Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Della Ocksania
Abstrak :
Penelitian ini mengenai kepuasan petugas pemadam kebakaran dalam penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Dinas Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan petugas atas penerapan K3 di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok yang diukur melalui Indikator-Indikator Penerapan K3. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 responden, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Hasil dari analisis kepuasan petugas pemadam kebakaran dalam penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Dinas Kota Depok adalah petugas masih belum merasa puas atas penerapan K3 yang diberikan oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kota Depok. ......This research is about the satisfaction of firefighters in the application program Occupational Health and Safety (OHS) in the Office in Depok. This research uses descriptive quantitative approach which aims to determine the officer's satisfaction over the implementation of OHS in Depok Fire Department as measured by Indicators Application of OHS. The number of samples in this study about 80 respondents, the sampling technique is using total sampling. Result of the analysis of satisfaction firefighters in the application program Occupational Health and Safety (OHS) in the Office of Depok is that officers still do not feel satisfied with the implementation of OHS given by Depok Fire Department.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S61003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rejeki
Bandung: Rekayasa Sains, 2020
613.62 SRI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: World Scientific, 2018
616.9 TEX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Murdowo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang kinerja Instruktur dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan instruktur dan pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh instruktur untuk meningkatkan proses belajar. Tujuan diadakannya pelatihan untuk instruktur adalah untuk meningkatkan kinerja instruktur, sehingga lulusan dari Balai Latihan kerja dan Loka Latihan Kerja menjadi lulusan yang mempunyai keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengalaman pelatihan terhadap kinerja Instruktur secara parsial. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat exs post facto, sedang lokasi penelitian adalah Balai Latihan Kerja dan Loka Latihan Kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagal subyek penelitian adalah Instruktur Balai Latihan Kerja dan Loka Latihan Kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswa yang pada saat diadakan penelitian, siswa tersebut sedang belajar di Balai Latihan Kerja dan Loka Latihan Kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Teknik analisis yang digunakan untuk melihat perbedaan adalah dengan menggunakan analisis compare means. Sedang untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial digunakan teknik analisis korelasi.

Hasil temuan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kinerja instruktur apabila ditinjau dari tingkat pendidikannya. Kinerja Instruktur tertinggi adalah instruktur dengan dasar pendidikan Diploma, sedangkan kinerja instruktur tertinggi kedua adalah instruktur dari dasar pendidikan Sarjana dan dari dasar pendidikan Sekolah Menengah Atas { sama besar ). Selain itu juga terdapat perbedaan kinerja instruktur apabila ditinjau dari pengalaman training yang pernah diikuti instruktur. Kinerja Instruktur tertinggi adalah instruktur yang mengikuti pelatihan dengan lama kategori sedang atau sekitar 3548 jam sampai 6374 jam.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan tingkat pendidikan instruktur dengan kinerja instruktur sangat kecil, namun dilihat dari hubungan pengalaman pelatihan yang diikuti instruktur terhadap kinerja instruktur cukup kuat, dan kontribusinya pun besar yaitu sebesar 0.872.

Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja instruktur, seyogyanya dalam penerimaan atau pengangkatan pegawai harus memperhatikan spesifikasi kebutuhan kejuruan dan jurusan pendidikan yang diperlukan. Selain itu juga sudah saatnya diperlukan iklim kerja yang kompetitif untuk dapat memacu instruktur-instruktur yang ada dan juga perlu diadakan evaluasi kerja secara teratur.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Winarti
Abstrak :
Latar belakang. Gedung-gedung perkantoran bertingkat umumnya dilengkapi dengan sistim sirkulasi udara/pendingin secara buatan (air conditioning/AC) untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Penurunan kualitas udara di dalam gedung, akan menimbulkan gejala-gejala Sindrom Gedung Sakit (SGS). Nyeri kepala SGS (NK SGS) adalah salah satu dari gejala-gejala SGS. Oleh karena itu perlu dikaji mengapa masih terdapat faktor-faktor risiko terhadap timbulnya NK SGS. Metode. Desain penelitian adalah studi kasus kontrol yang dilakukan di perkantoran PT "D" di Jakarta. Kasus adalah subjek dengan NK SGS, dan kontrol adalah subjek tanpa keluhan NK SGS. Kasus dan kontrol diidentifikasi melalui survei terhadap saluruh pekerja PT "D" pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2002. Hasil. Subjek penelitian berjumlah 240 orang, dan yang menderita NK SGS sebanyak 36 orang (prevalensi NK SGS sebesar 15%). Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya NK SGS adalah kecepatan gerakan udara, gender, dan kebiasaan kadang-kadang sarapan. Bila dibandingkan dengan kecepatan gerakan udara yang normal, maka kecepatan gerakan udara yang cepat memperkecil risiko timbulnya NK SGS sebesar 0,43 kali (OR suaian = 0,43; 95% CI: 0,19-0,95). Bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki, pekerja perempuan mempunyai risiko NK SGS hampir 3 kali lipat lebih besar (OR suaian = 2,96; 95% CI: 1,29-6,75). Pekerja dengan kebiasaan kadang-kadang sarapan, mempunyai risiko terkena NK SGS lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa sarapan (OR suaian = 0,27; 95%C1: 0,10-0,96). Faktor suhu, kelembaban dan kebiasaan merokok, tidak terbukti berkaitan dengan NK SGS. Kesimpulan. Kecepatan gerakan udara yang lambat dan gender perempuan memperbesar risiko NK SGS. Oleh karena itu perlu menambah kecepatan gerakan udara untuk mengurangi risiko timbulnya NK SGS, mengganti/memperbaiki sistim ventilasi/AC-sentral, memasang inhaust/exhaust fan, dan atau kipas angin langit-langit, terutama terhadap tempat kerja perempuan.
Influence of Air Movement, Gender, and Breakfast Habit toward the Risk of Sick Building Syndrome Headache among PT "D" Employees in JakartaBackground. High-rise office buildings are usually equipped with ventilation system/air conditioning to create a comfortable working environment, yet there is still incidence of Sick Building Syndrome (SBS) headache. The decrease of air quality inside the building will cause the symptoms of SBS. One of the SBS symptoms is SBS headache. Therefore, it is needed to identify risk factors of the SBS headache. Method. The research design was a case control study at PT "D" office building in Jakarta. The case was subject who had symptom of SBS headache, and control was subject without SBS headache symptom. Case and control were identified through a survey toward all of PT "D" employees during May to August 2002. Results. Subjects of this survey were 240 employees, and 36 of them have suffered from SBS headache (prevalence of SBS headache is 15%). The risk factors that affected the occurrence of SBS headache were air movement, gender, and breakfast habit. More fast air movement compared to the normal one decreased the risk of SBS headache for about 0.43 times (adjusted OR = 0.43; 95% CI: 0.19-0.95). Female employees compared to the males, have higher risk of getting SBS headache for almost 3 times (adjusted OR = 2.96; 95% CI: 1.29-6.75). Those employees who had breakfast irregularly, had a lower risk to SBS headache compared to those who had breakfast regularly (adjusted OR=0.31; 95%Cl: 0.09-0.84). The other factors such as temperature, humidity and smoking habit, are not proven to have correlation to SBS headache. Conclusion. Slower air movement and female gender have proven increased the risk of SBS headache. Therefore it is recommended to increase the air movement to reduce the risk of SBS headache incidence, fixing the ventilation system centralized air-conditioning such as installing inhaust/exhaust fan and or ceiling in particular for women workplace.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Windari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kepuasan dalam melaksanakan job training mahasiswa STIP Sahid menurut Jender. Metode penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan pendekatan stratistik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester akhir di STIP Sahid, sedangkan sampel diambil sebanyak 75 orang, terdiri dari 39 mahasiswa dan 36 orang mahasiswi. Motivasi mahasiswa untuk mengikuti job training lebih rendah daripada motivasi mahasiswi. Aspek-aspek seperti: cita-cita, izin orang tua dan lokasi tempat mereka melakukan training. Kepuasan mahasiswa untuk mengikuti job training lebih rendah daripada kepuasan mahasiswi, karena adanya aspek penghasilan. Secara Statistik tidak ada berbedaan antara kepuasan mahasiswa dan mahasiswi dalam mengikuti job training. Dengan menunjukkan r sebesar 0,682. Hubungan tersebut positif. Koefisien korelasi sebesar 0,316 dengan taraf kesalahan 5%, ini mengindikasikan adanya hubungan yang positif. Artinya makin tinggi tingkat motivasi mengikuti job training cenderung makin tinggi tingkat kepuasan dalam mengikuti job training. Dengan menunjukkan r sebesar 0,718. Hubungan tersebut positif. Koefisien korelasi sebesar 0,329 dengan taraf kesalahan 5%, ini mengindikasikan adanya hubungan yang positif. Artinya makin tinggi tingkat motivasi mengikuti job training cenderung makin tinggi tingkat kepuasan dalam mengikuti job training. Manajemen Sekolah Tinggi llmu Pariwisata Sahid agar dalam pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan memperhatikan hal-hal, seperti kondisi motivasi mahasiswa untuk mengikuti job training, job training didesain dengan baik agar dapat memberikan kepuasan kepada mahasiswa, lokasi job training yang akan berlansung, mempengaruhi pada kesiapan mahasiswa terutama yang berkaitan dengan jenis kelamin, perbedaan mereka dalam pemahami dan menerima job training. Para dosen di Sekolah tinggi Ilmu Pariwisata Sahid diharapkan, memberikan perhatian kepada mahasiswa berkaitan dengan mata kuliah yang diajar agar mereka dapat memberikan ketrampilan yang sesuai dengan bakat mereka dan memberi saran untuk memotivasi dalam menjalankan job training.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iqbal
Abstrak :
Faktor resiko bahaya (hazard) lingkungan kerja di gedung perkantoran umumnya lebih kecil jika dibandingkan dengan lingkungan kerja di pabrik/ industri atau pertambangan. Lain halnya dengan lingkungan kerja di gedung Kantor Bank Indonesia (KBI) yang oleh karena kegiatan khusus yaitu memusnahkan uang yang tidak layak edar (uang lusuh) dan pekerjaan ini hanya dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Uang yang diterima oleh Bank Indonesia dari Bank-Bank Pemerintah dan Bank Swasta terlebih dahulu disortir dengan cara manual atau dengan Mesin Sortir Uang Kertas (MSUK) dan apabila uang tersebut tidak layak edar selanjutnya akan dimusnahkan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pekerjaan menyortir dan meracik uang kertas yang menghasilkan debu uang diduga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, terutama system ventilasi kurang baik sehingga konsentrasi debu melebihi Nilai Ambang Batas. Untuk menilai gangguan faal paru terhadap pegawai kasir yang bekerja di delapan KBI (Padang, Bandar Lampung, Solo, Malang, Palembang, Mataram, Banjarmasin, Kendari) yang berjumlah 182 orang maka dilakukan penelitian dengan metode cross sectional pada tahun 2001 dengan mengambil variable independent "pemajanan debu, kebiasaan merokok dan kebiasaan penggunan APD masker". Pengukuran faal paru dengan melakukan pemeriksaan spirometri. Dari hasil uji parameter model dinyatakan pemajanan debu tidak berhubungan pada gangguan faal paru, sedangkan penggunaan APD dan kebiasaan merokok berhubungan dengan terjadinya gangguan faal paru. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk masing-masing variable terhadap resiko untuk terkena gangguan faal paru obstruktif adalah sebagai berikut: 1. Odds rasio lama pemajanan lama kerja lebih dari 8 tahun adalah 1.09 kali dibandingkan pegawai yang telah bekerja kurang atau sama dengan 8 tahun. 2. Odds rasio kebiasaan tidak menggunakan APD pada saat bekerja adalah 1.81 kali dibandingkan pegawai yang menggunakan APD. 3. Odds rasio kebiasan merokok dengan kategori sedang adalah 2.50 kali dibandingkan pegawai yang tidak merokok. 4. Odds rasio kebiasan merokok dengan kategori ringan adalah 0.44 kali dibandingkan pegawai yang tidak merokok. Penelitian ini sebaiknya ditindaklanjuti dengan meneliti lebih baik lagi pengukuran debu di lingkungan kas untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh debu di lingkungan kas terhadap faal paru karyawan kasir. Dan untuk menanggulangi pencegahan gangguan faal paru terhadap karyawan kasir dianjurkan pendekatan personal dan keteladanan memakai masker sewaktu bekerja dan dilakukan program berhenti merokok kepada semua pegawai tidak terbatas pada karyawan kasir saja dengan program awal menyediakan ruangan tempat merokok.
The Risk Factors related to Lungs Function Teller's Bank of Indonesia 2001 The Risk factor or hazard in the office less than in the factory or work place in the mining. The special job in Bank of Indonesia is to destroy the bill that no good to distribution for public market. To destroy the bill its need the machine named "Mesin Racik Uang Kertas" (MRUK). Before destroying the bill by that machine the bill must be assorted by the machine tah named "Mesin Sortir Uang Kertas"(MSUK). The output assorting and destroying the bill is dust and the smaller part of the bill. The smallest dust is related to lung function, especially if there is not a good ventilation or dust concentration up the threshold limit values (TLV's). How to know the lung function of the Teller's worker in the eight Bank of Indonesia (Kantor Bank Indonesia / KBI, Padang, Bandar Lampung, Solo, Malang, Palembang, Mataram, Banjarmasin, Kendari) which amount 182 persons, to do research by cross sectional in 2001. The variable independents are dust exposure, smoking habit and Personal Protection Equipment (PPE). The lung function was measured by spirometri. The result of model parameter test is there is not related by dust exposure, while smoking habits and not to use PPE is correlations by abnormal lung function (Restrictive or obstructive or mixed). The conclusion of this research that each variable to get the risk to the obstructive lung. E.q. Odds ratio for the eight years dust exposure was one time for employee who works up eight years and not to use the PPE at work was 1.81 times by using PPE. Odds Ratio of smoking habit was 2. 5 times by the employee not to smoking habits. We offer that this research will be continued to detail, how to know the effect of the dust in cashier environment. The recommendation of prevention of abnormal lung function to the Teller's workers is personal approach and a good identification personal to use mask during the activity and the planning smoking cessation program to all workers that the first step is make the smoking area or room for smoking.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 10701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ony Prihartono
Abstrak :
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan. Salah satu strategi tersebut yaitu intervensi yang dilakukan oleh pemerintah, karena pemerintah melalui aparat birokrasinya berperan untuk menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat, mendorong kemajuan masyarakat dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan keadilan. Kemajuan masyarakat tersebut dapat berwujud tatanan kehidupan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam proses pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat. Untuk menghadapi hal itu aparatur birokrasi secara terus menerus dan terprogram harus meningkatkan dan ditingkatkan kemampuannya agar secara internal dapat melaksanakan tugas organisasi dan secara eksternal dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Peningkatan dan pemantapan profesionalisme aparatur pemerintah (Depdagri dan Pemda) melalui pendidikan dan pelatihan aparatur merupakan salah satu fungsi yang vital hares dilaksanakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri dalam rangka membina dan mengembangkan kualitas profesional aparat birokrasi pemerintahan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan Analisis Kebutuhan Diklat sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi secara tepat kemampuan yang dibutuhkan atau yang belum dimiliki oleh aparatur dalam pelaksanaan tugas-tugas kedinasan dilapangan. Akan tetapi pada kenyataannya dilapangan diperoleh fakta bahwa dalam perumusan program diklat aparatur di Badan Diktat Depdagri tidak melalui tahapan awal perencanaan yaitu melaksanakan analisis kebutuhan diklat sehingga tidak memberikan hasil yang maksimal dalam perencanaan diklat aparatur. Sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui mengapa program ini tidak dapat berjalan sesuai dengan normative yang ada serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam pelaksanaan analisis kebutuhan diklat agar program ini dapat berjalan sesuai dengan rencana awal kebijakan ini dikeluarkan . Penelitian ini mempergunakan pendekatan teori dan konsep tentang analisis kebutuhan diklat, perencanaan dan pendidikan dan pelatihan aparatur serta analisis kebutuhan diklat sebagai sebuah program kebijakan Badan Diklat Depdagri. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data memakai teknik wawancara studi kepustakaan serta dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan data yang telah terkumpul akan dianalisis untuk menjawab permasalahan penelitian ini. Penelitian ini berkesimpulan bahwa, pelaksanaan program analisis kebutuhan diktat tidak dapat berjalan sesuai dengan ketentuan normatif yang ada karena lemahnya unsur perencanaan pada saat program ini akan ditetapkan sehingga program ini terlihat tidak rasional, integrative dan fleksibel. Disamping itu terdapat tiga faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan program ini. Faktor tersebut berupa ada tidaknya kewenangan pelaksanaan program analisis kebutuhan diktat, karakteristik pelaku kebijakan (stakeholders) serta pengaruh lingkungan intern dan ekstern yang turut mempengaruhi kebijakan pelaksanaan program analisis kebutuhan diklat. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dan terkait satu dan lainnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Yunarto
Abstrak :
Dalam undang-unadng Republik Indonesia nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, bahwa sistem pemasyarakatan menghendaki pembinaan narapidana dapat memberikan keterampilan kepada narapidana, sehingga dapat aktif dan produktif dalam pembangunan. Namun perkembangannya sangat lambat. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara keterikatan narapidana terhadap pembinaan dengan keterampilan kerja, adakah hubungan antara kemampuan narapidana dengan keterampilan kerja, adakah hubungan antara motivasi narapidana mengikuti pembinaan dengan keterampilan kerja dan adakah hubungan antara keterikatan narapidana terhadap pembinaan, kemampuan narapidana dan motivasi narapidana mengikuti pembinaan secara bersama-sama dengan keterampilan kerja narapidana. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menjelaskan adanya hubungan antara keterikatan, kemampuan dan motivasi secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan keterampilan kerja. Motode yang digunakan adalah survei dengan tehnik sampling adalah simple random sampling. Sampel diambil 21 % dari jumlah narapidana yang mendapat pembinaan kemandirian (202 orang) yaitu 21 % x 202 orang = 42 orang, responden diambil dari pegawai bidang kegiatan kerja sebanyak 20 orang. Data yang digunakan dalam peneliitian ini adalah data primer yaitu data yang diambil dari sampel dan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan, data sekunder yaitu data dari dokumen,buku-buku dan catatan-catatan pada lapas klas I Cipinang. Pemberian skor kuesioner digunakan skala Liked. Untuk mengetahui tingkat valid dan realiable instrumen dilakukan pengujian validitas dengan menggunakan tehnik content validity dengan rumus Product Moment Pearson dan pengujian reliabilitas digunakan interval consistency dengan tehnik Split Half Spearman Brawn. Berdasarkan perhitungan statistik tingkat hubungan antara variabel independent dengan dependent dengan menggunakan rumus Spearman Rank di dapat hasil sebagai berikut adanya hubungan positif antara keterikatan narapidana terhadap pembinaan dengan keterampilan kerja dengan nilai koefisien korelasi p = 0,502, termasuk tingkat hubungan sedang. Ada hubungan positif antara kemampuan narapidana dengan keterampilan kerja dengan nilai koefisien korelasi p = 0,324 termasuk dalam tingkat hubungan rendah. Ada hubungan positif antara motivasi narapidana mengikuti pembinaan dengan keterampilan kerja, dengan nilai koefisien korelasi p = 0,498 termasuk ke dalam tingkat hubungan sedang, secara bersama-sama antara keterikatan narapidana terhadap pembinaan kemampuan narapidana dan motivasi narapidana mengikuti pembinaan dengan keterampilan kerja narapidana, dengan nilai koefisien korelasi p = 0,498 termasuk tingkat hubungan sedang. Sehubungan temuan tersebut untuk meningkatkan keterampilan kerja narapidana di Lapas K1as 1 Cipinang perlu dilaksanakan antara lain adanya hak istirahat dalam setiap minggunya, penganekaragaman jenis latihan kerja, lebih banyak dan sering diadakan pelatihan kursus-kursus keterampilan kerja, adanya penghargaan bagi narapidana yang dapat menghasilkan produk dan mempunyai nilai ekonomis atau dapat dijual. Selain itu jugs perlu ditambah tenaga instruktur dari berbagai keterampilan, sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan dan tersedianya dana yang memadai baik untuk pengadaan peralatan, perawatan, biaya operasional dan untuk pembelian bahan baku.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Hudyono
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Telah dilakukan penelitian prevalensi bronkitis kronik (BK) dan asma kerja (AK) serta faktor-faktor yang berhubungan pada tenaga kerja pabrik cat di Tangerang. Penelitian lingkungan kerja dilakukan dengan mengukur kadar debu total dan respirabel, serta beberapa macam polutan. Juga dilakukan analisis komposisi debu. Pengukuran dilakukan di beberapa area yang telah ditetapkan sebagai area terpajan dan area tidak terpajan. Penelitian terhadap tenaga kerja dilakukan pada 89 responden yang diambil secara acak-alokasi proporsional berdasarkan sifat pajanan di tempat kerja. Penelitian dilakukan dengan wawancara responden, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan faal paru dengan spirometri. Bagi responden dengan kelainan obstruksi dan restriksi dilakukan pemeriksaan foto toraks. Hasil dan kesimpulan : Hasil yang didapatkan adalah prevalensi BK sebesar 12,36% dan AK sebesar 2,25%.Tidak ada hubungan antara BK dan AK dengan faktor-faktor demografi, PSP terhadap bahan berbahaya, penyakit serta penggunaan APD, lama kerja, peraturan perusahaan serta status/ jenis pekerjaan. Kadar debu respirabel yang diukur pada saat puncak pajanan melebihi NAB yang ditetapkan baik pada area terpajan maupun tidak terpajan. Kadar gas formaldehid melebihi NAB ruangan untuk ruang Production Planning Control (PPC) , tetapi masih di bawah NAB untuk lingkungan kerja (area terpajan). Polutan lain kadarnya masih berada di bawah NAB yang ditentukan. Ruang PPC yang semula dianggap area (relatif) tidak terpajan, setelah dilakukan pengukuran .ternyata juga merupakan area yang terpajan. Bahan penyuluhan untuk intervensi terhadap faktor yang berhubungan dengan BK dan AK dapat dikembangkan dengan khususnya pada peningkatan PSP terhadap bahan berbahaya, penyakit dan penggunaan APD, bahaya merokok, khususnya tenaga kerja yang bekerja di pabrik cat.
Factory And It's Related Factors, Tangerang 1998 Scope and Methodology : A study on the prevalence of chronic bronchitis (CB) and occupational asthma (OA) and analysis of it's related factors was conducted among workers of a paint factory in Tangerang. Working environment survey was done by measuring the dust and other pollutant levels, and by analysis of dust composition. Human study was performed on 89 respondents selected randomly, proportionally according to the exposure in their work place. Interviews, physical examination and lung function test using spirometry were performed on all subjects, while X-ray examination was only done on subjects with lung obstruction or restriction. Results : The results showed that the prevalence of C13 & OA were 12,36% and 2.25% respectively. No relation could be established between CB & OA and demographic factors, knowledge, attitude and behavior (KAB) on the occupational hazards, diseases and the use of self protection device (SPD), duration of work, company regulation and job status. Respirable dust at the peak of exposure time was found to exceed the permissible limit in both the exposed or non-exposed area. In the Production Planning Control (PPC) room, formaldehyde gas was found to exceed the permissible limit for indoor rooms but not for work environment . Other pollutant levels were still below the permissible limits. The study showed that PPC which was formerly regarded as a non exposed area, is in fact an exposed area too. Education material on the above subject should be developed to improve prevention program for CB & OA.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>