Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zanariah
"Palembang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan terus berkembang seirama dengan pesatnya kemajuan pembangunan dan aktivitas penduduknya. Kegiatan pembangunan kota membawa implikasi pada upaya perbaikan kuaiitas kehidupan masyarakat dan kualitas Iingkungan hidup. Permasalahan yang dapat diidentifikasi daiam penelitian ini adalah: (a) penyediaan air bersih belum memenuhi kebutuhan masyarakatnya, baik kualitas maupun kuantitasnya, (b) sering terjadi pemadaman aliran listrik secara bergilir yang mengganggu aktivitas masyarakat, (c) kondisi infrastruktur kota sebagian besar rusak, (d) terbatasnya ruang terbuka hijau pada lokasi-lokasi padat hunian.
Masalah penelitian adaiah bagaimana pengembangan praktis indikator keberlanjutan Kota Palembang. Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan pengembangan praktis indikator keberlanjutan Kota Palembang. Mengidentifikasi masalah-masalah pokok Kota Palembang yang mengancam keberlanjutan Kota dan menyusun indikator-indikator pembangunan berkelanjutan secara kualitatif normatif.

Palembang is the capital city of South Sumatra Province has many progress in development and social activities. City development activities have some impact on quality of environment and improvement of human life. Many problem can be identifed such as (a) the quality and quantity of water supply is necessary not enough with society needs, (b) the electrical turn-off often disturb the human activities, (c) the public infrastructure much inappropriate condition, and (d) lack of green space in many slump areas.
The problem in this research is how practical of sustainable development indicator of Palembang city. The aim of this research is to give a concept of the practical of sustainable development indicators of Palembang city. To identify the main problems of Palembang city which threatening of sustainable city and to arrange normative or qualitative concept of sustainable development indicators."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T10482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Peternakan sapi perah sebagai usaha keluarga, dalam kegiatannya melibatkan isteri sebagai wanita yang ikut serta dalam pelaksanaan meiningkatkan kesejahteraan keluarganya berpotensi menimbulkan pencemaran. Penelitian dilakukan di peternakan sapi perah milik rakyat di Kabupateen Banyumas yang mendapat bantuan teernak dari proyek Pengembangan Sapi Perah Baturraden. Tujuan peneitian untuk mengetahui bentuk dan tingkat partisipasi isteri peternak sapi perah dalam upaya pengendalian pencemaran serta pengaruh antara variabel beberapa latar belakang isteri peternak yang meliputi umur, mata pencaharian suami, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak dan tipologi usaha peternakan dengan variabel pengelolaan pengendalian pencemaran yang meliputi upaya kebesihan kandang dan ternak, penyajian pakan, menjaga kebersihan dan kualitas susu serta menghindari pemalsuan susu.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Penelitian bersifat deskriptif analisis. Teknik sampling yang digunakan adalah Multi Stage Purposive random Sampling menurut petunjuk Sutrisno (1981), Hingga didapat di 15 desa sampel 119 responden. Untuk mengetahui adanya pengaruh antar variabel, digunakan rumus koefisien korelasi Pearson dan untuk mengetahui besarnya pengaruh, digunakan Uji Koefisien Determinasi dengan program SPSS.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi isteri peternak sapi perah di Kabupaten Banyumas umumnya terdapat pada kesediaannya memberikan waktu, tenaga dan kesempatan yang banyak tanpaa mengganggu tanggung jawab keluarganya dalam upaya pengendalian pencemaran dengan tingkat partisipasi yang menunjukkan nilai 4,01 dari nilai maksimum 5. Karakteristik lama beternak dan tingkat pendidikan sebagai latar belakang isteri peternak sapi perah memberikan pengaruh terbesar dibanding latar belakang, lainnya yaitu sebesar 7,5 persen dan 4,96 persen terhadap upaya pengendalian pencemaran. "
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
550 LPJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Muhammad Fauzan Nur Imami
"Arsitektur merupakan industri kreatif yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Perkembangan tersebut meningkatkan persaingan antar perusahaan desain arsitektural, sehingga mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan karyawannya. Salah satu prediktor dari kinerja pekerjaan adalah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang menjanjikan aplikasinya untuk lingkungan arsitektur adalah kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional bisa mempengaruhi kinerja pekerjaan secara langsung ataupun dimediasi oleh hal lain, seperti CSR. Ketika pemimpin mendorong kegiatan CSR yang mengutamakan kesejahteraan karyawannya, dapat diekspektasikan bahwa kinerja pekerja perusahaan akan meningkat. Riset ini meneliti pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pekerjaan dengan CSR sebagai variabel mediator di dalam konteks arsitek Indonesia. Sebanyak 147 sampel didapatkan melalui metode survei online menggunakan teknik purposive sampling, yang mana seluruh sampelnya merupakan arsitek yang sedang bekerja di perushaan desain arsitektural. Data kemudian dianalisis menggunakan metode partial least squares structural equation modelling (PLS-SEM). Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional secara signifikan mempengaruhi kinerja pekerjaan arsitek Indonesia. Ditemukan juga bahwa kepemimpinan transformasional mempengaruhi secara positif intensitas kegiatan CSR, dan CSR juga memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pekerjaan arsitek Indonesia. Temuan ini mengonfirmasi CSR sebagai mediator parsial yang kuat untuk menjelaskan hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kinerja pekerjaan di perusahaan desain arsitektural. Temuan CSR sebagai mediator parsial juga menguatkan kebutuhan melakukan riset lebih lanjut mengenai mediator-mediator lain yang dapat menjelaskan hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kinerja pekerjaan.
......Architecture is a growing creative industry in Indonesia. The growth increased the competition between architectural design firms, thus pushing firms to increase their employees’ job performance. One of the predictors of job performance is leadership style. A promising leadership style in the architecture industry is transformational leadership. Transformational leadership can influence job performance directly or indirectly by other means, such as CSR. When a leader encourages CSR activities that focused on the well-being of the employees, an increase in job performance can be expected. This research studies the relationship between transformational leadership and job performance, mediated by CSR in the context of Indonesian architects. A total of 147 samples is gathered through an online questionnaire with the purposive sampling technique, all of which are architects who worked at an Indonesian architectural design firm. The data is then analysed using the partial least squares structural equation modelling (PLS-SEM) method. This study found that transformational leadership significantly and positively affects Indonesian architects' job performance. The findings also showed that transformational leadership positively affects the level of CSR activities, and in turn, CSR significantly and positively affects the job performance of Indonesian architects. These findings confirmed CSR as a strong partial mediator in the relationship between transformational leadership and job performance. The finding of CSR as a partial mediator also strengthened the need to research other possible mediators that could explain the relationship between transformational leadership and job performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Lestari Widaningrum
"Pengembangan industri pariwisata berkelanjutan yang terarah dan terintegrasi dengan perencanaan pengembangan daerah sangat penting, khususnya untuk daya tarik wisata (DTW) yang masuk ke dalam World Heritage List (WHL). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model penentuan lokasi potensial fasilitas layanan pendukung industri pariwisata yang mempertimbangkan interaksi spasial antar kategori fasilitas pendukung pariwisata serta pertumbuhan sektor pariwisata yang memiliki hubungan timbal balik dengan sektor lain. Tinjauan pustaka serta hasil analisis konten data media sosial dari wisatawan menunjukkan adanya keterkaitan antara lokasi DTW dengan fasilitas akomodasi, fasilitas penyedia makanan dan minuman, fasilitas belanja, fasilitas transportasi, dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya. Hasil analisis average nearest-neighbor membuktikan bahwa setiap kategori memiliki kecenderungan mengelompok, dan hasil overlay antara peta Kernel Density Estimation (KDE) DTW dengan peta KDE fasilitas pendukung pariwisata menunjukkan adanya interaksi spasial. Nilai Participation Index membuktikan bahwa lokasi DTW dan lokasi setiap kategori fasilitas pendukung pariwisata merupakan co-location rules pada prevalence threshold 50% dan prevalence distance 5 km. Pertumbuhan fasilitas pendukung pariwisata berhubungan erat dengan pertumbuhan pariwisata, yang dipengaruhi dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, yaitu sektor sosial demografi, sektor ekonomi pariwisata, dan sektor alam dan lingkungan (termasuk di dalamnya adalah penggunaan lahan). Untuk mengkaji berbagai hubungan yang terjadi, maka dikembangkan model spasial dinamik untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan untuk waktu yang akan datang. Pendekatan multi-criteria decision making diterapkan dalam proses penentuan lokasi potensial untuk lima kategori fasilitas pendukung industri pariwisata, yang bersama-sama dengan lokasi DTW dan infrastruktur jalan raya, saling mempengaruhi secara simultan. Hasil analisis co-location pattern mining digunakan untuk mengembangkan model penentuan lokasi potensial yang mempertimbangkan perilaku interaksi spasial antar kategori fasilitas pendukung pariwisata agar tercipta jaringan kompleks interaksi aktifitas layanan harian. Dengan demikian, pengembangan fasilitas yang mendukung aktifitas pariwisata tidak hanya untuk mendorong peningkatan kapasitas pariwisata, namun juga untuk menjaga aspek proteksi dan preservasi dari (WHS) secara khusus, serta menjaga ecosystem services secara umum.
......The development of a sustainable tourism industry that is organized and integrated with regional development planning is very important, especially for tourism sites that are included in the World Heritage List (WHL). This study aims to develop a tourism support service facility potential location model that incorporates several considerations, such as spatial interactions between tourism sites and their support facilities, and tourism growth that has relationships with other sectors. The results of the literature review, as well as the results of the content analysis of social media data, show a relationship between the location of DTW and the locations of accommodation facilities, food and beverage facilities, shopping facilities, transportation facilities, and other tourism support facilities. The average nearest-neighbor analysis demonstrates that each category has a clustering tendency, and the overlay between the Kernel Density Estimation (KDE) map of DTW has spatial interactions with the KDE map of tourism support facilities. The Participation Index value verifies that the DTW locations are co-location rules with the location of each category of tourism support facilities, at 50% prevalence threshold and 5 km prevalence distance. The growth of tourism supporting facilities is related to tourism growth, which is influenced by and affects various sectors of life, namely the socio-demographic sector, the tourism economic sector, and the natural and environmental sector (including land use). To investigate these relationships, a spatial dynamic model was developed to assess future land use changes. The multi-criteria decision-making approach is applied in the process of allocating five categories of tourism support facilities, which together with the location of the DTW and road infrastructure, influence each other simultaneously. The results of the co-location pattern mining analysis are used to develop a potential location model that considers the behavior of spatial interactions between categories of tourism support facilities to create a complex network of interactions for daily service activities. Thus, the development of facilities that support tourism activities is not only to increase tourism capacity but also to maintain protection and preservation aspects (WHS) in particular, as well as to maintain ecosystem services in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidal Masrura
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada kebutuhan dasar psikologis harus terpenuhi, yakni keterhubungan (connectedness/relatedness). Umumnya keterhubungan hanya dibahas dalam konteks hubungan sosial saja, padahal keterhubungan ini juga dapat berupa keterhubungan/kedekatan dengan lingkungan alam (nature relatedness), terlebih orang yang memiliki kedekatan dengan alam beradaptasi dengan baik selama pandemi. Walaupun kedekatan dengan alam secara konsistens memprediksi kebahagiaan, namun ada perbedaan individu dan situasi yang dinilai memoderasi hubungan kedekatan dengan alam dan kebahagiaan. Melalui penelitian ini, peneliti meneliti faktor kelekatan lingkungan yang terjadi di era digital saat ini. Kelekatan lingkungan menjadi semakin nyata di saat pandemi, yang mana ada kecenderungan untuk merasa terhubung pada lingkungan berbasis tempat (place-based) dan berbasis internet (cyber-based) dan dinilai dapat memoderasi hubungan kedekatan dengan alam dan kebahagiaan. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan sampel masyarakat umum warga negara Indonesia yang berusia 18-65 tahun (N=3938). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kelekatan lingkungan (CB) tidak memoderasi hubungan kedekatan dengan alam dan kebahagiaan psikologis secara negatif, melainkan secara positif.
......Previous research has shown that basic psychological need of connectedness/relatedness that must be fulfilled in order to achieve happiness. Generally, relatedness is only discussed in the social context, despite this could be in the form of connectedness/closeness to the natural environment (nature relatedness). Besides, people who have nature relatedness adapt well during the pandemic period. Although closeness to nature consistently predicts happiness, there are individual and situational differences that are considered as moderator in the relations of nature relatedness and happiness. This paper aims to examine environmental attachment factors that occur in the digital era and profoundly become more salient during pandemic which are considered as the moderator between nature relatedness and happiness. Environmental attachment is the tendency to feel connected to place-based and internet-based (cyber-based). This research is a correlational study with general population sampel of Indonesian citizens aged 18-65 years (N=3938). The results showed that the environmental attachment dimension (CB) did not moderate the relationship between nature relatedness and happiness negatively, but in a positive way."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lokita Mardanti
"Kabupaten Samosir merupakan daerah yang mempunyai berbagai objek wisata, baik itu objek wisata alam, sejarah, maupun budaya. Objek wisata yang paling terkenal dan diunggulkan dalam menarik wisatawan adalah danau toba. Di dalam industri pariwisata Kabupaten Samosir terdapat fasilitas pariwisata yang mendukung kegiatan pariwisata. Fasilitas sekunder dalam pariwisata merupakan faktor yang essensial dalam menunjang pariwisata tersebut, yaitu fasilitas akomodasi, fasilitas makan, dan fasilitas belanja. Dalam kurun waktu tahun 2004 dan 2010 fasilitas tersebut mengalami perkembangan. Perlu diketahui bagaimana perkembangan fasilitas pariwisata yang terjadi di Kabupaten Samosir demi kemajuan industri pariwisata daerah tersebut. Untuk membandingkan perkembangan fasilitas sekunder maka dibagi lagi menjadi tiga daerah, yaitu Daerah Tepian Danau Barat, Daerah Tepian Danau Tengah dan Daerah Tepian Danau Timur, lalu mengkorelasikan peta hasil yang didapat dan dijelaskan secara deskriptif perbandingannya. Secara keseluruhan daerah wisata tepian danau timur merupakan daerah yang berkembang dan paling lengkap fasilitasnya, hal ini karena daerah tersebut memiliki aksesibilitas paling tinggi.
......Samosir District is an area that has many tourist attractions, both natural attractions, history, and culture. The most famous tourist attraction and seeded in attracting tourists is the Lake Toba. In the Samosir Regency’s tourism industry needs tourism facilities to support tourism activities. Secondary facilities in tourism is an essential factor in supporting tourism, the accommodation facilities, dining facilities, and shopping facilities. In the period of 2004 and 2010, the facility experienced growth. It is necessary to know about how the development of tourism facilities that occurred in Samosir regency for the progress of that particular regional tourism industry.To compare the development of secondary facilities will be further divided into three regions, namely the West Lake Region Edge, Edge Region Lakes Region of Central and Eastern shores of the lake, and then correlate the map results obtained and described by descriptive comparison. On the whole tourist area east shore is a growing area and the most complete amenities, this is because the area has the highest accessibility"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S135
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover