Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Biodiesel is an environmentally friend renewable diesel fuel alternative. Jatropha seeds can be a feedstock to produce a valuable amount of oil to be biodiesel using transesterification reaction..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Setiadi
"ABSTRAK
Semua bentuk tranportasi udara bagi publik membutuhkan pengawasan manajemen yang berkelanjutan, sebagaimana diketahui, kecelakaan masih tetap terjadi. Perusahaan penerbangan sipil di Indonesia seperti maskapai X mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan maskapai lain dalam hal penerbangan di daerah perintis. Selama penerbang masih berada di kokpit, penerbang harus tetap mempunyai kontrol dan laik untuk terbang. Penerbang harus paham tentang implikasi keselamatan terhadap mesin di udara dan lingkungan mereka. Stres yang berlebihan bisa merupakan faktor utama terhadap kecelakaan dan insiden. Bumout merupakan sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi, dan pengurangan pencapaian diri, yang terjadi pada individu yang bekerja dengan orang lain (Maslach, 1982). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran burnout pada penerbang maskapai X yang bertugas di daerah perintis Papua secara umum, yang diikuti saran praktis bagi maskapai dan penerbang, untuk mendeteksi psychological fitness dalam rangka mengurangi human error pada operasi penerbangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel dalam penelitian bumout ini diukur dengan Maslach Bumout Inventory (MBI) yang dikembangkan oleh Maslach dan Jackson pada tahun 1981 dan sudah pernah digunakan di Indonesia oleh Cicilia Yetiprawasti tahun 1991). Ada tiga dimensi yang diukur dalam MBI, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan reduced personal accomplishment. Disimpulkan bahwa setidaknya sekali dalam satu tahun seorang penerbang maskapai X yang bertugas di daerah perintis Papua mengalami kondisi kelelahan emosional dan reduced personal accomplishment. Dimensi depersonalisasi tidak pernah dirasakan oleh penerbang maskapai X yang bertugas di daerah perintis Papua. Diharapkan hal ini dapat diikuti dengan asesmen oleh para ahli atau expert judge pada saat medical check up untuk memenuhi standar kesehatan guna memperpanjang lisensi penerbang, wawancara oleh pihak manajemen, dan partisipasi penerbang. Kesehatan psikis penerbang dapat dipulihkan dan karimya dapat diselamatkan jika didapat konseling yang tepat pada tahap awal sebelum terjadi gangguan mental."
2005
S3499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Teguh Pribadi
"Latar belakang : Hiperkolesterolemia antara lain menjadi faktor risiko penyakit jantung koroner dan komplikasinya dapat menyebabkan inkapasitasi pada pilot. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan kebiasaan makan lemak dan faktor lainnya terhadap risiko hiperkolesterolemia pada pilot sipil di Indonesia.
Metode : Penelitian menggunakan metode potong lintang dengan sampel purposif pada pilot sipil di Balai Kesehatan Penerbangan Jakarta tanggal 18-29 Mei 2015. Karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan diperoleh melalui wawancara. Data kolesterol total diperoleh dari laboratorium yang telah dikalibrasi. Kategori kolesterol total dibagi dua yaitu hiperkolesterolemia ( ≥ 240 mg/dl) dan normal (< 200 mg/dl). Analisis menggunakan risiko relatif yaitu regresi Cox dengan waktu konstan.
Hasil : Di antara 690 pilot yang melakukan pemeriksaan medis, 428 subjek bersedia mengikuti penelitian. Subjek yang diikutsertakan dalam analisis sebanyak 327 pilot, 12,3% memiliki hiperkolesterolemia dan 87,7% memiliki kadar kolesterol normal. Subjek dengan kebiasaan makan lemak hampir setiap hari dibandingkan hampir tidak pernah berisiko 3,8 kali lipat lebih besar hiperkolesterolemia [risiko relatif suaian (RRa)=3,78; p=0,223]. Subjek dengan usia 50-65 tahun dibandingkan dengan 19-34 tahun berisiko 1,8 kali lipat lebih besar hiperkolesterolemia (RRa=1,82; p=0,103). Selanjutnya subjek dengan riwayat hiperkolesterolemia dibandingkan tanpa riwayat hiperkolesterolemia berisiko 2,1 kali lipat lebih besar hiperkolesterolemia (RRa=2,13; p=0,118).
Simpulan : Kebiasaan makan lemak hampir tiap hari, usia 50 tahun atau lebih, riwayat keluarga hiperkolesterolemia dalam keluarga meninggikan risiko hiperkolesterolemia di antara pilot sipil di Indonesia.

Background : Hypercholesterolemia becoming one of a risk factor for coronary heart disease and complications may cause the pilots incapacitation. The purpose of this study was to identify eating fatty food habits and other factors and the risk of hypercholesterolemia in civilian pilots in Indonesia.
Methods : A cross sectional study with purposive sampling was conducted in civilian pilots at Indonesian Aviation Medical Center in Jakarta from 18-29 May, 2015. Demogrhapic characteristics, employment, habits was obtained through interviews. Total cholesterol data obtained from laboratory test had been calibrated. Category of cholesterol total was divided into hypercholesterolemia (≥ 240 mg/dl) and normal (<200 mg/dl). Analysis using risk relative by Cox regression with a constant time.
Result : Among the 690 pilots who conducted medical examination, 428 subjects agree to join the study. This analysis included 327 pilots, 12.3% had hypercholesterolemia, and 87.7% normal cholesterol levels. The subjects who had eating fatty food habits almost every day compared to almost never, had 3.8 fold higher risk to be hypercholesterolemia [adjusted relative risk (RRa)=3.78; p=0.223]. The subject aged of 50-65 years compared to 19-34 years, had 1.8 fold higher risk to be hypercholesterolemia (RRa=1.82; p=0.103). Furthermore, subjects with a family history of hypercholesterolemia compared with no family history, had 2.1 fold higher risk to be hypercholesterolemia (RRa=2.13; p=0.118).
Conclusions : Having eating fatty food habits almost every day, age 50 and over, history of hypercholesterolemia elevate the risk of hypercholesterolemia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzakir Tanzil
"Risiko kecelakaan dan masalah kesehatan pada pilot akibat kelelahan mempunyai dampak yang sangat besar jika seorang pilot mengambil suatu keputusan dalam suatu penerbangan. Berbagai penelitian dan laporan kasus membuktikan kelelahan pada pilot masih banyak terjadi. Analisis faktor risiko kelelahan dilakukan untuk mengetahui kelelahan pada pilot pesawat komersial. Untuk mengetahui kelelahan pada pilot menggunakan Samn-Perelli Subjective Scale. Studi kasus dilakukan di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen dan diteliti secara bersamaan dalam satu waktu. Peneliti menggunakan instrumen kuesioner dalam mengumpulkan data dan melakukan wawancara berstruktur dengan beberapa pilot. Penelitian ini menganalisis hubungan faktor kelelahan yang tidak terkait dengan pekerjaan dan faktor kelelahan yang terkait dengan pekerjaan dengan kelelahan pada pilot. Perusahaan perlu mempertahankan program yang sudah dijalankan oleh PT. Garuda Indonesia seperti limitasi waktu terbang, waktu tugas serta periode waktu istirahat untuk mengurangi kelelahan pada pilot.
The risk of accidents and health problems in a result of pilot fatigue will bring a big impact on decision making during the flight. Some case studies and reports prove that pilot fatigue is still occured. Risk factor analysis is conducted to review and determine fatigue on pilot. Samn-Perelli subjective scale is being used in this study to determine the fatigue of pilot. Case studies is conducted in PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., Jakarta. Cross-sectional method is used as a design study to review the relationship between the dependent variable at one time. Researchers used a questionnaire instruments to collect data and conduct interviews to several pilots. This research analyze the relationship between fatigue work related factors and fatigue work non-related factors with pilot fatigue. Company needs to maintain the company's program such as as flight and duty time limitation, rest period to reduce the fatigue."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crooks, Clayton E.
Indianapolis: Que Publishing, 2002
005.26 CRO p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yostika Melani Sunaryo
"ABSTRAK
Setahim terakhir ini di Indonesia banyak teijadi kecelakaan pesawat terbang,
sebagian besar disebabkan karena faktor penerbang {human factor). Setiap
penerbang yang akan menjalankan tugas terbang hams dinyatakan siap terbang {fit
fly) terlebih dahulu sehingga diharapkan keamanan penerbangan {flight safety)
dap at tercapai. Keadaan siap terbang yang dimaksud adalah siap secara fisik,
mental, dan memiliki ketrampilan terbang yang baik. Pemeriksaan kesiapan terbang
ini dilakukan dengan cara pemeriksaan kesehatan fisik dan mental {medical
examination) dan pemeriksaan kelaikan terbang {proficiency check) setiap 6 bulan
sekalL Pemeriksaan kesehatan mental di Indonesia adalah bempa wawancara
singkat antara dokter penerbangan {flight surgeon) dan penerbang, dan tidak
didukung dengan alat-alat diagnostik yang dapat mengetahui keadaan mental
seseorang.
Maiumt Thomas (1989); Stokes dan Kite (1994), ada beberapa tipe stres pada
penerbang, yaitu Acute reactive stress, Enviromental stress. Life stress, dan
Supervisory stress. Semua stres yang dialami penerbang ini bersifat kumulatrf dan
dapat sangat mempengaruhi kineija penerbang.
Skala Stres Pilot RS Kaunang (SSPK) yang mempakan hasil adaptasi daii Pilot
Attitude Safety Survey (PASS), adalah alat diagnostik untuk mengetahui pola
gangguan psikologis dan taraf stres penerbang. Terhadap alat diagnostik ini telah
dilakukan pengujian validitas pengukuran, namun belum diketahui validitas peramalan {validity for decisions) terhadap kineqa penerbang. Padahal, sebuah alat
ukur diagnostik dapat dikatakan valid adalah bila validltas pengukuran maupim
validitas peramalan diketahui valid. Bda SSPK dinyatakan valid, maka kineija
penerbang juga dapat diramalkan sehingga keselamatan penerbangan dapat lebih
teijamin dengan penerbang-penerbang yang berkompeten. Dengan demikian,
terdapat satu masalah yang dijadikan masalah penelitian ini yaitu "Bagaimanakah
validitas peramalan alat ukur Skala Stres Pilot RS Kaunang?"
Untuk melakukan pengujian validitas peramalan SSPK, hasU tes SSPK diuji dengan
kriteria penilaian lain untuk mendapatkan koefisien validitas. Kriteiia penilaian lain
yang ditetapkan adalah penilaian kineija penerbang bempa hasilproficiency check.
Subyek penelitian dibatasi pada penerbang airline PT Garuda Indonesia yang
sudah menikah, berusia di atas 25 tahun, tingkat pendidikan minimal SLTA, dan
memilikijam terbang lebih dari 5000 jam dengan pesawat bermesin jet.
Desain penelitian adalah Ex Post Facto Field Studies, dengan telcnik korelasional,
dan metode pengolahan data dengan cara regresi linier.
Hasil penehtian adalah koefisien validitas peramalan SSPK terhadap kriteria lain
berupa hasil penilaian proficiency check, yaitu sebesar .866, dan signifikan pada
level .01; dan Skala Stres Pilot RS Kaunang dinyatakan sebagai alat ukur yang
valid.
Untuk mengetahui keadaan mental penerbang sebelum dinyatakan siap terbang,
selain mengisi SSPK dapat ditambah dengan wawancara terhadap penerbang. Dari
wawancara ini dapat digah hal-hal tambahan atau memperdalam keterangan
jawaban Skala Stres Pilot RS Kaunang, sehingga gambaran mental penerbang
dapat lebih diketahui."
1998
S2632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wibowo
"ABSTRAK
Pertumbuhan transportasi udara dewasa ini menuntut
dibutuhkannya tenaga penerbang yang andal dan siap pakai.
Tingginya tingkat kebutuhan penerbang di Indonesia membuat
nilai tenaga penerbang ini sangat tinggi di bursa tenaga
kerja. Hal ini juga menyebabkan banyak orang tertarik untuk
menjadi penerbang. Meskipun banyak orang, terutama para
pemuda tertarik menjadi penerbang, namun sesungguhnya tugas
yang dihadapi seorang penerbang tidaklah ringan. Seorang
penerbang harus mampu nenyerap berbagai informasi yang ada
dengan cepat, mengolahnya, untuk kemudian mengambil
tindakan yang semestinya dengan cepat. Tugas ini menuntut
keterampilan kognitif dan motorik yang sangat tinggi.
Selain berat tugas ini mengandung risiko yang sangat
tinggi, karena sangat banyak kecelakaan pesawat yang
menelan korban jiwa. Berbagai penelitian juga membuktikan
sebagian besar kecelakaan pesawat diakibatkan oleh
kesalahan awak pesawat itu sendiri. Dengan demikian
individu yang bertugas sebagai penerbang harus benar-benar
menguasai dengan sangat baik keterampilan yang
dipersyaratkan. Ini merupakan tantangan bagi sekolah-
sekolah penerbang yang ada, dimana mereka harus benar-benar
memperhatikan keterampilan yang telah dikuasai siswanya
untuk menjamin keselamatan terbang.
Besarnya penguasaan keterampilan seseorang dapat
diketahui dari kinerja yang ditampilkan dalam menjalankan
tugas. Adapun yang dimaksud dengan kinerja di sini adalah
perilaku yang ditampilkan seseorang sebagai respon terhadap
situasi atau tugas yang dihadapi. Dengan demikian besarnya
keterampilan yang telah dikuasai seorang siswa penerbang
dapat terlihat dari kinerja yang ditampilkannya dalam
menerbangkan pesawat.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang,
salah satu faktor tersebut adalah self efficacy atau
tingkat keyakinan individu akan kemampuannya dalam mengatasi situasi tertentu. Banyak hasil penelitian yang
dilakukan terhadap siswa sekolah umum mengungkapkan bahwa
self efficacy sangat berperan dalam membentuk motivasi dan
meningkatkan usaha seseorang dalam mengatasi situasi yang
kompleks.
Mengingat cukup kuatnya hubungan antara self efficacy
dengan kinerja yang ditampilkan seseorang secara umum, maka
penelitian ini ingin mencoba untuk mengetahui lebih jauh
hubungan self efficacy dengan kinerja seseorang dalam
menerbangkan pesawat. Selanjutnya, hasil penelitian ini
diharapkan dapat membuka landasan baru untuk dilakukan
suatu intervensi terhadap pendidikan penerbang jika
terbukti adanya hubungan yang kuat antara self efficacy
dengan kinerja siswa penerbang dalan menerbangkan pesawat.
Penelitian ini dilakukan terhadap 31 siswa Penerbang
di PLP Curug, mengingat PLP Curug adalah satu-satunya
lembaga pendidikan penerbang sipil yang terbesar dan
terlengkap di Indonesia. Selain itu program pendidikan
penerbang di tempat ini juga menjdai acuan bagi sekolah
penerbang lain di Indonesia.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Self Efficacy dan lembar lembar observasi untuk menguji
keterampilan terbang. Skala self efficacy diberikan
langsung pada subyek yang memenuhi syarat untuk mengukur
tingkat self efficacy mereka. Sedangkan untuk mengukur
kinerja para siswa penerbang, dibutuhkan seorang pengamat
yang akan mendampingi subyek selama menerbangkan pesawat
untuk kemudian memberi penilaian.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara self efficacy dengan kinerja
yang ditampilkan siswa penerbang selama menerbangkan
pesawat. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa sebab,
antara lain tidak dilakukannya pengujian reliabilitas antar
pengamat dalam mengukur kinerja subyek. Alasan tidak
dilakukannya hal tersebut adalah sangat terbatasnya tempat
di dalam pesawat. Sehingga hanya mungkin menampung satu
orang pengamat. Selain itu penyebaran skor self efficacy
yang diperloeh cenderung menyempit sehingga koefisien
korelasi yang diperoleh menjadi rendah. Untuk itu saran
yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah
dilakukan uji reliabilitas terhadap alat ukur kinerja.
Selain itu sebaiknya jumlah sampel penelitian diperbesar
agar dapat dicapai hasil yang lebih baik."
1997
S2659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartana
"Opini negatif masyarakat Indonesia terhadap keberadaan program rintisan sekolah bertaraf Internasional akhir-akhir ini menuntut adanya evaluasi yang mampu memperjelas perihal apa dan bagaimana dengan R-SMA-BI tersebut. Tesis ini bermaksud menganalisis pelaksanaan program rintisan sekolah menengah atas bertaraf internasional di Provinsi Lampung rintisan tahun 2006 dengan menggunakan model Context, Input, Process, Product (CIPP), melalui pendekatan positivisme dengan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Koordinator Program RSBMAI, guru/pengajar, siswa, kepala administrasi , unsur Dinas Pendidikan Provinsi, Unsur Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Komite Sekolah di SMA RSBI di Provinsi Lampung rintisan 2006.
Hasil penelitian menunjukkan pada aspek konteks, di ke-tiga RSMABI memulai program Rintisan sekolah bertaraf internasional setelah ditunjuk oleh pemerintah pusat melalui surat resmi. Pada aspek Input ke-tiga sekolah rintisan SBI melakukan sistem seleksi siswa baru secara bertahap. Aspek Proses di ke-tiga RSMA-BI telah menerapkan pembelajaran berbasis TIK, pembelajaran bilingual, adaptasi kurikulum Cambridge. Pada aspek Produk /Output menunjukkan lulusan di ke-tiga R-SMA-BI memiliki nilai Ujian Nasional rata-rata di atas 7,5 dan lulusan dapat diterima di perguruan tinggi favorit, dua R-SMA-BI mencapai diatas 80 % dan satu RSMA-BI baru mencapai 74,71 %.

The negative public opinion in Indonesia to the existence of an international school pilot program in recent times calls for an evaluation that is able to clarify about what and how to RSBI is. This thesis intends to analyze the implementation of the pilot program of an international school in Lampung Province in 2006 with the pilot using the Context, Input, Process, Product (CIPP) model, through positivism approach with qualitative methods. Research subjects are the Principal, Coordinator RSBI Program, teachers/instructors, students, the head of administration, elements of the Provincial Education Office, District Education Office Elements, the School Committee at the high school in Lampung Province RSBI 2006 piloting.
The results research showed context aspects, in the three pilot schools started the program international pilot school program after appointed by government through a formal letter. On Input aspect they do the new student selection using gradually system. From process aspects, these schools have applied learning process based on ICT, bilingual learning, Cambridge curriculum adaptation. From Product aspect the output shows graduates students these school have National Examination score more than 7.5 and can be accepted in favorites university above 80 % for two schools and 74.71% for the one.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T29526
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Fathul Hasanah
"Latar belakang: Peningkatan alanine aminotransferase (ALT) dapat terjadi secara asimtomatis. Tes fungsi hati sering ditemukan abnormal pada dikalangan penerbang, dengan sedikit peningkatan kecil dalam satu atau dua parameter enzim hati, penyebab yang paling sering adalah perlemakan hati non alkoholik dan efek minor dari alkohol. Walaupun tidak mempengaruhi sertifikasi kesehatan pada penerbang sipil tetapi peningkatan ALT dapat mempengaruhi kesehatan dari penerbang itu sendiri dan akan mempengaruhi keselamatan penerbangan. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang menghubungkan dengan kadar ALT pada penerbang sipil di Indonesia.
Metode: Metode potong lintang yang dilakukan 5-26 Mei 2014 pada penerbang sipil yang melakukan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan dengan sampling purposif dan analisis regresi Cox. Pengumpulan data dengan mengisi kuesioner dan data ALT diambil dari laboratorium. Pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan lingkar pinggang dilakukan oleh peneliti. Kadar ALT meningkat jika ≥41 U/l.
Hasil: Diantara 785 subjek yang mengikuti pemeriksaan kesehatan berkala terdapat 314 yang menjadi subjek penelitian. Persentase peningkatan ALT pada penelitian ini sebesar 31,8%. Faktor risiko dominan terhadap peningkatan ALT pada penerbang sipil di Indonesia adalah lingkar pinggang ≥90 cm [risiko relatif (RRa) = 2,00; p = 0,001] yang mempunyai peningkatan 2 kali jika dibandingkan dengan lingkar pinggang yg <90 cm, selanjutnya obesitas meningkatkan risiko peningkatan kadar ALT, meskipun secara statistik tidak signifikan (RRa = 1,75; 95% CI = 0,97-3,17; p = 0.062).
Simpulan: Penerbang sipil dengan lingkar pinggang ≥90 cm atau dengan obesitas mempunyai risiko lebih besar mengalami peningkatan ALT.

Background: Elevated serum alanine aminotransferase (ALT) may occur in asymptomatic. Liver function tests are frequently found to be abnormal in among aviators, with small elevations in one or two liver enzyme parameters. The most common cause is non-alcoholic fatty liver and minor effects of alcohol. This will affect the health of aviators which affect flight safety. The purpose of this study was to determine the factors that connect with ALT levels in commercial pilot in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study on May 5-26Th 2014 in commercial pilots who doing medical check up at Civil Aviation Medical Center, with purposive sampling and cox regression analysis. The collection of data by filling in a questionnaire and ALT data taken from the laboratory. The examination height, weight and waist circumference was conducted by researchers. Elevated serum ALT ≥ 41 U/l.
Results: Among 785 commercial pilots only 314 were willing to participate it in study and 31,8 % had eleveted serum ALT in this study. The dominant risk factor to the elevated of ALT in commercial pilots in Indonesia is waist circumference ≥90 cm [Relative risk (RRa=2.00; p=0,001)]#who have an increased 2 fold when compared with that waist circumference <90 cm, furthermore obesity increases the risk of elevated levels of ALT, although it was not statistically significant (RRa=1.75; 95% CI=0.97-3.17; p=0.062).
Conclusion: Commercial pilot who had waist circumference ≥90 cm or who obese had elevated serum ALT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Prathama
"Latar belakang: Mata merupakan indera yang sangat penting dalam penerbangan. Salah satu fungsi untuk menentukan perkiraan jarak, sehingga diperlukan fungsi kedua mata yang baik. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya identifikasi pengaruh jam terbang total terhadap risiko miopia ringan pada pilot sipil di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dengan purposif sampel pada pilot sipil yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan dengan rentang waktu 27 April sampai dengan 13 Mei 2015. Definisi miopia ringan jika mata memerlukan koreksi penglihatan jauh dengan lensa < -3 dioptri. Data karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan diperoleh dari kuesioner. Data tajam penglihatan dan kadar gula darah puasa didapatkan dari rekam medis Balai Kesehatan Penerbangan. Analisis menggunakan regresi Cox dengan waktu konstan.
Hasil: 690 pilot sipil yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Balai Kesehatan Penerbangan, 428 subjek bersedia menjadi responden. Subjek terpilih untuk dianalisis berjumlah 413 pilot dan 15 pilot lainnya menderita miopia berat. Dari 413 pilot, 141(34,1%) miopia ringan dan 272 (65,8%) normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi miopia ringan adalah ras, status perkawinan dan jam terbang total secara signifikan. Subjek dengan ras selain Asia dibandingkan dengan ras Asia berisiko 2,1 kali lipat lebih besar menderita miopia ringan [risiko relatif suaian (RRa)=2,19; p=0,030]. Dibandingkan dengan subjek tidak menikah, subjek yang menikah berisiko 3,8 kali lipat menderita miopia ringan (RRa=3,80; p=0,000). Selanjutnya, dibandingkan subjek dengan jam terbang total 16-194 jam, subjek dengan jam terbang total 195-30285 jam mempunyai risiko 4,5 kali lipat menderita miopia ringan (RRa=4,56; p=0,000).
Kesimpulan: Subjek yang menikah, ras non Asia dan yang memiliki 195 atau lebih jam terbang total mempunyai risiko lebih tinggi menderita miopia ringan di Indonesia.

Background: Eye is very important organ in aviation?s operation. One of the functions is to estimate distance where both healthy eyes are needed. The purpose of this study was to identify the influence of total flight hours on the risk of mild myopia among civilian pilots in Indonesia.
Methods: Study design was cross-sectional with purposive sampling among pilots those who got medical examinations at Civil Aviation Medical Center on April 27th - May13th, 2015. Mild myopia is condition the eyes need negatif lens corection for distance visual acuity less than -3 diopters. Demographic characteristic, occupational characteristic, ranking characteristics, and habits were obtained from questionnaire. Visual acuity and fasting blood sugar levels data were obtained from medical records in Aviation Medical Board. Data were analysed with Cox regression.
Resulted: 690 civilian Indonesia?s pilots who conducted medical examination, 428 subjects were willing to participate. Total subjects to be analyzed were 413 pilots and 15 pilots were not involved since severe myopia. Amongst of 413 pilots, 141 (34,1%) mild myopia and 272 (65,8%) normal. Factors influencing mild myopia were race, marital status and total flight hours. Non-Asian subject had 2.1-fold risk of mild myopia compared to Asian race subject [adjusted relative risk (RRa)=2.19; p=0.030]. Subjects who were married had 3.8-fold risk of mild myopia compared with subjects who were not married (RRa=3.80; p=0.000). Subjects who had total flight hours 195-30285 hours had 4.5-fold risk to be mild myopia compared with subjects 194 or less total flight hours (RRa=4.56; p=0.000).
Conclusion: Married subject, non-Asian race and those who have 195 or more total flight hours constitute a higher risk of suffering mild myopia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>