Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 236 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: John Wiley & Sons, 1984
745.401 8 DEV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya
Abstrak :
Tahap desain adalah tahapan penting untuk proses pembangunan sebuah proyek konstruksi. Salah satu dasar penentuan apakah sebuah rencana pembangunan proyek dapat berjalan atau tidaknya dapat dinilai berdasarkan nilai ekonomis bangunan. Dalam tahap desain, diperlukan sebuah rupa untuk metode atau alternatif agar desain sebuah proyek konstruksi dapat menjadi seefektif mungkin tanpa mengurangi kekuatan sebuah bangunan secara struktur sehingga dapat menghasilkan nilai harga proyek yang paling ekonomis. Pada penelitian ini studi kasus yang digunakan adalah bangunan showroom karena dianggap mampu mewakili bangunan low rise dengan komponen struktur atas tipikal yaitu kolom, balok, dan pelat menggunakan material beton konvensional. Salah satu cara untuk mendapatkan biaya yang ekonomis adalah dengan melakukan efisiensi balok anak dan/atau memodifikasi ketebalan pelat sehingga dapat menurunkan biaya proyek. Penelitian ini dilakukan melalui pemodelan ETABS untuk struktur dan desain bangunan. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan biaya konstruksi struktur bangunan. ......Designing process is a crucial step in order to plan a construction project. One determining basic to help whether a construction plan is going to work according to plan or not can be judged by it’s economical value of the building project. For designing process, a model is needed to become a method of finding alternative so a project design can be as effective as possible without decreasing the building’s structural strength and so it can offer a cheaper cost or in other word is more economical. In this research, a showroom office is used as it is considered representative of low rise buildings with typical structural components which are columns, beams, and slab using conventional reinforced concrete material. One way to achieve economical project cost is to make secondary beam/joist uses reduced or in other words, more efficiently, and/or with modifying sab thickness so that it woud reduce project cost. This research used ETABS modelling software to observe the building’s structural and design aspects. Subsequently it’s structural components will be calculated in order to obtain project cost

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Diah Kurniati
Abstrak :
Kebijakan ruang terbuka hijau (RTH) dilatarbelakangi oleh berbagai hal di antaranya dorongan kebutuhan ruang publik dan terjaganya ekosistem lingkungan perkotaan. RTH juga merupakan fasilitas umum yang mengandung banyak fungsi kehidupan masyarakat kota yang dapat mengakomodasi kebutuhan tempat interaksi sosial, sarana olah raga, dan ruang rekreasi, khususnya di Provinsi DKI Jakarta. Kebijakan mengenai pengelolaan ruang terbuka hijau diperankan oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Dalam implementasinya, banyak faktor yang secara teoritik mempengaruhi keberhasilan pelakasanaan suatu kebijakan, antara lain sumber daya manusia, komunikasi, anggaran, struktur organisasi, dan peran elit. Terkait dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan Ruang Terbuka Hijau oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dan mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penghambatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yang berusaha untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara melibatkan informan kunci, tertutama para pegawai pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta dan para praktisi yang sering dilibatkan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan Ruang Terbuka Hijau oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta sampai saat ini belum maksimal, karena tidak ada peningkatan yang berarti luas RTH. Sampai saat ini, luas RTH Provinsi DKI Jakarta sekitar 9%, dan masih jauh dari rencana pencapaian kebutuhan RTH yang ditargetkan dalam RTRW 2010, yaitu 13,94%. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan belum sepenuhnya mendukung. Kondisi sumber daya manusia yang ada masih minim baik secara kualitas maupun kuantitas. Koordinasi yang terjalin masih bersifat formalitas dan belum ada tindak lanjut kebijakan hingga tataran kegiatan nyata yang terpadu antar stakeholder. Anggaran juga masih terbatas peran elit masih menunjukkan arogansinya, sehingga lebih berpihak untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Untuk masalah struktur organisasi secara umum sudah mendukung, antara lain ditunjukkan dengan adanya prosedur operasional yang standar. Sementara itu, faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan Ruang Terbuka Hijau oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta antara lain keterbatasan peralatan operasional lapangan, pembibitan, lambatnya pengembangan ruang terbuka hijau, menurunnya kualitas lingkungan, alih fungsi taman, menurunnya kedisiplinan masyarakat, kebutuhan ruang gerak sosial masyarakat, peran serta masyarakat, dan peraturan perundangan substansial. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap hal-hal yang tidak mendukung pelaksanan kebijakan. Mengenai masalah sumber daya manusia, mulai sekarang harus sudah direncanakan rekrutmen yang disertai dengan perencanaan yang matang dan mengintensifkan program pendidikan dan pelatihan. Koordinasi antar stakelholder harus lebih diintensifkan sehingga dapat terbangun sinergi dan komitmen yang kuat untuk secara bersama-sama mewujudkan Ruang Terbuka Hijau dan harus ditindaklanjuti dengan program-program nyata. Anggaran yang masih terbatas harus diusahakan secara proaktif melalui penggalangan dukungan dan partisipasi masyarakat. Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus tegas dan konsisten dalam menjalankan kebijakan Ruang Terbuka Hijau, sehingga tidak memberikan peluang kepada para elit untuk mempengaruhi pelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan.
The implementation skills of open space greenery (RTH) backed by several situations, one of which is to encourage the needs of open public spaces and protection of the city surroundings. Open space greenery is also a general facilitator which consists of many functions of the living environment that could accommodates the needs of social interactions. Sports and recreational activities. Especially for DKI JKT Province, enhancing of open space greenery (RTH) has been the role play of City of Park Department Provincei DKI Jakarta. Implementing various methods in theory has influenced and results in skills, human resource, communications, estimation, organizational structures and elite role play. Concerning to the matter, our main aim is to evaluate skills of open space greenery by DPP DKI Jakarta, and to study the obstacle factors. Examining and cautious has resulted in describing problems. And collecting of data has been made through interviews and documentation studies. Interviews has involved key informants, exclusively the staff of Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta and others. Results has shown that with implementing skills by City of Park Department Province DKI Jakarta to date hasn't shown great improvement, due to lack of enhancement in upgrading of open space greenery. And to date, the largeness of open space greenery DKI Jakarta is about 9%, and there's a long way to accomplish OSG(RTH) targets in RTRW 2010,that is 13.94%. Influencing factors to implementing skills has not shown encouragement. The quality and quantity of human resource is still the main factor and at a minimal stage. The conditions of establishing is the main factor and does not motivate among stakeholders. Estimation is still limited, due to the arrogant elites, till there are those who are only concern to certain groups. As for organizational structure, in general has supported having operational standard procedures. While other factors that has been an obstacle to implementing skills to OSG (RTH) by Cyti of Park province DKI JKT among which, the limitation of operational field equipments, nusery, delays, less quality control, undisciplined, people's role play and lastly law and standing orders. Based on routine checks and investigations, has to be carried out. On human resource, it has to be carried out right away in recruiting with intensive programmes in educating and training. Stakeholders should be more intensified so as to enhanced synergy and strong commitments with togetherness to build up OSG and actions has to be taken immediately. Limited estimations should be workout proactively through support and people's participation. With that the provincial government DKI Jakarta has to be firm and consistent in managing skills OSG till it gives opportunity to the elites in implementing and influencing skills that have been fixed.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivanol Chadry
Abstrak :
Sepeda lipat merupakan sarana transportasi alternatife yang mudah dibawa-bawa dan disimpan dengan volume ruang yang kecil. Dengan kondisi tersebut diperlukan penelitian dalam pengembangan sepeda lipat guna mendapatkan sepeda lipat yang handal, kuat, ringan dan efisien. Pengembangan dan penelitian yang dilakukan meliputi analisa perhitungan kekuatan sepeda lipat dengan mempertimbangkan kondisi dinamis yang ekstrem pada saat bersepeda. Perhitungan kekuatan terhadap sepeda lipat dengan melakukan pemodelan matematis pada jalan berlubang akan menghasilkan efek gaya maksimum terhadap konstruksi sepeda lipat. Pengujian pada awal desain menggunakan software MSC. Visual Nastran dengan pemodelan sepeda lipat yang bergerak pada kondisi jalan jumping dan bergelombang. Pengujian menghasilkan grafik perubahan tegangan, regangan dan defleksi selama pergerakan sepeda lipat pada kedua kondisi pemodelan tersebut. Berdasarkan grafik yang dihasilkan dengan menggunakan bahan AISI 1020 pada bahan konstruksi rangka sepeda, tegangan maksimum ( s) yang terjadi adalah 18.6 N/mm² dan faktor redaman ( x ) adalah 0.15915. Dengan pertimbangan analisa kekuatan dan pengujian dinamis pada konsep awal desain, diharapkan ketika mengimplementasikan pada sepeda lipat yang sebenarnya akan disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan yaitu kuat dan ringan.
Folding Bike is represent the alternative transportation in easy to portable and easy to kept with the small room volume. With the condition needed by new research design in folding bike development to utilize to get the folding bike reliable, strong, efficient and light. Development and research conducted cover the analysis calculation strength of folding bike by considering dynamic condition which exstrem at the time of cycling. The strength calculation to folding bike by modelling mathematical at holey road street will yield the maximum style effect to construction folding bike. Examination in the early design to use the software MSC. Visual Nastran by modelling is folding bike which is the move at condition of street are jumping and surging. Examination yield the graph of tension change, strain and deflection of during folding bike movement fold at both the condition modelling. Pursuant to result are graph yield by using materials AISI 1020 at construction materials the folding bike, maximum tension (s) that happened is 18.6 N / mm² and damping factor ( x ) is 0.15915. With the consideration analyses strength and the dynamic examination at concept of early design, expected when implementation at folding bike which in fact will be adapted by a target expected that is strength and light.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanul Arifin
Abstrak :
Lapangan Lima yang merupakan bagian dari Laut Jawa berupaya untuk terus mempertahankan produksi minyak salah satunya dengan cara memperbaiki fasilitas pipa penyalur. Pipa penyalur yang saat ini terpasang kondisinya sudah pernah bocor dan telah dipasang clamp untuk menutup sementara titik yang bocor. Sebagai solusi permanen akan dipasang pipa penyalur baru yang menghubungkan anjungan LLB menuju anjungan LPRO (Lima Process). Ada beberapa pilihan jalur yang bisa dipilih untuk memasang pipa penyalur. Naskah tesis ini membahas analisis pemilihan jalur pipa penyalur dengan pertimbangan hidrolik, efek penurunan permukaan, dan keekonomian. Parameter yang digunakan adalah nilai tekanan pengiriman, total penurunan, laju penurunan, IRR, NPV, dan payback period. Dari hasil penelitian, pipa penyalur dengan jalur LLB-LPRO mempunyai tekanan pengiriman paling rendah sebesar 51 psig, dengan parameter ekonomi yang memenuhi kelayakan yaitu NPV 72,67, IRR 115,7%, dan payback period 2,55 tahun. Dari total penurunan dan laju penurunan untuk anjungan LPRO juga masih masih aman untuk dilewati pipeline baru, karena total penurunan saat ini sampai dengan 10 tahun ke depan belum mencapai 56,48%.
Lima field as part of Offshore North West Java strives to continue to maintain oil production by improving pipeline facilities. Pipeline that is currently installed has been leaked and has been being installed clamp to cover the temporary leak point. As a permanent solution will be installed a new pipeline connecting the LLB platform to LPRO (Lima Process). There are several choices of route to choose from to install the pipeline. This thesis discusses the proposed analysis of pipeline route selection with hydraulic considerations, subsidence effect, and economic analysis. The parameter used is the value of back pressure, subsidence value, subsidence rate, IRR, NPV, and payback period. The riset shown that pipeline with route LLB-LPRO have the lowest back pressure, with economic parameters that meet the feasibility : NPV 72.67, IRR 115.7%, dan payback period 2.55 years. Subsidence value and subsidence rate of LPRO platform shown that this platform still safe to be passed new pipeline, because the current subsidence up to the next 10 years has not reached 56.48%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahrika Kosasih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T40622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Galeni Oktavianty
Abstrak :
Penggusuran kampung yang banyak terjadi belakangan ini terlihat semakin menyudutkan kampung sebagai permukiman yang tidak layak untuk bersanding dengan modernitas kota. Sebagai permukiman yang terjadi dengan sendirinya (organic) dan tanpa perencanaan (informal), kampung kota sangat identik dengan citra tidak teratur, kumuh, padat dengan kualitas lingkungan yang buruk. Perspektif buruk mengenai kampung kota sebenarnya bisa saja dirubah, dengan potensi, ciri khas yang dimiliki dan kontribusi terhadap kota membuatnya dapat dipertahankan. Sekarbela sebagai salah satu kampung yang mempunyai potensi, ciri khas dan kontribusi terhadap kota di Kota Mataram mampu menunjukkan eksistensinya di tengah modernitas kota. Penelitian mengenai keberadaan kampung perajin emas dan mutiara Sekarbela ini untuk mengungkap apa pola permukiman yang terbentuk sebagai perwujudan dari eksistensinya, dan mengapa pola permukiman tersebut yang terbentuk. Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan mengungkap kondisi kerja, karya dan aksi yang mengkondisikan kehidupan masyarakat perajin di dalam proses penstrukturan dalam masyarkat. Kemudian akan diungkap ruang yang terserap, terkonsep dan terhidupi sebagai hasil dari kondisi manusia dan penstrukturan dalam masyarakat tersebut yang diinterpretasikan melalui observasi partisipan di Sekarbela. Dengan analisa ditemukan bahwa transformasi sosial dan ekonomi menjadi suatu proses yang unik dalam kebertahanan mereka sebagai masyarakat perajin. Masyarakat perajin dapat tampil sebagai masyarakat modern yang mampu menciptakan sistem ekonomi dengan meleburkan nilai-nilai agama, tradisonal dan kapitalis ke dalamnya. Intervensi dari luar kampung tidak mempengaruhi bentuk spasial kampung, namun sebagai pemicu dari metamorfosis yang berlangsung di dalamnya. Sehingga reproduksi sosial ekonomi masyarakat sebagai faktor internal berjalan secara terus menerus dan senantiasa dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Akhirnya ditarik suatu kesimpulan bahwa kampung sebagai ruang yang mewadahi kegiatan bermukim dan terjadinya proses transformasi sosial ekonomi yang terus berproduksi. Kampung sebagai ruang yang nyata dan masyarakatnya akan terus berusaha mewujudkan kampung sebagai ruang yang sesungguhnya bagi kehidupan mereka. Hanya mereka, masyarakat yang bermukim di dalam permukiman yang dapat merasakan dan akan terus menerus merubah model ""ideal"" spasial permukiman. Perubahan secara terus menerus dalam masyarakat inilah yang menjadi cara dalam proses mereka untuk mempertahankan keberadaannya." ......Penggusuran kampung or kampung eviction that many happened lately seen more and more made that kampung as the settlement improper to close together with modernity. As settlement that happened by it self (organic) and without planning (informal), kampung very identical with not regular image (disorder), dirty, solid with ugly environmental quality. Ugly in perspective about kampung actually can be changed, with potency, uniquely and contribution to city, make it defensible. Sekarbela as one of the kampung that have potency, uniquely and contribution to city in Mataram can show its existence in the modernity. Research concerning existence of "kampung perajin emas dan mutiara Sekarbela" is to express what do the settlement pattern formed as appearance of their existence, and why it settlement pattern that formed. Used method to answer the the question is by expressing the condition of labor, work and action that conditioned the life of society in the process of structuration of society. Then will be expressed about perceived space, conceived space and lived space as a result of human condition and structuration of society which interpreted passing the participant observation in Sekarbela. With analysis found that social and economic transformation become a unique process in staying them as craftsman society. They can come up as modern society capable to create the economic system by melting the religion values, traditional and capitalist into its. Intervention from outside kampung is not influence the form of spatial kampung, but as stimulate of metamorphosis that goes on in it. So that, social and economic reproduction of society as internal factor walk continually and is always influenced by external factors. Finally, a conclusion that kampung as the space of live activity and the happening of social economic transformation process continuing productive. Kampung as real space and the society will continue to try to realize the kampung as virtual space for their life. Only their, the society that live in settlement able to feel and will continuously change the model of ideal spatial of settlement. The continually of change in this society become the way in course of them to maintain their existence.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Wiradharma
Abstrak :
Arsitektur bagi anak autis. Perasaan nyaman dan senang ini memberikan hasil yang maksimal dalam proses belajar dan terapi bagi mereka. Air banyak mempengaruhi kehidupan manusia, juga termasuk mempengaruhi kehidupan anak autis. Air yang menyambut, air yang memberi rasa tenang, air yang menimbulkan semangat, dan juga air yang memberikan perasaan senang. Untuk mencapai hasil yang maksimal di dalam proses belajar dan terapi anak autis, maka saya akan membuat sebuah komunitas anak autis dengan konsep lingkungan yang menyenangkan dan nyaman dengan mengangkat air sebagai tema desain.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryani Widyakusuma
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah sebagai unit properti bernilai memiliki aspek unik, permintaan dua sisi yang didasarkan dua motif yaitu konsumsi dan investasi. Sebagai barang konsumsi, rumah dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dasar dan sebagai aset investasi, permintaan diputuskan melalui proses kelayakan investasi. Rumah dapat dianggap komoditas yang bernilai. Barang dan jasa dikatakan mempunyai nilai bagi seseorang apabila barang dan jasa tersebut memiliki karakteristik: (1) kegunaan tergantung karakteristik, seperti lokasi, aksesibilitas, ukuran, desain dan bentuk lain kegunaan yang berpengaruh pada nilai properti; (2) tersedia terbatas; (3) Hasrat atau keinginan, harapan pembeli terhadap komoditas untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan; (4) Daya beli efektif, kemampuan berpartisipasi di pasar demi peroleh suatu komoditas ditukar dengan sejumlah uang tertentu atau barang lain setara nilainya. Rumah sebagai unit properti memiliki faktor yang pengaruhi nilainya. Salah satu di antaranya faktor perletakan atau lokasi rumah dalam cluster. Lokasi sekitar unit hunian dipandang sebagai suatu kesatuan dari rumah (sense of localism). Hal ini menunjukkan lokasi rumah bukan hanya berbicara lokasi tempat rumah itu berada akan tetapi berhubungan lingkungan sekitar. Dari suatu lokasi unit hunian yang berada di dalam suatu kompleks perumahan dapat ditentukan nilainya berdasarkan kepada dua hal: lingkungan (posisi atau formasi) dan aksesibilitas. Walaupun faktor lokasi bukan merupakan faktor pertimbangan utama pilihan bertinggal di suatu tempat dalam kompleks perumahan The Grand Sentul tetapi dalam penelitian ini variabel tipe unit dan harga dikunci sebagai bentuk batasan penelitian untuk mengetahui prioritas preferensi pemilihan lokasi di dalam suatu cluster tanpa dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut. Penelitian ini memaparkan bagaimana faktor posisi dan aksesibilitas dapat diterapkan untuk membedakan nilai unit hunian di dalam kompleks perumahan The Grand Sentul dengan melihat kepada perilaku penghuni yang bertinggal pada suatu lokasi di dalam cluster maupun unit hunian atau kavling yang pemiliknya tidak bertinggal. Penelitian dengan pendekatan kualitatif mengkaji dinamisasi pemenuhan kebutuhan lokasi untuk bertinggal dan berinvestasi ditinjau dari sisi pemilik melalui analisis karakter kawasan; pemanfaatan fasilitas; proses tinggal, timbul, pemenuhan kebutuhan lokasi unit di dalam perumahan; dan nilai rumah bagi penghuni. Secara khusus aksesibilitas dalam bentuk jalan cabang pertama atau area sekunder cluster dan posisi dalam bentuk berhadapan dengan bangunan rumah atau terletak pada atau dekat ujung dalam satu deret rumah menjadi prioritas dan memberi value positif bagi isu investasi di suatu lokasi dalam cluster yang akhirnya dapat meningkatkan nilai jual unit hunian atau kavling. Secara khusus Aksesibilitas dalam bentuk jalan utama atau area primer cluster dan Lingkungan (posisi atau formasi) dalam bentuk dekat landmark tertentu pada cluster (daerah rekreasi) dapat menjadi prioritas dan memberi value positif bagi isu bertinggal di suatu lokasi dalam cluster.
ABSTRACT
The House as a valuable property unit has unique aspects, demand has two sides which are based two motives: consumption and investment. As for consumer goods, owned home to meet basic needs, but as an investment asset demand is decided through a process of investment feasibility. The house can be considered as a valuable commodity. Goods and services is said to have value for someone when having characters includes:(1) usefulness, the ability to provide satisfaction of wants and needs; The usefulness of a property depends on its characters, such as location, accessibility, size, design and other forms of usability effect on property values; (2) available on a limited basis, the availability or supply of a commodity relative to demand; (3) The expectation of a commodity to the buyer to satisfy their needs or desires; (4) effective purchasing power, the ability to participate in the market in order to obtain a commodity exchanged for a certain sum of money or other items of equal value. Home as a unit properties have factors that influence value. One of these factors is the placement or location of a house in a cluster. About the location of the dwelling units is seen as an integral part of the house (sense of localism). Finally a conceptual framework for the expansion of residential areas interlocked with the surrounding environment for the sake of convenience. This suggests that location of a house is not just where it was but related to the surround environment. Quality of life in the form of convenience, security of a home stay is determined by its location, in the sense of a location attractiveness is determined by two things: position and accessibility. It can also be a factor considered by residents in choosing to live at a location within the housing as it relates to the sense of localism. Although the location factor is not a major consideration factor for living at a place in a residential complex The Grand Sentul but in this study the variable type and the unit price is locked as a form of limitation of the study to determine priority in site selection preferences in a cluster without being influenced by both variables. This study describes how the position and accessibility factors can be applied to distinguish the value of the dwelling unit in a residential complex The Grand Sentul by look at the behavior of residents who reside at a location within the cluster as well as the owner of the dwelling units or lots which are not living there. The research with qualitative method studying the dynamic needs for both living and invest location seen from the owners by analyze characters of the region; utilization of facilities; the living, the emergence, the process of fulfilling the needs of the housing unit locations; and the value of the home for occupants. In particular, the accessibility of the first branch in the form of roads or secondary area clusters and positions in the form of dealing with home building or located at or near the end of a row house can be a priority and give a positive value for the investment issue in a location within the cluster which ultimately can increase the sale value of the dwelling units or lots. Specifically in the form of a wide main street or area primary cluster and positions in a form close to certain landmarks in the cluster (recreation area) can be a priority and give a positive value for living issues at a location within the cluster.
2013
T35010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noriksa Ratu Vetsera
Abstrak :
Fenomena phubbing mudah ditemui sehari-hari di lingkungan sekitar termasuk di restoran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian prompt dalam mengurangi perilaku phubbing di restoran.Intervensiyang digunakan adalah pemberianprompt pasif berupa papan pesan berbahan akrilik yang berdiri tegak dan prompt aktif berbentuk kotak sehingga pelanggan perlu secara aktif meletakkan ponsel dalam kotak. Peneliti juga menguji perbedaan pengaruh antara pemberian intervensi tunggal(hanya diberikan prompt pasif saja) dengan pemberian intervensi ganda(diberikan prompt pasif sekaligus prompt aktif) dalam mengurangi perilaku phubbing di restoran. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang melibatkan dua kelompok kontrol yang di dalamnya terdapat 2.711 pelanggan restoran dan dua kelompok yang diberi intervensi berupa pemberian promptyang mengikutsertakan 2.659 pelanggan restoran. Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan melalui analisis statistik dengan menggunakan One-way ANOVA. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian prompt dalam mengurangi perilaku phubbing di restoran. Hasil pengujian hipotesis kedua memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian intervensi tunggal dengan intervensi ganda dalam mengurangi perilaku phubbing di restoran. Keterbatasan penelitian dan saran dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. ...... Phubbing phenomena are easily found everyday in the surrounding environment, including in restaurants. This study aims to examine the effect of prompt giving in reducing phubbing behavior in restaurants. The prompt used is a passive prompt in the form of an acrylic message board that stands upright and a boxy active prompt so that the customer needs to actively put the cellphone in the box. The researchers also examined differences in influence between single promptings (only given a passive prompt) with multiple prompts (given passive and active prompts) in reducing phubbing behavior in restaurants. The design of this study was a quasi-experimental involving two control groups in which there were 2,711 restaurant customers and two groups given the intervention in the form of giving a prompt which included 2,659 restaurant customers. Testing of the research hypothesis was carried out through statistical analysis using One-way ANOVA. The results of testing the first hypothesis indicate that there are differences in the effect of prompt giving in reducing phubbing behavior in restaurants. The results of testing the second hypothesis show that there is no difference in effect between giving a single prompt with a double prompt in reducing phubbing behavior in a restaurant. The limitations of the research and suggestions are further discussed in this pape.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>