Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apri Armasari
"ABSTRAK
Segmentasi merupakan proses mengkotak-kotakan pasar (yang heterogen) ke dalam
kelompok-kelompok potensi konsumen yang memiliki kesamaan kebutuhan dan/atau
kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya.
Fokus penelitian ini pada 3 mall yaitu Senayan City, Plaza Senayan dan Plaza
Semanggi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi bagaimana pola ruang
segmentasi pasar pusat perbelanjaan di kawasan Senayan. Metode penelitian ini
adalah deskriptif dengan analisis pola keruangan. Analisis dibagi berdasarkan waktu
yaitu pada hari kerja dan akhir pekan juga menggunakan analisis buffer yaitu < 5 km,
5 – 10 km, 10 – 15 km dan > 15 km. pendekatan segmentasi yang digunakan yaitu
segmentasi geografis, segmentasi demografi dan segmentasi manfaat. Variabel yang
digunakan yaitu data demografi pengunjung mall, tempat kegiatan terakhir dan alasan
mengunjungi mall. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola ruang segmentasi
yang cenderung sama untuk segmentasi geografis dan demografis. Untuk segmentasi
manfaat, pengunjung yang melakukan kegiatan makan di restoran/foodcourt
cenderung berasal dari wilayah yang berjarak < 5 km. Pengunjung yang melakukan
kegiatan santai seperti menonton film di bioskop cenderung berasal dari wilayah yang
berjarak 10 – 15 km dan wilayah yang berjarak > 15 km. Pengunjung yang
melakukan kegiatan sosial seperti membina hubungan dengan relasi cenderung
memiliki pola yang berbeda di ketiga mall.
ABSTRACT
Segmentation is a process of clasify various market into groups which has potential
customers with similarity needs and / or characters whose has same response in
spending their money. Focus of this research is to 3 malls; Senayan City, Plaza
Senayan and Plaza Semanggi. The aim of this research is to identify how the spatial
pattern of market segmentation of shopping center in Senayan area. The methods is
descriptive with spatial pattern analysis. Analysis divided by time, namely on
weekdays and weekends also use buffer analysis such as <5 km, 5-10 km, 10-15 km
and > 15 km. Segmentation approach are geographic segmentation, demographic
segmentation and benefit segmentation. The variables were demographic data of
visitors, the lastest activity place of visitors and the reason for visiting the mall. The
results showed that the spatial pattern of segmentation has similiarity each others. For
the segmentation of the benefits is dine in restaurants tend to be done by visitors who
came not far from the mall that is from the buffer area of < 5 km. Relaxing activities
such as watching film at cinema usually done by visitors coming from the buffer area
of 10-15 km. While social activities tend to differ among the three malls in the
Senayan area."
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S59911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Julindra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S47978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Kusumowidagdo
"Riset ini bertujuan untuk menemukan pendorong-pendorong relasi antara generasi muda dan pusat belanja. Studi ini merupakan studi eksplorasi dengan sumber data yang berasal dari wawancara, data-data literatur, serta observasi. Informan yang terlibat adalah masing-masing lima belas orang pengunjung dari empat pusat belanja di Tunjungan Plaza dan Ciputra World Surabaya serta Mall Ciputra dan Gandaria City Jakarta, dengan jumlah total informan sebanyak enam puluh orang. Penelitian ini menemukan beberapa faktor afektif yang membentuk keterikatan tempat, antara lain faktor-faktor fisik, faktor sosial, memori dan pengalaman, faktor kultural, faktor personal (termasuk di dalamnya gender, ras dan etnik), kepuasan terhadap tempat, interaksi dan aktivitas, dan faktor waktu. Dari pengamatan ternyata perbedaan usia pusat belanja juga berpengaruh dalam membentuk faktor-faktor pendorong tersebut.

This research aims to find the push factors that create relationships between youth and shopping centers and examines how different mall environments also help create different emotional bonds towards the malls. This topic is further observed with an explorative study that obtained its primary data from interviews and secondary data from various supporting literatures as well as from a number of observations. The informants were 15 visitors of each of the following shopping centers: Tunjungan Plaza and Ciputra World in Surabaya; and Mal Ciputra and Gandaria City in Jakarta. The total informant number is 60. The research found several affective factors that support the formation of place attachment: physical factors that lead to indirect place attachment, social factors or social interactions that happen in the shopping center, cultural factors, personal factors (including gender, race and ethnicity), memories and experience, place satisfaction, interaction and activity features, and time factor. The different age of shopping centers also had an effect to the factors present."
Institut Teknologi Bandung. Faculty of Art and Design, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Saraswati
"Skripsi ini membahas tentang perkembangan bangunan pusat perbelanjaan, yang kini banyak dari bangunan tersebut yang mengadaptasi konsep plaza sebagai pusat berkegiatan pengunjungnya. Pengaplikasian konsep plaza tersebut tidak hanya pada bentuk fisiknya saja, tetapi juga banyak dari bangunan tersebut yang menggunakan kata plaza dalam penamaannya. Pada awalnya, konsep plaza hanyalah merupakan sebuah ruang terbuka kota yang menjadi pusat berkegiatan warga kotanya. Seiring dengan perkembangan jaman, konsep tersebut mulai diadaptasi oleh bangunan-bangunan tertutup lainnya, khususnya pada bangunan pusat perbelanjaan. Dalam melihat pengaplikasian konsep plaza tersebut, penulis mengacu kepada ciri bangunan pusat perbelanjaan dengan tipe plaza sebagai dasar analisa, yaitu memiliki atrium di bagian tengah sebagai pusat berkegiatan, sirkulasi utama mengarah ke bagian plaza, plaza yang baik tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil dengan lebar sekitar 25 meter, dan di sekitar plaza terdapat retail-retail sebagai penarik, serta memilih studi kasus berupa bangunan pusat perbelanjaan dengan pengaplikasian konsep plaza pada penamaannya maupun bentuk fisiknya, seperti Plaza Senayan, Plaza Semanggi, Blok M Plaza, dan Margo City. Ternyata dari keempat studi kasus tersebut diketahui bahwa penamaan suatu bangunan pusat perbelanjaan tidak selalu sesuai dengan namanya, ada yang menggunakan kata plaza tetapi tidak ada plazanya dan ada yang tidak menggunakan kata plaza tetapi justru ada plazanya. Namun, penamaan bangunan pusat perbelanjaan tersebut ada juga yang sesuai. Dan ternyata dari keempat ciri tersebut, terdapat hal lain yang menentukan keberhasilan suatu plaza, yaitu terlihat dari letaknya yang strategis yang berada di antara pertemuan jalur sirkulasi vertikal maupun horizontal dan mudah diakses oleh pengunjungnya, serta terdapat suatu fasilitas yang mendukung sebagai area berkumpul dan duduk-duduk.

This script discusses the development of the shopping center, which is now a lot of them are adopting the concept of plaza as an activity center of those visitors. For some shopping centers, the application of plaza concept is not only on a physical form, but also for their naming. Initially, the concept of plaza is merely for open urban space which used a center of community life. But along with the changing times, the concept began to be adopted by other closed buildings, especially in the shopping center. In looking at the application of the plaza concept, the author refers to the characteristics of the shopping center with a plaza type as a basic analysis which has a central atrium as a center of doing activities, the main circulation leading to the plaza, good plaza is not too big and not too small with a width of approximately 25 meters, and around the plaza there are retails as an attractor. And the shopping centers which selected as a case study are a building with an applying of the plaza concept on that naming and a physical form, such as Plaza Senayan, Plaza Semanggi, Blok M Plaza, and Margo City. And from these four case studies was known that naming of a shopping centers building is not always in accordance with its name. There are some shopping centres are using a plaza in their naming but there is no acctualy plaza in there, but some aren't using a plaza word but instead there is a plaza. However, there is also an appropriate of that naming. And instead of the four characteristics, there are other things that determine the success of a plaza such as its strategic location like meetings of vertical and horizontal circulation routes and easily accessible by them, and its facility that supports the sitting and gathering area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52344
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ristia Kurnia
"Citra merupakan sebuah representasi dari sebuah objek yang mampu membentuk sebuah gambaran mental pada subjeknya. Arsitektur dalam kasus ini, merupakan sebuah media untuk mengkomunikasikan citra pada bangunan yang bertujuan untuk menyampaikan - kepribadian - bangunan tersebut kepada orang lain. Dalam menghadapi persaingan globalisasi, citra digunakan oleh bangunan pusat perbelanjaan untuk menjadi sebuah strategi dalam mengembangkan pemasarannya. Dimana citra dijadikan sebagai sebuah alat simulasi untuk membentuk sebuah kondisi hiperrealitas yang mampu membuat kebutuhan untuk datang ke pusat perbelanjaan ini menjadi sebuah kebutuhan primer dan bukan lagi hanya sekedar kebutuhan tersier.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengkomunikasian citra pada bangunan, maka digunakan teori bahasa metaphor oleh Adrian Forty. Yang juga didukung dengan melihat studi kasusnya dalam perancangan arsitektur pada pusat perbelanjaan yaitu Grand Indonesia, Lifestyle X - nter, dan Pacific Place. Kemudian pada akhirnya akan terbukti bahwa citra pada bangunan pusat perbelanjaan tidak lagi hanya sekedar berfungsi untuk sekedar menunjukkan identitasnya, melainkan untuk menjadi sebuah cara untuk membentuk masyarakat yang menganggap bahwa mengkonsumsi suatu produk baru dan terus mengikuti perubahan merupakan sebuah kebutuhan mendasar. Dan membuat pusat perbelanjaan ini menjadi sebuah jawaban yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mendasar mereka tersebut.

The image is a representation of an object that is able to form a mental picture of its subject. Architecture in this case, is a medium to communicate the image of the building which aims to convey the "personality" of the building to others. To face of global competition, the image on the buildings used by the shopping center to be a strategy to develop its marketing. Where the image used as a simulation tool for forming a hyper reality conditions that could make the need to come to this shopping center becomes into a primary need and no longer just a tertiary needs.
To analyze the factors that influence in communicating the image of the building, the author uses the theory of metaphor language by Adrian Forty. Which is also supported by looking at case studies in architectural design of shopping centers at Grand Indonesia, Lifestyle X'nter, and Pacific Place. Than that ultimately will prove that the image of the shopping center building is no longer merely serves to show only their identity, but also to be a way to form a society, who think that having new products and keeping follow the changes is a basic need. And shopping center becomes a right answer to fulfill this needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52287
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Zahrina Putri
"Kebutuhan untuk bersosialisasi dan memperluas kegiatannya di ruang kota menyebabkan tidak sedikit wanita yang lebih memilih untuk mengendarai kendaraan pribadi, khususnya mobil. Salah satu tujuan yang diminati wanita menggunakan mobil pribadi adalah pusat perbelanjaan. Hal tersebut menjadi salah satu pendorong pusat perbelanjaan untuk meningkatkan kualitasnya, yaitu dengan cara penyediaan fasilitas parkir khusus wanita atau yang lebih dikenal sebagai ladies parking area. Hal yang menjadi menarik adalah potensi kehadirannya yang marak diterapkan pada pusat perbelanjaan besar di Jakarta walaupun belum ada peraturan yang ditetapkan pemerintah. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memaparkan keterkaitan antara wanita, pusat perbelanjaan, dan parkir, melalui kehadiran ladies parking area. Dari studi literatur dan observasi lapangan, dapat disimpulkan bahwa aspek pengaturan ruang seperti lokasi, aksesibilitas, ukuran, kualitas pencahayaan, marka, dan perlengkapan security yang mendukung keamanan dan kemudahan bagi wanita sebagai penggunanya.

The need to socialize and expand their activities in the urban space is one of the reasons why women prefer to drive private vehicles, especially cars. The destination where women are interested in driving a private car is the shopping center. So that many shopping centers seek to improve their quality, one of the ways is to provide parking facilities for women or well known as ladies parking area. The interesting point is that ladies parking area has been widespread in a large number of shopping centers in Jakarta even though there is no regulation for its presence by the government. This thesis aims to explain the relationship between women, shopping centers, and parking, trough the presence of ladies parking area. Based on literatur study and field observation can infer aspects of spatial arrangements such as location, accessibility, dimension, lighting quality, sign, and the other things that need to be considered to make this parking area safe and easy to be used by women."
2015
S60341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Ayatullah Putiasukma
"Fokus dari skripsi ini adalah bagaimana keberhasilan sebuah fasilitas ibadah yang berada di pusat perbelanjaan. Sebagai fasilitas yang menjadi bagian dari ruang publik, keberhasilannya bergantung pada bagaimana pengguna dapat merasa nyaman untuk beraktivitas di dalamnya, baik secara fisik maupun psikis. Dengan menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis kasus, terlihat bahwa fasilitas ibadah bukan hanya memfasilitasi aktivitas ibadah, tetapi juga aktivitas selain ibadah. Banyak hal yang menentukan bagaimana pengguna bisa merasakan kenyamanan, yaitu akses, sirkulasi, respons terhadap iklim, pencahayaan, adanya tempat duduk, serta berfungsinya fasilitas yang tersedia. Hal ini menjadi penting karena fasilitas ibadah bisa menjadi potensi lain untuk menambah nilai lebih bagi sebuah pusat perbelanjaan.

The focus of this study is about the success of the praying facility in shopping center. As a part of public space, it depends on how the users can feel comfortable, physically and physiologically to do some activities in the facility. By using the qualitative method in doing case study, we can see that the praying facility is not only place for praying, but also other activities. Many factors determine how the users can feel the comfort such as accessibility, circulation, respond to the climate, lighting, seat, and other facility that work well. It is important because the praying facility can be another potency to increase the value of the shopping center."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52353
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library