Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Drajad Priyono
Abstrak :
Latar Belakang : Ultrasonografi dua dimensi sampai saat ini masih digunakan untuk mendeteksi penyakit ginjal kronik , namun hasil yang didapat sering tidak memuaskan terutama pada penderita penyakit ginjal diabetik karena hasil yang didapatkan seringkali normal. Pemeriksaan ultrasonografi color doppler dengan renal resistive index(RI) banyak digunakan sebagai alat diagnostik dan prognostik bebagai kondisi vaskuler ginjal baik pada transplantasi maupun pada penyakit ginjal kronik, namun manfaat pemeriksaan RI pada penyakit ginjal diabetik masih belum jelas. Tujuan : Mengetahui korelasi Renal Resistive Index dengan e GFR (CKD-EPI) pada penderita penyakit ginjal diabetik. Metode Penelitian : Studi Potong Lintang dengan subjek penelitia pasien PGD stadium 1-5, dilakukan di RSCM pada Bulan Januari-Februari 2015. Jumlah subjek sebanyak 34 orang. Dilakukan Pemeriksaan USG 2 Dimensi dan USG doppler dan pemeriksaan eGFR (CKDEPI). Analisa statistik dengan Spearman?s correlation. Hasil : Rerata Usia subjek penelitian 55,8 tahun, Rerata RI pada stadium 1 adalah 0,65, stadium 2 ,0,64, stadium 3 rerata RI adalah 0,72, stadium 4 adalah 0,78 dan stadium 5, rerata RI 0,8. Korelasi antara RI dan e GFR (CKD-EPI) pada penderita penyakit ginjal diabetik adalah r=-0,84 dengan p=0.000, R2 =0,714. Simpulan : Terdapat korelasi negatif yang kuat antara Renal resistive index dengan eGFR(CKD-EPI) pada penyakit ginjal diabetik. ...... Background : Two dimension ultrasonografi is still be used to detect chronic kidney disease but the result is not satisfying because the image shows normal on early phase of diabetic kidney disease. Doppler ultrasound with using renal resistive index (RI) Doppler ultrasound with renal resistive index (RI) used as diagnostic and prognostic tool in every vasculer condition of kidney in transplantation or chronic kidney disease, but the advantages of RI in diabetic kidney disease still unclear. Objective : To Determine correlation between renal resistive index (RI) and e GFR (CKDEPI) in diabetic kidney disease. Methods : A cross sectional Study, All patients with diabetic kidney disease stage 1-5 (n=34). Patients were examined using doppler ultrasound to look for renal resistive index and e GFR using CKD-EPI method, from January to February 2015 in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Statistically analyzed by Spearman's Correlation. Results : The mean Age of the patients was 55,8 yr. The mean RI in stage 1 was 0,65, stage 2 was 0,64, stage 3 was 0,72, stage 4 was 0,78 and stage 5 was 0,8. The correlation between RI and e GFR (CKD-EPI) in diabetic kidney disease, r= -0,84 with p=0,000, R2=0,714. Conclusion :There is a strong negative correlation between RI and e GFR (CKD-EPI) in diabetic kidney disease.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Desnita
Abstrak :
Perubahan bentuk kaki pada pasien neuropati diabetik mempengaruhi fungsi kaki sebagai landasan penopang dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan bentuk kaki dengan keseimbangan fungsional pada pasien neuropati diabetik. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 132 pasien neuropati diabetik. Analisis data menggunakan Chi Square, Pooled T-test, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara bentuk kaki dengan keseimbangan fungsional pada pasien neuropati diabetik, dengan kekuatan hubungan sedang dan arah hubungan positif (p= 0,001; α= 0,05; r= 0,352). Penelitian ini merekomendasikan perawat untuk melakukan deteksi dini dan mencegah resiko jatuh pada pasien neuropati diabetik terkait perubahan bentuk kaki dan keseimbangan fungsional. ...... Changes in foot posture in diabetic neuropathy patients affects the function of the legs as the base of support in maintaining body balance. The study aimed to determine the correlation of foot posture with functional balance in diabetic neuropathy patients. This study design was analytic cross sectional, recruited 132 diabetic neuropathy patients. Statistical analysis used Chi Square, Pooled T-test, and multiple logistic regression. The results showed a significant correlation between foot posture and functional balance in diabetic neuropathy patients the power of correlation is moderate and positive direction (p= 0.001; α= 0.05; r= 0.352). This study suggests the nurse to perform early detection and prevention of the risk of falls in diabetic neuropathy patients related to changes in foot posture and functional balance.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sulaeman Markum
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0217
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Audia Nizhma Nabila
Abstrak :
Latar Belakang: Hiperglikemia kronik pada diabetes akan menyebabkan peningkatan produksi reactive oxygen species ROS yang berkontribusi terhadap progresifitas nefropati. Kurkumin telah terbukti memiliki khasiat renoprotektif pada nefropati diabetik melalui efek antioksidan. Tetapi, kurkumin memiliki kekurangan yaitu, bioavailabilitas rendah, metabolisme lintas pertama yang ekstensif, dan kelarutan yang buruk. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek kurkumin dalam bentuk nanopartikel nanokurkumin terhadap tikus diabetes yang diinduksi Streptozotocine-Nikotinamide terhadap progresifitas nefropati melalui hambatan stress oksidatif. Metode: Tikus jantan Sprague Dawley diinduksi diabetes melalui pemberian Nikotinamide 100 mg/kg , dilanjutkan dengan Streptozotocine 55 mg/kg , dosis tunggal, intraperitoneal. Kemudian, tikus dibagi menjadi 4 kelompok; normal, DM tanpa treatment, DM treatment kurkumin 100 mg/kg, dan DM treatment nanokurkumin 100 mg/kg, selama 30 hari. Fungsi fisiologis dinilai berdasarkan BB, GDP, dan rasio berat ginjal. Fungsi ginjal dinilai berdasarkan klirens kreatinin, BUN, dan proteinuria. Kerusakan histologis dinilai dari scoring pewarnaan HE. Stress oksidatif diukur dari kadar malondialdehyde MDA dan kadar superoxide dismutase SOD. Hasil: Meski tidak signifikan, pemberian nanokurkumin menunjukkan efek yang lebih baik daripada pemberian kurkumin berdasarkan parameter SOD, GDP, berat badan, rasio berat ginjal, klirens kreatinin, protein urin, dan gambaran histopatologi. Pemberian nanokurkumin secara signifikan menurunkan kadar BUN. Kesimpulan: Setelah 30 hari pemberian nanokurkumin 100 mg/kg BB maupun kurkumin dengan dosis sama tidak dapat menurunkan stress oksidatif, namun dapat mencegah progresifitas nefropati diabetikum. ...... Background: Chronic hyperglycaemia in diabetes leads to the overproduction of reactive oxygen species ROS that these contribute to the development of diabetic nephropathy. Curcumin, has been recently discovered to have renoprotective effects on diabetic nephropathy DN through its antioxidant properties. However, low peroral bioavailability, extensive first pass metabolism, and low solubility is a major limiting factor for the success of clinical utilization of curcumin. The present study was undertaken to examine the effect of curcumin formed in nanoparticles nanocurcumin treatment in Streptozotocine Nicotinamide induced diabetic rat on the progressivity of nephropathy through its stress oxidative inhibition. Method: Diabetes was induced by Nicotinamide 100 mg kg followed by Streptozotocine 55 mg kg, single dose, intraperitoneal, in male Sprague Dawley rats. Then rats divided into four groups, namely normal, diabetic, diabetic treated with curcumin 100 mg kg, and diabetic treated with nanocurcumin 100 mg kg for 30 days. Physiological function was assessed by body weight, FBG, and kidney weight ratio. Renal function was assessed by creatinine clearance, BUN, and proteinuria. Diabetic renal damage was determined by Hematoxyclin Eosin HE staining. Oxidative stress was measured by renal malonaldehyde MDA level, and superoxide dismutase SOD level. Result: Although did not significant, nanocurcumin showed better effect than curcumin based on SOD, FBG, body weight, kidney weght ratio, creatinine clearance, proteinuria, and renal histopathological changes. Nanocurcumin showed significant decreases in BUN level. Conclusion: After 30 days of treatment, both nanocurcumin and curcumin 100 mg kg did not decreases oxidative stress but showed inhibition in progressivity of nephropathy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Felia Budijarto
Abstrak :
Keterbatasan glomerulus filtration rate (eGFR) dan urine albumin creatinine ratio (uACR) sebagai acuan menyebabkan keterlambatan diagnosis dan prognosis penyakit ginjal diabetes. Perkembangan diabetes mengarah pada kerusakan ginjal dicerminkan oleh penanda (biomarker) yang ditemukan dalam spesimen biologis. Penelitian ini bertujuan mencari metabolit potensial sebagai biomarker pada populasi Indonesia dengan membandingkan metabolit dalam urin pasien diabetes dengan risiko ginjal rendah (n=16) dan tinggi (n=16) menurut klasifikasi KDIGO2022. Analisis metabolomik dilakukan menggunakan liquid chromatography/mass spectrometry quadrupole time-of-flight (LC/MS-QTOF) dengan analisis statistik data menggunakan software Metaboanalyst5,0. Metabolit diidentifikasi menggunakan database Human Metabolome Database (HMDB), Metlin, dan Pubchem. Diskriminasi antar 2 kelompok divisualisasikan dengan Principal Component Analysis (PCA) dan Partial Least Squares-Discriminant Analysis (PLS-DA). Signifikansi metabolit antar 2 kelompok ditentukan dengan T-test (p<0,05), variable importance for projection (VIP>1), dan fold change (log2(FC)>1,2). Metabolit yang dipilih hanya metabolit endogen yang diketahui jalur metabolismenya. Dari berbagai parameter tersebut, metabolit yang potensial sebagai biomarker harus memenuhi nilai area under curve (AUC)>0,65. Berdasarkan karakteristik dasar dan klinis, tidak terdapat perbedaan bermakna karakteristik dasar (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, durasi menderita DMT2, frekuensi olahraga, kebiasaan merokok, penyakit lain, kepatuhan minum obat, regimen terapi metformin-glimepirid) dan pemeriksaan klinis (HbA1c, tekanan darah sistol, dan diastol) antara kedua kelompok (p>0,05). Ditemukan 23 metabolit yang memenuhi parameter VIP, p-value, dan fold change. Disimpulkan, tiga metabolit teratas dengan AUC>0,65 merupakan biomarker potensial yang membedakan kedua kelompok, yaitu indoksil glukuronida, N-asetilserotonin glukuronida, dan gliserofosfokolin. Indoksil glukuronida dan N-asetilserotonin glukuronida terlibat dalam metabolisme triptofan dan glukuronat, sedangkan gliserofosfokolin terlibat dalam jalur metabolisme gliserofosfolipid dan eter lipid. ......The limited utility of glomerulus filtration rate (eGFR) dan urine albumin creatinine ratio (uACR) as the gold standard lead to late diagnosing and prognosing of diabetic kidney disease. Diabetes progression contributes to kidney damage and is reflected by biomarkers in patients' biological samples. This study aims to identify potential endogenous metabolite biomarkers for improved diagnosis and prognosis by comparing metabolites in the urine of diabetic patients with low (n=16) and high (n=16) kidney disease risk in the Indonesian population according to the KDIGO2022 classification. Metabolomic analysis was conducted using liquid chromatography/mass spectrometry quadrupole time-of-flight (LC/MS-QTOF) with Metaboanalyst5.0 software. Metabolites were identified using the Human Metabolome Database, Metlin, and PubChem. Discrimination between the two groups was visualized using principal component analysis (PCA) and Partial Least squares discriminant analysis (PLS-DA). Based on patients' characteristics, no significant differences were observed in baseline characteristics (age, gender, body mass index, duration of type 2 diabetes mellitus, exercise frequency, smoking habits, comorbidities, medication adherence, metformin-glimepiride therapy regimen) and clinical characteristics (HbA1c, systolic and diastolic blood pressure) between two groups (p>0.05). According to the findings of the T-test (p<0.05), fold change (log2(FC)>1.2), and variables important for the projection (VIP>1), there were 23 metabolites substantially different between the two groups. In conclusion, the top 3 metabolites with the area under curve (AUC) value>0.65 demonstrated potential biomarker differentiating among two groups; these are indoxyl glucuronide, N-acetylserotonin glucuronide, and glycerophosphocholine. Indoxyl glucuronide and N-acetylserotonin glucuronide involved in tryptophan metabolism and glucuronate interconversion. Glycerophsophocholine involved in glycerophospholipid and ether lipid metabolism.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Salwa Dilfari
Abstrak :
Penyakit ginjal diabetes merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular dari penyakit diabetes melitus tipe 2 yang umum ditemukan dan bersifat asimtomatik pada tahap awal. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penyakit ginjal diabetes kategori risiko rendah dan sedang dengan profil metabolit pasien diabetes melitus tipe 2 yang mendapatkan terapi metformin-glimepirid. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi potong lintang dengan teknik consecutive sampling di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan Rumah Sakit Umum Daerah Jati Padang. Sampel darah ujung jari pasien digunakan untuk pengukuran HbA1c, sampel urin digunakan untuk pengukuran UACR (urine albumin creatinine ratio), sampel darah dikumpulkan untuk pengukuran eLFG (estimasi laju filtrasi glomerulus), analisis metabolit dengan LCMS/QTOF, dan data dianalisis dengan MetaboAnalyst 5.0 menggunakan database HMDB, Metlin, PubChem, dan KEGG. Total sebanyak 32 pasien terbagi menjadi dua kelompok yaitu pasien dengan penyakit ginjal diabetes risiko rendah (n=16) dan pasien dengan penyakit ginjal diabetes risiko sedang (n=16). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada karakteristik dasar dan klinis kedua kelompok pasien kecuali jenis kelamin (p=0,013) dan HbA1c (p=0,001). Terdapat 25 metabolit yang memiliki perbedaan bermakna (p value<0.05, VIP score>1, FC>1,2). Metabolit yang teridentifikasi memiliki kemampuan diagnostik yang baik antara dua kelompok pasien (AUC >0,65) yaitu aminoadipic acid, L-proline, L-tryptophan, lysoPC(18:2(9Z,12Z)/0:0), dan cer(d18:1/18:1(9Z)). Metabolit-metabolit tersebut berperan dalam berbagai jalur metabolisme seperti jalur degradasi lysine, metabolisme arginine dan proline, gliserofosfolipid, tryptophan, serta sphingolipid. ......Diabetic kidney disease is one of the most common microvascular complications of type 2 diabetes mellitus and is asymptomatic in its early stage . The purpose of this study was to determine the relationship between low and moderate risk categories of diabetic kidney disease and the metabolite profile of type 2 diabetes mellitus patients receiving metformin-glimepiride therapy. This research was conducted using a cross-sectional study design with consecutive sampling method at Pasar Minggu District Health Center and Jati Padang General Hospital. Fingertip blood samples were used for HbA1c measurement, urine samples were used for UACR (urine albumin creatinine ratio) measurement, blood samples were collected for eLFG measurement (estimated glomerular filtration rate), metabolite analysis by LC/MS-QTOF, and data analysis by MetaboAnalyst 5.0 using HMDB, Metlin, Pubchem, and KEGG database. A total of 32 patients were divided into two groups, patients with low risk diabetic kidney disease (n = 16) and patients with moderate risk diabetic kidney disease (n = 16). There were no significant differences in the basic and clinical characteristics of the two groups of patients except for gender (p=0.013) and HbA1c value (p=0.001). There are 25 metabolites that had significant differences ((p value<0.05, VIP score>1, FC>1,2). Metabolites that had good diagnostic performance between the two patient groups (AUC>0,65) are aminoadipic acid, L-proline, L-tryptophan, lysoPC(18:2(9Z,12Z)/0:0), and n-acylsphingosine. These metabolites affecting the degradation pathway of lysine, metabolism of arginine and proline, glycerophospholipids, tryptophan, and sphingolipids.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Hermalia
Abstrak :
Nefropati diabetik merupakan salah satu gangguan sistem perkemihan yang diakibatkan oleh komplikasi dari diabetes melitus. Analisis praktik residensi keperawatan ini menggambarkan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien khususnya pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Adapun fokus kegiatan yang dilaksanakan yaitu penerapan teori self care pada 30 asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem perkemihan, pelaksanaan intervensi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah yaitu penerapan kompres hangat lembab untuk mengurangi intensitas dan nyeri kram otot pada pasien hemodialisis serta penerapan program inovasi berupa upaya peningkatan adekuasi pasien melalui pemenuhan durasi hemodialisis. hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan kompres hangat lembab dapat menurunkan intensitas kram dan nyeri otot pada pasien hemodialisis dan pemenuhan durasi hemodialisis l0 - 12 jam per minggu dapat meningkatkan capaian adekuasi pasien hemodialisis. ......Disbetic nephropathy is one of the urinary system disorders caused by complications from diabetes mellitus. Analysis of nursing practice residency describes tlte author's experience in performing nursing care to patients, especially patients with urinary system disorders. The focus of activities include the application of self-care theory to 30 nursing care of patients with urinary system disorders, the implementation of nursing interventions based on scientific evidence, that the application of moist u)arm compresses to reduce the intensity and pain of muscle cromps in hemodialysis patients and the opplication of innovation progrqffis in the form of efforts to increase patient adequacy through fulfilling the duration of hemodialysis. The results obtained indicate that the application of moist warm compresses can reduce the intensity of cramps and muscle pain in hemodialysis patients and the fuffillment of the duration of hemodialysis 10-12 hours per week can improve the achievement of adequacy of hemodialysis patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
Abstrak :
Latar Belakang: Tindakan revaskularisasi menjadi hal yang penting dalam penyembuhan ulkus kaki diabetikum dengan penyakit arteri perifer, karena berperan dalam merestorasi fungsi perfusi jaringan tungkai. Selain itu, beberapa studi juga melaporkan bahwa tindakan ini juga dapat mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Namun, belum ada penelitian di Indonesia yang secara ekslusif membahas efektivitas revaskularisasi pada pasien ulkus kaki diabetik dengan penyakit arteri perifer. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan tingkat kesembuhan ulkus kaki diabetik dengan penyakit arteri perifer terhadap pasien yang dilakukan revaskularisasi maupun yang tidak dilakukan revaskularisasi. Metode: Penelitian ini berlangsung dari Januari hingga Mei 2023, di RSUPN Cipto Mangunkusumo, dengan desain kohort retrospektif. Hasil: Jumlah sampel pada masing-masing tindakan adalah 23 pasien. Tingkat kesembuhan pasien ulkus kaki diabetik dengan penyakit arteri perifer yang mendapatkan tindakan revaskularisasi adalah 78,3% (18 pasien), sementara yang tidak mendapatkan tindakan revaskularisasi 26,1% (6 pasien). Pasien yang menjalani tindakan revaskularisasi memiliki peluang 14,944 (1,102–202,692) kali lebih tinggi untuk mengalami kesembuhan luka dibandingkan pasien ulkus kaki diabetik dengan penyakit arteri perifer yang tidak mendapatkan tindakan revaskularisasi (p < 0,01). Setelah mengontrol faktor perancu, tindakan revaskularisasi tetap ditemukan berpengaruh terhadap kesembuhan pasien dengan WIfI stadium 2-3 memiliki peluang 11,926 (1,438–98,883) untuk mengalami penyembuhan luka dibandingkan pasien dengan WIfI stadium 4. Kesimpulan: Tingkat kesembuhan pasien revaskularisasi lebih tinggi dibandingkan non-revaskularisasi. Selain itu, keparahan luka berdasarkan WIfI juga berpengaruh pada kesembuhan luka pasien. ......Background: Revascularization is important in the healing of diabetic foot ulcers with peripheral arterial disease, because it plays a role in restoring the perfusion function of the leg tissues. In addition, several studies also report that this action can also reduce the risk of cardiovascular complications. However, there is no study in Indonesia that exclusively discusses the effectiveness of revascularization in diabetic foot ulcer patients with peripheral arterial disease. This study aims to compare the healing rates of diabetic foot ulcers with peripheral arterial disease in patients who underwent revascularization and those who did not undergo revascularization. Methods: This study was conducted from January to May 2023, at Cipto Mangunkusumo General Hospital, with a retrospective cohort design. Results: The number of samples in each group was 23 patients. The healing rate for diabetic foot ulcer patients with peripheral arterial disease who received revascularization was 78.3% (18 patients), while those who did not receive revascularization was 26.1% (6 patients). Patients who underwent revascularization had a 14.944 (1.102–202.692) times higher chance of getting their wound healed than patients with diabetic foot ulcers with peripheral arterial disease who did not receive revascularization (p <0.01). After controlling for confounding factors, revascularization was still found to have an effect on healing. Patients with WIfI stage 2-3 had a 11,926 (1,438–98,883) chance of experiencing wound healing compared to patients with stage 4 WIfI. Conclusion: The wound healing rate for revascularized patients is higher than non-revascularized patients. In addition, the severity of the wound based on WIfI score also affects the patient's wound healing.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella
Abstrak :
Penyakit Ginjal Diabetes (PGD) dapat menyebabkan albuminuria, yang berkembang menjadi insufisiensi ginjal. Namun, sekitar 20-40% kasus PGD merupakan PGD normoalbuminuria, yaitu gangguan fungsi ginjal dengan kadar albumin normal. Penelitian ini untuk membandingkan metabolit urin pada pasien penyakit ginjal diabetes dengan normoalbuminuria dan albuminuria yang mengonsumsi metformin-glimepirid. Desain penelitian potong lintang dengan metode consecutive sampling di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dan RSUD Jati Padang. Sampel urin dan darah dikumpulkan untuk pengukuran HbA1c, UACR, dan analisis metabolit urin. Sebanyak masing-masing 16 pasien dibagi menjadi kelompok PGD normoalbuminuria dan PGD albuminuria, serta dianalisis metabolit urinnya menggunakan metabolomik tidak tertarget dengan Quadruple Time of Flight Liquid Chromatography-Mass Spectrometry. Metabolit yang berbeda signifikan divisualisasi dengan Projections to Latent Structures Discriminant Analysis (PLS-DA). Lalu, dianalisis nilai Variable Importance for the Projection (VIP) > 1.0; Fold Change (FC) >1,2 (p<0,05); dan Area Under the Receiver Operating Characteristic Curve (AUROC). Metabolit dengan nilai Area Under Curve (AUC) > 0,65 dinilai sebagai biomarker potensial. Tidak ada perbedaan bermakna pada karakteristik dasar dan klinis pada kedua kelompok, kecuali HbA1c (p<0,001). Terdapat 20 metabolit urin yang berbeda signifikan pada kelompok PGD normoalbuminuria dan albuminuria. Dari analisis jalur metabolisme pada metabolit tersebut ditemukan empat jalur metabolisme, yaitu metabolisme gliserofosfolipid, eter lipid, fenilalanin, dan triptofan. Dari keempat jalur metabolisme tersebut, ditemukan tiga metabolit biomarker potensial, yaitu glycerophosphocholine, hippuric acid, dan 2-aminobenzoic acid. Ketiga metabolit tersebut berkurang secara signifikan dari kondisi normoalbuminuria ke albuminuria. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjut mengenai ketiga metabolit tersebut pada perkembangan PGD normoalbuminuria dan albuminuria. ......Diabetic Kidney Disease (DKD) leads to albuminuria and gradually progresses to renal insufficiency. However, about 20-40% of DKD are normoalbuminuric DKD, which has impaired kidney function with normal albumin levels. This study compared urine metabolites in patients consuming metformin-glimepiride with normoalbuminuric and albuminuria DKD. The research design was cross-sectional with consecutive sampling method at Pasar Minggu District Public Health Centre and Jati Padang Hospital. Urine and blood samples were collected for measurement of HbA1c, UACR, and metabolite analysis. There were each 16 samples divided into normoalbuminuric DKD group and albuminuria DKD group. All subjects were analysed using non-targeted metabolomics with Quadruple Time of Flight Liquid Chromatography-Mass Spectrometry. The signature metabolites were determined by Projections to Latent Structures Discriminant Analysis (PLS-DA) with Variable Importance for the Projection (VIP) > 1.0; Fold Change (FC) >1.2 (p<0.05); and Area Under the Receiver Operating Characteristic Curve (AUROC). Metabolites with an Area Under Curve (AUC) value > 0.65 are considered potential biomarkers. There were no significant differences in baseline and clinical characteristics of two groups, except for HbA1c (p<0.001). There were 20 metabolites identified between two groups. The metabolic pathway analysis of these metabolites found that four metabolic pathways were glycerophospholipid, ether lipid, phenylalanine, and tryptophan metabolism. There were three potential biomarkers, glycerophosphocholine, hippuric acid, and 2-aminobenzoic acid, enriched in these four metabolic pathways. Compared between normoalbuminuric and albuminuria groups these three metabolites were significantly reduced. Therefore, further studies are needed regarding these three metabolites in the development of normoalbuminuric and albuminuria DKD.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Afriani
Abstrak :
ABSTRAK
Kaki diabetikum merupakan salah satu komplikasi serius yang tanpa disadari oleh penyandang diabetes melitus. Kaki diabetikum disebabkan oleh neuropati dan kelainan vaskular. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang manajemen kaki diabetikum. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan deksriptif analitik dengan potong lintang (cross- sectional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat berusia remaja akhir sebesar 65,2%, mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan sebesar 68,5%, perawat dengan tingkat pendidikan diploma 3 keperawatan lebih banyak sebesar 65,2%, perawat dengan masa kerja baru (< 3tahun) sebesar 59,6% dengan mayoritas perawat tidak memiliki pengalaman pelatihan luka sebesar 80,9%. Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan perawat tentang manajemen kaki diabetikum menunjukkan tingkat pengetahuan perawat baik sebesar 56,2%. Hasil ini merekomendasikan perawat diberikan pelatihan terkait manajemen kaki diabetikum untuk meningkatkan pengetahuannya.
ABSTRACT
Diabetic foot is one serious complication that is unnoticed by people with diabetes mellitus. Diabetic foot is caused by neuropathy and vascular abnormalities. The study aims to describe the level of knowledge of nurses about diabetic foot management. This research uses quantitative methods with research design using cross-sectional analytic descriptive. The results showed that the majority of nurses aged late adolescents were 65.2%, the majority of female nurses were 68.5%, nurses with more nursing diploma level 3 were 65.2%, nurses with new years of service (<3 years) by 59.6% with the majority of nurses not having a wound training experience of 80.9%. The results of the study on the level of knowledge of nurses about diabetic foot management showed that the level of knowledge of good nurses was 56.2%. These results recommend that nurses be given training in diabetic foot management to improve their knowledge.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>