Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eleonora Sofilda
Abstrak :
Tesis ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kinerja ekspor manufaktur padat sumberdaya pertanian dengan tiga pendekatan, yaitu Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage, dan Trade Specialization Ratio. Periode penelitian yang digunakan mulai dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1998. Hasil perhitungan constant market share (CMS) menunjukkan bahwa pada tahun 1986 sannpai dengan tahun 1993 nilai ekspor Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumberdaya pertanian (SITC 611, 612, 613, 634, dan 635) masih mengalami peningkatan, walaupun peningkatan nilai ekspor ini mengalami penurunan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ekspor yang bernilai positif ini lebih disebabkan karena positifnya efek pertumbuhan dunia dan efek Jaya saing. Pada saat negatifnya efek daya saing di pasar internasional, mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998 terjadi penurunan yang sangat tajam untuk nilai ekspor-Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumber daya pertanian. Krisis ekonomi yang dimulai pada awal 1997 yang disebabkan depresiasi rupiah ternyata membawa dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Depresisasi rupiah yang terjadi seharusnya mampu meningkatkan nilai ekspor ternyata tidak terjadi, hal ini menunjukkan bahwa daya saing Indonesia untuk komoditas ini sangat lemah di dunia Internasional. Oleh karena itu negara kita harus meningkatkan kualitas dari komoditas yang di ekspor dan memperhatikan aspek-aspek lainnya yang menjadi penyebab lemahnya daya saing Indonesia di pasar Internasional. Perlunya perhatian Pemerintah yang lebih dalam menjalankan roda perekonomian sehingga produksi menjadi lebih efisien dan perlu ditingkatkan peran ekspor komoditas yang padat sumberdaya pertanian karena basis Indonesia dalam produksi ada pada sumberdaya pertanian.
This thesis is made to know how export working heavy agriculture with three approaches, which is Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage and Trade Specialization Ratio. Period of research which is in use start from 1986 until 1998. The result of constant market share (CMS) calculation shown that in the year of 1986 until 1993 Indonesian value of export for the commodity of heavy agriculture resources manufacture (SITC 611, 612, 613, 634 and 635) still continuing to improvement, although this value of improvement still decline to reduction from year to year. The value of export which has positive mark is causes more of the positive effect of the world growth and competitive effect. By the time that competitive effect at the International market which have negative, from 1994 until 1998 become decline that so hard of Indonesia export value for the commodity of heavy manufacture agriculture resources. Economic crisis which is began at the earlier 1997 causes by rupiah depreciation bring the huge side effect of Indonesian economic. Rupiah depreciation should capable to improve export value in fact not happened. This is shown that Indonesian competitive for these commodity very weak at the International world. Because of that our country have to improvement the quality from commodity which is going to export and give full attention of another aspect which is causes weakness of lndonesian competitive at the International market. The government should to give lull attention to continuing economic cycling that production more efficient and to improve commodity of export which is have heavy agriculture because Indonesian base on production exist on agriculture resources.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T 8030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Hermansyah
Abstrak :
Menggunakan data sekunder dan jenis data tahunan periode tahun 1975 - 1991, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mcmpengaruhi volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia dengan me - ngambil kasus ekspor ke Belanda sebagai negara konsumen utama CPO Indonesia yang mengkonsumsi rata-rata 55 % dari total ekspor Indonesia periode 1975 - 1991. Dengan metode OLS dan model analisis Regresi ber - ganda serta bentuk fungsi dugaan pada model yang digunakan adalah model linear, hasil analisis menunjukkan bahwa volume ekspor minyak sawit Indonesia dipengaruhi oleh . Pertama, produksi minyak sawit (CPO) Indonesia berpe - ngaruh positif sebesar 0,25. Hal ini menunjukkan keberhasilan Pemerintah dalam meningkatkan produksi minyak sawit melalui periuasan areal dan penggunaan bibit unggul yang dilakukan sejak tahun 1975. Kedua, harga CPO Indonesia berpengaruh sebesar 0,90. Hal ini menunjukkan I1arg sangat sensitif terhadap permintaankarena sebagai bahan baku industri, produk CPO adalah seragam dengan mutu/komposisi kandungan bahan yang sudah ditetapkan. Ketiga, harga minyak kedele di Belanda berpengaruh sebesar 0,05 terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Keempat, harga minyak rape di pasar Belanda berpengaruh negatif sebesar 0,08. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak sawit di Belanda adalah sebagai komplementer bagi minyak kedelei dan sebagai substitusi terhadap minyak rape. Beberapa saran dari hasil penelitian ini adalah Pertama, perlu segera diambil langkah-langkah kearah jaminan suplai CPO Indonesia kenegara konsumen. Jaminan ml meliputi kesesuaian dalam pemenuhan terhadpap volume permintaan, tepat dalam waktu penerimaan barang dan kualitas produk terjaga sampai ketangan konsumen. Dengan cara ini diharapkan dapat terbentuk jaminan dalam pemasaran produkCPO Indonesia karena industri CPO dinegara konsumen akan merasa aman terhadap pengadaan bahan baku industrinya sehingga bersedia mengadakan kontrak pembelian jangka panjang. Kedua, produsen harus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dalam biaya produksi sehingga harga produknya mampu bersaing dengan produk yang sama dari produsen negara lain. Ketiga, Ketiga, produsen CPO harus dapat mengantisipasi perubahan nilai mata uang negaramitra dagangnya terhadap US Dollar. Keempat, perlu diadakan pengembangan pasar melalui diversifikasi produk yaitu mengekspor minyak sawit yang telah diolah ( Processed Palm Oil/ PPO } sehingga dapat memasarkan produk PPO kienegara sedang berkembang yang pada umumnya tingkat pertumbuhan konsumsiminyak nabati dan lemaknya sedang tinggi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Purnomo
Abstrak :
AJIAN KINERJA EKSPOR KOPI INDONESIA : STUDI PENDEKATAN KONSTANTA PANGSA PASAR x + 128 halaman, 17 tabel, 5 Iampiran Daftar Pustaka : 9 buku + 3 jumal + 10 majalah + 8 makalah (1994-2000) Kopi merupakan komoditas yang cukup berperan sebagai penghasil devisa bagi negara. Selain sebagai pemasok devisa, kopi juga berperan dalam menghidupi Iebih kurang 7 juta petani perkebunan yang terlibat dalam proses produksinya. Tunmnya pertumbuhan ekspor komoditas ini, herdampak kepada menurunnya perolehan devisa dan pendapatan para petani perkebunan kopi. Analisis dengan menggunakan Konstanta Pangsa Pasar (Constant Market Share-ICMS) dapat memperiihatkan kinerja ekspor komoditas kopi Indonesia. Dari hasil analisis dapat diketahui pengamh impor dunia, komposisi komoditas dan daya saing terhadap pertumbuhan ekspor kopi Indonesia. Berdasarkan pengaruh ketiga fakior tersebut dapat dipergunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. erdasarkan analisis dari hasil perhitungan CMS, diketahui bahwa di pasar Polandia_ kinelia ekspor extract. etc. of coffee Indonesia Iebih baik dibandingkan dengan co#ee, not. roasted. Di pasar Jepang, kineria ekspor coffee, roasted dan extract. etc. of coffee Indonesia, juga Iebih baik dibandingkan dengan coffee, not roasted. Seperti halnya di Polandia, kurang baiknya kinelja coffee, not roasted Indonesia di Jepang, juga diakibatkan karena Indonesia mengkonsentrasikan ekspor komoditas ini ke .Jepang yang rata-rata pertumbuhan pennintaanya berada dibawah rata-rata permintaan keseluruhan komoditas yang diimpor Jepang. Berdasarkan hal-hal tersebut, untuk ekspor coffee, not roasted Indonesia baik ke Polandia maupun ke Jepang, disarankan untuk mengkonsentrasikan ekspornya ke pasar yang pertumbuhan kcmoditasnya relatif Iebih cepat. Disamping itu, diharapkan Indonesia dapat Iebih mendorong peningkatkan ekspor extract. etc. ofcoffee dengan pertimbangan bahwa selain Indonesia memiliki daya saing, komoditas ini memiliki nilai tambah yang tinggi. Hal Iain adalah perlu dilakukannya studi Iebih Ianjut untuk mengidentitikasikan pengaruh daya saing pada industii kopi Indonesia untuk membantu pengembangan kebqakan yang tepat sebagai upaya meningkatkan daya saing komoditas kopi indonesia.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T 5705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Pontas Ojahan
Abstrak :
Penelitian tentang Analisa Pengaruh Pemberian Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Terhadap Nilai Ekspor Indonesia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk : (1) melakukan uji apakah pemberian fasilitas KITE mempengaruhi secara signifikan terhadap jumlah nilai ekspor Indonesia dengan memperhitungkan faktor (variabel) nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan faktor (variabel) jumlah uang beredar; (2) melakukan uji apakah pemberian fasilitas KITE telah dlmanfaatkan secara optimal dengan memperhitungkan faktor (variabel) nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan faktor (variabel) jumlah uang beredar di Indonesia. Manfaat secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi, manfaat dan sumber bagi : (1) Pengambil kebijakan, guna meningkatkan fungsi dan manfaat pemberian fasilitas KITE dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dan sebagai sumber pembiayaan sektor perekonomian; (2) Dunia akademis dalam rangka memperluas wacana dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data realisasi jumlah nilai ekspor Indonesia yang bersumber dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta data jumlah uang beredar dan nilai tukar ruoiah terhadap dolar amerika yang diperoleh dari situs Bank Indonesia dan Departemen Perdagangan. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan pemebrian fasilitas KITE terhadap jumlah nilai ekspor Indonesia. Tingkat signifikan dan manfaat pemberian fasilitas KITE ini masih dapat memberikan kontribusi yang lebih besar apabila pemberian fasilitas tidak hanya terhadap bahan baku. Pemberian fasilitas akan lebih mendorong naiknya nilai ekspor Indonesia apabila diberlakukan juga terhadap sarana atau peralatan industri pengolahan bahan impor tersebut sehingga mampu menaikkan daya saing produk ekspor Indonesia. Berdasarkan hal tersebut diatas, sebagai upaya peningkatan nilai ekspor Indonesia, disarankan hal-hal sebagai berikut : (1) pemberian fasilitas yang diperluas terhadap kernudahan pemasukan mesin-mesin produksi yang pemanfaatannya untuk memproduksi produk ekspor; (2) memberikan bantuan tehnis dan ketrampilan dalam pengolahan bahan menjadi produk yang siap diekspor bagi produsen yang memanfaatkan fasilitas KITE; (3) melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap pemanfaatan fasilitas KITE sehingga tidak terjadi kecurangan-kecurangan yang mengakibatkan tidak tercapainya maksud dan tujuan pemberian fasilitas. Dalam hal ini perlu dilakukan pengawasan melalui tehnik audit dan verifikasi terhadap pembukuan dan pengelolaan barang; (4) mensosialisasikan perangkat hukum dan peraturan yang jelas dan tepat serta mendukung, sehingga pengguna fasilitas tidak mengalami keraguan dan memiliki pengetahuan yang benar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Gunadi
Abstrak :
Dilatarbelakangi oleh keadaan defisit neraca pembayaran yang semakin membesar, pemerintah telah melakukan berbagai upaya deregulasi untuk mendorong investasi dan ekspor yang diharapkan akan dapat memperbaiki neraca pembayaran Indonesia dan sekaligus untuk memperkuat perekonomian indonesia. Salah satu kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah adalah kebijakan fasilitas ekspor kepada perusahaan eksportir tertentu (PET) yang dikeluarkan pada pertengahan tahun 1996 dan diperbaharui tahun 1997, yang berupa pelayanan yang cepat dalam pengurusan dokumen ekspor, dalam memperoleh restitusi PPN, dalam memperoleh PPN 0% yang dipercepat, serta fasilitas rediskonto. Kemudahan tersebut diberikan kepada PET yang tidak mempunyai masalah perpajakan seperti adanya tunggakan atau manipulasi pajak, tidak mempunyai masalah perkreditan seperti adanya kredit macet, dan tidak mempunyai masalah kepabeanan, seperti adanya ekspor fiktif atau manipulasi dokumen ekspor. Sementara itu jenis komoditi ekspor yang masuk dalam cakupan PET didasarkan penimbangan bahwa produk tersebut mempunyai akar industri yang kuat, kandungan lokal yang tinggi serta tingkat pertumbuhan ekspor yang tinggi.

Ditinjau dari strategi pengembangan ekspor, kebijakan ini merupakan perbaikan dari kebijakan sebelumnya yang menganut broad width policy yang mendorong ekspor non-migas tanpa membedakan jenis komoditi. Dengan kebijakan ini dimungkinkan untuk mengembangkan produk-produk yang benar-benar punya keunggulan dan daya saing yang kuat di pasar internasional. Kebijakan ini juga secara selektif memberikan kernudahan kepada perusahaan yang mempunyai reputasi baik, sehingga mereka akan lebih produktif, dan sekaligus dijadikan model untuk merangsang perusahaan ekspor lainnya agar memperbaiki reputasi serta kinerjanya agar memenuhi kriteria PET. Disamping itu kebijakan ini juga sekaligus untuk mengkondisikan aparatur pernerintah agar bekerja secara cepat dan efisien, bertindak sebagai fasilitator bukan lagi sebagai penguasa seperti masa-masa sebelumnya. Bertolak dari perkiraan akan makin ketatnya persaingan dalam era pasar bebas, maka strategi kebijakan PET ini dinilai sangat tepat dalam rnempersiapkan kinerja perusahaan ekspor.

Setelah dilaksanakan kurang Iebih 3 tahun, diperoleh gambaran bahwa kebijakan PET sangat bermanfaat bagi peningkatan ekspor. Namun demikian dalam pelaksanaan/implementasi kebijakan PET dilapangan khususnya pelayanan oleh aparatur masih terjadi kelambanan yang disebabkan kurang intensifnya koordinasi dan integrasi antar instansi terkait, kurangnya komitmen yang kuat dari para pelaksana , rendahnya budaya kerja, serta masih adanya egosektoral.

Agar kebijakan PET dapat mencapai sasaran, langkah-langkah perbaikan yang dipandang perlu dilakukan antara lain :

- Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam memantau dan mengendalikan pelakanaan kebijakan PET, bila perlu dengan menetapkan mekanisme khusus melalui penetapan kelembagaan tersendiri, mendorong sistem kerja kolaboratif serta menetapkan visi tentang peningkatan ekspor nasional. - Meningkatkan dukungan sarana/prasarana dipelabuhan ekspor untuk mempercepat arus barang untuk mengimbangi percepatan penyelesaian dokumen ekspor. - Pengembangan sistem informasi terpadu yang dapat dengan mudah diakses oleh segenap pihak terkait. - Perlu dibuat standar pelayanan dengan membuat Standar Operasional Prosedur yang baku sehingga pelayanan dapat dilakukan secara transparan dan dapat dikontrol oleh masyarakat. - Perlu dilakukan pertemuan rutin antara pimpinan dan pelaksana untuk menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan terjadinya learning organization yang baik.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Ernest B. J.
Abstrak :
Kinerja ekspor akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terutama adalah GDP foreign dan nilai tukar real. Terkait dengan flexible exchange rate yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia selama satu dekade terakhir, nilai tukar rupiah bergerak bebas mengikuti irama pasar uang dunia. Ini tentunya akan memberikan pengaruh terhadap komoditas ekspor Indonesia secara umum. Elektronik merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang pertumbuhannya relatif stagnan apabila diperbandingkan dengan pertumbuhan ekspor produk elektronik dunia. Tesis ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara volatilitas nilai tukar terhadap ekspor produk elektronik Indonesia (HS 847160, 847170, 847330, 850610, 852190, 852540, 854219) dan sekaligus melihat hubungan antara pendapatan nasional negara mitra dan nilai tukar riil terhadap ekspor produk-produk tersebut. Metodologi yang digunakan adalah analisa data panel atas nilai ekspor tujuh produk elektronik tersebut ke negaranegara mitra dagang utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volatilitas nilai tukar memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai ekspor masing-masing produk sesuai dengan karakteristiknya. ......The export performance will be affected by main factors which are the foreign GDP and the real exchange rate. Along with its flexible exchange rate regime that has been implemented by Indonesia’s government for more of a decade the rupiah is has been freely move align with the money market condition. This is surely affected the export of Indonesia’s commodity in general. Electronics is one of Indonesia s main export commodities that is considered having a stagnant export growth relative to the world’s electronic export. This study is intended to analyze the relationship of exchange rate volatility to the export of Indonesia’s electronic products (HS 847160, 847170, 847330, 850610, 852190, 852540, 854219) and also to analyze the relationship of trading partner’s GDP and the real exchange rate to the exports of such electronic products, with panel data observation regarding with the export value of electronic products to main export destination countries. This study shows that the exchange rate volatility differ in its impact to the export value of the tested electronic products based upon its characteristics.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Rosdiana Akmal
Abstrak :
......Indonesia is an agrarian country producing various agricultural products. One of the products having export opportunities is fresh fniits. However until today Indonesia is sill importing large amount of fruits. On the other hand the export value of Indonesia fruit is relatively smaller and limited to only a few type fniits. Eventually it arises questions whether or not Indonesia as an agrarian country could increase its export volume of fruits to other countries. Several mandatory standards were put in place by EU Commission to be adhered by fruit exporters such as packaging, marketing, labelling and food safety, marketing of genetically engineered fruits, Maximum Residue Levels and organic products standards. Consequently the EU?s provisions must be considered as a quality direction required by European importers. This research objective is to identify the trends, opportunities, obstacles and strategy that are relevant to the effort of entering EU?s fruit markets, Analyzing the regulations put in place by EU on the subject of exports and import is important to help developing countries, such as and especially Indonesia., to penetrate European market of iiuit. This research utilize primary and secondary data. The fruits being researched were mango, pineapple and banana. EU members selected as the subjects for this research were Netherland, Germany and France. The time frame for this research was from 2002 to 2006. The result of this research discovered that tropical fiuits like mango, pineapple and banana are in great demand in Europe. Those fruits are not suitable to be cultivated in Europe with its sub-tropic climate, especially in the colder Eastem Europe. Therefore EU is fully dependant on developing countries to supply tropical fruits. The commodity that has the most opportunity for Indonesia is pineapple. Though pineaple originated from Europe but Indonesia?s climate is very suitable form cultivating pineapple. In addition, the competition for export of pineapple is not as great as exports of banana. While in the case of mango, Indonesia still needed to improve quality of production because the commodity is sensitive to defects.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mardyana Listyowati
Abstrak :
Perdagangan lada dunia saat ini dikuasai oleh 5 negara penghasil lada terbcsar yaitu Vietnam, India, Indonesia, Brazil dan Malaysia* Sedangkan negara yang permintaan ekspornya besar adalah Amerika Serikat, Belanda, Jennan, Jepang dan Singapura. Saat ini lahan tanaman lada makin menurun walaupun potensi dari lada ilu sendiri relatif bagus. Namun demikian, lada mcrupakan komoditi dari sektor pertan'n yang reiatif dapat bertahan terhadap guncangan kenaikan harga bahan bakar yang saat ini tenga melanda dunia, sehingga cukup dapat diandalkan sebagai komoditi potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi dan elastisitas faktor pendapatan nasional negara tujuan utama ekspor Iada Indonesia (Amerika Senkat, Belanda, Jerman, Jepang dan Singapura), nilai tukar nominal dan'harga relatif serta posisi relatif diantara kelima negara tujuan ekspor tersebut. Model yang digunakan untuk estimasi dalam penelitian ini adalah adopsi dzi penelitian Goldstein-Khan lentang Respon Penawaran dan Pennintaan ekspor terhadap perubahan harga dengan Pendapatan nasional riil negara tujuan (GDP), nilai tukar nominal(NER) dan harga relatif (PXWPI), dengan menggunakan pendckatan analisis data panel. Dalam analisis data panel, pemilihan model cstimasi yang efisien dilakukan melalui uji spesitikasi F-test untuk mengetahui adanya efek individu, kemudian uji I-Iausmann untuk menentukan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Dalam penelitian ini temyata model yang efisien untuk analisis faktor faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor lada di 5 negara tujuan utama adalah Random Ejkc! Model. I-Iasil estimasi sccara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil negara tujuan (GDP) berpengaruh secara signitikan positif terhadap permintaan ekspor lada Indonesia, variabel nilai tukar nominal (NBR) berpengaruh sccara signitikan positif terhadap pcrmintaan ekspor lada Indonesia dan variabel harga relatif (PXWPI) berpengaruh secara signifikan negatif terhadap perrnintaan ekspor Iada Indonesia Pendapatan riil (GDP) mitra dagang belpengaruh ncgatif sccara signifikan pada tingkat kepercayaan 90% dan inelastis positiff terhadap permintaan ekspor lada Indonesia. Hal ini sesuai dengan karakteristik lada Indonesia dengan indkasi geograiis yang dimiliki sehingga semakin meningkat pendapatan nasional riil negara tujuan utama ekspor, maka [ada Indonesia makin diminati dan makin banyak permintaan ekspor dari negara tujuan utama ekspor. Variabel Harga Relatif {PXWWPl) signifnkan positif terhadap peunintaan ekspor lada Indonesia dengan tingkat kepercayaan sebesar 99%. Hasil ini mcnjclaskan bahwa apabila harga relatif komoditi meningkat, maka akan mendorong permintaan ekspor meningkat pula, karena tidak ada komoditi pengganti (substitusi) untuk lada Indonesia yag memiliki indikasi gcografis> Variabel Nominal Exchange Rate (NBR) berpengaruh signifikan positif terhadap permintaan ekspor lada Indonesia. Hal ini menujukkan bahwa apabila nilai tukar meningkat maka harga akan murah sehingga lada Indonesia mempunyai daya saing dinegara tujuan utama ekspor.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34212
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djima
Abstrak :
Maksud diadakan penelitian terhadap peluang ekspor ke Republik Rakyat Cina adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor ikan Tuna/ Cakalang , posisi daya saing komoditi ikan tuna Indonesia di pasar Republik Rakyat Cina serta strategi meningkatkan daya saing komoditi ikan tuna Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi faktor - faktor yang mempengaruhi daya saing berdasarkan telaah dari berbagai sumber yang dilakukan dengan mewawancarai nara sumber yang berkompeten dengan masalah ikan tuna.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan daya saing komoditi ikan tuna Indonesia bertumpu pada faktor sumber daya alam, tenaga kerja yang banyak dengan tingkat upah yang relatif murah, sedangkan faktor-faktor lain perlu ditingkatkan, sehingga keunggulan sumber daya alam dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada sehingga diharapkan Indonesia dapat menjadi eksportir yang utama dan handal di pasar Cina.

Berdasarkan hasil analisis SWOT memperlihatkan bahwa posisi daya saing ikan tuna Indonesia berada pada kuadran atau menerapkan strategi pertumbuhan dan alternatif yang tepat diterapkan adalah menjaga konsistensi volume produksi, mengingat pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Cina yang semakin membaik sebagai akibat dari kebijakan liberalisasi perdagangan, mengoptimalisasikan teknologi mengingat ekspor ikan tuna Indonesia ke Cina masih dalam bentuk yang sederhana. Dengan mengoptimalisasikan teknologi diharapkan mutu Ikan tuna Indonesia dapat lebih ditingkatkan.

Untuk mengimplementasikan strategi tersebut di atas, peran pemerintah sangat menentukan dengan menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif disertasi dengan penciptaan stabilitas keamanan maupun politik sehingga akan lebih menarik banyak investor maupun calon investor untuk menanamkan modalnya di sektor perikanan tuna Indonesia, di samping itu tentunya pemerintah perlu memberikan kemudahan untuk memperoleh kredit dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dan murah. Bagi pelaku bisnis tentunya sangat diharapkan untuk berperan lebih aktif lagi melalui wadah yang telah ada dengan ikutserta dalam kegiatan pameran baik lokal maupun internasional sehingga komoditi tuna Indonesia lebih meningkat daya saingnya.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Teman
Abstrak :
Ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional yang pada hakekatnya mengirimkan barang ke luar negeri dari suatu negara/wilayah, ke negara atau wilayah di luar suatu negara dalam suatu rangkaian perdagangan. Ekspor merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan ekonomi nasional, yaitu sebagai penghasil devisa yang sangat diandalkan. Karena itu, pemerintah Indonesia selalu melaksanakan berbagai usaha untuk meningkatkan (transaksi) ekspor (non migas), terakhir dengan mengeluarkan Paket Deregulasi 1996. Salah satu kebijakan tersebut, adalah Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 130/MPP/Kep/6/1996 tentang Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin), khususnya surat keterangan asal barang ekspor Indonesia. Surat Keterangan Asal merupakan dokumen penyerta ekspor yang diterbitkan sesuai dengan Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) sebagai kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional, multilateral, maupun ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu. Karena sering terjadi permasalahan dalam menentukan asal suatu barang, maka hal itu dibahas dalam Perundingan Putaran Uruguay, yang menghasilkan "Agreement on Rules of Origin". Dalam kesepakatan itu disebut bahwa, pelaksanaan mengenai ketentuan asal barang hendaknya tidak menghambat kegiatan perdagangan negara lain. Di dalam kesepakatan tersebut juga dibahas, apabila timbul sengketa mengenai asal suatu barang, maka penyelesaiannya melalui badan "Dispute Settlement Body". Badan ini akan membentuk Panel, guna melakukan diskusi/dialog untuk mencari penyelesaian atas permasalahan yang timbul dalam perdagangan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat, masalah-masalah yang timbul diselesaikan dengan perundingan bilateral kedua negara pada bulan Juli 1996 yang lalu. Indonesia berusaha untuk mengatasi setiap permasalahan perdagangan ekspor, khususnya ekspor ke Amerika Serikat, karena negara ini merupakan pangsa pasar yang besar bagi produk-produk Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T7603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>