Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zidna Elfa Yusria
"Inovasi memegang peran penting dalam keberlanjutan perusahaan rintisan, sehingga perilaku kerja inovatif menjadi kompetensi yang diharapkan dari setiap karyawan. Salah satu faktor yang diyakini berperan dalam mendorong perilaku ini adalah keamanan psikologis. Penelitian ini difokuskan pada karyawan Gen Z yang mulai mendominasi angkatan kerja dan memiliki karakteristik serta kebutuhan yang berbeda dalam lingkungan kerja. Tujuan penelitian adalah menguji peran keamanan psikologis terhadap perilaku kerja inovatif pada karyawan Gen Z di perusahaan rintisan, dengan mengacu pada Teori Conservation of Resources. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Partisipan terdiri dari 180 karyawan Gen Z berusia 18–30 tahun yang sedang bekerja di perusahaan rintisan selama minimal enam bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling dan snowball sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen skala perilaku kerja inovatif dan skala keamanan psikologis yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keamanan psikologis berperan secara positif dan signifikan terhadap perilaku kerja inovatif. Implikasi dari temuan ini diharapkan dapat membantu perusahaan rintisan dalam merancang strategi manajemen sumber daya manusia yang mendukung keamanan psikologis guna mendorong inovasi di kalangan karyawan Gen Z.

Innovation plays an essential role in the sustainability of startup companies, making innovative work behavior a key expectation for all employees. One factor believed to contribute to this behavior is psychological safety. This study focuses on Gen Z employees, who are beginning to dominate the workforce and possess distinct characteristics and needs in the workplace. The aim of this study is to examine the role of psychological safety in fostering innovative work behavior among Gen Z employees in startup companies, drawing on the Conservation of Resources Theory. This study employed a quantitative approach with a cross-sectional design. A total of 180 Gen Z employees, aged 18 to 30 years and currently working in startup companies with a minimum tenure of six months, participated in this study. Convenience sampling and snowball sampling techniques were used to recruit participants. Data were collected using the Innovative Work Behavior scale and the Psychological Safety scale, both of which had been adapted into the Indonesian language. The results indicate that psychological safety significantly and positively predicts innovative work behavior. These findings offer valuable insights for startup companies in developing human resource management strategies that foster psychological safety, thereby enhancing innovation among Gen Z employees. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Tantiyana Putri
"Tesis ini membahas pengaruh psychological safety climate, ikatan jejaring sosial dan knowledge sharing self-efficacy terhadap knowledge sharing. Ikatan jejaring sosial yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi ikatan instrumental dan ikatan ekspresif, knowledge sharing juga terbagi menjadi dua bentuk perilaku yaitu knowledge sharing donating dan collecting. Penelitian ini menggunaan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional yang melibatkan 168 pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa psychological safety climate dan ikatan instrumental berpengaruh terhadap knowledge sharing donating dan collecting. Penelitian ini memberikan kontribusi faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge sharing (donating dan collecting) yaitu psychological safety climate dan ikatan instrumental.

The focus of this study is to examine the impact of psychological safety climate, social network ties and knowledge sharing self-efficacy on knowledge sharing. Therefore, this thesis focus on social network theory that consist of instrumental ties and expressive ties, also knowledge sharing that consist of knowledge donating and collecting. The research using quantitative approach, involving 168 respondents of Badan Pengembangan dan Penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta. This research shows that psychological safety climate and instrumental ties have significant effect to knowledge sharing donating and collecting. This research contributes to the knowledge of important factors that impact knowledge sharing (donating and collecting) are psychological safety climate and instrumental ties.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Almira Rachmazamiati
"Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara voice efficacy dan psychological safety dengan employee voice behavior dengan persepsi bawahan terhadap perilaku etis atasan sebagai moderator. Employee voice behavior diukur dengan menggunakan alat ukur dari Van Dyne dan LePine (1998), psychological safety diukur dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Edmondson (1999), dan persepsi bawahan terhadap perilaku etis atasan diukur melalui Ethical Leadership Scale (Brown, Treviño, & Harrison, 2005). Hasil analisis menggunakan 244 data peer-report employee voice behavior dari sampel penelitian yaitu karyawan level pelaksana di Direktorat Jenderal Y menunjukkan bahwa voice efficacy berhubungan dengan employee voice behavior (𝛽=0,139;𝑝<0,05). Akan tetapi penelitian ini tidak menemukan dukungan bahwa psychological safety berhubungan dengan employee voice behavior (𝛽=0,006;𝑝>0,05) maupun efek moderasi persepsi bawahan terhadap perilaku etis atasan pada hubungan antara voice efficacy dan employee voice behavior (𝛽=−0,108;𝑝>0,05). Sebanyak 7,3% varians dari employee voice behavior dapat dijelaskan oleh model penelitian ini. Dari segi teoretis, penelitian ini menyarankan untuk mengadakan penelitian longitudinal dan mengontrol variabel lain yang berhubungan dengan employee voice behavior. Dari segi manajerial, penelitian ini memberikan saran kepada manajemen Sumber Daya Manusia dengan membuat desain organisasi maupun coaching yang dapat meningkatkan employee voice behavior karyawan di dalam organisasi.

This study investigates the relationship between voice efficacy and psychological safety with employee voice behavior and the role of subordinate perceptions of supervisor’s ethical behavior as a moderator to voice efficacy- employee voice behavior relationship. Employee voice behavior was measured using the scale developed by Van Dyne and LePine (1998), psychological safety was measured by scale developed by Edmondson’s (1999), and subordinate perceptions of supervisor’s ethical leadership was measured using Ethical Leadership Scale (Brown, Treviño, & Harrison, 2005). The analysis using 244 peer-reported employee voice behavior data from Direktorat Jenderal Y shows that voice efficacy is related to employee voice behavior (𝛽=0,139;𝑝<0,05). The results also show that there is no relationship between psychological safety and employee voice behavior(𝛽=0,006;𝑝>0,05), neither the subordinate perceptions of supervisor’s ethical behavior moderates relationship between voice efficacy and employee voice behavior (𝛽=−0,108;𝑝>0,05). Moreover, 7,3% variance of employee voice behavior can be explained by the research model. From the theoretical side, this research suggests future research to consider longitudinal design and controlling for more employee voice behavior related factors. From the managerial side, this research suggests the Human Resource Management to establish the organization design and coaching that enables employee voice behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T43938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Oktarini Hizelia
"Di tengah intensnya tekanan dalam mempertahankan daya saing, kemampuan perusahaan untuk berinovasi sangat bergantung pada keterlibatan aktif seluruh tenaga kerjanya, termasuk Generasi Z. Namun, potensi inovatif generasi ini kerap terhambat oleh rasa cemas dan tidak aman di tempat kerja akibat paparan sosial digital yang intens sejak dini. Dalam kondisi tersebut, keamanan psikologis menjadi faktor yang memungkinkan mereka merasa aman untuk menyampaikan ide dan mengambil risiko dalam proses inovasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mediasi keamanan psikologis dalam hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif, guna memahami mekanisme yang mendorong kontribusi inovatif karyawan muda. Menggunakan desain survei kuantitatif cross-sectional, data dikumpulkan melalui kuesioner terstandar yang diadministrasikan secara daring, mencakup alat ukur Inclusive Leadership Scale, Psychological Safety Scale, dan Innovative Work Behavior Scale. Sebanyak 220 karyawan Generasi Z dari berbagai sektor di Indonesia menjadi partisipan dengan menilai perilaku atasan langsung serta melaporkan persepsi keamanan psikologis dan perilaku kerja inovatif mereka. Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS Macro versi 4.2 menunjukkan bahwa keamanan psikologis memediasi secara parsial hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif. Temuan ini menegaskan bahwa penciptaan keamanan psikologis dan pengembangan kepemimpinan inklusif merupakan strategi kunci dalam memobilisasi perilaku kerja inovatif karyawan muda di tengah dinamika transformasi organisasi.

Amid intensifying pressure to stay competitive, organizations’ ability to innovate increasingly depends on the active engagement of their entire workforce, including Generation Z. However, the innovative potential of this generation is often hindered by anxiety and insecurity at work, stemming from early exposure to digital social environments. In this context, psychological safety becomes a key factor that enables them to express ideas and take risks in the innovation process. This study aims to examine the mediating role of psychological safety in the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior, in order to understand the mechanisms that drive young employees' innovative contributions. Employing a cross-sectional quantitative survey design, data were collected through an online questionnaire using the Inclusive Leadership Scale, Psychological Safety Scale, and Innovative Work Behavior Scale. A total of 220 Generation Z employees from various sectors in Indonesia participated by assessing their supervisors' leadership behaviors, their own perceptions of psychological safety, and their innovative work behaviors. Mediation analysis using PROCESS Macro version 4.2 revealed that psychological safety partially mediates the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior. These findings highlight the importance of fostering psychological safety through inclusive leadership to support innovation among young employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Camila
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kepemimpinan inklusif dan kesejahteraan karyawan dengan keamanan psikologis sebagai mediator pada karyawan Gen Z. Pemahaman ini penting karena adanya perbedaan karakteristik Gen Z dengan generasi sebelumnya yang menimbulkan tantangan tersendiri bagi organisasi dalam mendukung kesejahteraan mereka. Data penelitian diperoleh dari 154 karyawan Gen Z yang aktif bekerja selama minimal satu tahun pada perusahaan yang memiliki struktur hierarki formal. Hasil analisis menunjukkan bahwa keamanan psikologis tidak memediasi secara signifikan hubungan antara kepemimpinan inklusif dan kesejahteraan karyawan (b = .01, SE = .02, p = .74, 95% CI [-.04, .05]). Meskipun kepemimpinan inklusif berperan signifikan terhadap keamanan psikologis, variabel tersebut tidak berdampak signifikan pada kesejahteraan karyawan. Dengan ini, kepemimpinan inklusif berkontribusi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan karyawan pada karyawan Gen Z tanpa melalui keamanan psikologis (b = 0.47, SE = .09, p < .001, 95% CI [.30, .64]). Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya literatur terkait variabel kepemimpinan inklusif, keamanan psikologis, dan kesejahteraan karyawan.

This study aims to examine the relationship between inclusive leadership and employee well-being, with psychological safety as a mediating variable, among Generation Z employees. This is particularly important given the distinct characteristics of Gen Z compared to previous generations, which present unique challenges for organizations in supporting their well-being. Data were collected from 154 Gen Z employees who had been actively working for at least one year in companies with a formal hierarchical structure. The analysis showed that psychological safety does not significantly mediate the relationship between inclusive leadership and employee well-being (b = .01, SE = .02, p = .74, 95% CI [-.04, .05]). Although inclusive leadership plays a significant role in psychological safety, the latter does not have a significant effect on employee well-being. Thus, inclusive leadership directly contributes to improving the well-being of Gen Z employees without mediation through psychological safety (b = 0.47, SE = .09, p < .001, 95% CI [.30, .64]). These findings may contribute to the existing literature on inclusive leadership, psychological safety, and employee well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Dian Trisari
"Dalam rangka reformasi birokrasi, perubahan menjadi hal yang harus dihadapi oleh lembaga pemerintah agar dapat menunjukkan kinerja lebih baik yang diharapkan oleh masyarakat dan sesuai dengan semangat orientasi pelayanan, namun pada umumnya masih banyak lembaga yang belum berhasil melakukan perubahan karena kurangnya kesiapan untuk berubah dan adanya sikap negatif pegawai terhadap perubahan. Pegawai untuk menjadi siap dalam menghadapi perubahan memerlukan iklim psikologis yang aman. Rasa aman psikologis dapat memfasilitasi kebutuhan belajar dan berkembang melalui rasa aman pada pegawai untuk mengambil risiko dianggap salah atau tidak mampu oleh atasan dan lingkungan kemudian berani mengambil inisiatif untuk terlibat dalam perubahan. Untuk mendukung suasana rasa aman dibutuhkan gaya kepemimpinan pelayan. Kepemimpinan pelayan dipandang sebagai kepemimpinan yang bermanfaat melalui caranya dalam membangun, melibatkan, dan mengembangkan pegawai. Hal ini menjadi acuan dalam penelitian untuk melihat peran rasa aman psikologis sebagai variabel penengah pada hubungan antara kepemimpinan pelayan dan kesiapan untuk berubah. Penelitian dilakukan kepada pegawai negeri sipil pada salah satu lembaga pemerintah dengan mengukur persepsi terhadap kepemimpinan pelayan, rasa aman psikologis dan kesiapan untuk berubah yang dirasakan oleh pegawai. Hasil penelitian menunjukkan rasa aman psikologis dapat berperan sebagai variabel penengah sebagian pada hubungan antara kepemimpinan pelayan dengan kesiapan untuk berubah. Dalam hal ini kepemimpinan pelayan memiliki efek langsung dan tidak langsung, yaitu melalui rasa aman psikologis, terhadap kesiapan untuk berubah.

In the bureaucracy reform, the changes become the things that government agencies have to deal with in order to show better performance that is expected by the community and in line with the spirit of service orientation, but in general there are still many institutions that have not succeeded in making changes due to lack of readiness to change and attitude negative employees to change. Employees to be ready for change need a psychological safety climate. Psychological safety can facilitate learning needs and evolve through a sense of security for employees to risk being perceived as either incapable or inadequate by their bosses and the environment and then taking the initiative to engage in change. To support a sense of security requires a servant leadership style. Servant leadership is seen as a useful leadership through the way they build, engage and develop employees. This is a reference in research to see the role of psychological safety as an mediator variable on the relationship between servant leadership and readiness for change. The study was conducted for civil servants in one government agency by measuring perceptions of servant leadership, psychological safety and readiness for change perceived by employees. The results indicate that psychological safety may serve as a partial mediator variable on the relationship between servant leadership and readiness for change. In this case the servant leadership has a direct and indirect effect, namely through psychological security, to the readiness for change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library