Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cole, Luella
New York: Holt, Rinehart and Winston, 1963
155.5 COL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Akibat dari bencana Tsunami banyak remaja yang kehilangan orangtua, hal ini dapat
menimbulkan goncangan psikologis yang sangat besar bagi remaja, sedangkan pada
perkembangan psikologis remaja im sendiri berada dalam tahap transisi dari anak-anak
ke dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak psikologis pada
remaja usia 12-20 tahun terhadap kehilangan orangtua pasca Tsunami. Penelitian ini
dilakukan di Nanggro Aceh Darussalam dengan jumlah responden 100 orang terdiri dari
Iaki-laki dan perempuan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana
dengan menggunakan proporsi, yang rnenujukan tahapan psikologis marah sebesar
63,6%. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa remaja yang kehilangan orangtua
berada pada tahapan marah. Sehingga diperlukan penanganan yang Iebih serius terhadap kegiatan-kegiatan kearah yang Iebih positif."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5437
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Friedenberg, Edgar Z.
Boston: Beacon Press, 1969
155.5 FRI v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"Bagi mahasiswa motivasi merupakan salah satu aspek mental yang berperan besar bagi keberhasilan proses belajarnya. Motivasinya yang tinggi, iklim motivasi yang positif dan dukungan sosial yang mendorong seseorang antuk berprestasi baik merupakan kondisi yang sangat kondusif bagi keberhasilan mahasiswa.
Namun, apakah iklim motivasi yang ada diantara mahasiswa maupun yang dipersepsi sebagai ada oleh mahasiswa. Benar-benar merupakan iklim motivasi yang positif, belum banyak distudi. Motivational Gravity merupakan konsep yang memfokuskan perhatian pada sejauh mana lingkungan (atasan, rekan, bawahan) seseorang mendorong atau mendukung keberhasilan prestasi.
Studi ini menggali tentang bagaimana gambaran motivational gravity pada situasi kerja dan pada situasi kemahasiswaan. Apakah atasan, baik pria maupun wanita, akan kerja pria maupun wanita akan mendorong atau akan menghambat rekan kerjanya yang menunjukkan prestasi menonjol.Dan pada situasi kemahasiswaan, apakah mahasiswa senior pria maupun wanita dan rekan mahasiswa lainnya akan mendorong atau menghambat rekan mahasiswa tertentu yang berprestasi baik.
Ada 4 kemungkinan kombinasi Motivational Gravity yang bisa terjadi, yang pertama adalah Motivational Gravity positif, yaitu keadaan dimana baik atasan/senior maupun sesama rekan kerja/mahasiswa sama-sama mendukung keberhasilan rekan yunior lain yang cukup menonjol.
Yang kedua adalah Motivational Gravity negatif, dimana baik atasan/senior maupun sesama rekan kerja/mahasiswa sama-sama menghambat/menekan karyawan/mahasiswa yang prestasinya menonjol tersebut.
Selain itu bisa juga terjadi MG + - ataupun MG - +, di mana antara atasan/senior dan selama rekan kerja/mahasiswa ada yang mendorong dan ada pula yang menghambat.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa F. Psikologi dan F. Teknik - Arsitektur UI. Jumlah responden adalah 148 dari Psikologi dan 80 Bari FT. Arsitektur.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Terdapat iklim Motivational Gravity positif pada mahasiswa Psikologi maupun FT. Arsitektur, dalam situasi hubungan antar mahasiswa.
2. Dalam situasi hubungan antar rekan kerja, mahasiswa FT. Arsitektur memiliki iklim Motivational Gravity positif. Namun pada mahasiswa Psikologi tidak demikian. Baik atasan pria maupun wanita dipersepsi sebagai cenderung menghambat rekan kerja wanita yunior yang berprestasi dengan menekan/menghambatnya melalui beberapa cara (MG -+). Selain itu, juga dipersepsi adanya hambatan dari sesama rekan wanita terhadap rekan kerja wanita lain yang berprestasi.
3. Secara keseluruhan, mahasiswa UI menunjukkan iklim Motivational Gravity yang positif terutama dalam hubungan antar mahasiswa. Namun dalam situasi kerja, mahasiswa mempersepsi adanya upaya menghambat rekan wanita yunior yang berprestasi oleh atasannya(pria maupun wanita), dan selain juga ada hambatan (sabotase) dari sesama rekan kerja wanita terhadapnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Adelina Rara
"Penelitian ini membahas pengaruh konflik pekerjaan-keluarga (time-based, strain-based, dan behaviour-based) menurut Greenhaus dan Beutell (1985) dan strategi SOK menurut Baltes dan Baltes (1960) terhadap kepuasan kerja menurut Spector (1997) pada manajer. 143 manajer yang berasal dari ketiga perusahaan, yaitu swasta, BUMN/BUMD, dan institusi pemerintah menjadi responden di dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi lapangan. Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan teknik ANOVA-dua arah menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara jenis konflik dan tingkat penggunaan strategi SOK terhadap kepuasan kerja manajer (F= 187,223, p= 0,000). Manajer dengan jenis konflik strain-based memiliki kepuasan kerja tertinggi dibandingkan dengan manajer dengan jenis konflik time-based dan behaviour-based apabila didukung tingkat penggunaan strategi SOK yang tinggi. Namun demikian, manajer berjenis konflik strain-based memiliki kepuasan kerja terendah dibandingkan dengan dua jenis konflik lainnya apabila level strategi SOK yang dimiliki rendah. Tidak ditemukan pengaruh level SOK dalam menentukan kepuasan kerja pada manajer yang berjenis konflik time-based.
The focus of this study was to examine the effect of work-family conflict and Selection, Optimization, and Compensation strategy on manager?s job satisfaction. 143 managers working in three different workplaces (private sectors, BUMN/BUMD, and government institutions) were involved. This study was a quantitative field study. A 2x3 between-subject ANOVA were used as a statistic technique. The results showed that there was a significant effect of work-family conflict and SOC strategy on manager?s job satisfaction (F= 187,223, p= 0,000). Managers possessing a high level of SOK strategy and having strain-based conflict had the highest job atisfaction, as compared to those having time-based and behaviour-based conflicts. On contrary, managers with a low level of SOC strategy and strain-based conflict had the lowest job satisfaction as compared to those with time-based dan behaviour-based. There was no effect of level of SOK strategy found in managers having time-based conflicts in predicting job satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frydenberg, Erica
New York: Routledge, 2008
155.51 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kroger, Jane, 1947-
London: Routledge, 2004
155.518 KRO i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frydenberg, Erica
London: Routledge, 1996
155.5 FRY a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Widyawati
"ABSTRAK
Manusia selalu merasakan kekurangan pada dirinya sehingga
kebutuhan untuk menutupi kekurangannya itu pun selalu mewarnai
kehidupannya. Kebutuhan ini dapat distimulasi oleh proses internal, tetapi
lebih sering oleh faktor-faktor lingkungan (Murray, 1938, dalam Hall & Lindzey,
1985).
Salah satu faktor lingkungan manusia adalah keluarga. Keluarga
merupakan lingkungan primer yang di dalamnya terjalin interaksi yang
mendalam. Seorang anak perlu mengalami iklim keluarga yang menyenangkan
sepanjang masa kanak-kanaknya. Lingkungan keluarga yang menyenangkan
adalah lingkungan yang mampu menyediakan kehangatan dan penerimaan
terhadap anak. Iklim rumah yang positif biasanya menjalankan disiplin yang
konsisten, menimbulkan kompetensi sosial dan emosional, dan responsif
terhadap kebutuhan pertumbuhan anak (Turner & Helms, 1995).
Namun demikian, banyak anak yang tidak memperoleh pengalaman
berada di lingkungan keluarga yang seharusnya. Mereka harus berpisah dari
orangtua dan menjalani masa kanak-kanak dan remaja di panti asuhan. Panti
asuhan memang dapat memenuhi banyak kebutuhan remaja, tetapi anak asuh
tidak dapat terus menggantungkan hidupnya pada panti asuhan. Begitu
menyelesaikan sekolah, anak asuh diharapkan sudah mampu untuk mandiri dan
menentukan pilihan hidupnya. Dengan kata Iain tuntutan hidup mereka lebih
berat daripada remaja yang bingung dalam di rumah bersama orangtuanya
Remaja, baik yang tingal di panti asuhan maupun di rumah bersama
orangtua, dituntut untuk menyesuaikan diri dengan banyak perubahan pada
dirinya. Walaupun demikian, tidak mudah bagi remaja untuk merencanakan
masa depannya. Sering ditemui remaja bingung dalam menentukan langkah dan
kesulitan dalam mengemukakan keinginannya.
Masa remaja juga ditandai dengan adanya kebutuhan. Para ahli sepakat
tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Belum ada kesepakatan
tentang apa bentuk kebutuhan yang khas itu dan mana kebutuhan yang menonjol. Kalaupun ada ahli yang mengemukakan tentang kebutuhan remaja,
kebutuhan-kebutuhan itu tidak pasti dapat diberlakukan bagi seluruh remain.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian dilakukan di Jakarta,
yaitu membandingkan kebutuhan antara remaja yang baru tingal di panti
asuhan dengan yang lama tinggal di panti asuhan, antara remaja panti asuhan
perempuan dengan laki-laki, dan antara remaja panti asuhan dengan remaja non
panti asuhan.
Pengambllan subyek dilakukan dengan teknik incidental sampling. Subyek
adalah penghuni panti asuhan dan bukan penghuni panti asuhan yang berusia
15 sampai 19 tahun. Subyek sejumlah 35 orang berasal dari Panti Asuhan
Tanjung Barat di Tanjung Barat, Panti Asuhan Al-Khairiyah di Terogong, Panti
Asuhan Jos Sudarso di Cilandak, dan Panti Asuhan Harapan Remaja di
Rawamangun. Subyek yang tinggal bersama keluarga di luar panti asuhan
berjumlah 45 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Edwards
Personal Preference Schedule (EPPS) dan pertanyaan terbuka untuk menambah
analisis data. Dalam analisis data digunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan remaja yang tinggal di panti
asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan yang menonjol adalah kebutuhan
afiliasi. Kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan yang paling tidak
menonjol adalah kebutuhan dominasi, sementara bagi remaja yang tidak tinggal
di panti asuhan adalah kebutuhan untuk patuh (need for deference). Baik pada
remaja perempuan maupun remaja laki-laki yang tinggal di panti asuhan
memiliki kebutuhan afiliasi yang menonjol dan kebutuhan dominasi yang sangat
tidak menonjol. Begitu pula pada penghuni yang baru maupun yang lama pada
panti asuhan.
"
1999
S2566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Psychology Press, 1998
305.230 86 SOC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>