Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Saptiani
Abstrak :
Meningkatnya jumlah penderita IMS dan banyaknya penderita IMS yang tidak di obati dari tahun ke tahun di Kota Bandar Lampung, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang sangat serius dan berdampak besar pada masa yang akan datang apabila tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan infeksi menular seksual pada wanita penjaja seks di Kecamatan Panjang Bandar Lampung.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectionaldengan sampel penelitian sebanyak 114 wanita penjaja seks yang diambil secara acak sederhana(simple random sampling). Sebagian besar (60,5%) responden telah mencari pengobatan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan dan 39,5% mencari pengobatan sendiri untuk mengatasi keluhannya. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara faktor hambatan dalam pencarian pengobatan dengan perilaku pencarian pengobatan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan adalah faktor tersedianya fasilitas kesehatan di lokalisasi dengan nilai OR=3,08 yang berarti responden yang terdapat fasilitas kesehatan di lokalisasi mencari pengobatan IMS 3 kali lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak mempunyai fasilitas kesehatan di lokalisasi.
The number of patients with sexually transmitted infection (STI)is increasingin Bandar Lampung, but not all of them obtain proper medical treatments. This can lead to serious health problems and can have major impacts in the future, if lacking intensive care and suitable handling environments. This research aims to analyze sex workers? behaviors in seeking for the medication of STI. The respondents were 114 female sex workers, and they randomly interviewed in the District of Panjang Bandar Lampung. Quantitative method and cross-sectional design were used to analyze the data.The majority of respondents (i.e., 60,5%) have sought for the first aids to health services, whereas the minority (i.e., 39,5 %) have relied on independent treatments to solve their problems. The bivariate analysis shows that significant relationships exist between the impeding factors (in seeking for the medications) and medical-seeking behaviors. The most dominant factor associated with the medical seeking behaviors is the availability of health facility in the prostitution area with the value of OR is equal to 3,08. This means the respondents with a health facility in their working places are three times higher in seeking medication than those with no health facility.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sahidin
Abstrak :
[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang upaya perlindungan terhadap wanita penjaja seks (WPS) melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya, peran yang dilakukan oleh pendamping (PL/PE) dan hambatan yang timbul serta upaya mengatasi hambatan dalam perlindungan WPS melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya di Yayasan Bandungwangi Jatinegara Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan upaya perlindungan WPS melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya, meliputi (1) bentuk-bentuk perlindungan dan tahap-tahap perlindungan WPS melalui pendekatan kelompok dukungan sebaya, (2) peran yang dilakukan oleh pendamping, meliputi sebagai komunikasi personal, sebagai edukator, sebagai integrator/koordinator, sebagai penggerak (mobilizer), sebagai fasilitator, memberikan konseling (advice giving and counselling), sebagai pembela (advocate), sebagai pemungkin (enabler), sebagai supporting, sebagai analyst/evaluator, dan (3) hambatan yang timbul serta upaya mengatasi hambatan.
ABSTRACT
This thesis discusses the protection effort for sex workers utilizing peer support group approach, role of (field worker /peer edukator) and constraints faced and effort solve contraints Bandungwangi Foundation Jatinegara East Jakarta, the results illustrate (1) steps to provide protection, (2) the role of field workers/peer educator as coordinator, mobilizer, fasilitator, advocator, enabler, evaluator. and solve contraints in the protection women seks worker, This thesis discusses the protection effort for sex workers utilizing peer support group approach, role of (field worker /peer edukator) and constraints faced and effort solve contraints Bandungwangi Foundation Jatinegara East Jakarta, the results illustrate (1) steps to provide protection, (2) the role of field workers/peer educator as coordinator, mobilizer, fasilitator, advocator, enabler, evaluator. and solve contraints in the protection women seks worker]
2015
T44194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibah Eka Rosnelly
Abstrak :
Di dalam masyarakat, pekerja seks masih dianggap sebagai penyandang masalah sosial, sehingga dijauhi, bahkan hams diturnpas_ Namun, sebagai manusiag mereka scharusnya dilindungi oleh hukum dan diperlakukan Sesuai dengan amran hak asasi manusia. Dalam kenyataannya., mereka bahkan meugalami berbagai bentuk kekerasan. Unruk memahami masalah itu dan rnencari jalan keluar, penelitian ini mengkaji kasus kekerasan terhadap pekezja seks di kola Banjarmasin. Penelirizm ini, yang mengglmakan rancangan kualitatif berperspektif feminis mengungkap bahwa pekclja scks mengalami kekerasan di sepanjang hidupnya, sebelum, dan selama menjadi pekerja seks. Tiga orang peke1ja seks menceritakan pcngalaman mereka yang membeherkan bentuk kekerasan yang sangat beragam. Mereka pemah mengalami kekerasan Gsik, psikologis, verbal, seksual, spdtual, bahkan yang berdimensi finansial seperti pemerasan, pcnyckapan, penangkapan dan dimanfaatkan oleh aparat negara untuk kcpcntingan terteutu. Akibamya timbul penderitaan iisik: Iuka-Iuka dau memar, gangguan pendengaran, gangguan organ dan fungsi reproduksi. Sementara itu penderitaan psikologisz perasaan takut dan cemas, menyalahkan diri sendiri, rendah diri, perasaan terluka yang mendalam, tidak bcrdaya dan putus asa, serta ketidakmampuan menikmati hubungan seks secara wajar. Namun mereka bertahan hidup karena stralegi tertentu dalam menghadapi kekerasan: melawan, memutuskan hubungan dengau sumber kckerasan, bersikap pasrah alau lcompromistis.
Abstract In our society, sex workers are still regarded in those who cause social problems, thus they are isolated, even shall be annihilated. As human being, however, they shall have to be protected by the law and treated in accordance to principles of htunan rights. As a matter of fact, they even experience many kinds of violence. ln order to understand the matter and 'rind out the solution, this research studies the violence case against sex workers in Banjannasin city. This research which applies the feminism perspective based qualitative design reveals that sex workers experience violence dtuing their period of life, before and when making their life as sex workers. Three sex workers tell their experience specifying various types of violence. They ever experience physical, psychological, verbal, sexual, spiritual violence, and even linaneial violence such as squeezing, locking-up, arrest and made a better use by authority for cenain interest. As a result, they experience physical torture: wound and bmise, hearing defect, and reproductive health disorder. As psyeholical torture: fear and apprehensive, low self esteem, self blame, hopeless, and inability to enjoy a proper sexual intercourse. Nevertheless, they ny to survive their life because they use coping strategies: to resist their violence, to defend, to avoid the source of violence, submit their own fate or establish a compromise.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T6319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Syahputra Bukit
Abstrak :
Tingginya jumlah kasus HIV-AIDS di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan yaitu sebanyak 3.780 kasus dan telah terjadi penurunan angka penggunaan kondom dari 86% menjadi 51,5% pada tahun 2011. Guna mengetahui penyebab kondisi tersebut maka perlu diketahui gambaran perilaku wanita pekerja seks dalam menawarkan kondom bagi pelanggan saat melakukan hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang perilaku wanita pekerja seks dalam menawarkan kondom pada pelanggan saat berhubungan seks di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain RAP. Data penelitian didapatkan dengan melakukan Indepth Interview (wawancara mendalam) kepada 12 informan yaitu para WPS di Kota Medan dan 8 informan kunci yang terdiri dari KPA, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan LSM Kota Medan, mucikari serta pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan WPS tentang HIV-AIDS dan kondom sudah baik, ketersediaan kondom sudah optimal, peran teman sebaya mendukung sesama WPS untuk menawarkan kondom ke pelanggan cukup tinggi dan peran mucikari mendukung WPS untuk menawarkan kondom pada pelanggan sangat rendah. Perilaku WPS dalam menawarkan kondom ke pelanggan sudah baik akan tetapi daya tawar serta kemampuan negosiasi WPS dalam menawarkan kondom belum optimal, sehingga penggunaan kondom masih tidak konsisten dan rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan upaya promosi kondom secara komprehensif baik pada WPS, pelanggan dan pihak-pihak yang terkait.
The high prevalence of HIV-AIDS in Medan North Sumatra as many as 3,780 cases and there has been a decrease in condom use (86%) to (51.5%) in 2011. Order to determine the cause of the condition needs to be known picture of female Perilaku wanita pekerja seks (WPS) dalam menawarkan kondom pada pelanggan saat hubungan seks di Kota Medan tahun 2014 = Behavior of female sex workers in offering condoms to sex customers in Medan 2014 behavior in offer condom for customers during sexual intercourse. The aim of this study was to obtain in depth information about the behavior of female sex workers in offering a condom for customers during sex in Medan. Qualitative methods had been used in this study. The research data obtained by conducting indepth interviews to 12 of sex workers and 8 key informants consisting of National AIDS Commission, Department of Health, Office of Women's Empowerment and NGO in Medan, pimps and customers of sex. The results showed that female sex workers knowledge about HIV-AIDS and condoms is high, the availability of condoms is optimal, the role of peer support fellow sex workers to offer condoms to customers is high enough, the role of pimps supports for sex workers to offer condoms is very low. Female sex workers behavior in offering condoms to customers is good but the bargaining power of female sex workers as well as the ability to negotiate in offering condom is non optimal, therefore condom use still inconsistent and required to increase condom promotion efforts comprehensively both the WPS, customers and related parties.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sibuea
Abstrak :
Buku Harian Penggunaan Kondom merupakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan sasaran WPS, berupa catatan harian penggunaan kondom dalam bentuk penempelan stiker, bertujuan mengevaluasi perilaku penggunaan kondom dan memotivasi WPS untuk menggunakan kondom secara konsisten. Pengembangan model buku harian di Jakarta Selatan menunjukan belum semua WPS memanfaatkan buku harian secara berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi, ditujukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang karakteristik sosiodemografi, personal dan eksternal yang melatarbelakangi perilaku WPS dalam pemanfaatan buku harian. Ketergantungan WPS terhadap dukungan rekan seprofesi dan pengawasan dari LSM menggambarkan swa efikasi (self- efficacy) yang rendah terhadap pemanfaatan buku harian. Buku harian lebih optimal jika diterapkan dengan menggunakan strategi promosi kesehatan secara simultan yang meliputi: advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dan ditindaklanjuti dengan pengawasan. ...... "Buku Harian Penggunaan Kondom" is a daily record of condom ue targeting to the Female Sex Workers (FSW). The purpose of this Information, Education and Communication (IEC) Media is to evaluate and motivate the FSW to use condom consistently by sticking sticker in the diary. The objective of this study was to obtain data on socio demography, personal and external factors underlying the use of the "Buku Harian Penggunaan Kondom? by the FSW. This study This study used qualitative methods by using in-depth interview and observation techniques. The result showed that low self-efficacy on the use of the "Buku Harian Penggunaan Kondom" among FSW depended on peer support and NGO's supervision. The recomendation was made to the Center of Health Promotion, Ministry of Health to strengthen the implementation of Buku Harian Penggunaan Kondom by full range of Health Promotion stragegies such as advocacy, community development, community empowerment and partnership simultaneously and also accompanied by supervision.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Prihastita Rizyana
Abstrak :
[Kontak seks komersial mempercepat penularan HIV. Probabilitas pekerja seks terinfeksi HIV lebih tinggi karena beberapa faktor risiko, salah satunya penggunaan kondom secara tidak konsisten. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan faktor individual (umur, pendidikan, negosiasi kondom, lama bekerja, jumlah pelanggan), faktor lingkungan (pelatihan kondom, ketersediaan kondom, tempat mendapatkan kondom, keterpaparan informasi) dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPS. Analisis lanjut data Survei Manajemen Rantai Pasokan Kondom (SMRPK) tahun 2013 dengan desain cross sectional pada 3225 WPS langsung dan tidak langsung yang dipilih secara multistage random sampling di 16 Provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 62,8% konsistensi memakai kondom. Umur WPS, negosiasi kondom, ketersediaan kondom berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom. Variabel negosiasi kondom merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom.dimana WPS yang selalu melakukan negosiasi kondom berpeluang menggunakan kondom secara konsisten 12,6 kali dibandingkan WPS yang tidak selalu negosiasi kondom dengan pelanggannya;Number of commercial sex can speed up the transmission of HIV. Probability of sex workers are infected with HIV is higher because some risk factors such as a consistency condom use. This study aims to determine the associated of individual factors (age, education, condom negotiation, length in commercial work, number of customers), environmental factors (condoms training, availability, source to get condoms, exposure by information) with the consistency of condom use by FSW’s. According to Supply Management Survey (SMRPK) in 2013, recruited 3225 of direct and indirectly FSW’s through multistage random sampling in 16 Provinces in Indonesia. The results indicated 62.8% consistent condom use. Age, condom negotiation, condom availability significantly correlated with consistency of condom use. Condom negotiation is the most dominant factor related to consistency of condom use after adjusting with age and condom availability. FSW’s whose always negotiated have a 12.6 times consistently of condom use with a clients.;Number of commercial sex can speed up the transmission of HIV. Probability of sex workers are infected with HIV is higher because some risk factors such as a consistency condom use. This study aims to determine the associated of individual factors (age, education, condom negotiation, length in commercial work, number of customers), environmental factors (condoms training, availability, source to get condoms, exposure by information) with the consistency of condom use by FSW’s. According to Supply Management Survey (SMRPK) in 2013, recruited 3225 of direct and indirectly FSW’s through multistage random sampling in 16 Provinces in Indonesia. The results indicated 62.8% consistent condom use. Age, condom negotiation, condom availability significantly correlated with consistency of condom use. Condom negotiation is the most dominant factor related to consistency of condom use after adjusting with age and condom availability. FSW’s whose always negotiated have a 12.6 times consistently of condom use with a clients., Number of commercial sex can speed up the transmission of HIV. Probability of sex workers are infected with HIV is higher because some risk factors such as a consistency condom use. This study aims to determine the associated of individual factors (age, education, condom negotiation, length in commercial work, number of customers), environmental factors (condoms training, availability, source to get condoms, exposure by information) with the consistency of condom use by FSW’s. According to Supply Management Survey (SMRPK) in 2013, recruited 3225 of direct and indirectly FSW’s through multistage random sampling in 16 Provinces in Indonesia. The results indicated 62.8% consistent condom use. Age, condom negotiation, condom availability significantly correlated with consistency of condom use. Condom negotiation is the most dominant factor related to consistency of condom use after adjusting with age and condom availability. FSW’s whose always negotiated have a 12.6 times consistently of condom use with a clients.]
Universitas Indonesia, 2015
T42746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonda Nur Assyaidah
Abstrak :
ABSTRAK
Industri jasa layanan seks ada di Indonesia dan dikenal sebagai sumber penularan HIV dan IMS. Upaya pencegahan penularan HIV salah satunya melalui tes HIV. Tes HIV dapat memperluas layanan HIV yang meliputi perawatan, dukungan, dan pengobatan pada waktu yang tepat. Akan tetapi, masih banyak WPS yang belum bersedia memanfaatkan pelayanan tes HIV padahal tes ini sudah disediakan gratis begitu pula dengan pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dan persepsi berisiko terkena HIV terhadap pemanfaatan layanan tes HIV pada WPS baik WPSL maupun WPSTL di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian mix method (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain Sequential Explanatory. Sampel pada penelitian ini adalah WPS berjumlah 447 orang dan 12 informan. Terdapat variasi pengaruh pengetahuan dan persepsi terhadap pemanfaatan layanan tes. Pengetahuan komprehensif mempunyai faktor proteksi 0,50 kali untuk memanfaatkan layanan tes HIV. Artinya, WPS yang tidak memiliki pengetahuan komprehensif lebih berpeluang untuk melakukan pemanfaatan layanan tes HIV, dibandingkan dengan WPS yang memiliki pengetahuan komprehenshif. Sedangkan persepsi berisiko terkena HIV mempunyai faktor proteksi 0,48 kali untuk melakukan pemanfaatan layanan tes HIV. Artinya, WPS yang tidak memiliki persepsi berisiko terkena HIV lebih berpeluang untuk melakukan pemanfaatan layanan tes HIV, dibandingkan dengan WPS yang memiliki persepsi berisiko terkena HIV.
ABSTRACT
Sex services industry is in Indonesia and known as a source of HIV and STI transmission.Prevention of HIV transmission one of them is HIV testing. HIV testing can expand HIV services that include care, support, and treatment in a timely manner. However, there are still many FSWs who are not willing to take advantage of HIV testing services, whereas this test has been provided free of charge as well as the treatment. This study aims to determine relationship between comprehensive knowledge of HIV/AIDS and risk perceptions of HIV to the use HIV testing services in WPS both WPSL and WPSTL in DKI Jakarta. This research is mix method (quantitative and qualitative) with Sequential Explanatory design. Samples in this study were WPS amounted to 447 people and 12 informants. There are variations in the influence of knowledge and perceptions on the utilization of test services. Comprehensive knowledge of HIV/AIDS has a protection factor of 0.50 times to take advantage of HIV testing services. That is, WPS who do not have comprehensive knowledge of HIV/AIDS more likely to make use of HIV testing services, compared with WPS with comprehensive knowledge of HIV/AIDS. While risk perceptions of HIV have a protection factor of 0.48 times to make use of HIV testing services. That is, WPS who do not have perceptions at risk of HIV are more likely to utilize HIV testing services, compared to female sex workers who have a risk perception of HIV.
2018
T53581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Syahriza
Abstrak :
Infeksi Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual tersering oleh parasit. Berbeda dengan infeksi Neisseria gonorrhoeae yang merupakan infeksi oleh bakteri. Namun, kedua infeksi ini diperkirakan dapat melakukan koinfeksi dan terjadi secara bersamaan pada satu individu. IMS itu sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki faktor risiko yang tinggi untuk mengalami IMS baik itu tunggal maupun lebih dari satu jenis IMS. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai IMS pada 265 PSK yang dikumpulkan di Kuningan, Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menunjukkan bahwa 27,5% subjek yang positif terinfeksi Trichomonas vaginalis dan juga Neisseria gonorrhoeae. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,727). Pada analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,022). Sedangkan, faktor tingkat pendidikan (p = 0,123) dan jenis kontrasepsi (p = 0,388) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara infeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae didukung penelitian oleh Ginocchio et al (2012). Prevalensi koinfeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae ditemukan lebih banyak pada usia dibawah 30 tahun dari pada pada usia diatas 30 tahun. ......Trichomonas vaginalis, a parasite, and Neisseria gonorrhoeae, a bacteri, are the most common kind of etiology that cause STD. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person, including coinfection between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae. STD can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. Female Sex Worwers (FSW) have high risk to be infected by single infection or multiple infections. Therefore, this study aimed to understand the association between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among 265 FSW collected in Kuningan, Jawa Barat. The result showed 27,5% FSW were infected by Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae at the same time. The chi-square test claimed there was no significant association between this two infections (p=0,727) and also association with education (P=0,123) and contraception (P=0,388) used factor are no significant either. But, there is significant association between age and these coinfection by the result of the analize (P : 0,022). This result have the same result as the research done by Ginocchio et al (2012) that there is low prevalence of coinfection between T. vaginalis and N. gonorrhoeae. We found that prevalence of coinfection of T. vaginalis and N. gonorrhoeae is higher in under 30 years old FSW than in over 30 years old FSW.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sinta Dewi
Abstrak :
Gonore adalah masalah kesehatan masyarakat yang menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam beban global infeksi menular seksual. Menurut Kementerian Kesehatan RI, wanita pekerja seks langsung WPSL adalah kelompok berisiko penyumbang kasus gonore terbanyak di Indonesia di tahun 2007, 2011, dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore pada WPSL di 16 kabupaten/kota di Indonesia tahun 2015. Data yang digunakan adalah data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku 2015 dengan jumlah sampel penelitian ini sebesar 2654 responden. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Prevalensi gonore pada WPSL dalam penelitian ini sebesar 21,3. Faktor risiko infeksi gonore pada WPSL adalah usia muda PR 1,56; 95 CI: 1,35-1,81, konsisten menggunakan kondom PR 1,18; 95 CI: 1,02-1,38, melakukan bilas vagina PR 1,41; 95 CI: 1,04-1,91, baru menjadi WPSL PR 1,59; 95 CI: 1,37-1,85, berhubungan seks pertama kali saat berusia muda PR 1,24; 95 CI: 1,07-1,45, memiliki banyak pelanggan PR 1,33; 95 CI: 1,15-1,54, kurangnya pemberian informasi dan rujukan oleh petugas lapangan PR 1,55; 95 CI: 1,02-2,37, dan mengidap IMS lain PR 3,21; 95 CI: 2,73-3,78. Sedangkan faktor protektif infeksi gonore pada WPSL adalah sudah kawin PR 0,67; 95 CI: 0,56-0,79. Oleh karena itu disarankan untuk lebih memasifkan, mengintensifkan, serta menggunakan metode yang efektif dalam melaksanakan program skrining rutin bagi WPSL berusia muda, baru menjadi WPSL, memiliki banyak pelanggan, dan mengidap IMS lain pelatihan cara bernegosiasi dengan pelanggan untuk mau menggunakan kondom bagi WPSL berusia muda dan baru menjadi WPSL; serta pemberian informasi, khususnya tentang konsistensi penggunaan kondom dan larangan membilas vagina, serta dan rujukan oleh petugas lapangan.
Gonorrhea is a public health issue that becomes one of the biggest contributors to STIs global burden. According to Indonesian Ministry of Health, direct female sex workers FSWs are risk group who contribute most of the gonorrhea cases in Indonesia. This research aims to determine factors associated with gonorrhea infection among direct female sex workers in 16 districts cities in Indonesia in 2015. The data used is 2015 Integrated Biological and Behavioral Survey with samples of 2654 respondents. The design study used in this research is cross sectional. The prevalence of gonorrhea in direct female sex workers in this research is 21,3. Risk factors for gonorrhea in direct FSWs are young age PR 1,56 95 CI 1,35-1,81, use condom consistently PR 1,18 95 CI 1,02-1,38, doing vaginal douching PR 1,41 95 CI 1,04-1,91, new as direct FSW PR 1,59 95 CI 1,37-1,85, first sex at young age PR 1,24 95 CI 1,07-1,45, has many clients PR 1,33 95 CI 1,15-1,54, lack of information and referral given by field officer PR 1,55 95 CI 1,02-2,37, dan has another STIs PR 3,21 95 CI 2,73-3,78. While the protective factor for gonorrhea in direct FSWs are already married PR 0,67 95 CI 0,56-0,79. Therefore, it is recommended to be more massive, intensive, and use an effective method to do daily screening for direct FSWs who young, new as direct FSW, has many clients, and has another STIs training on how to negotiate with clients to use condom for direct FSWs who young and new as direct FSW provision of information specifically about use condom consistently and prohibition of vaginal douching, as well as referral by field officer.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nadiah Safira
Abstrak :
Secara umum prevalensi HIV di wilayah Indonesia masih berkisar 0,43 , namun pada beberapa kelompok populasi berisiko tinggi telah terlihat peningkatan prevalensi yang signifikan sejak tahun 1990-an, terutama pada kelompok Wanita Pekerja Seks WPS , Lelaki Seks dengan Lelaki LSL , dan Waria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status HIV pada wanita pekerja seks di Indonesia. Desain studi penelitian ini adalah potong lintang dengan analisis bivariat menggunakan data STBP 2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 2242. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi HIV pada WPSL adalah 7,2 dan ada hubungan yang signifikan antara Konsistensi Penggunaan Kondom pada Tamu/Pelanggan p=0,001 , Konsistensi Penggunaan Kondom pada Pacar p=0,004 , dan Lama Bekerja p=0,024 . Perlu dilakukannya kerja sama dengan berbagai lembaga, seperti LSM untuk dapat meningkatkan upaya preventif dan promotif demi menurunkan tingkat prevalensi HIV pada WPSL.
In general, the prevalence of HIV in the territory of Indonesia is still around 0.43 , but in some high risk population groups it has seen a significant increase in prevalence since the 1990s, especially in the Female Sex Workers, Male Sex with Men MSM , and Transvestites. This study aims to determine the factors that affect HIV status in semale sex workers in Indonesia. The design of this study used bivariate analysis using IBBS data in 2013. The sample size in this study was 2242. The results showed that the prevalence of HIV in WPSL was 7.2 and there was a significant relationship between the consistency of condom use with Customer p 0,001 Consistency of Condom Use with boyfriend p 0,004 , and duration of work p 0,024 . Need to work with various institutions, such as NGOs to be able to increase preventive and promotive efforts to reduce the level of HIV prevalence in female sex workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>