Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Roro Triputri Argandhany
Abstrak :
[ABSTRAKbr Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara attachment style (secure, insecure-avoidant, dan insecure-ambivalent) dan gejala adiksi cybersex pada remaja akhir di Indonesia. Penelitian ini didasari oleh fenomena maraknya penggunaan internet untuk melakukan aktivitas cybersex. Penelitian dilakukan pada 658 partisipan yang memiliki karakteristik remaja akhir (usia 18-21 tahun), WNI yang bertempat tinggal di Indonesia, dan pernah melakukan aktivitas cybersex. Attachment style diukur dengan alat ukur Attachment style yang disusun oleh Diantika (2004) dan diadaptasi oleh Moeljosoedjono (2008). Gejala adiksi cybersex diukur dengan alat ukur Internet Sex Screening Test (ISST) yang disusun oleh Delmonico (1997, dalam Delmonico & Miller, 2003). Hasil utama penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara attachment style yang secure dan gejala adiksi cybersex pada remaja akhir di Indonesia (r = -.124; p < 0.01), terdapat hubungan positif antara attachment style yang insecure-avoidant dan gejala adiksi cybersex pada remaja akhir di Indonesia (r = .138; p < 0.01), serta terdapat hubungan positif antara attachment style yang insecure-ambivalent dan gejala adiksi cybersex pada remaja akhir di Indonesia (r = .137; p < 0.01).;This research is conducted to see the correlation between attachment style (secure, insecure-avoidant, and insecure-ambivalent) and symptom of cybersex addiction on late adolescence. This reasearch is based on the phenomena of the use of internet to cybersex activities. There are 658 participants involved in this research, they all have the characteristic as late adolescence (18-21 years old), Indonesian Citizen who stay in Indonesia, who have ever done cybersex activities. Attachment style is measured by an Attachment style measurement developed by Diantika (2004) and has been adapted by Moeljosoedjono (2008). Symptom of cybersex addiction is measured by an Internet Sex Screening Test (ISST) measurement developed by Delmonico (1997, in Delmonico & Miller, 2003). The main result of this research found that there is a negative correlation between secure attachment and symptom of cybersex addiction on late adolescence in Indonesia (r = -.124; p < 0.01), there is a positive correlation between insecure-avoidant attachment and symptom of cybersex addiction on late adolescence in Indonesia (r = .138; p < 0.01), and there is a positive correlation between insecure-ambivalent attachment and symptom of cybersex addiction on late adolescence in Indonesia (r = .137; p < 0.01)., This research is conducted to see the correlation between attachment style (secure, insecure-avoidant, and insecure-ambivalent) and symptom of cybersex addiction on late adolescence. This reasearch is based on the phenomena of the use of internet to cybersex activities. There are 658 participants involved in this research, they all have the characteristic as late adolescence (18-21 years old), Indonesian Citizen who stay in Indonesia, who have ever done cybersex activities. Attachment style is measured by an Attachment style measurement developed by Diantika (2004) and has been adapted by Moeljosoedjono (2008). Symptom of cybersex addiction is measured by an Internet Sex Screening Test (ISST) measurement developed by Delmonico (1997, in Delmonico & Miller, 2003). The main result of this research found that there is a negative correlation between secure attachment and symptom of cybersex addiction on late adolescence in Indonesia (r = -.124; p < 0.01), there is a positive correlation between insecure-avoidant attachment and symptom of cybersex addiction on late adolescence in Indonesia (r = .138; p < 0.01), and there is a positive correlation between insecure-ambivalent attachment and symptom of cybersex addiction on late adolescence in Indonesia (r = .137; p < 0.01).]
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59097
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fensen Kurniawan
Abstrak :
Kecanduan seks dunia maya merupakan perilaku berpola yang mencari kepuasan seksual secara daring. Saat ini, kecanduan seks dunia maya belum diakui secara resmi sebagai gangguan klinis, tetapi memiliki dampak serius terhadap individu yang mengalaminya. Maka dari itu, perilaku kecanduan seks dunia maya memerlukan penelitian lebih lanjut dan penanganan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara kesepian dan kecanduan seks dunia maya pada mahasiswa, serta peran kontrol diri sebagai faktor moderasi dalam hubungan tersebut. Sampel penelitian terdiri dari 119 mahasiswa pengguna aktif internet dengan rentang usia 18-25 tahun (M = 21,31, SD = 1,429). Sampel ini terdiri dari 77,6% perempuan (n = 90) dan 22,4% laki-laki (n = 26). Pengukuran variabel dilakukan menggunakan Internet Sex Screening Test (ISST) untuk mengukur tingkat risiko kecanduan seks dunia maya, Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) untuk mengukur tingkat kesepian, dan Brief Self Control Scale (BSCS) untuk mengukur tingkat kontrol diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara kesepian dan kecanduan seks dunia maya pada mahasiswa (β = 0,0459, t(116) = 1,3205, p = 0,1895, p > ,05). Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa kontrol diri, jenis kelamin, dan orientasi seksual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecanduan seks dunia maya pada mahasiswa. Dalam penelitian ini, kontrol diri ditemukan mempengaruhi kecanduan seks dunia maya secara negatif, di mana ketika kemampuan kontrol diri meningkat, maka risiko kecanduan seks dunia maya cenderung menurun. ......Cybersex addiction is a pattern of behavior that seeks online sexual satisfaction. Currently, cybersex addiction is not officially recognized as a clinical disorder, but has serious impacts on individuals experiencing it. Therefore, cybersex addiction behavior requires further research and serious treatment. This study aims to investigate the relationship between loneliness and cybersex addiction among college students, as well as the moderating role of self-control in this relationship. The research sample consisted of 119 college students, active internet users, aged between 18 and 25 years (M = 21.31, SD = 1.429). The sample comprised 77.6% females (n = 90) and 22.4% males (n = 26). The measurement of variables was conducted using the Internet Sex Screening Test (ISST) to assess the level of risk for cybersex addiction, the Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) to measure the level of loneliness, and the Brief Self-Control Scale (BSCS) to measure the level of self-control. The results of the study indicated that self-control did not significantly moderate the relationship between loneliness and cybersex addiction among college students (β = 0.0459, t(116) = 1.3205, p = 0.1895, p > .05). Further analysis revealed that self-control, gender, and sexual orientation significantly influenced cybersex addiction among college students. In this study, self-control was found to have a negative impact on cybersex addiction, where as the ability to exercise self-control increases, the risk of cybersex addiction tends to decrease.
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kusuma Hening
Abstrak :
Aktivitas cybering (cybersex) tampak makin meluas sejalan dengan perkembanganyang terus-menerus dari teknologi internet dan peralatan online terkait lainnya. fenomena ini menentang keberadaan pandanngan seksual tradisional dan norma-norma sosial dn budaya yang telah lama ada, khususunya yang ditemui pada msayarakat di negara-negara timur. penelitian komparatif ini menunjukkan bahawa tidak terdapat perbedaab signifikan yang ditemukan di antara orang-orang indonesia dan jerman dalam memandang atau menerima ide-ide seksualitas baru sperti cybering. akan tetapi, terdapat cukup perbedaab pada penerimaan mererka terhadap fenomena cybering apabila aktivitas tersebut akan terus terjadi di masa mendatang. dari hasil penelitian, diketahui bahwa orang indonesia tampak lebih dapat menrima keberadaan aktivitas cybering/cybersex di masa mendatang dibanding dengan orang-orang Jerman. aspek-aspek sosial dan budaya tampak dibayangi oleh kenyataan bahwa msyarakat kini sudah menjadi semakin global. hal ini sejalan dengan pengaruh penetrasi internet dan teknologi media baru yang makin meningkat
Kementerian Komunikasi dan Informasi Ri, {s.a.}
352 JPPKI 6:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library