Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprilya Roza Werdani
Abstrak :
Kekurangan gizi merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kekurangan gizi (wasting) pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Kekurangan gizi (wasting) diukur menggunakan indikator berat badan menurut panjang badan (BB/PB). Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri (berat badan dan panjang badan) dan wawancara kuesioner dengan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,0% anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang mengalami kekurangan gizi (wasting). Dari 153 anak usia 6-23 bulan, 44,4% mengalami infeksi saluran pernapasan akut dan/atau diare dalam 2 minggu terakhir, 47,7% tidak ASI eksklusif, 43,1% tidak mencapai minimum dietary diversity, 52,9% tidak mencapai minimum acceptable diet, 32,0% mengalami defisit asupan energi, dan 52,9% defisit asupan protein. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa penyakit infeksi (p-value =0,032) dan asupan energi (p-value =0,017) berhubungan signifikan dengan kekurangan gizi (wasting). Uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa asupan energi merupakan faktor dominan kekurangan gizi (wasting) pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang tahun 2019 (OR=5,616; 95% CI : 1,193-26,438).
Undernutrition is a form of malnutrition caused by inadequate food intake and infectious diseases. The present study was conducted to determine the dominant factor related to undernutrition (wasting) among children aged 6-23 months in Pagedangan, Tangerang District. Cross-sectional designs were used to conduct this study. Undernutrition (wasting) was measured using child weight-for-height (WHZ) indicator. The data were collected by anthropometric measurements (body weight and body length) and questionnaire interviews with respondents. This study showed that 17.0% of children aged 6-23 months in Pagedangan, Tangerang District were wasted. Of the 153 children aged 6-23 months, 44.4% had acute respiratory infections and/or diarrhea in the past 2 weeks, 47.7% did not exclusively breastfeed, 43.1% had un-met the minimum dietary diversity, 52.9% had un-met a minimum acceptable diet, 32.0% had a deficit of energy intake and 52.9% had a deficit of protein intake. Chi-square analysis revealed that infectious diseases (p-value=0.032) and energy intake (p-value=0.017) were significantly associated with undernutrition (wasting). Multiple logistic regression analysis revealed that energy intake was the dominant factor of undernutrition (wasting) among children aged 6-23 months in Pagedangan, Tangerang District in 2019 (OR=5,616; 95% CI:1,193-26,438).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Ira Pratiwi
Abstrak :
Kaitan maternal employment pada kesehatanan anak telah menjadi perdebatan empiris selama tiga dekade terakhir akibat pertentangan peran ibu sebagai penghasil pendapatan dan pengasuh anak. Di Indonesia, hasil deskriptif menduga partisipasi angkatan kerja perempuan berkaitan dengan malnutrisi balita yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan menambah literatur perdebatan dalam kaitan maternal employment dan malnutrisi anak menggunakan metode IV-2SLS dan data representatif nasional. Hasil penelitian ini tidak menolak dugaan deskriptif. Maternal employment berkaitan dengan malnutrisi yang lebih rendah bila diukur dengan wasting. Bila diukur dengan stunting, hasil tersebut hanya terlihat di wilayah yang sama. ......The relationship between maternal employment and child nutrition has been debated during the last three decades due to the conflicting roles of mothers as income earners and child caregivers. In Indonesia, the descriptive results suggest that female labor force participation is associated with lower under-five malnutrition. This study aims to add to the literature debate on the relationship using the IV-2SLS method and nationally representative data. The results show that maternal employment is related to lower malnutrition if measured with wasting. Measured with stunting, the same result is only observed among mothers who live in the same areas.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi
Abstrak :
Tesis ini menguraikan pengaruh riwayat stunted (pendek) pada anak usia dibawah tiga tahun terhadap prestasi akademiknya pada usia sekolah dasar. Penelitian ini merupakan survey longitudinal atau cohort fixed population dengan menggunakan data Studi Indonesian Family Life Survey/IFLS tahun 1993-2007. Hasil penelitian menemukan Anak yang mengalami stunted pada usia bawah tiga tahun akan memiliki resiko untuk mengalami prestasi akademik kurang sebesar 1.840 kali dibandingkan dengan anak yang tidak memilik riwayat stunted setelah dikontrol variabel perancu (frekuensi makan, pemberian ASI eksklusif dan pendidikan pra sekolah dasar). Disarankan agar mengembangkan kerjasama lintas sektoral yang berkelanjutan untuk pembangunan SDM sejak anak usia dini terkhusus anak bawah tiga tahun dan pra sekolah dasar.
The focus in this study is to identify the relationship of history stunted in children under three years to the cl1ild's academic achievement at primary school age. This research is a longitudinal survey or cohort Study fixed population by using data Indonesian Family Life Survey/IFLS year 1993-2007. The study results showed that experienced stunted children under three years of age will have an increased risk for having low academic achievement at 1.840 times compared with children not having a history of stunted after controlled confounding variables (frequency of meals, exclusive breastfeeding and pre-primary school education for the child). Researcher suggests to develop cross-sectoral cooperation for sustainable human development since early childhood, especially children under three years and pre-primary school age.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33211
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tanjung, Riswani
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah gizi kurang pada anak usia di bawah tiga tahun masih menjadi prioritas di beberapa daerah di Indonesia yang harus dicarikan solusinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi efektivitas model Peta Jaya dalam penanggulangan gizi kurang pada anak batita. Penelitian ini menggunakan metode operational research, dengan kegiatan tahap I: mengidentifikasi masalah, tahap II: pengembangan model dan tahap III: menguji efektivitas model. Penelitian tahap I menggunakan desain kasus kontrol dengan 166 sampel 83 kasus dan 83 kontrol yang dipilih secara proporsional dari setiap kelurahan serta diambil secara acak sederhana. Desain penelitian pada tahap III adalah quasi experiment dengan besar sampel 92 46 kelompok intervensi dan 46 kelompok kontrol . Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, food recall dan intervensi. Kegiatan yang dilakukan pada model Peta Jaya adalah pendidikan kesehatan terhadap keluarga anak batita, pemberdayaan keluarga yang sudah diberikan pendidikan kesehatan, kerjasama antara perawat puskesmas dan kader posyandu dalam pemantaauan dan evaluasi serta motivasi. Data tahap I dianalisis dengan Chi Square dan regresi logistik dan tahap III menggunakan uji t dan regresi linier ganda. Hasil yang ditemukan adalah ada hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan gizi kurang, model Peta Jaya efektif dalam mengatasi masalah gizi kurang. Disarankan kepada perawat puskesmas agar dapat menggunakan model Peta Jaya dalam mengatasi masalah gizi kurang.
ABSTRACT
The malnutrition problem of under three years old children in some regions in Indonesia is still big issue and need to solve immediately. The objective of this research is to identify the effectiveness of Peta Jaya model in handling the malnutrition problem of under three years old children. This research uses operational research method and run in three steps, step I problems identification, step II model development, and step III test the effectiveness of the model. The step I uses case control design with 166 samples 83 cases and 83 controls being taken randomly and selected proportionally from each villages. The step III uses quasi experiment with 92 samples 46 groups of intervention and 46 groups of control . Data is collected through questionaires, food recall and intervention. Some activities are carrying out for Peta Jaya model, they are health education for families with under three years old children, family empowerment for whom have been educated, collaboration between nurses and Posyandu worker for monitoring and evaluation, and motivation. Data in step I is analysed by using Chi Square and logistic regression while data in step III is analysed by using t test and double linear regression. The results show that there is a relationship among knowledge, attitude and behaviour with malnutrition, and Peta Jaya model is effective to solve the malnutrition problem. Nurses of public health center are suggested to implement Peta Jaya model to overcome the malnutrition problem in the area.
2017
D2309
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annida Falahaini
Abstrak :
ABSTRAK
Malnutrisi masih menjadi masalah global, termasuk pada pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian malnutrisi didapat di rumah sakit MDdRS pada pasien anak. Penelitian menggunakan desain cross sectional pada pasien anak usia 1 bulan hingga 18 tahun dan dirawat minimal 72 jam. MDdRS ditentukan berdasarkan penurunan berat badan sebesar > 2 pada hari rawat keempat. Karakteristik pasien anak yang menjadi faktor prediktor MDdRS yaitu usia, jenis penyakit, berat badan awal masuk rumah sakit, terapi nutrisi, lama rawat, dan kelas perawatan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi MDdRS sebesar 13,8. Tidak ada faktor yang berpengaruh secara statistik pada kejadian malnutrisi di rumah sakit. Namun kejadian MDdRS terjadi pada usia yang lebih muda, jenis penyakit infeksi, berat badan awal masuk yang lebih rendah, terapi nutrisi parenteral, lama rawat yang lebih tinggi, dan kelas perawatan yang lebih rendah. Perawat dan tenaga kesehatan dapat memantau kondisi pasien anak secara berkala dan mendokumentasikannya dengan baik.
ABSTRACT
Malnutrition is still a global problem, including in hospital setting. This study aimed to identify factors associated with hospital acquired malnutrition HaM in pediatric patients. This cross sectional study involved health record of pediatric patients during January December 2017. The inclusion criteria were patients aged 1 month 18 years and had been hospitalized for at least 72 hours. HaM determined based on weight loss 2 on the forth day of treatment. The contributing factors to HaM are age, type of disease, weight on admission, nutritional therapy, length of stay, and class of ward. Results showed that HaM prevalence was 13,8. There is no statistical correlation between HaM and all predictor factors. However, HaM evidently occurs in younger child, infectious patients, lower body weight on admission, parenteral nutrition therapy, higher length of stay, and lower class of ward. Nurses and care giver are able to monitor patients condition periodically and document them well.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinneke Primasari
Abstrak :
Salah satu tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Anak usia sekolah merupakan investasi terbesar suatu bangsa karena merupakan generasi penerus bangsa yang dapat membawa perubahan terhadap bangsanya. Kekurangan gizi pada anak usia sekolah adalah masalah kesehatan yang menyangkut masa depan dan kecerdasan serta berdampak buruk pada masa dewasa yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian ini seperti ketidakseimbangan zat gizi, keberadaan penyakit infeksi, kondisi sosial ekonomi dan lain sebagainya. Penilaian status gizi responden berdasarkan klasifikasi WHO-NCHS dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Gizi kurang terjadi karena rendahnya konsumsi makanan (energi) dibandingkan dengan kebutuhan dan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Dimana keadaan ini diperburuk oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung dan perilaku keluarga yang tidak membiasakan anak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada siswa sekolah dasar di 3 kecamatan di Kabupaten Kampar tahun 2007. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian crossectional. Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 149 siswa. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukjan sebanyak 16,1% responden berstatus gizi kurang, 2% berstatus gizi buruk, 81,2% berstatus gizi baik dan 0,7% lainnya berstatus gizi lebih. Proporsi responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan responden perempuan dan lebih banyak responden dengan umur ≥ 10 tahun dibandingkan responden berumur < 10 tahun. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan gizi baik yaitu sebesar 51,7% dan sebanyak 59,1% responden tidak ikut serta dalam program PMT-AS. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara umur, riwayat kesehatan, pengetahuan gizi, kebiasaan makan pagi, kebiasaan jajan, keikutsertaan PMT-AS, pendidikan dan pekerjaan orangtua serta konsumsi zat gizi dengan status gizi siswa. Sedangkan jenis kelamin mempunyai hubungan yang bermakna (p=0,03) dengan status gizi siswa, dimana POR=2,88 yang berarti bahwa anak laki-laki mempunyai peluang 2,88 kali untuk mengalami gizi kurang dibanding anak perempuan. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah dan pelaksana program pemberian makanan tambahan agar dapat memberikan makanan tambahan kepada siswa dengan status gizi kurang sehingga tujuan program dapat tercapai, yaitu perbaikan status gizi dan kesehatan siswa.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Rodry Mikhael
Abstrak :
Prevalensi status gizi kurang pada anak usia sekolah di Indonesia masih cukup tinggi. Status gizi anak usia sekolah salah satunya ditentukan oleh asupan nutrien, di mana konsumsi jajanan di sekolah memberikan asupan nutrien dalam jumlah yang cukup besar. Pengetahuan anak usia sekolah mengenai kebiasaan jajan dapat berimplikasi pada perilaku jajan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U, tingkat pengetahuan anak usia sekolah mengenai kebiasaan jajan serta hubungan keduanya. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data primer yang diambil dari anak sekolah usia 6-14 tahun di Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan, pada tanggal 18 Oktober 2009. Sampel diambil menggunakan metode total sampling. Data yang diambil berupa data umum, data antropometrik serta data pengetahuan mengenai kebiasaan jajan menggunakan kuesioner. Jumlah subyek penelitian adalah sebanyak 78 orang dengan rata-rata berusia 10,10 ± 1,43 tahun. Dari pengukuran antropometrik didapatkan rerata berat badan 26,18 ± 5,55 kg dan rerata tinggi badan 130,67 ± 8,32 cm. Persentasi subyek dengan status gizi kurang berdasarkan BB/U sebanyak 51,3%, berdasarkan TB/U sebanyak 32,1% dan berdasarkan IMT/U sebanyak 38,5%. Nilai tengah skor pengetahuan subyek mengenai kebiasaan jajan adalah 6 (1-10), di mana sebanyak 41% subyek memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Dengan menggunakan uji Chi Square antara tingkat pengetahuan mengenai kebiasaan jajan dan status gizi berdasarkan IMT/U, didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,026 (p<0,05). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai kebiasaan jajan dengan status gizi berdasarkan IMT/U pada anak usia sekolah di Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan tahun 2009. ......Prevalence of poor nutritional status among school-age children in Indonesia remains high. Nutrient intake is one of factors that determine school-age children nutritional status, and the consumption of snacks at school-environment provides large amount of nutrient intake. Their knowledge about snack habits implicate on their daily snack behavior. This study was conducted to determine the distribution of nutritional status based on indicators WAP, HAP, and BMI, the knowledge of school-age children about snack consumption and their association. This study was conducted with a cross sectional design using data taken from primary school children aged 6-14 years in the Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan, on October 18, 2009. Samples were taken using the total sampling method. Data was taken in the form of common data, anthropometric data and knowledge level about snack consumption using a questionnaire. Total subjects were 78 people with an average age of 10.10 ± 1.43 years. Anthropometric measurements obtained resulted mean weight 26.18 ± 5.55 kg and mean height 130.67 ± 8.32 cm. Percentage of subjects with poor nutritional status based on WAP as much as 51.3%, based on the HAP as much as 32.1% and based on the BMI as much as 38.5%. The mean score of knowledge about snack consumption habits is 6 (1-10), where as many as 41% of subjects had poor knowledge level. The Chi Square test were used to measure the association between the knowledge about the snack consumtpion and nutritional status. Probability value of 0.026 (p <0.05) was obtained based on BMI and knowledge-level. There is an association between the knowledge snack consumption and nutritional status based on BMI / U on school-age children in the Yayasan X, Pejaten, Jakarta Selatan in 2009.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gitta Reno Cempako
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Anak dengan gizi buruk tak hanya rentan terhadap infeksi, keparahan infeksi dan angka kematian akibat infeksi juga meningkat. Sefotaksim merupakan antibiotik empiris yang paling sering digunakan pada anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM tanpa melihat status gizi. Hingga saat ini data mengenai rsepon terhadap sefotaksim pada anak gizi buruk di RSCM serta fokus infeksi dan etiologinya masih terbatas. Tujuan: Mengetahui respon pemberian antibiotik sefotaksim sebagai terapi empiris pada anak gizi buruk yang dirawat inap berikut karakteristik, fokus infeksi, profil kuman dan sensitifitasnya terhadap sefotaksim. Metode: Penelitian prospektif observasional pada anak gizi buruk usia 10 ?g/L dan juga semua subyek dengan HIV positif yang mengalami sepsis tidak berespon dengan terapi sefotaksim. Simpulan: Enam puluh lima persen infeksi pada anak gizi buruk tidak memberikan respon terhadap terapi empiris sefotaksim. Antibiotik sefotaksim sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi empiris pada anak gizi buruk dengan sepsis berat atau HIV positif yang mengalami sepsis.
ABSTRACT Background Children with severe malnutrition is vulnerable to infection, increase in its severity and death rate. Cefotaxime has been widely used as empirical antibiotic for children in Cipto Mangunkusumo General Hospital, regardless their nutritional status. However there is little data about etiology of infection in our population and the response to empirical antibiotic cefotaxime. Aim To evaluate the response to empirical antibiotic cefotaxime in children with severe malnutrition, its characteristic, diagnosis of infection, and antibiotic susceptibility profile. Method Children 18 year old hospitalized from October to December 2016 with severe malnutrition and received cefotaxime as empirical antibiotic were included and followed for 5 days. A clinical examination, complete blood count, urinalysis, procalcitonin PCT , c reactive peptide CRP , blood and urine culture were performed systematically on admission. Stool and sputum culture were also done as indicated. Repeated PCT and CRP were done between day 3 to 5. Result Among 40 children included in the study, 50 has more than one infection. The most frequent infection is urinary tract infection 50 , followed by pneumonia 47,5 and acute diarrhea 32,5 . Blood culture was positive only in 4 subjects, 4 5 isolates were gram positive bacteria. Escherecia coli was the most common pathogen in urine 30 . Only 9,5 of all isolated bacteria were sensitive to cefotaxime. Overall, only 35 responded to antibiotic cefotaxime. All patient with PCT 10 g L on admission, and those with HIV positive and sepsis did not respond. Conclusion Sixty five children with severe malnutrition and infection did not respond to empirical antibiotic cefotaxime. Clinician must reconsider giving cefotaxime as empirical antibiotic in severely malnourished children, especially those with severe sepsis and HIV with sepsis.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sari Wardani
Abstrak :
Stunting merupakan salah satu kekurangan gizi yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi dimana balita dengan tinggi badan lebih rendah dari usianya. Stunting memiliki dampak dalam berbagai lini kehidupan, mulai dari bayi, balita, anak-anak hingga lansia. Tesis ini membahas determinan stunting pada balita usia 24-59 bulan di Nagari Unggan Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel penelitian adalah 107 orang balita. Pengambilan data primer dilakukan melalui kuesioner hasil wawancara dan pengukuran antropometri pada bulan Maret hingga Mei 2019. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan chi-square dan multivariat dengan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 42,1% balita stunting. Berdasarkan analisis chi square terdapat hubungan signifikan asupan protein, keanekaragaman makanan, riwayat penyakit infeksi dan kebersihan diri. Kebersihan diri adalah faktor dominan stunting pada balita usia 24-59 bulan. Diperlukan kerjasama lintas sektor dan lintas program melalui gerakan 1000 HPK dalam mengatasi permasalahan stunting.
Stunting is one of the malnutrition caused by lack of nutrients where toddlers with height are lower than their age. Stunting has an impact on various lines of life, ranging from babies, toddlers, children to the elderly. This thesis discusses stunting determinants in infants aged 24-59 months in Unggan Nagari, Sumpur Kudus District, Sijunjung Regency in 2019. This research is a quantitative study with a cross sectional study design with a total sample of 107 children under five. Primary data collection is done through interview questionnaires and anthropometric measurements from March to May 2019. The analysis used is univariate, bivariate analysis with chi-square and multivariate with multiple logistic regression analysis. The results showed 42.1% stunting toddlers. Based on the chi square analysis there was a significant relationship between protein intake, food diversity, history of infectious diseases and personal hygiene. Personal hygiene is the dominant stunting factor in infants aged 24-59 months. Cross-sector and cross-program collaboration is needed through the 1000 days of life movement in overcoming the problem of stunting
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>