Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Solley, Charles
New York: Basic Books, 1960
152.1 SOL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ira Dewantari
"ABSTRAK
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang sangat
penting dan semakin diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat terutama
kalangan orang tua. Hal ini diperkuat dengan semakin berkembangnya teknologi
sehingga sumber daya manusia semakin dituntut kemampuannya agar dapat
berjalan seiring dengan kemajuan zaman. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
banyak kalangan orang tua terutama keluarga muda mulai mempersiapkan putraputri
mereka sejak dini bahkan sejak usia batita. Sekarang ini cukup banyak
keluarga muda yang menyekolahkan anak batita mereka ke kelompok bermain.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, banyak kelompok bermain mulai berdiri
dan menawarkan berbagai program kegiatan sesuai dengan konsep sekolah
masing-masing sehingga semakin banyak bermunculan kelompok bermain .
tersebar di seluruh Jabotabek mulai dari fisik yang megah, sedang sampai sangat
sederhana.
Sehubungan dengan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh
tentang kelompok bermain yang mulai menjamur tersebut Penelitian dilakukan
pada sebuah kelompok bermain yang relatif masih baru namun sudah memiliki
siswa/i yang cukup banyak jumlahnya. Yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah persepsi keluarga muda terhadap kelompok bermain yang merupakan
tempat batitanya bersekolah. Pembahasan tentang kelompok bermain ini meliputi
program pendidikan, tim pengajar seria fasilitas yang ada di sekolah tersebut
Dengan kata lain, penelitian ini akan membahas bagaimana persepsi keluarga
muda terhadap program pendidikan yang diberikan kepada batita mereka, para
guru yang mengajar, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut.
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dimana para ibu siswa/i diminta mengisi
kuesioner yang mencakup pertanyaan mengenai program pendidikan sekolah, para
pengajar serta fasilitas yang tersedia di sekolah. Selain itu, orang tua diminta
menjawab pertanyaan terbuka mengenai alasan memasukkan anak ke kelompok
bermain, alasan memilih sekolah tersebut dan kritik serta saran yang dapat
diberikan kepada pihak pengelola sekolah. Selain itu, peneliti melakukan
observasi dan wawancara sederhana sebagai tambahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi keluarga muda terhadap aspek
program pendidikan, pengajar dan fasilitas sekolah adalah positif. Yang artinya,
keluarga muda mempunyai pandangan bahwa program pendidikan, pengajar
maupun fasilitas yang ada di sekolah sudah cukup baik. Namun masih terdapat
kekurangan terutama pada aspek fasilitas dimana perlu adanya perbaikan yang
sebaiknya dilakukan pihak sekolah. Berbagai-hal juga diungkapkan oleh keluarga
muda mengenai alasan menyekolahkan batita mereka ke kelompok bermain yaitu
antara lain agar anak dapat bersosialisasi. Salah satu alasan memilih sekolah
tersebut juga dikatakan karena ingin menanamkan ilmu agama sejak dini.
Pada penelitian ini masih banyak kekurangan dan untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya dilakukan tidak hanya di satu sekolah, tetapi beberapa kelompok
bermain dengan jumlah subyek yang jauh lebih banyak agar hasil penelitiannya
lebih representatif. Selain itu, proses observasi dan wawancara sebaiknya
dilakukan lebih rinci dan mendalam sehingga hasil yang didapat juga lebih
memuaskan."
Lengkap +
2004
S3412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Susiwi Sinar Rochani
"ABSTRAK
Semua anak Indonesia adalah aset bangsa. Upaya dan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangannya harus memperoleh prioritas yang tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga mereka dapat menjadi anak bangsa yang berkualitas, sehat fisik dan mental. Tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama dalam mengoptimalkan perkembangannya. Ada anak-anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang secara baik dan sehat. Penyebabnya macammacam, antara lain anak-anak berasal dari keluarga miskin, anak yatim piatu, anak dari keluarga bermasalah, misalnya pada keluarga dimana ayah melakukan kekerasan kepada isteri atau anak-anaknya, dan lain-lain. Cukup banyak di antara anak-anak ini yang harus bekeija setiap hari meninggalkan sekolah karena orangtua tidak dapat lagi membiayai sekolah mereka. Pendidikan mereka yang rendah menyebabkan mereka hanya dapat bekeija di sektor informal, antara lain menjadi penjual koran, pembersih kaca mobil dan lainnya di jalanan. Di berbagai kota besar di Indonesia, kita dapat melihat anak-anak jalanan yang berkeliaran semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Menurut penjelasan resmi pemerintah, jumlah anak jalanan di berbagai kota besar di Indonesia sudah mencapai sekitar 50.000 jiwa lebih. (Kompas, 1999). Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah anak jalanan, antara lain dengan menampung anak-anak jalanan di sebuah rumah yang dinamakan rumah singgah. Namun menurut Yaya Wahyudin, pengurus Rumah Singgah Ciliwung (dalam Kompas 20.Agustus 2002) tidak membuat anak-anak jalanan yang ditampung di rumah singgah dapat bertahan berada di rumah singgah. Besar kecenderungan mereka akan meninggalkan rumah singgah dan kembali ke jalanan lagi. Perlu dikaji cara yang tepat untuk menampung anak jalanan di rumah singgah yang benar-benar efektif dalam menangani masalah anak jalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anak binaan (anak jalanan yang sedang dibina di rumah singgah dinamakan anak binaan) tentang rumah singgah, keadaan kondisi, keinginan dan kebutuhan dari sebuah rumah singgah. Informasi yang diperoleh diharapkan bisa mengupayakan rumah singgah yang sesuai dengan harapan mereka sehingga menjadi tempat untuk pembinaan sesuai dengan tujuan pemerintah mengadakannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif , dengan subyek yang berjumlah empat orang, yaitu anak-anak binaan berusia remaja, yang tinggal dan dibina di rumah singgah minimal satu tahun. Pengambilan data menggunakan metode wawancara mendalam {depth interview) dan observasi. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan, perlakuan dan pengelolaan rumah singgah yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar anak jalanan, yang penting untuk dilakukan meliputi kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa memiliki dan dicintai. Program dan kegiatan yang dilakukan mengacu pada kebutuhan yang bersifat aplikatif, tidak melulu skolastik, serta suasana dan sifat hubungan yang tidak terlalu ketat. Aturan dan sanksinya dibuat bersama melibatkan persetujuan dan keinginan mereka. Bangunan fisik yang layak, pengaturan ruang dan perbandingan luas ruangan dengan jumlah anak yang sesuai. Beberapa saran yang dikemukakan dari penelitian ini adalah perlu ada penelitian dengan subyek yang berada di rumah singgah lain, yang meninggalkan rumah singgah, dan bukan berada pada tahap perkembangan remaja untuk melengkapi hasil penelitian ini. Sejauh ini memang hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah singgah seperti yang diselenggarakan oleh Yayasan KDM bisa menjadi rumah singgah percontohan."
Lengkap +
2004
S3497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januar J. Rasyid
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baby Ingrid
"Seiring dengan perkembangan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan, kini wanita maupun pria memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri. Wanita yang bekerja di luar rumah menjadi sorotan masyarakat ketika ia memutuskan untuk tetap bekerja setelah menikah dan mempunyai anak. Pandangan tradisional masyarakat menuntut wanita untuk bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga dan pengasuhan anak. Ada berbagai alasan mengapa seorang istri memutuskan untuk bekerja. Selain untuk memperoleh penghasilan (ekonomis) juga adanya kebutuhan untuk memperluas wawasan intelektual dan interaksi sosial (non-ekonomis).
Keputusan istri untuk bekerja mendatangkan konsekuensi pada tiga aspek dalam lingkungannya, yaitu pada hubungan perkawinan, pada anak serta pada dirinya sendiri. Penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini cenderung berfokus pada konsekuensi negatif tanpa lebih dalam melihat pandangan obyektif, dari pihak istri dan suami. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui gambaran yang lebih mendalam mengenai persepsi kedua pihak terhadap tujuan dan konsekuensi istri yang bekerja penuh waktu. Adapun yang dimaksud persepsi adalah interpretasi secara selektif oleh individu untuk memberi arti pada Iingkungannya Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini ialah : Bagaimanakah persepsi suami dan istri terhadap istri yang bekerja sebagai karyawati penuh waktu ?
Penelitian ini menggunakan pengumpul data berupa kuesioner dan wawancara sebagai pelengkap. Subyek penelitian ialah pasangan suami-istri yang bekerja penuh waktu sudah mempunyai anak, berpendidikan minimal SLTA. Istri berusia 22-45 tahun dan bekerja di instansi swasta.
Hasil yang diperoleh dari 57 pasang suami-istri menunjukkan bahwa istri dan suami mempersepsi adanya tujuan ekonomis dan non-ekonomis dari bekerja. Adapun terhadap konsekuensi, suami mernpersepsi konsekuensi yang positif dari istri yang bekerja sedangkan istri mempersepsi adanya konsekuensi yang positif dan sekaligus negatif pada hubungan perkawinan, anak dan diri istri yang bersangkutan. Hasil tambahan menyatakan bahwa semakin positif persepsi suami terhadap konsekuensi istri bekerja semakin negatif persepsi istri, sebaliknya semakin positif persepsi istri semakin negatif persepsi suami. Hasil wawancara mendukung hasil di atas dan memberi data tambahan bahwa pasangan suami istri cenderung rnenjalankan peran tradisional.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa istri bekerja untuk tujuan ekonomis dan non-ekonomis, dimana hal ini dipersepsi sama pentingnya oleh suami maupun istri. Berkaitan dengan konsekuensi istri bekerja, ternyata persepsi suami Iebih positif dibandingkan dengan persepsi istri bekerja yang bersangkutan. Sebagai tambahan, hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pasangan suami-istri mempersepsikan peran masing-masing dalam rumah tangga yang masih cenderung tradisional."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novani Nugrahani
"
Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang cepat di era
globalisasi ini menimbulkan tuntutan yang semakin besar terhadap adanya
sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat terus mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas
dapat diperoleh melalui pendidikan yang baik dan berkualitas pula, terutama
melalui jalur pendidikan formal atau sekolah. Dusek (1996) menyatakan bahwa
sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, memiliki tugas pokok
untuk membantu peserta didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan
keahlian yang dibutuhkan. Sekolah juga merupakan sarana anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebayanya dan dengan orang dewasa selain
anggota keluarganya.
Karena peran sekolah yang besar serta lamanya waktu anak yang
dihabiskannya di sekolah, maka hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai
bagaimana sesungguhnya seorang anak mempersepsikan keadaan sekolahnya.
Persepsi siswa mengenai sekolahnya sendiri dapat diukur dengan menggunakan
skala Quality of School Life. Pengukuran Quality of School Life dinilai sebagai hal
yang penting dan memiliki hubungan dengan prestasi akademik yang dicapai
oleh siswa tersebut (Bourke, 1993; Mok & Flynn, 1997).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Quality of School
Life pada siswa dan siswi SMA co-educational dan gambaran Quality of School
Life pada siswa SMA non co-educational khusus laki-laki serta gambaran Quality
of School Life pada siswi SMA non co-educational khusus perempuan. Selain itu,
peneliti juga ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan antara gambaran
Quality of School Life siswa dan siswi pada ketiga jenis SMA tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan juga merupakan
penelitian kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa dan siswi dari SMA coeducational,
SMA non co-educational khusus laki-laki dan SMA non coeducational
khusus perempuan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Quality of School Life yang merupakan skala tipe Likert.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, siswa dari ketiga
jenis SMA yaitu SMA co-educational, SMA non co-educational khusus laki-laki
dan SMA non co-educational khusus perempuan merasa sejahtera dengan
Ouality of School Life di sekolah mereka masing-masing. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada gambaran
persepsi Quality of School Life menurut persepsi siswa SMA co-educational, siswa SMA non co-educational khusus laki-laki dan siswi SMA non co-educational khusus perempuan."
Lengkap +
2004
S3360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Psichylectira Mangifera
"Pusat perbelanjaan merupakan ruang tertutup publik berkepemilikan privat yang memiliki beragam program dan rupa ruang. Tidak hanya itu, keberagaman ini juga dapat dilihat dari segi penggunanya. Dengan terdapatnya keberagaman tersebut, menemukan ruang yang berada di dalam pusat perbelanjaan bukan hal yang mudah. Saat dihadapkan pada situasi yang menuntut kecepatan dalam menemukan ruang, proses ini dapat menjadi menyita waktu. Dalam hal demikian, ingatan akan posisi ruang terhadap pusat perbelanjaan dan juga kognisi spasial yang didapat dari pengalaman masa lampau menjadi penting. Keterkaitan antara ingatan dan kognisi spasial dalam proses menemukan ruang dalam ruang akan dianalisis secara kualitatif dari hasil simulasi. Analisis tersebut dilakukan mengacu kepada teori mengenai ingatan, kognisi spasial, dan juga merujuk pada teori menemukan ruang yang kemudian diolah sesuai dengan lingkup pembahasan. Berdasarkan analisis terhadap simulasi, dalam proses penemuan kembali, peran ingatan dan kognisi spasial didukung oleh beberapa faktor yang terdapat pada lingkungan. Faktor tersebut berupa tipe bangunan, tampilan toko, kualitas distrik, hubungan dengan ruang luar, dan keberadaan pengguna lain.

Shopping center is an indoor public space occupied by private sector that has a diverse spatial programme and form. This diversity can also be viewed in terms of users. With the presence of such diversity, finding space within the shopping center is not easy. When user faced by a situation that demands speed in finding space, this process can be wasting time. In such case, the memory of the certain location towards shopping center space and spatial cognition derived from past experience is important. The link between memory and spatial cognition in the process of finding space within space will be qualitatively analized by doing wayfinding simulation. The analysis is carried out referring to the theory of memory, spatial cognition, as well as the theory of finding space, which will be processed according to the scope of study. Based on the analysis of the simulation, in the process of refinding space within shopping center, the role of memory and spatial cognition is supported by several factors on the environment. These factors are the type of building, store display, the quality of district, the spatial relation between inside and out, and the presence of others."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42649
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Andyan Pinasthi
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara
psychological well-being dan self-perception of aging pada lansia dengan penyakit kronis.
Psychological well-being didefinisikan sebagai kesejahteraan yang terdiri dari selfacceptance,
personal growth, purpose in life, positive relations with others, environmental
mastery, dan autonomy (Ryff & Keyes, 1995), sedangkan self-perception of aging
merupakan pandangan individu terhadap penuaan yang mereka alami dan persepsi serta
sikap subjektif lansia terhadap penuaan mereka sendiri (Lawton, 1975 dalam Kim, Jang &
Chiriboga, 2012). Banyak penelitian sebelumnya yang berasumsi bahwa self-perception of
aging merupakan salah satu prediktor dari psychological well-being. Namun, belum ada
penelitian yang melihat hubungan antara keduanya pada lansia dengan penyakit kronis,
khusunya di Indonesia. Penelitian dilakukan pada 110 lansia dengan penyakit kronis
dengan menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being (RSPWB) dan
sub skala Attitudes Toward Own Aging dari Philadelphia Geriatric Center Morale. Dalam
penelitian ini ditemukan adanya hubungan positif signifikan antara psychological wellbeing
dan self-perception of aging (r = 0,203) pada LoS 0,05.

ABSTRACT
This study aims to investigate the relationship between psychological well-being and selfperception
of aging on elderly with chronic illness. Psychological well-being is defined as
welfare that consists of self-acceptance, personal growth, purpose in life, positive relations
with others, environmental mastery, and autonomy (Ryff & Keyes, 1995), whereas selfperception
of aging is an individual perspective towards the aging process they experience
and the subjective attitude of elderly regarding their own aging process (Lawton, 1975 in
Kim, Jang & Chiriboga, 2012). Previous studies assumed self-perception of aging as one
of the predictor of psychological well-being, but there is not much of attention to see the
correlation between them especially in Indonesian older adults with chronic illness. 110
older adults with chronic illness are involved in this study using Ryff’s Scale of
Psychological Well-Being (RSPWB) and Attitudes Toward Own Aging sub scale of
Philadelphia Geriatric Center Morale and it is found that psychological well-being and
self-perception of aging correlates positively and significantly (r = .203; p<.05)."
Lengkap +
2015
S59132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>