Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adeke Dini Fahransa
"Kematian anak adalah salah satu trauma terbesar bagi orang tua (Woodgate, 2006). Peristiwa ini dapat mengakibatkan orang tua mengalami masalah fisik maupun masalah emosional, dan grief yang kompleks (Woodgate, 2006). Kematian mendadak menimbulkan stres yang besar karena tidak adanya persiapan psikologis bagi orang yang ditinggalkan (Turner & Helms, 1995; Aiken, 1994). Grief adalah penderitaan emosional yang intens dan mendalam, yang dialami seseorang akibat peristiwa kehilangan seperti kematian orang yang dicintai. Ketika menghadapi kematian anak, pria harus menunjukkan kontrol diri yang kuat (Sanders, 1998; Shapiro, 1994). Akan tetapi, kontrol diri yang tampil pada seorang ayah, tidak menggambarkan perasaan ayah yang sesungguhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses grief pada ayah yang anaknya meninggal secara mendadak pada usia kanak-kanak serta usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesedihan. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif pada dua orang subjek penelitian dengan menggunakan metode wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proses grief yang dilalui kedua orang subjek penelitian. Dari lima tahapan grief yang diajukan Sanders (1998), salah seorang subjek melampaui tahap shock hingga tahap healing namun belum mencapai tahap renewal. Seorang subjek lainnya mencapai tahap renewal, namun tidak mengalami tahap shock yang intens dan tahap withdrawal. Usaha yang dilakukan kedua subjek untuk mengatasi kesedihan antara lain dengan mendekatkan diri kepada tuhan, menyibukkan diri dengan pekerjaan, dan berfokus pada anak-anak lain yang masih hidup.
The death of a child has been described as being for parents one of the most traumatic of losses (Woodgate, 2006). Parents can experience both physical and mental problems, and grief that can best described as substantial and complex (Woodgate, 2006). Sudden death often creates extreme stress because survivors have no opportunity to prepare psychologically for the loss (Turner & Helms, 1995; Aiken, 1994). Grief refers to the intense emotional suffering that accompanies the experience of loss, such as the death of a loved ones. In facing the death of a child, father is expected to be in control (Sanders, 1998; Shapiro, 1994). Self-control that shown in father?s reaction isn?t really showing the feelings that is experienced. The purpose of this research is to find out the description of grief experienced by father who lost their child during childhood due to sudden death and their efforts to deal with their sadness. This research is using qualitative approach on two subjects by interviews and observations.
The research results show that there are differences in the stages of grief that is experienced by the two subjects. From five stages of grief proposed by Sanders (1998), one of the subjects already passed the shock stage through the healing stage, but haven?t reach the renewal stage. The other subject reached the healing stage but didn?t pass the intense shock phase and withdrawal phase. Efforts that had been done by the subjects are getting closer to God, focusing on job and also taking care to the other children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Lifina Dewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Una Amanda Priharani
2004
S3324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Counterina Wandita
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas terapi Resource Development and Installation (RDI) pada remaja perempuan usia 16 tahun 10 bulan yang mengalami Traumatic Grief . RDI dilakukan dengan tiga tehnik, yaitu Point of Power, Absorption dan Four F ield. Tehnik Point of Power digunakan untuk membangkitkan resource positif yang dimiliki anak. Kemudian, tehnik Absorption digunakan untuk memroses ingatan menyedihkan tentang situasi yang mengingatkan anak pada mendiang/almarhum dan membangkitkan kekuatan anak untuk menghadapi situasi tersebut. Lalu, dilanjutkan menggunakan tehnik Four F ield untuk memvisualisasikan gambar atau bayangan yang masih mengganggu anak, tehnik ini juga bertujuan untuk mempersiapkan anak menghadapi materi traumatis di situasi sebenarnya. Tujuan dari terapi RDI adalah membangkitkan resource guna membentuk positive cognition yang akan bermanfaat untuk mengubah negative cognition pada anak.
Hasil terapi menunjukkan penurunan simptom traumatic grief yang cukup signifikan. Penurunan simptom dan tingkat ketergangguan terhadap materi trauma menjadi bukti telah terjadi pemrosesan informasi yang adaptif pada anak. Hal tersebut nampak dari perubahan perilaku anak yang tidak menampilkan hyperarousal, seperti tangisan yang tak terkendali dan kecemasan yang berlebihan. Setelah terapi, AM menjadi lebih tenang, dapat mengendalikan diri dan tidak larut dalam kesedihannya. AM juga menunjukkan indikasi pergeseran tahapan griefing menuju ke arah acceptance.

This study was conducted to determine the effectiveness of therapy Resource Development and Installation (RDI) in a 16 years and 10 months girl who suffered Traumatic Grief. RDI performed with three techniques, there are Point of Power, Absorption and Four Field. Point of Power techniques are used to awaken positive resources owned by the child. Then, Absorption techniques used to process the sad memories of situations that remind the child of the deceased and awaken the resources/power of the child to deal with the situation. Then, proceed to use the Four Field technique to visualize an image or feeling that still interfere the children, this technique also aims to prepare the child face traumatic material in the actual situation. The goal of RDI therapy is to awaken resources in order to form a positive cognition that would be beneficial to change the negative cognition in children.
Results of therapy showed a decrease in the symptoms of traumatic grief significantly. The decrease in symptoms and subjective unit of distress of the traumatic material have proved that adaptive information processing in children is occurred. It is apparent from the changes in the behavior of the child who do not show hyperarousal, such as uncontrollable weeping and excessive anxiety. After therapy, AM becomes calmer, able to control herself and not dissolve in grief anymore. AM also showed indications of a shift griefing?s stage toward acceptance."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pristine Rulyta
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses dukacita
(grief) dan dukungan sosial vang terjadi pada ibu vang mengalami kematian
anaknya. Hal ini menarik karena kematian anak bagi orangtua dianggap sebagai
sesuatu yang mengejutkan dan traumatik. Harapan yang biasa timbul dari
orangtua adalah anak akan hidup lebih lama daripada mereka. Dalam hal ini,
keberadaan anak sangat diharapkan untuk melanjutkan keabadian dari
orangtuanya. Bagi ibu ekspresi kehilangan terhadap anak lebih terlihat dan lebih
ekspresif sifatnya. Penelitian mengatakan bahwa reaksi emosional ibu terhadap
kematian anaknya besar atau lebih besar dibandingkan dengan reaksi akibat
kehilangan pasangan. Pada saat seseorang mengalami tekanan, terutama
menghadapi kematian seseorang yang disayangi atau orang terdekat, orang
tersebut memerlukan cara untuk mengatasi hal tersebut. Ibu akan berpaling pada
orang lain untuk mendapatkan pertolongan, dukungan, kenyamanan dan
mengekspresikan rasa sedihnya saat berada di bawah tekanan.
Penelitian yang dilakukan terhadap tiga orang partisipan ini menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu studi kasus. Data yang telah berhasil dikumpulkan
melalui wawancara yang mendalam (in-depth interview) dianalisis dengan menggunakan berbagai teori tentang kematian dan proses dukacita, nilai seorang
anak bagi ibu, dan dukungan sosial.
Proses dukacita yang terjadi pada partisipan dalam penelitian ini adalah
numbness, realization, yearning, disorganization & despair, dan reorganization.
Hal ini tidak berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian lain. Namun
perbedaan antar subyek tampak dalam ekspresi dan perilaku mereka Pada tahap
numbness, perbedaan yang terjadi adalah munculnya anticipatory grief, yaitu rasa
duka yang telah muncul sebelum kematian terjadi pada seorang yang dikasihi
pada partisipan M. Pada tahap realization, semua partisipan menyadari bahwa
anak tidak akan dapat hidup kembali, dan kematian itu merupakan hal yang nyata
dan harus dihadapi. Pada tahap yearning, tingkah laku yang muncul pada ketiga
partisipan adalah mengumpulkan barang-barang kepunyaan anak yang telah
meninggal, rasa marah kepada Tuhan yang telah memanggil anak mereka, juga partisipan. Pada V dan Y timbul pikiran yang jauh kemana-mana (wandering
mind), balikan Y seakan-akan melihat dan mendengar suara anaknya. Sedangkan
pada M timbul penyakit fisik yaitu lever yang sudah lama dideritanya dan tekanan
darah yang menurun. Pada tahap disorganizalion and despair, ketiga partisipan
menghadapi perasaan longing, rasa sakit karena rindu kepada anak mereka yang
telah meninggal. Namun reaksi yang terjadi dalam menghadapi perasaan itu
berbeda-beda. Di tahap reorganization, ketiga partisipan mulai kembali
bersosialisasi dengan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dukacita ibu, pertama adalah penyebab kematian anak, kedua adalah nilai anak
bagi ibu, faktor terakhir adalah dukungan sosial. Keseluruhan faktor ini saling
berkaitan mempengaruhi proses dukacita yang teijadi pada ibu.
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan wawancara juga
dengan orang-orang terdekat {significant others) seperti orang-orang yang tinggal
bersama dengan partisipan yaitu suami dan anak-anak, serta orang-orang dari
lingkungan sekitar/tetangga untuk mendapat gambaran proses dukacita yang
terjadi dan dukungan sosial pada ibu yang mengalami kematian anaknya dapat
menyeluruh, lengkap dan jelas; menggunakan teori yang merupakan hasil-hasil
penelitian para ahli yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian
metaanalisis;cakupan penelitian yang lebih sempit dengan memfokuskan pada
faktor dan dampak tertentu akan membuat pengumpulan dan analisis data dapat
lebih mendalam. Penelitian secara khusus yang dapat diteliti pada penelitian
selanjutnya adalah konsekuensi/dampak grief pada seorang ibu ataupun ayali yang
kehilangan anaknya. Kehilangan di sini dapat dikarenakan kematian, penculikan,
atau menyerahkan ke panti asuhan."
2004
S3347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Purwo Aniarti
"Kanker ovarium pada wanita dewasa muda usia 25-39 tahun merupakan penyebab paling umum terkait kematian akibat kanker ginekologi pada wanita di seluruh dunia. Sebagian besar pasien terdiagnosis kanker ovarium pada stadium lanjut dengan prognosis yang buruk. Kanker dan pengobatan dapat berpengaruh pada biopsikososial dan spiritual bagi penderitanya. Proses asuhan keperawatan pada lima kasus wanita dewasa muda dengan kanker ovarium telah diterapkan menggunakan integrasi teori Konservasi Levine dan teori Chronic Sorrow. Wanita dewasa muda dengan kanker ovarium tidak hanya terbatas pada masalah fisik tetapi juga berfokus pada masalah psikologis. Teori Konservasi Levine menekankan pada proses interaksi dalam kemampuan beradaptasi dan mempertahankan keutuhan sementara teori Chronic Sorrow Eakes menekankan pada manajemen koping secara internal dan eksternal. Proses asuhan keperawatan digunakan untuk mengetahui kebutuhan pasien terkait kesedihan kronis sebagai respon berduka dengan penerapan strategi koping yang efektif pada wanita dewasa muda dengan kanker ovarium. Pelaksanaan praktik ners spesialis keperawatan maternitas dalam pengelolaan lima kasus wanita dewasa muda dengan kanker ovarium sebagai laporan studi kasus dengan menggunakan pendekatan teori Konservasi Levine dan teori Chronic Sorrow. 
......Ovarian cancer in young adults women 25-39 year old is the generally most common cause of gynecology cancer mortality in women around the word. Most patients are diagnosed with ovarian cancer at an advanced stage with poor prognosis. Cancer and its medication have a biopsychosocial and spiritual impact on the sufferer. The nursing care process in five cases of young adults women with ovarian cancer has been applied using the integration of Levine's Conservation and Chronic Sorrow Eakes theory. Young adults women with ovarian cancer are not only focus on physical problems but also psychological problems. Levine's Conservation Theory emphasizes the interaction process in the ability to adapt and maintain wholeness while the Chronic Sorrow theory emphasizes the management of coping internally and externally. The nursing care process is used to determine the patient's needs especially in chronic grief as a grieving response by implementing effective coping strategies in young adults women with ovarian cancer. The practice of maternity nursing specialist nurses in the management of five cases of young adults women with ovarian cancer as a case study report using Levine's Conservation theory approach and Chronic Sorrow theory. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ristriyani
"ABSTRAK
Perempuan akan berduka karena terinfeksi HIV namun belum diketahui bagaimana gambaran respon berduka dan hal yang dapat memengaruhi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran respon berduka dan faktor (karakteristik, kondisi biopsikososial-
spiritual dan stigma) yang dapat memengaruhi berduka pada perempuan HIV positif.
Rancangan penelitian ini dilaksanakan dengan potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 235 responden. Hasil penelitian didapatkan gambaran berduka dengan nilai tengah denial yaitu 2,25 (SD
0,75) pada rentang 2,18-2,38 , resistance yaitu 1,67 (SD 0,89) dengan rentang 1,84-2,07,
sorrow yaitu 2,67 (SD 0,93) dengan rentang 2,26-2,52, dan acceptance yaitu 3 (SD 0,72) dengan rentang 2,79-2,98 pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menemukan keterbukaan status memengaruhi denial (p < 0,05), resistance (p < 0,05), dan acceptance
pada perempuan HIV positif (p < 0,05). Rekomendasi dari penelitian ini adalah respon
berduka dapat menjadi bahan pertimbangan konseling kepada penderita HIV AIDS

ABSTRACT
Women will be grief because are infected by HIV, but there has not been studied about the
description of the grieving response and factors that can influence it. Therefore, this study aims to describe the response of grieving and factors (characteristics, biopsychosocial-
spiritual condition and the stigma) that could affect the process. The study design was cross sectional with sampling methods is consecutive sampling. Number of samples are 235 respondents. The result showed a description of grieving response with the median score for each response is denial 2.25 (SD 0.75) in the range of 2.18 to 2.38, resistance 1.67 (SD 0.89) with a range of 1.84 to 2.07, sorrow 2.67 (SD 0.93) with a range of 2.26 to 2.52, and acceptance 3 (SD 0.72) with a range of 2.79 to 2.98 at the 95% confidence level. The study found that disclosure significantly affects denial (p <0.05), resistance (p <0.05), and
acceptance of HIV-positive women (p <0.05). Recommendations from this study is the grieving response could be considered for counseling for people living with HIV AIDS"
2016
T45950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dany Christopher
"Grief (respon emosional karena kehilangan seseorang yang dikasihi) merupakan salah satu pengalaman traumatis yang hampir dialami oleh seluruh manusia. Sebagai suatu pengalaman negatif, efek grief biasanya dianggap negatif pula. Namun dalam beberapa penelitian ada indikasi bahwa setelah melewati jangka waktu tertentu seseorang yang mengalami grief bisa, mengalami suatu efek positif atau pertumbuhan tertentu. Dalam penelitiannya mengenai janda. Schultz (Lemme, 1995) menyatakan bahwa ternyata para janda bisa mengalami suatu. Penelitian Scultz didukung oleh Atwater (1983). McMillen, et al.(1998) dan Greenblat (dalam Feldman, 1989). Tidak semua jenis pertumbuhan muncul karena grief Batasan pertumbuhan dalam penelitian ini adalah dalam hal personal growth. yaitu ; change or development in a desireable direction (Atwater, 1983:7).
Dalam tulisan ilmiah ini, dilakukan penelitian tentang pertumbuhan (personal growth) pada mahasiswa laki-laki yang mengalami grief karena ayahnya meninggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana pertumbuhan yang terjadi pada mahasiswa laki-laki yang mengalami grief karena ayahnya meninggal. Ada empat hal yang akan diteliti : (a) proses grief yang dialami; (b) proses pertumbuhan yang dialami; (c) faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan; dan (d) jenis pertumbuhan yang dialami Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus kolektif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) dan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian serta significant other dari subyek tersebut.
Dari hasil analisa, seluruh subyek ternyata telah lama tidak tinggal bersama dengan ayah mereka karena berasal dari daerah. Kondisi ini berpengaruh terhadap beberapa hal. Dalam proses grief muncul reaksi kaget, diam, sedih (menangis), teringat pada ayah, serta munculnya 2 kali periode sedih. Proses grief yang mereka alami juga relatif singkat (2-4 minggu). Ada beberapa faktor yang tampaknya mempengaruhi pertumbuhan yang dialami seperti: urutan kelahiran, tipe kepribadian, kondisi keluarga (ibu) yang ditinggalkan serta kualitas hubungan subyek dengan ayahnya, faktor konteks sosial budaya, dukungan sosial serta jender.
Dari hasil ini peneliti menyimpulkan 4 hal. (a) proses grief yang dialami: reaksi seperti kaget, terdiam, sedih (menangis), teringat masa lalu, dua kali masa sedih, kemudian secara emosional dan frekuensi pemikiran mulai menurun dan akhirnya bisa menerima kenyataan yang ada serta hidup normal kembali, (b) proses pertumbuhan yang dialami: adanya penerimaan dan pengakuan bahwa ayah sudah meninggal (bisa disertai kondisi ibu yang sendirian), munculnya pola pikir baru yaitu bahwa hidup itu singkat dan berharga, muncul dampak (tindakan) nyata dari cara berpikir yang baru itu dalam kehidupan, setelah itu pertumbuhan mulai nampak (c) Faktor yang terutama mempengaruhi pertumbuhan karena grief adalah adanya dorongan yang kuat untuk memotivasi diri agar berhasil mencapai tujuan; (d) jenis pertumbuhan yang terjadi ada dua yaitu dalam hal pemikiran (hidup itu singkat dan berharga) serta munculnya empati dan perhatian yang lebih kepada orang lain. Muncul pula rasa tanggung jawab terhadap keluarga dan motivasi untuk berhasil dan sukses. Dari hasil penelitian ini, peneliti menganggap perlu untuk dilakukan penelitian lanjutan lagi tentang fenomena pertumbuhan karena grief agar diperoleh pemahaman yang lebih baik dan menyeluruh. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Temes, Roberta
"There is no more stressful and traumatic experience than coping with the death of a loved one. There are various stages of grief and loss, which often take months or even years for many people to overcome. But with the right guidance, readers can learn to lessen the pain and live happy lives. "Solace" provides soothing comfort and hope for those who are suffering. As an award-winning bereavement expert, Roberta Temes believe all of us experience and process grief in our own way. Here she helps readers through the stages of grief, tells them when they should worry, helps them consider the pros and cons of bereavement groups and counselors, and shows them how to use visualization to help the healing process. Featuring anecdotes drawn from her bereavement practice so readers may learn from the experiences of others who have also gone through and struggled with loss, "Solace" is also filled with comforting affirmations, quotations and words of encouragement. Dealing with loss is never easy, but this book provides a calming companion to help readers through their mourning and begin enjoying life again."
New York: American Management Association, 2009
e20440675
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ikarie Monitha Arthos
"ABSTRAK
Kematian berarti berakhirnya daur kehidupan seseorang dan merupakan
bagian dari eksistensi manusia yang perlu dikenali sebagai komponen yang alami
dalam daur kehidupan, yang pada akhirnya dapat memberi arti pada keberadaanya
sebagai manusia. Kematian menetapkan batasan dalam kehidupan dan
mengingatkan manusia untuk memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan sebaikbaiknya.
Tetapi, bagi orang lain pada siapa kematian tersebut membawa
pengaruh, hal ini tetap merupakan faktor yang harus diintegrasikan ke dalam daur
kehidupan yang sedang berlangsung (Peterson, 1984). Sebab, bagi orang yang
ditinggalkan, kematian tersebut dapat menimbulkan kesedihan yang dapat
dianggap sebagai saat krisis dan berpengaruh besar terhadap perkembangan
kehidupannya.
Ada 2 kehilangan yang dapat dikatakan paling mengganggu dan mungkin
menjadi tekanan, yaitu kehilangan anak dan kehilangan pasangan. Dalam daur
kehidupan manusia, terdapat suatu periode di mana masalah kehilangan pasangan
merupakan salah satu penyesuaian yang harus dilalui dalam tahap
perkembangannya, yaitu tahap dewasa akhir (late adulthood). Bagi pasangan
lanjut usia, lamanya hidup bersama telah membuat mereka mengembangkan suatu
hubungan yang nyaman melalui kegiatan rutin sehari-hari dan membuka
kesempatan untuk memperdalam hubungan serta lebih menerima dan memahami
pasangan. Oleh sebab itu, pasangan diasumsikan mengalami penderitaan paling
besar dalam perpisahan karena kematian.
Kematian seseorang dapat menimbulkan kehilangan (bereavement) dan
rasa sedih (grief) yang muncul sebagai reaksi normal terhadap kehilangan. Masa
kehilangan kemudian membawa dua tantangan, yaitu menyelesaikan kesedihan
akibat kehilangan orang yang dicintai dan membangun kehidupan baru sebagai
individu (Brubaker, 1985 dalam Lemme, 1995). Ada tiga hal yang dapat
dijelaskan sehubungan dengan pengalaman kehilangan, yaitu proses yang dilalui,
faktor-faktor yang mempengaruhi dan konsekuensi yang timbul sebagai akibat
kehilangan tersebut. Pengetahuan akan hal ini akan dapat digunakan sebagai dasar
pemberian bantuan bila terjadi kesulitan saat menjalaninya. Dengan
memperhatikan kekhususan pada tingkat perkembangan dewasa akhir dan perbedaan dalam respon terhadap rasa kehilangan pada pria dan wanita, dalam
penelitian ini ingin diperoleh gambaran proses kehilangan dan kesedihan wanita
lanjut usia yang kehilangan pasangan, dengan mengacu pada aspek proses yang
dilalui, faktor-faktor yang mempengaruhi dan konsekuensi yang dirimbulkan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan
menggunakan teknik wawancara dan observasi untuk mengumpulkan data.
Subyek penelitian terdiri dari 5 orang wanita lanjut usia yang telah menjanda
selama IV2 sampai 2 tahun 4 bulan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
melakukan wawancara terhadap kelima subyek, yang dipandu dengan pedoman
wawancara berstruktur. Setelah data selesai dikumpulkan, dilakukan analisa
secara kualitatif untuk mendapatkan gambaran proses kehilangan dan kesedihan
pada wanita lanjut usia akibat kematian pasangan. Proses analisa data yang
digunakan berasal dari definisi analisa data yang dikemukakan oleh Miles &
Huberman (1994).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa gambaran proses berduka yang
dialami oleh subyek mempunyai perbedaan-perbedaan bila dibandingkan dengan
apa yang dikemukakan oleh teori mengenai proses berduka dari Phyllis Silverman
dan Parkes. Pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses berduka dan
konsekuensi setelah kehilangan pasangan terlihat adanya keunikan pada tingkat
perkembangan dewasa akhir ini, dengan faktor usia dan lamanya menikah sebagai
dasar perbedaannya.
Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan subyek dan karakteristik dari tingkat
perkembangan dewasa akhir kemudian digunakan untuk menjelaskan kenapa
perbedaan dengan teori itu terjadi. Faktor agama yang muncul dalam menjalani
kehilangan juga menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan. Saran terhadap
penelitian meliputi penggunaan metode longitudinal untuk penelitian selanjutnya
dan menambah penggunaan wawancara terhadap orang yang mengetahui
bagaimana subyek menjalani kehilangannya. Selanjutnya penelitian mengenai
fenomena yang sama pada tingkat perkembangan yang berbeda dan mengetahui
pengaruh faktor-faktor lain terhadap pengalaman berduka seseorang akan
menambah pengetahuan mengenai fenomena kehilangan dan kesedihan akibat
kematian. Pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki diharapkan dapat dijadikan
dasar pemberian bantuan bagi orang-orang yang mengalami kesulitan dalam
melalui proses tersebut."
1999
S2613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>