Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Nabilla Syahdinda Putri
"
ABSTRACTPenelitian ini menganalisis apakah penggunaan sertifikasi halal untuk produk pangan impor sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UUJPH) dapat dijadikan sebagai alasan public moral dalam Pasal XX a GATT dan menganalisis mengapa ketentuan kewajiban sertifikasi halal yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Produk Halal dianggap melanggar ketentuan Agreement on Technical Barriers to Trade Perjanjian TBT . Hasil penelitian dengan metode yuridis normatis menyimpulkan bahwa kewajiban sertifikasi halal untuk produk pangan impor sebagaimana diatur dalam UUJPH dapat dijadikan sebagai alasan public moral sesuai Pasal XX a GATT apabila diikuti dengan 2 dua syarat yaitu syarat provisional justification yang terdiri dari pemenuhan public moral dan necessity test dan memenuhi syarat chapeau Pasal XX GATT dan kewajiban sertifikasi halal Indonesia yang diatur oleh UUJPH dianggap melanggar ketentuan Perjanjian TBT karena sifatnya yang mandatory mengakibatkan adanya dampak yang jauh lebih merugikan terhadap produk impor pada pasar produk pangan halal. Hal ini berbeda dengan kebijakan sertifikasi halal Malaysia yang sifatnya merupakan sukarela. Kebijakan sertifikasi halal secara voluntary dapat menjadi anternatif yang lebih tidak menciptakan hambatan perdagangan namun dapat tetap memberikan kontribusi dalam memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk halal tanpa mengurangi pentingnya sertifikasi halal.
ABSTRACTThis study analyzes whether the public moral exception in Article XX a GATT is applicable to the use of halal certification for imported food products under Indonesias Halal Product Assurance Law and whether Halal Product Assurance Law is consistent with the Agreement on Technical Barrier to Trade. A comparison between Indonesias and Malaysis Halal Product Assurance Law will be provided for a more comprehensive views. This study concludes that halal certification can be considered as a public moral according to Article XX a GATT if it pass 2 two requirements which are the provisional justification consisting of compliance with public moral and necessity test and the cheapeu of Article XX GATT test. Halal Product Assurance Law is considered inconsistent with the Agreement on Technical Barrier to Trade due to its mandatory nature. This is in contrast with Malaysias halal certification policy which is voluntary. Voluntary halal certification can be considered as an alternative because with a voluntary nature it is less restrictive without diminishing the importance of halal certification itself. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sheryl Laviandra
"Produk kosmetik halal merupakan salah satu produk yang diminati oleh konsumen di Indonesia yang mayoritas populasinya adalah muslim, ditandai dengan pesatnya perkembangan industri kosmetik halal di Indonesia. Pada saat yang bersamaan, teknologi yang berkembang pesat juga mendorong pertumbuhan pasar e-commerce, khususnya bagi generasi muda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiositas terhadap intensi konsumen untuk membeli kosmetik halal secara daring. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini diikuti oleh 58 partisipan perempuan Indonesia dewasa muda (18-25 tahun) yang beragama Islam. Data dianalisis menggunakan regresi linear sederhana, dan hasilnya menunjukkan bahwa religiositas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi pembelian daring. Temuan ini mengimplikasikan bahwa tingkat religiositas individu bukan merupakan prediktor yang kuat terhadap intensi mereka dalam membeli produk kosmetik halal secara daring melalui e-commerce.
Halal cosmetic products are one of the products that are highly demanded by consumers in Indonesia in which the Muslim populace constitutes as a majority, marked by the rapid growth of the Indonesian halal cosmetics industry. Simultaneously, the rapid development of technology also encourages the growth of the e-commerce market, especially for the younger generation. This study aimed to examine the influence of religiosity on consumers’ online purchase intention regarding halal cosmetics. Using a quantitative correlational design, data were collected from 58 emerging adult Indonesian Muslim female participants aged 18 to 25 years old. The data were analyzed using simple linear regression, and the results indicated that religiosity did not have a significant effect on online purchase intention. This finding suggests that an individual’s level of religiosity may not be a reliable predictor of their intention to buy halal cosmetics online via e-commerce."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library