Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 471 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Alvi Hasyemi Khuzaima
Abstrak :
Sistem labuh dan tambat merupakan bagian perlengkapan kapal pengangkut batu bara yang sangat penting untuk kebutuhan operasional pada saat kapal berlabuh di daerah perairan ataupun saat sandar di dermaga. Perlengkapan sistem labuh dan tambat pada kapal pengangkut batu bara harus selalu dalam kondisi yang baik untuk menunjang operasional kapal di laut atau di dermaga. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan perlengkapan sistem labuh dan tambat di kapal tersebut. Sistem pemeliharaan yang dilakukan secara berkala dan terencana dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal dan mencegah terjadinya masalah yang dapat merugikan kapal, sehingga dapat mencegah penurunan produktivitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itulah dibuat Plan Maintenance System pada peralatan di kapal. Dalam hal ini komponen-komponen peralatan sistem labuh dan tambat pada kapal pengangkut batu bara MV. Sartika Baruna yang akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem pemeliharaan tersebut.
Anchor and mooring system are the part of coal carrier ship?s equipment that is vital for operational needs when ship is anchored in the areas of waters or when berth at the harbor. Anchor and mooring equipment in the coal carrier ship should be always in good condition to support the operation of ship at the sea or at the harbor. Therefore, it is necessary to have a system that regulates the maintenance of anchor and mooring in the ship. A maintenance system which is done in a regular period and well-planned can extend life-time of a ship and avoid the problems that can inhibit the ship, so decrease in productivity of the ship can be prevented. Things related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). Base on the statement above, Plan Maintenance System (PMS) is made for the equipments on ship. In this case, the components in the Anchor and Mooring System on coal carrier ship MV. Sartika Baruna will be the object of research for the production of the maintenance system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haswin Atmadi Hardjoprakoso Mangkoesoebroto
Abstrak :
[Zaman kini banyak merek alat berat yang ditawarkan di Indonesia. Agar tetap bisa bersaing, para distributor harus memberikan kualitas produk terbaik dengan cara yang paling efisien biaya. Telah ditemukan bahwa pada excavator berkapasitas 20 ton, bagian yang paling sering mengalami kegagalan adalah bucket cylinder. Kegagalan menyebabkan berkurangnya efisiensi atau bahkan down time, yang akan mengakibatkan peningkatan biaya. Menyempurnakan program perawatan untuk bucket cylinder adalah salah satu cara untuk mengurangi biaya, sehingga tetap bisa bersaing. Dalam kasus ini, metode PMO2000 bisa digunakan untuk membuat program perawatan yang baru untuk bucket cylinder. Pertama, program perawatan saat ini beserta data kegagalan harus disusun terlebih dahulu. Lalu metode RCA digunakan untuk mencari sumber penyebab, yang nantinya akan digunakan untuk menentukan kegagalan apa saja yang belum ada di program perawatan saat ini. Analisa resiko lalu digunakan untuk menentukan prioritas kegagalan tersebut. Pada akhirnya, PMO2000 bisa menghasilkan program perawatan yang baru dimana semua masalah ditanggulangi, dan juga memberikan tugas perawatan untuk kemungkinan kegagalan dengan resiko tinggi., Nowadays many heavy machineries brand in Indonesia are offered. In order to keep being competitive, distributor has to give the best possible quality of a product in a most cost efficient way. It is found that in a 20 ton capacity excavator, Bucket Cylinder is one of the parts that suffer frequently from failure. Failure causes loss of efficiency or even downtime, which increases overall cost. Improving the maintenance program of the bucket cylinder is one way to reduced overall cost, thus keeping in the competition. In this case, the PMO2000 can be used to design a new maintenance program for the Bucket Cylinder. To do this, first the current maintenance plan and the failure data has to be compiled. RCA is then used to look for the Root Cause, which in turn will be used in determining what failures are missing from the current maintenance plan. Risk analysis is then used to determine the priority of those failures. In the end, PMO2000 can give a new maintenance program that addresses all current problems, while also giving maintenance task to possible failures with high risk.]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Foulks, William G.
New York : John Wiley & Sons, 1997,
690.24 His
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Winandi
Abstrak :
ABSTRAK
Pemeliharaan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menjaga keandalan, ketersediaan dan sifat mampu rawat peralatan atau mesin. Program pemeliharaan yang efektif dan efisien akan mendukung peningkatan produktifitas sistem produksi. Namun seringkali program pemeliharaan mengabaikan kebutuhan aktual dari peralatan atau mesin. Untuk mendapatkan program pemeliharaan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan mesin diperlukan studi kebutuhan pemeliharaan berdasarkan kehandalan, Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah suatu analisis sistematik berdasarkan resiko (risk) untuk menciptakan metode pemeliharaan yang akurat, fokus dan optimal dengan tujuan mencapai keandalan optimal dari aset. Studi RCM telah dilakukan pada mesin-mesin rotari, khususnya pompa, di industri pengolah minyak dan gas. Studi dilakukan dengan mengikuti tujuh langkah RCM, termasuk didalamnya adalah penentuan lingkup studi, Failure Mode and Effect Analysis, Logic Tree Analysis dan penetapan strategi pemeliharaan. Analisis resiko berdasarkan pada matrik resiko yang disusun melalui konsensus semua pemangku kepentingan. Matrik resiko meliputi bidang-bidang kejadian (occurrence), deteksi (detection), serta tingkat resiko (severity) pada aspek ekonomi (economy) kesehatan dan keselamatan (health & safety), lingkungan (environment.) Selanjutnya berdasarkan matrik resiko ini dihitung Risk Priority Number (RPN). Berdasarkan nilai RPN dan Logic Tree Analysis, disusunlah strategi pemeliharaan untuk setiap jenis failure mode. Seluruh proses studi RCM dibantu dengan menggunakan database Microsoft Access? yang dibuat khusus untuk keperluan ini. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai Risk Priority Number (RPN) untuk semua peralatan berkisar antara 72 s/d 900. Studi RCM juga telah berhasil menetapkan strategi pemeliharaan yang sesuai untuk setiap failure mode yang selanjutnya dijadikan dasar penyusunan program pemeliharaan yang baru.
ABSTRACT
Maintenance is a process done to sustain reliability, availability and maintainability of assets. Improvement in productivity of a production system is supported by an effective and efficient maintenance program. Oftentimes, the current maintenance program overlooks the actual needs of the equipment or machinery. A study based on reliability needs of the equipment or machinery is needed to create an effective, efficient and fit maintenance program. Reliability Centered Maintenance is a risk based analysis to create a maintenance program that is accurate, focused, and optimized to achieve the optimal reliability of the asset. The RCM study has been conducted on rotating equipment, particularly pumps, used in the oil and gas refinery industry. The study conducted follows the 7 step RCM method, which included in the steps are the selection of the scope, the Failure Mode and Effect Analysis, the Logic Tree Analysis and maintenance strategy selection. The Risk analysis conducted is based on a Risk matrix which was created under a consensus of all stakeholders. The parameters in the Risk matrix are occurrence, detection, and severity for the economy, health & safety and environment. Using the Risk matrix the Risk Priority Number (RPN) is obtained. Using the RPN and Logic Tree Analysis the appropriate maintenance strategy is selected. A Microsoft Access? database also was developed and used to aid the study. The results show that the RPN for the equipment range from 72 upto 900. The RCM study also has succeeded in determining the maintenance strategies appropriate for each failure mode; which will be used as a starting point to develop the new maintenance program.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42242
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmoro Budiawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Widianty R.W.
Abstrak :
Dalam era global dimana dunia bisnis makin kompetitif, maka selain akan bersaing dalam hal kualitas produk dan pelayanan, untuk tetap eksis dan memenangkan persaingan, setiap peiaku bisnis dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi dengan mereduksi berbagai pemborosan yang terjadi. Parameter yang biasa digunakan untuk mengukur aspek efisiensi dengan tetap memperhatikan aspek efektivitas pencapaian tujuan adalah produktivitas. Untuk meningkatkan produktivitas, banyak alternatif strategi dan pendekatan perbaikan yang dapat dikembangkan. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang mencoba memperbaiki produktivitas dan performansi lingkungan fisiknya dengan merencanakan perubahan tata letak. Perusahaan ini, merupakan salah satu perusahaan swasta Nasional, yang memproduksi Produk metal sheet dan peralatan listrik seperti Motor Control Center, Indoor & outdoor Lingting Fixtures, dan lain lain, secara job order. Karena perubahan tata letak akan menimbulkan berbagai konsekwensi maka permasalahan pokok yang masih dipertimbangkan oleh pihak manajemen adalah, apakah terdapat alasan yang cukup untuk melakukan perubahan, seberapa jauh urgensi/prioritas masing - masing elemen masalah fasilitas tersebut untuk dirubah, biaya apa saja yang harus dikeluarkan, serta bagaimana pengaruh usulan perubahan tata letak tersebut terhadap produktivitas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tesis ini diketahui bahwa terdapat dua alasan pokok yang mendasari munculnya pemikiran untuk mengevaluasi kembali tata letak fasilitas produksi yang ada saat ini yaitu alasan yang berkaitan dengan rencana perubahan disain box panel dengan model knock down, perubahan sistem produksi produk metal sheet menjadi mass productions, rencana perbaikan lingkungan pabrik dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) serta alasan permasalahan tata letak yang terjadi saat ini yang berkaitan dengan loss manhour produksi dan pemborosan waktu material handling karena jarak fasilitas proses yang berkaitan terlalu jauh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat alasan yang cukup untuk melakukan perubahan tata letak (re-layout). Dimana hasil penilaian terhadap sumber masalah dengan metode paired comparisons menunjukkan bahwa lokasi proses Treatment & Painting, serta proses perakitan & testing panel merupakan unit proses yang menjadi sumber masalah utama yang perlu diubah tata letaknya. Dari hasil evaluasi terhadap disain re-layout yang diajukan, dapat disimpulkan bahwa perubahan lokasi dan jarak antar fasilitas, diperkirakan berpotensi meningkatkan efisiensi dengan menurunkan material handling cost pada bagian manufacturing sebesar 26 %, assembling 22.1 %, dan Treatment & Painting sebesar 66.8 %, serta meningkatkan performansi fisik pabrik dan lingkungan kerja menjadi lebih baik, sehingga memberikan potensi pada kenaikan produktivitas produksi. Ditinjau dari alokasi space, disain re-layout yang diajukan ini mengakibatkan Space Utilization Eficiency (SUE) ratio menurun sebesar 28.28 %, Aisle Space Eficiency (ASE) ratio menurun sebesar 52.9 % dan Aisle Space Potensial (ASP) ratio juga rata-rata menurun sebesar 145 %. Akan tetapi penurunan efisiensi penggunaan space ini diimbangi dengan meningkatnya performansi dan kualitas lingkungan pabrik serta peluang yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksi.
In the globalization era when business is more competitive, a businessman is required to increase efficiency by reducing waste of money in order that the business it self to exist and wins the competition, besides, he also to compete in the product quality and service. The parameter used to measure the efficiency based on effectiveness aspect is productivity. To increase productivity, strategies and improvement need to be developed. PT. XYZ is one of the companies which try to improve productivity and performance of physical environment by re planning its layout. PT.XYZ is a National Private Limited Company with many activities in engineering and manufacturing that produces metal sheet product and electric equipment, such as Motor Control Center, Indoor and Outdoor Lingting Fixtures, etc, job-orderly. As the change of the layout may have consequences, the main problem considered by the management is if there are enough reasons to cause the changes - how urgent each element of facilities is changed, cost items should be spent, and the effect of re-layout proposal to the productivity. The result of the research done in the theses shows that there are two main reasons causes the re-evaluation of the layout of current product facility. The first reason is related to the changing of plan of panel box design with knock down model, the production system of metal sheet becomes mass production, and the development plan of the factory environment by building Installation of Managing Waste Water (IPAL) the second reasons is the lost of production man hour and the waste of time on material handling due to the long distance of the related facility process. So, it can be concluded that there are enough reasons to make the re-layout. The result of evaluation on the problem source using paired comparisons method shows that the process location of Treatment, Painting and the assembling process & Testing Panel are the main sources that should be re-layout. Result from the evaluation of on the design of re-layout proposed, it can be concluded that the changes of locations and the distances of all facilities are thought to be potential in increasing efficiency- decreasing material handling cost on manufacturing is 26%, assembling is 22,1%, Treatment & Painting is 66,5%, and making the performance of the factory and working atmosphere better, so that they will increase the development of the production productivity. Considered from the space allocation, the proposed re- layout design causes the Space Utilization Efficiency (ASE) ratio decreases 28,28 %, Aisle Space Efficiency (ASE) ratio decreases 52,9 % , and Aisle Space Potential (ASP) ratio also decreases 145 % in average. However, the decrease of efficiency in using the space must be balanced with the increasing performance and the quality of factory environment, as will as better opportunity to increase production capacity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T10128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Aryati Soenardi
Abstrak :
Saat ini pembangunan kesehatan gigi dan mulut telah berjalan dengan baik, meskipun belum mencapai hasil yang optimal. Dampak krisis moneter berpengaruh besar terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut dimana sebagian besar peralatan, bahan material dan obat-obatan adalah import sehingga harganyapun semakin mahal dan kemampuan masyarakat untuk membelipun berkurang. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui klinik gigi spesialistik swasta adalah pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat disamping pelayanan melalui rumah sakit dan puskesmas. Klink gigi spesialistik swasta diharapkan dapat memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif dan tepat sesuai dengan kasus yang dideritanya, dan juga dapat meningkatkan pemanfaatan tenaga dokter gigi dan dokter gigi spesialis untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Analisis biaya pada bagian konservasi klinik spesialistik "x" belum pernah dilakukan sehingga penetapan tarif belum berdasarkan pada biaya satuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui total biaya, biaya satuan aktual dan normatif, crr, wtp dan tarif pesaing. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan metode analisis biaya yang digunakan adalah metode activity based costing (abc) untuk menghitung biaya satuan. Data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa biaya satuan aktual untuk golongan restorasi plastis adalah rp.191.330 ; untuk golongan perawatan endo rp.227.553; untuk golongan restorasi non plastis rp. 379.960 ; konsultasi rp.66.677; polishing Rp 44.807. Secara umum cost recovery rate (crr) pada bagian konservasi ini berada di bawah 100% kecuali untuk golongan restorasi non plastis yang mempunyai crr di atas 100%. Bila dibandingkan dengan tarif pesaing, terlihat bahwa tarif yang berlaku saat ini di bagian konservasi klinik gigi spesialistik "x'' ini cukup rendah, sehingga klinik ini masih mempunyai kesempatan untuk menaikkan tariff pelayanan. Perhitungan crr dengan melihat tarif saat ini, utilisasi, tarif pesaing, tarif simulasi dan kemauan membayar (wtp) pengunjung, terlihat bahwa pada golongan restorasi plastis untuk mencapai crr > 100% yaitu pada saat tarif dinaikkan menjadi Rp 200.000,00 dari tariff saat ini yaitu Rp.150.000,00, untuk perawatan endo crr >100% pada saat tarif dinaikkan menjadi Rp. 230.000,00 Dari hasil penelitian tersebut disarankan bagi klinik untuk mempertimbangkan investasi alat baru agar dapat mempertahankan kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi perhitungan tarif disamping itu perlu pertimbangan untuk menetapkan tarif baru sesuai dengan biaya satuan yang ada dan peningkatan crr untuk setiap jenis pelayanan yang ada di bagian konservasi. Daftar Kepustakaan : 23 (1997 - 2002).
Price Setting For Dental Conservation Services In Dental Specialist Clinic"X", Year 2002 Dental care services has been growing significantly, although has not reached it?s optimum result. The economic crisis has greatly affected the provision of dental care where most of the equipments, raw materials and drugs required for the provision of the service are imported hence affecting the cost of services whilst the purchasing power of the public tend to decrease. The provision of dental care by private dental specialist clinics are available for the public as alternative services. It is expected that private dental specialist clinic could provide services for the public more effective and appropriate treatment and on the other hand give more opportunities for the dentists and dental specialist to provide better services. The cost analysis of the service and price setting for the dental conservation service in dental specialist clinic "x" has never been conducted before, no unit cost estimation ever been done. This research was conducted to estimate the total cost, the actual an normative unit cost, cost recovery rate, willingness to pay as well as price of the competitors services. This research is a descriptive research and the method of cost analysis used is the activity based costing (abc). The study employed both primary and secondary data. The result of the research shows that the actual unit cost for plastic restoration service is Rp 191,330 ; endodontic treatment service is Rp 227,543 ; non plastic restoration service is Rp 379,960 ; consultation Rp 66,677 ; polishing Rp 44,807. In general, the cost recovery rate (crr) of the dental conservation service is less than i00% except for non plastic restoration service where the crr is higher than 100%. If we compare with the price of competitor's service, it is obvious that the current price of the dental restoration service in dental specialist clinic "x"is relatively lower and need to be adjusted. In based on the crr calculation, current utilization, price of competitor's service, simulation on price and the patient's willingnes to pay (wtp), it is apparent that for the dental plastic restoration service to achieve a sufficient crr the price need to increase to Rp 200,000. From the current price of Rp 150,000. For endodontic services, to achieve crr greater than 100% the price need to be increased to Rp 230,000. The study suggested to consider a new adjusted price based on actual will cost. References : 23 (1997 - 2002).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Muska K.
Abstrak :
ABSTRAK Dewasa ini perangkat lunak telah menjadi bagian yang penting dari kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat industri. Mereka menggunakan perangkat lunak hampir di seluruh bagian operasionalnya. Proyek-proyek pengembangan perangkat lunak tumbuh dengan pesat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan perangkat lunak yang berkualitas tinggi. Sayangnya, fakta-fakta yang didapat pada dunia nyata menunjukkan bahwa sebagian besar proyek pengembangan seringkali tidak tepat jadwal, memakan waktu jauh lebih lama dari yang diperkirakan dengan biaya yang tentunya menjadi lebih besar dan menghasilkan produk dengan kualitas yang kurang memuaskan. Tantangan terbesar proyek pengembangan perangkat lunak saat ini adalah bagaimana membuat perangkat lunak yang berkualitas tinggi, yang dibangun tepat waktu, sesuai dengan target yang telah direncanakan. Para praktisi pengembang perangkat lunak adalah komponen utama dalam proyek pengembangan perangkat lunak. Kualitas perangkat lunak dimulai dari individu pengembang itu sendiri. Meskipun demikian, metode pengembangan perangkat lunak yang mereka praktekkan sekarang ini lebih mendekati seni dibandingkan disiplin sebuah rekayasa. Pendekatan ini terbukti beresiko tinggi dan membutuhkan biaya yang sangat mahal karena para pengembang tidak memiliki proses yang terdefinisi untuk menentukan progres yang telah mereka lakukan dan untuk memprediksi pekerjaan mereka. Personal Software Process (PSPSM) adalah metodologi yang diperkenalkan oleh Wyatt Humphrey dari Software Engineering Institute, Universitas Carnegie Mellon, untuk memenuhi kebutuhan akan proses pengembangan perangkat lunak secara individual yang terstruktur. Pendekatan ini didasarkan pada premis yang menyatakan bahwa peningkatan proses pengembangan perangkat lunak akan menyebabkan peningkatan kualitas perangkat lunak yang dihasilkannya. Tesis ini akan membahas bagaimana PSPSM dapat diimplementasikan pada individu perangkat lunak di Indonesia dengan disiplin proses rekayasa yang digunakan untuk mendefinisikan, mengukur, dan meningkatkan proses pengembangan yang mereka lakukan, yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi organisasi. Untuk mengetahui keadaan proses pengembangan perangkat lunak di Indonesia, dilakukan pengamatan dan pengumpulan data dari para individu pengembang perangkat lunak. Tesis ini akan menganalisa data-data yang berhasil didapat untuk kemudian dihubungkan dengan elemen-elemen pada PSPSM untuk mengetahui bagaimana PSPSM dapat diterapkan pada individu pengembang maupun organisasi, dan hal-hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan penerapan PSPSM di Indonesia. Bibliografi: 15 (1976-1997)
ABSTRACT Today, software has become an integral and important part of business industry in Indonesia. Software development projects are rapidly growing in numbers and inevitable complexity, needed to provide companies with high quality software. Unfortunately, real world facts show that most software development projects are hardly on schedule, thus requiring additional efforts and costs. The common challenges for today's software projects are those of being able to deliver defect-free software while maintaining tightly-planned target and resources. Software engineers are one of the key elements of software development projects. Software quality starts from individual engineer. However, their current works are more craft rather than an engineering discipline. This approach proved to be expensive and of high risks since engineers don't have a well-defined process to measure the progress and to predict their work. The Personal Software Process (PSP) is a new methodology developed by Wyatt Humphrey from Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University, to address the needs of structured individual software process. It is based on premise that the improved software process would produce high quality software. This thesis is a study of how PSP could be implemented on software engineers in Indonesia, providing them with an engineering discipline to define, measure, and improve their work which in turn would make the software development projects within organization perform with high efficiency, reduce defect to a minimum, and effectiveness, resulting in high quality software. To gain insight on the current software process in Indonesia, the study starts with observation and data sample gathering of the way individual engineers perform their work, working environments' characteristics, and the utilization of resources. The focus of the thesis is on the analysis and assessment process of the data gathered from the observation , with special reference to PSP methodological concept, by which the engineers could define, measure and improve their work. The main purpose of this thesis is to see to what extent that this methodology could contribute to the development of the existing process and to consider the possibility of the implementation within organization in Indonesia. Bibliografi: 15 (1976-1997)
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seman Widjojo
Abstrak :
Dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 5 Tahun 1974 dan PP No. 45 Tahun 1992 sangat diperlukan Organisasi Pemerintah Daerah yang efektif. Salah satu unsur terpenting organisasi Pemerintah Daerah yang efektif adalah karakteristik pegawai yang baik sebagai hasil dari upaya pendayagunaan pegawai berdasarkan prinsip-prinsip manajemen kepegawaian. Hal tersebut diatas diteliti pada Kabupaten Daerah Tingkat II Sidoarjo yang berdasarkan PP No. 8 Tahun 1995 ditetapkan sebagai salah satu Daerah Percontohan Otonomi; dengan rumusan permasalahan sebagai berikut : Pertama, bagaimana pendayagunaan pegawai dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan efektivitas organisasi pada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sidoarjo ? Kedua, bagaimana korelasi antara karakteristik pegawai dengan efektivitas organisasi Pemerintah Kab. Dati II Sidoarjo ? Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif - analisis. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan dukungan data kuantitatif sebagai alat bantu. Hubungan antara variabel babas karakteristik pegawai (X) dan Efektivitas organisasi (Y) diteliti melalui penghitungan koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor karakteristik pegawai 86,15%, sehingga secara umum dapat dikiasifikasikan baik; namun belum optimal dan masih memerlukan perbaikan melalui berbagai strategi pendayagunaan pegawai. Sementara itu, Efektivitas organisasi hanya memperoleh skor 85,20%. Mengingat Kabupaten Dati II Sidoarjo merupakan salah satu Daerah Percontohan Otonomi yang dituntut untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara cepat, tepat dan murah; akan sangat ideal jika karakteristik pegawai sangat baik dan organisasinya sangat efektif. Koefisien korelasi antara variabel X dengan Y didapat 0,947, yang berarti positif dan signifikan. Setiap kenaikan nilai X akan diikuti kenaikan nilai Y. Strategi pendayagunaan pegawai dapat dikembangkan terutama melalui perencanaan pegawai. Dalam hal seleksi dan penempatan yang berorientasi pada DSP perlu didesentralisasikan kepada Dati II. Sedangkan untuk meningkatkan kinerja, diperlukan Diktat pegawai yang sesuai dengan kebutuhan riil Daerah. Kompensasi yang adil perlu didesain khususnya untuk pengalokasian besarnya uang insentif, lembur, honor dan tunjangan di luar gaji pokok.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T12609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Jerry Silado
Abstrak :
Pertumbuhan industri jasa konstruksi yang sangat pesat setelah krisis ekonomi tahun 1997 memberikan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini memberikan dampak positif bagi persaingan usaha jasa konstruksi terutama konstruksi bangunan gedung bertingkat di Indonesia. Dimana setiap perusahaan konstruksi yang ingin mengerjakan suatu proyek harus melakukan perencanaan dan pengendalian yang cermat dalam hal metode konstruksi, penjadwalan, pemilihan subkontraktor, biaya material dan sebagainya sehingga semua risiko yang menimbulkan dampak negatif terhadap biaya, waktu dan mutu dapat diminimalkan. Dalam mengantisipasi segala risiko keterlambatan waktu yang sering terjadi pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dilakukan beberapa cara mengalokasikan risiko dimana salah satunya adalah mengalokasikan kepada subkontraktor spesialis. Akan tetapi masih sering terjadi keterlambatan waktu terutama dalam pelaksanaan pekerjaan finishing lantai dan dinding kulit luar bangunan. Hal ini disebabkan oleh kurang jelinya kontraktor utama dalam mengidentifikasi variabel risiko yang menjadi penyebab keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan tersebut. Mengingat hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengidentifikasikan sumber risiko serta tindakan koreksi yang harus dilakukan untuk mengeliminir risiko terutama pada pelaksanaan pekerjaan finishing lantai dan dinding kulit luar pada proyek bangunan gedung bertingkat di Jakarta.
Construction industry given significant growth for economic development after monitary crisis in 1997. This sector driven positively effort for the competitiveness in Indonesia construction industry especially in building construction. Every construction company needs to be have a good planning and monitoring for achieving project goals which is cost, time and quality. In order to achieving project goals, they need to control every risks that could be happen usually in construction method, scheduling, material costs, subcontractor performance, etc. In order to maintaining and anticipating the risks in project, they need to allocated the risks by making a contract with subcontractor specialist. Eventhough they give it to the specialist subcontractor, they still have delaying time during construction works. This could be happened because they don?t have good capability to identified the risks, that can make time overrun. This thesis want to tell us about, how to maintain subcontractors performance so they can improve their ability to help main contractor achieving project goals and also giving corrective action list for treating risk factor delaying time during construction works .
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T24379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>