Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelia Farina Salim
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaniah
"Keterampilan berbahasa Inggris sangat diperlukan untuk menghadapi era globalisasi yang melanda di segala bidang. Oleh karena itu banyak orang yang mengikuti kursus-kursus. Mmsusnya di LB-LIA, untuk meningkatkan kemampuan merelsa dalam berbahasa Inggris. Ketrampilan berbahasa Inggris tidak hanya ditekankan pada kemampuan lisan. tetapi juga kemampuan menulis. Menurut Wright (1993) kemampuan menulis adalah kemampuan yang paling sulit dipelajari oleh siswa. Di LB-LIA, prestasi yang dituniukJcan siswa dalam pelajaran menuUs belum menunjukkan kemampuan siswa yang sebenamya. Hal ini diduga terjadi karena siswa memiliki derajat self-efficacy rendah pada pelajaran menulis. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan suatu tugas. Menurut Stipek (1993) siswa yang memiliki self-efficacy rendah pada suatu tugas cenderung untuk mengatribusikan kegagalan atau keberhasilannya dalam melakukan tugas tersebut pada faktor-faktor di luai- dirinya (faktor ekstemal).
Salah satu faktor eksternal itu adalah umpan balik yang diberikan guna mengenai unjuk kerja siswa pada tugas tersebut. Dalam pelajaran menulis ada dua jenis umpan balik vang biasa digunakan oleh guru untuk memberikan unipan balik pada vuijuk keria siswa (Sliennan. 1994). Umpan balik itu adalah: (1) Error marked and corrected but without explanation, yang bersifat informatif ; dan (2) Error marked and corrected with explanation, yang sifatnya korektif. Menurut Shennan (1994) pula. nmpan balik yang baik adalah unipan balik yang bergmia dan dapat digimakan oleh siswa. Bagi siswa yang memiliki derajat selfefficacy rendalu unipan balik korektif yang diberikan gum ini sangat membanhi karena umpan balik korektif ini difokuskan pada unjuk kerja siswa dan bukan pada kemampuan dirinya. Sehingga dengan pemberian umpan balik korektif ini siswa tidak merasa terancam konsep dirinya.
Dari umpan balik korektif ini siswa secara obyektif dapat mengetahui kesalahan yang dilakukannya dan cara-cara untuk memperbaiki kesalahan yang sama di masa datang. Seperti mnpan balik jenis lainnya, umpan balik korektif dapat diinterprestasikan secara berbeda oleh penerina dan pemberi mnpan balik. Banyaknya coretan yang berisi penielasan yang dituliskan gum pada kertas menulis siswa mungkin akan diinteiprestasikan oleh siswa sebagai penegesan atau hukuman atas ketidak mamapuaimya dalam melakukan tugas menulis. Bila hal ini terjadi. maka siswa tersebut semakin tidak man menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam m-alakukan tugas yang sama di masa yang akan datang. Sebagai akaibatnya prestasinya pada tugas tersebut di masa datang juga akan semakin menurun. Oleh karena itu, maka penelitian ini bertujuan meneliti efektivitas dari pemberian umpan bahk korektif terhadap prestasi menulis siswa yang memiliki taraf self-efficacy rendah.
PeneUtian ini adalah penelitian eksperimen dua kelompok yang menggunakan desain dua kelompok randomised pre-post control group. Penempatan subyek ke dalam dua kelompok. yaitu kelompok kontiol dan kelompok eksperimen dilakukan secara random. Pada kedua kelompok dilakukan pre dmi post test. Data hasil penelitian ini diolah dengann menggunakan t-test.
Penelitian ini membuktikan bahwa Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gain skor menulis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditolak (t = 6.14 ; a =0.05). Sehingga Ha yang menyatakan bahwa gain skor menulis kelompok eksperimen lebih besar secara signifikan dibandingkan gain skor menulis kelompok kontrol diterima. Jadi dalam penelitian ini terbukti baliwa umpan balik korektif efektif untuk meningkatkan prestai menulis dalam bahasa Inggris siswa dengan derajat self-efficacy rendah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Ersi
"Latar belakang penelitian ini adalah konsumen dipengaruhi oleh banyak hal dalam membeli barang seperti self-esteem, yaitu suatu penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri yang menggambarkan sikap suka atau tidak suka akan keberadaan dirinya, dan The Love of Money yaitu sikap seseorang terhadap uang yang menilai uang sebagai simbol rich, success, motivator, dan important.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan seberapa kuat pengaruh self-esteem dan The Love of Money terhadap perilaku membeli barang berdasarkan merek.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan sampel penelitian sebanyak 57 orang yang terbagi dalam kelompok konsumen yang membeli berdasarkan merek (23 orang) dan kelompok konsumen yang membeli tidak berdasarkan merek (34 orang). Penelitian ini menggunakan alat ukur Money Ethics Scale (Tang, 2001), Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965), dan alat ukur membeli barang yang dibuat peneliti untuk penelitian ini. Multiple regression digunakan untuk melihat besar pengaruh self-esteem dan the love of money terhadap perilaku membeli barang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Self-esteem dan the Love of Money tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku membeli barang baik berdasarkan merek maupun tidak berdasarkan merek.
Peneliti menyarankan untuk memperbanyak jumlah sample, mempertimbangkan variabel lain yang mempengaruhi perilaku membeli barang, dan meneliti kelompok konsumen lain seperti konsumen remaja, artis dan lain-lain. Juga disarankan untuk melakukan penelitian pada variabel se/f yang lain seperti self-monitoring dan lain-lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumilang Reza Andika
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan perspektif diri (actoragent) terhadap prososialitas yang dimoderasi oleh aktivasi konsep Tuhan lewat pemberian prime. Actor bersikap prososial, sedangkan agent egois. Diprediksi bahwa adanya pemberian prime Tuhan mengaburkan perbedaan prososialitas antara actor dan agent dengan meningkatkan prososialitas keduanya.
Hasil penelitian eksperimen berbasis web ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prososialitas antarkelompok Perbedaan tersebut hanya dipengaruhi oleh jenis prime yang diberikan secara langsung, bukannya interaksi antara variasi perlakuan yang diberikan. Temuan pada penelitian ini mengindikasikan adanya pengaruh yang divergen dari prime Tuhan terhadap prososialitas dan merupakan terobosan dalam mengintegrasikan konsep diri yang berlapis dengan prime Tuhan.

The objective of this research is to examine the effect of type-of-self (actor-agent) on prosociality, which moderated by the activation of God concept through priming. Actor acts prosocially, while agent is selfish. It's predicted that the priming of God concept can diminish prosociality difference between them by increasing both's prosociality.
The results of this web-based experiment indicate that there are differences between group's prosociality. Those differences only affected mainly by the type of prime given, but not because of the interaction between the type-of-self and the given prime. The findings indicate the existence of divergent effect of God prime on prosociality and is a breakthrough in integrating multilayered-self concept and God prime.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59106
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Jason Aronson, 1991
616.89 USI (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dweck, Carol S.
USA: Psychology Press, 2000
155.2 DWE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kristjánsson, Kristján
"If there is one value that seems beyond reproach in modernity, it is that of the self and the terms that cluster around it, such as self-esteem, self-confidence and self-respect. It is not clear, however, that all those who invoke the self really know what they are talking about, or that they are all talking about the same thing. What is this thing called 'self', then, and what is its psychological, philosophical and educational salience? More specifically, what role do emotions play in the creation and constitution of the self? This book proposes a realist, emotion-grounded conception of selfhood. In arguing for a closer link between selfhood and emotion than has been previously suggested, the author critically explores and integrates self research from diverse academic fields. This is a provocative book that should excite anyone interested in cutting-edge research on self-issues and emotions that lies at the intersection of psychology, philosophy of mind, moral philosophy and moral education."
New York: Cambridge University Press, 2010
e20528777
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Zilal Kamal
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah machiavellianisme, narsisisme, dan faktor-faktor big-five memiliki hubungan dengan respon utilitarian dalam dilema moral. Responden penelitian (n=137) merupakan responden umum yang diambil berdasarkan cara pengambilan data secara langsung dan online, dimana pengambilan data secara langsung dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa machiavellianisme berkorelasi positif dengan moral dilema (rs=0,360, p<0,01). Selain itu, machiavellianisme dapat memprediksi pengambilan keputusan dalam dilema moral dengan β = 0,320, t(7,109) = 3,374, p <0,01. Dengan kata lain, individu dengan skor machiavellianisme yang tinggi akan cenderung untuk memunculkan respon utilitarian dalam dilema moral dibanding individu dengan skor machiavellianisme rendah. Narsisisme dan faktor-faktor big-five tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan respon utilitarian dalam dilema moral.

The purpose of this research was to see if machiavellianism, narcissism, and big-five factors correlated with utilitarian response in moral dilemmas. Research respondent (n=137) were general, chosen with direct and online methods, which direct methods is being done in Faculty of Psychology, University of Indonesia. The result of this research was that machiavellianism has a positive correlations with moral dilemma (rs=0.360, p<0.01). Then, machiavellianism could predict the decision making in moral dilemma, with β = 0.320, t(7.109) = 3.374, p <0.01. In other words, individuals with higher machiavellian score were more likely to show an utilitarian response than individuals with lower machiavellian score in moral dilemmas. Narcissism and big-five factors didn’t have a significant correlation in response to moral dilemmas.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenzler-Cremer, Hildegard
Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1999
155.25 WEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>