Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zifrianita
Abstrak :
Pendahuluan: Spondilitis TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis yang mengenai tulang belakang dan disebut juga dengan Pott’s disease. Pasien dengan spondylitis TB selain pengobatan dengan obat anti tuberculosis, di lakukan tindakan operasi yaitu Decompresi Stabilisasi Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan ilmu keperawatan yang diberikan dalam pelayanan melalui penerapan teori karena pada kasus spondilytis tb pada manajement penatalaksanaanya bergantung pada self care pasien. Temuan kasus: Nn A.V usia 20 tahun pasca operasi Decompresi Stabilisasi Posterior hari pertama dengan keluhan belumbisa bergerak karena nyeri di daerah luka operasi pasien belummelakukan mobilisasi . Diagnosis keperawatan utama yang didapat dari hasil pengkajian pada pasien ini adalah hambatan mobilisasi fisik dan nyeri akut. Intervesi: intervensi yang telah dilakukan pada pasien ini adalah lebih diutamakan pada saat mobilisasi terutama mobilisasi dini,sesera mungkin dengan latihan ROM aktif dan pasif Hasil: ROM zktif dilakukan oleh pasien setelah hari pertama di operasi dan mampu berjalan dengan menggunakan brace. Kesimpulan: Mobilisasi dini pada pasien dengan post stabiliasi pada pasien dengan spondylitis TBdapat mencegah terjadinya komplikasi post operasi dan pengurangan skala nyeri ......Introduction: TB spondylitis is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis which affects the spine and is also called Pott's disease. Patients with TB spondylitis besides treatment with anti-tuberculosis drugs, surgery is carried out, namely Decompression Stabilization. Nursing care is carried out based on nursing knowledge provided in services through the application of Orem's self-care theory because in the case of spondylitis TB, the management depends on the patient's self-care. Case findings: Ms A.V, 20 years old postoperative Posterior Stabilization Decompression on the first day with complaints of not being able to move because of pain in the area of the surgical wound, the patient has not mobilized. The main nursing diagnoses obtained from the results of the assessment on this patient are physical mobilization barriers and acute pain. Intervention: interventions that have been carried out in these patients are prioritized during mobilization, especially early mobilization, as soon as possible with active and passive ROM exercises. Results: Active ROM was carried out by the patient after the first day of surgery and was able to walk using a brace. Conclusion: Early mobilization of patients with postoperative stabilization in patients with TB spondylitis can prevent postoperative complications and reduce pain scalem
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Surahman Hadi
Abstrak :
Membandingkan secara klinis, radiologis dan komplikasi antara penggunaan antara graft iliak dan implant metal pada prosedur fusi dengan Teknik anterior korpektomi (ACCF) dengan analisa kohort retrospektif. 41 pasien yang menjalani operasi ACCF, 20 pasien dengan graft iliac dan 21 pasien dengan implan metal. Dilakukan evaluasi mulai dari 1,3,6,12 hingga 24 bulan pasca operasi. Studi ini membandingkan tingkat perbaikan klinis dan kualitas hidup sebelum dan setelah operasi menggunakan skor fungsional (VAS, Nurick, JOA dan KPS), radiologis dengan sudut cobb C2-C7, dan karakteristik demografi pasien (Obesitas, ASA, tingkat cedera jaringan, lama rawat (LOS)). Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok yang ditemukan berdasarkan demografi, perbaikan klinis, radiologi dan komplikasi pasca operasi. Tingkat perbaikan klinis pada skor fungsional penggunaan graft iliak menunjukkan persentase lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan metal terutama pada bulan 1, 3 dan 6 bulan, stabil pada follow up 12 bulan ke atas. Sudut Cobb C2-C7 pada kelompok graft iliak memberikan perubahan sudut rata-rata 13,3 (94%), kelompok metal rata-rata 14,8 (83%). Komplikasi graft iliak berupa nyeri pada daerah donor (regio iliak) 10% yang tidak ditemukan pada graft metal. Komplikasi lain seperti disfonia, disfagia, malposisi atau migrasi dari graft itu sendiri. Tingkat perbaikan klinis pasien yang telah dilakukan prosedur ACCF menunjukkan perbaikan klinis terutama dimulai pada 1-6 bulan pascaoperasi. Penggunaan graft iliaka dan metal memiliki hasil klinis dan radiologis yang sama. Namun penggunaan graft iliak dapat dijadikan pilihan utama dalam prosedur ini terkait dengan tingkat efisiensi terutama di negara berkembang. ......To compare cohort retrospectively to clinical, radiological and complications between the use of iliac graft and implant metal in anterior cervical corpectomy fusion (ACCF) procedures. 41 patients who had ACCF surgery, 20 patients with iliac graft and 21 patients with metal implants. Follow-up is done from 1,3,6,12 to 24 months post-surgery. The authors compared clinical improvement rates and quality of life using functional scores (VAS, Nurick, JOA and KPS), radiological with cobb angles C2-C7, complications, and characteristic demographics of patients (Obesity, ASA, tissue injury rates, length of stay (LOS)) at pre and postoperative. No significant differences between the two groups were found based on demographics, clinical improvement, radiology and postoperative complications. The percentage rate of clinical improvement of functional scores on the iliac graft showed a faster percentage of improvement compared to metal use especially in the months 1, 3 and 6 months, plateau at follow-up 12 months and above. Cobb C2-C7 angles in the iliac graft group provided an average angular change of 13.3 (94%), the metal group averaged 14.8 (83%). Complications of iliac graft in the form of pain in the donor site (reg. iliac) 10% that is not found in graft metal. Other complications such as dysphonia, dysphagia, malposition of the cervical plate or migration from the graft itself. The level of clinical improvement of patients who have performed the ACCF procedure shows clinical improvement primarily starting in the 1-6 months postoperatively. The use of iliac dan metal have similar clinical and radiological outcome. The use of iliac graft can be used as the main choice in this procedure related to the level of efficiency especially in developing countries
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Ganefianty
Abstrak :

Abstrak

 

Meningioma merupakan tumor intrakranial primer yang paling umum terjadi, terhitung sepertiga dari semua tumor yang menyerang sistem saraf pusat. Meningioma dapat mempengaruhi beberapa dimensi kehidupan seperti fisiologis, psikologis, dan sosial. Pembedahan adalah penatalaksanaan utama pada pasien meningioma. Kualitas hidup pasien meningioma pasca pembedahan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien meningioma dalam waktu 3 bulan hingga 1 tahun pasca pembedahan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sebanyak 118 pasien meningioma pasca pembedahan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien meningioma pasca pembedahan memiliki kualitass hidup kurang baik (79,7%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien meningioma pasca pembedahan adalah usia (p=0,014), grade tumor (p=0,0001), status fungsional (p=0,0001), fatigue (p=0,001), illness perception (p=0,0001), dan dukungan sosial (p=0,001). Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup pasien meningioma pasca pembedahan adalah status fungsional dengan nilai OR 6,728 (CI 95%= 1,655; 27,348). Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi perawat dalam mengembangkan pengkajian keperawatan pada pasien meningioma pasca pembedahan terkait kualitas hidup.

 Kata kunci: kualitas hidup; pasien meningioma; pasca pembedahan


Abstract

 

Meningioma is the most common primary intracranial tumor, accounting for one third of all tumors that attack the central nervous system Meningioma can affect several domains of life such as physiological, psychological, and social life. Surgery is the main management in meningioma patients. The aim of this study was to investigate the factors influencing quality of life in meningioma patients after surgery. This study was a cross sectional analytic design involved. A total of 118 postoperative meningioma patients were selected by purposive sampling technique. The results of this study indicate that the majority of patients have low quality of life (79.7%). Factors related to quality of life were age (p = 0.014), tumor grade (p = 0,0001), functional status (p = 0,0001), fatigue (p = 0,001), illness perception ( p = 0,0001), and social support (p = 0,001). Multivariate analysis showed that the most dominant factor associated with the quality of life was functional status (OR 6.728). This study is to provide input to nurses as reference in developing nursing assesment in  meningioma patients after surgery related quality of life.

Key words: meningioma; patient, quality of life; surgery

2019
T53218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris Putra Reza
Abstrak :
Latar Belakang: Mobilisasi dini merupakan faktor penting dalam meningkatkan luaran pascaoperasi kolorektal. Terdapat empat komponen dalam protokol ERAS untuk operasi kolorektal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang dipegang penuh Anestesi yang diharapkan menunjang keberhasilan mobilisasi dini, yaitu pemberian profilaks Post Operative Nausea and Vomiting (PONV), multimodal analgesia intraoperasi, manajemen cairan intraoperasi dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid. Meskipun keberhasilan mobilisasi dini dipengaruhi oleh nyeri, mual muntah, dan manajemen cairan intraoperasi, namun hingga saat ini belum jelas seberapa besar bobot setiap komponen anestesi ini terhadap keberhasilan mobilisasi dini. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospekstif dengan pengambilan data sekunder pasien yang menjalani operasi kolorektal elektif di RSCM dari Januari 2020 hingga Desember 2022. Luaran yang dinilai adalah angka mobilisasi dini pascaoperasi dan faktor-faktor yang memengaruhinya (profilaksis PONV, multimodal analgesia, manajemen cairan, dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid). Hasil: Total pasien yang terjadwal menjalani operasi kolorektal elektif di RSCM antara tahun 2020 hingga 2022 adalah 595 pasien dengan pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 343 pasien. Keberhasilan mobilisasi dini sebesar 39.7%. Manajemen cairan intraoperasi [RR 12.353, (95% CI 3.131-46.745), p < 0,001] dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid [RR 3.647, (95% CI 1.444-108.764), p 0.029] merupakan faktor independen dalam keberhasilan mobilisasi dini. Simpulan: Faktor-faktor yang memengaruhi mobilisasi dini pascaoperasi kolorektal adalah manajemen cairan intraoperasi dan manajemen nyeri pascaoperasi tanpa opioid. Pemberian profilaksis PONV dan multimodal analgesia intraoperasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap mobilisasi dini. ......Background: Early mobilization is an important factor in increasing colorectal postoperative outcome. There are four components held by anesthesiologist in ERAS protokol for colorectal surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) those are PONV prophylaxis, intraoperative fluid management, intraoperative analgesia multimodal, and opioid free postoperative pain management. Although early mobilization affected by postoperative pain, vomiting and nausea, and fluid balance therapy, nonetheless there is no clear evidence of how much each of these components will affect early mobilization. Methods: This study is a retrospective cohort study by collecting secondary data from patients underwent elective colorectal surgery at RSCM from January 2020 to December 2022. The outcomes assessed were early mobilization rate and factors affecting it (PONV prophylaxis, intraoperative fluid management, intraoperative analgesia multimodal, and opioid free postoperative pain management). Results: The total number of patients underwent elective colorectal surgery at RSCM during 2020 to 2022 was 595 patients and 343 patients fulfilled inclusion and exclusion criteria of this study. Early mobilization rate is 39.7%. Intraoperative fluid management [RR 12.353, (95% CI 3.131-46.745), p < 0,001] and opioid free postoperative pain management [RR 3.647, (95% CI 1.444-108.764), p 0.029] are independent factors affecting early mobilization. Conclusion: Factors affecting colorectal postoperative early mobilization are intraoperative fluid management and opioid free postoperative pain management. PONV prophylaxis and intraoperative analgesia multimodal do not have significant effect on early mobilization
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library