Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Ralasari
Abstrak :
ABSTRAK
Kecanduan media sosial adalah kegemaran terhadap penggunaan media sosial sehingga melupakan hal lainnya. Penggunaan media sosial saat ini juga terjadi pada kalangan remaja sehingga sudah menjadi bagian melekat pada kehidupan sehari-hari remaja, termasuk pada siswa remaja di SMA XYZ. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi segi moralitas, apatisme serta nilai akademik dari siswa di SMA XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara tingkat kecanduan media sosial terhadap tingkat moralitas, tingkat apatisme dan nilai akademik. Variabel lain yang diperhitungkan dalam model adalah kelas, gender, status nikah orang tua, uang saku per minggu siswa di SMA XYZ. Dari hasil analisis data yang didapatkan dengan menggunakan metode analisis data Partial Least Square, diketahui bahwa tingkat kecanduan media sosial mempengaruhi nilai akademik serta tingkat apatisme siswa di SMA XYZ, dan tingkat moralitas mempengaruhi nilai akademik siswa di SMA XYZ.
ABSTRACT
Social media addiction is craze about the use of social media until forget other things. The use of social media today also occurs among teenagers so it has become a part attached in the daily life of teenagers, including teenager students in XYZ high school. The use of social media can affect in terms of morality, apathy and academic score of students in XYZ high school. This study is to determine the pattern of relationship between social media addiction level to morality level, apathy level and academic score. Other variables to consider in model are class, gender, marital status of parents, pocket money per week of students in XYZ high school. From the results obtained by using data analysis method of Partial Least Square, it is known that social media addiction level affect academic score and apathy level of students in XYZ high school, and the morality level affect students rsquo academic score in XYZ high school.
2017
S69926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Ria Febrina
Abstrak :
Perwujudnyataan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini dapat dilihat dari maraknya penggunaan media sosial. Kemudahan akses terhadap media sosial saat ini menyediakan sarana keterhubungan tanpa batas. Hal ini berpotensi untuk menimbulkan penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama pada individu dengan fear of missing out FoMO untuk menghubungkan dirinya dengan orang lain guna mengatasi kekhawatiran akan ketertinggalannya. Penggunaan media sosial berlebihan yang disertai dengan pelbagai masalah yang menyertai perilaku tersebut dikenal dengan istilah adiksi media sosial. Perspektif biopsikososial dari adiksi media sosial menunjukkan bahwa kerentanan individu terhadap adiksi media sosial dapat ditinjau dari predisposisi individu dan kebudayaan. Predisposisi individu ini dapat ditinjau melalui sifat kepribadian. Kerentanan individu terhadap FoMO juga dapat ditinjau dari karakteristik individu melalui penelusuran terhadap sifat kepribadian. Penelitian ini dilakukan untuk menelusuri hubungan antara sifat kepribadian, fear of missing out, dan adiksi media sosial pada penggunaan media sosial dalam konteks Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara FoMO dengan adiksi media sosial. Selain itu, sifat neuroticism dan conscientiousness secara signifikan berhubungan dengan adiksi media sosial. Sifat kepribadian neuroticism, extraversion, agreeableness, dan conscientiousness secara signifikan berhubungan dengan FoMO. ...... The manifestation of information and communication technology development can be seen in the rising usage of social media. Easy access to social media could give meaning to unlimited connectivity. It could potentially become an excessive use of social media, especially for those with fear of missing out FoMO, to connect themselves with others in order to overcome their fears. Excessive use of social media and problems that come with it, is known as social media addiction. Biopsychosocial perspective shows that individual proneness to social media addiction could be seen through individual predisposition and culture. Individual predisposition could also define individual proneness to FoMO. Thus, this study is conducted to explore the relationship between personality traits, FoMO, and social media addiction on social media usage in Indonesia. The results indicate that there is a significant relationship between FoMO with social media addiction. Personality traits of neuroticism and conscientiousness are significantly related to social media addiction. Personality traits of neuroticism, extraversion, agreeableness, and conscientiousness are significantly associated with FoMO.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Fauziyyah Hana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami habitus individu anggota Rekanita di arena media sosial. Data yang ditampilkan merupakan hasil dari wawancara mendalam berdurasi 1,5 jam dengan T, perempuan Bali berusia 25 tahun yang kini berdomisili di Jakarta. Dengan menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) sebagai pendekatan dan metode analisisnya, penelitian ini menganalisis kapital, habitus, dan pergerakan partisipan melalui berbagai arena sosial dalam hidupnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, meski T menjadi sasaran kekerasan simbolik, ia mampu bergerak dalam arena secara efektif dan mengerahkan agensinya lewat pembentukan sosok Rekanita ideal di media sosial. ......This research aims to understand the habitus of a member of the Rekanita community on social media as the arena. The data presented here is collected from a total of 1,5 hours of in-depth interview with T, a 25-year-old Balinese woman who currently resides in Jakarta. Using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) as the approach and analysis tool, this research analyzed the participant’s capital, habitus, as well as her mobility through different social fields. The result shows that while T is subjected to various forms of symbolic violence, she manages to feel the game within the field and exercise her agency by portraying herself as the ideal Rekanita figure on social media.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Farrell Bossman
Abstrak :
Pada masa modern seperti saat ini, internet dan media sosial memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat terutama para remaja yang sering menghabiskan waktunya di dunia maya. Dalam menggunakan media sosial, para remaja seringkali melakukan kamuflase atau merepresentasikan diri mereka dalam dunia maya yang sangat jauh dari realita. Serial Netflix How to Sell Drugs Online (Fast) (2019) memperlihatkan bagaimana kehidupan remaja yang sangat tergantung pada internet dan media sosial. Penelitian ini menganalisis bagaimana bentuk simulacra dalam dunia maya yang diciptakan para tokoh dalam film. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengkaji film menggunakan teori semiotika milik Roland Barthes dan teori Simulacra yang dicetuskan oleh Jean Baudrillard. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bentuk simulacra yang diciptakan oleh para remaja di dunia maya dalam film. Seperti teknik pengambilan gambar dengan menggabungkan animasi CGI dengan live-action yang mengaburkan realita dengan dunia virtual. Selain itu, penelitian ini juga melihat bagaimana bentuk simulacra yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari di dunia maya berupa penggunaan media sosial sebagai sebuah tempat pelarian dari masalah-masalah yang dialaminya di kehidupan nyata. Remaja juga cenderung mengunggah foto atau video yang menampilkan kehidupan-kehidupan mereka yang terlihat jauh lebih sempurna daripada realita. ......In this modern age, internet and social media plays an important role in everyday life especially for teenagers who spent most of their times in the virtual world. In using social media, teenagers often camouflage or represent themselves that far from reality online. Netflix series How to Sell Drugs Online (Fast) (2019) shows how teenagers’ life depends on the internet and social media. This research analyse how simulacra in the virtual world was created by the characters from the film. This research uses qualitative method using semiotics theory by Roland Barthes and simulacra theory by Jean Baudrillard. The results of this research show the form of simulacra created by teenagers in the virtual world in the film. Using a cinematography technic that combines CGI animation and live action that distorts reality from the virtual world. This research also shows how simulacra was formed in the virtual world in everyday life like using social media as a place for escapism from everyday problem. Teenagers also often upload photos or videos that shows their lives that more perfect from their reality.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosari Sesanti
Abstrak :
Remaja merupakan pengguna internet terbesar di masyarakat yang memiliki kerentanan dalam menggunakan media sosial melalui gadget secara berlebihan. Screen time berlebih banyak terjadi kepada remaja di Indonesia. Screen time berlebih dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak negatif tersebut akan menjadi sumber dari penyakit baik fisik maupun mental. Peningkatan koping dengan meningkatkan kemampuan diri melalui menggambar dengan menjadi salah satu alternatif intervensi untuk menjaga remaja mempertahankan kesehatannya. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran keefektifan intervensi peningkatan koping dengan menggambar untuk menurunkan penggunaan gadget berlebih pada remaja yakni Anak B yang berusia 14 tahun. Melalui pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa Anak B memiliki screen time lebih dari 2 jam sehari baik pada hari sekolah maupun hari libur. Implementasi peningkatan koping dengan menggambar dilakukan selama 2 kali dalam seminggu selama 3 minggu dengan durasi 20-30 menit. Hasil implementasi ini, terjadi peningkatan minat dan perilaku melakukan keterampilan yang diminati ataupun aktivitas fisik. Intervensi peningkatan koping dengan menggambar dapat direkomendasikan menjadi salah satu intervensi keluarga dengan screen time berlebih pada remaja untuk menurunkan penggunaan gadget. ......Teenagers are the largest internet users in society who are vulnerable to excessive use of social media via gadgets. Excessive screen time can have various negative impacts. This negative impact will be a source of both physical and mental illness. Increasing coping by increasing self-efficacy through drawing is an alternative intervention to help teenagers maintain their health. The purpose of this writing is to provide an overview of the effectiveness of an intervention to increase coping by drawing to reduce excessive gadget use in adolescents, namely Child B who is 14 years old. Through nursing assessments, data was obtained that the client had screen time of more than 2 hours a day, both on school days and holidays. Implementation of increased coping by drawing is carried out 2 times a week for 3 weeks with a duration of 20-30 minutes. As a result of this implementation, there was an increase in interest and behavior in carrying out skills of interest or physical activity. The intervention to increase coping by drawing can be recommended as one of the interventions for families with excessive screen time in teenagers to reduce gadget use.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sasha Namira Riza A.
Abstrak :

Daya tarik media sosial saat ini menimbulkan masalah yang memprihatinkan. Salah satunya adalah semakin banyaknya fenomena kecanduan media sosial. Faktor utama yang menyebabkan kecanduan media sosial adalah penggunaan media sosial sebagai alat untuk berinteraksi dan mendapatkan umpan balik dari orang lain, atau sebagai alat untuk melakukan attention-seeking. Harga diri yang terdefinisi dengan baik adalah kebutuhan dasar setiap individu, dan media sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini. Semakin banyak perhatian yang didapat pengguna, semakin besar kontrol pengguna untuk mengubah persepsi orang lain tentang mereka. Persepsi pengguna media sosial pada citra diri mereka sendiri akan berdampak pada aspek psikologis diri mereka, dan hal ini telah dibuktikan oleh beberapa penelitian terdahulu. Namun, penggunaan media sosial sebagai alat attention-seeking mungkin tidak hanya berdampak pada aspek psikologis individu, tetapi juga pada aspek sosial - meningkatkan modal sosial pengguna - dan ekonomi - meningkatkan peluang pengguna untuk mendapatkan pekerjaan atau aspek penghasil pendapatan lainnya--. Namun, belum ditemukan penelitian terdahulu mengenai perilaku attention-seeking melalui media sosial dan dampaknya terhadap aspek sosioekonomi pengguna. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah perilaku attention-seeking melalui media sosial memberikan manfaat sosioekonomi. Sebuah survei diantara 883 pengguna media sosial di Indonesia, dan analisis dari profil responden menunjukkan bahwa perilaku attention-seeking di media sosial, melalui upaya pemasaran diri, memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan manfaat sosioekonomi yang dirasakan


The appeal of social media is currently evoking a matter of concern. One of which is the growing number of social media addicts. The main factor that causes social media addiction is the use of social media as a tool to interact and get feedback from others or to seek attention from other users. Well-defined self-worth is the basic need of every individual, and social media could be used to meet this need. The more attention the user gets, the more control the user has to change other peoples perceptions of them. The perception of social media users on their self-image will have an impact on the psychological aspect of themselves, and it is already proven by several studies. However, the use of social media as an attention-seeking tool is might not only have an impact on the individuals psychological aspect but also on their social increases users social capital and economic increases users opportunity to get a job or other income-generating activities aspects. Yet, previous studies regarding attention-seeking behavior through social media had only been focused on its impact on the psychological aspect. Therefore, this study aims to answer the question of whether attention-seeking behavior through social media exerts socioeconomic benefits. A survey among 883 social media users in Indonesia and a content analysis of the respondents profiles shows that attention-seeking behavior through social media, through self-marketing attempts, is strongly and positively related to perceived socioeconomic benefit.

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Dwi Rachma Nisa
Abstrak :

Penggunaan media sosial mengalami peningkatan pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa awal, sehingga berisiko menimbulkan kecanduan. Hal ini semakin parah dengan situasi pandemi COVID-19 yang mengharuskan semua kegiatan dilakukan secara daring di rumah dan menyebabkan intensitas penggunaan media sosial semakin meningkat terutama di kalangan remaja. Kecanduan media sosial menyebabkan individu tidak dapat mengontrol waktu penggunaan, terutama ketika sesaat sebelum tidur sehingga mempengaruhi kualitas tidur individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan media sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa selama situasi pandemi COVID-19. Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional ini melibatkan 110 mahasiswa Universitas Indonesia yang dipilih dengan teknik probability sampling dengan proportional random sampling. Kecanduan media sosial diukur dengan kuesioner Kecanduan Media Sosial dan kualitas tidur diukur dengan dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Rata-rata skor kecanduan media sosial yaitu 83,05 dan rata-rata skor kualitas tidur yaitu 8,4. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecanduan media sosial dengan kualitas tidur (p=0,008; r=0,253), semakin kecanduan media sosial, semakin buruk kualitas tidur. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran perawat dalam upaya promotif dan preventif terhadap perubahan gaya hidup akibat kemajuan teknologi dengan kualitas tidur, baik bagi mahasiswa, orangtua, maupun institusi pendidikan.

Kata kunci:

Kecanduan Media Sosial, Kulitas Tidur, Mahasiswa, Remaja, Pittsburgh Sleep Quality Index.

 


Social media has seen a sharp increase in use by adolescent and young adult that may further leads to an addiction. The escalation of usage largely due to the COVID-19 pandemic outbreak that encourage and ask people to do things online from home which then cause social media overuse mainly on juvenile. Excessive social media use provokes individuals incapable to control the appliance, particularly before-bed time that influence their sleep quality. This study aims to know the relations of social media addiction and sleep quality to undergraduate student amid COVID-19 pandemic. This descriptive correlation study with cross-sectional approach involved 110 undergraduate students form Universitas Indonesia who were  selected by probability sampling with proportional random sampling. The data were collected using Social Media Addiction questionnarie for the level of social media addiction and Pittsburgh Sleep Quality Index for sleep quality. Mean score of the social media addiction is  83,05 and mean score for sleep quality is 8,4. Pearson test results show that there was a correlation between social media addiction and sleep quality (p=0,008; r=0,253), the higher the addiction rate is, the worse the sleep quality will be. This study is expected to increase the role of nurses in promotive and preventive efforts in order to change the lifestyle due to technological advances with sleep quality, for students, parents, and academic institution.

Keywords:

Adolescents, Social Media Addiction, Sleep Quality, Undergraduate Students, Pittsburgh Sleep Quality Index.

 

;

Dalam era digital ini, pembelajaran dengan metode e-learning menjadi solusi yang umum diimplementasikan pada pendidikan jarak jauh. Kekurangan dari metode e- learning ini yaitu minimnya informasi pengajar mengenai antusiasme dan tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan sistem yang mampu mendeteksi engagement siswa. Tingkat engagement siswa pada e-learning dapat ditentukan dari pandangan siswa dan ekspresi wajah siswa dalam pembelajaran. Sistem pendeteksi engagement siswa bekerja dengan cara mendeteksi arah mata siswa dan ekspresi wajah siswa menggunakan teknologi OpenCV dengan metode CNN (convolutional neural network) pada input file berupa video atau webcam secara real-time. Sistem akan memberikan output berupa nilai engagement siswa engaged berdasarkan durasi mata siswa menatap layar dan ekspresi wajah siswa berupa ekspresi netral atau positif. Sistem akan memberikan output berupa nilai kehadiran siswa disengaged berdasarkan durasi mata siswa tidak menatap layar dan ekspresi wajah siswa menunjukkan ekspresi negatif. Sistem menganalisis reaksi emosi siswa yang direpresentasikan dalam parameter nilai persentase reaksi netral, positif, dan negatif menggunakan dataset FER-2013. Sistem pendeteksi engagement siswa dapat mengukur presensi, status attendance siswa memperhatikan layar, emosi, impresi dan status engagement siswa dengan tingkat akurasi sebesar 83,33%, presisi sebesar 100%, recall sebesar 66,67% dan f1 score sebesar 80,00%.


In this digital era, the e-learning method is a common solution implemented on distance learning. The disadvantage of the e-learning process is the facilitator has no idea about students enthusiasm and participation rate during a lecture. This problem could be solved by a student engagement detection system. Student engagement can be determined by capturing the students eye-gazing focus rate and students facial expression during an online lecture. The student engagement detection system works by detecting student eye gaze and facial expression using OpenCV technology and CNN (convolutional neural network) method, receiving input through video file input or real-time webcam feed. The system will report on the student engagement level engaged if the students eyes are staring at the screen and student facial expression showing a neutral or positive impression. The system will report on the student engagement level disengaged if the students eye gaze were away from the screen and student facial expression showing a negative impression. This system will analyze students emotional reactions which represented by neutral, positive, or negative reaction percentage value using the FER-2013 dataset. Student Engagement Detection System could calculate student presence, attendance rate calculated through eye gaze focus rate, emotional reaction, impression and engagement status with an accuracy of 83,33%, a precision of 100%, recall of 66,67%, and f1 score 80,00%.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020;
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Laksana Prawira
Abstrak :
Fear of Missing Out (FoMO) dapat dijelaskan sebagai ketakutan akan kehilangan momen berharga individu maupun kelompok lain di mana individu tersebut tidak bisa hadir di dalamnya. Selain itu seorang individu yang memiliki tingkat FoMO yang tinggi akan memiliki keinginan untuk tetap terhubung ke sesuatu yang melibatkan teknologi digital sebagai medianya. FoMO berkaitan juga dengan tingkat sosialitas dalam hal kecemburuan sosial dan pengucilan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang menjelaskan kecanduan media sosial dan keterkaitannya dengan Fear of Missing Out (FoMO) pada Mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel yang di duga signifikan menjelaskan kecanduan media sosial adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, kondisi pernikahan orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup. Sedangkan variabel kecanduan media sosial diduga dapat menjelaskan variabel Fear of Missing Out (FoMO). Penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan Classification and Regression Tree (CRT). Data yang digunakan adalah data primer yaitu sebanyak 1027 mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2018, 2019, 2020 dan 2021 yang aktif pada tahun akademik 2021/2022 semester genap. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel neurotisme, pola asuh orang tua, status pernikahan orang tua, jenis kelamin, dan kepuasan terhadap hidup berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kecanduan media sosial. Variabel kecanduan media sosial juga berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Fear of Missing Out (FoMO). Profil mahasiswa yang mengalami Fear of Missing Out (FoMO) yang tergolong tinggi adalah mahasiswa dengan tingkat kecanduan media sosial yang tinggi, mendapatkan pola asuh yang cenderung tidak ideal, serta tingkat neurotismenya yang tinggi. ......Fear of Missing Out (FoMO) can be explained as the fear of losing precious moments of individuals or other groups in which the individual cannot be present. In addition, an individual who has a high level of FoMO will have a desire to stay connected to something that involves digital technology as a medium. FoMO is also related to the level of sociality in terms of social jealousy and social exclusion. This study aims to determine the variables that explain social media addiction and its relationship to Fear of Missing Out (FoMO) in Universitas Indonesia students. The variables that were suspected to be significant in explaining social media addiction were neuroticism, parenting styles, parental marital conditions, gender, and life satisfaction. The variable of social media addiction is thought to be able to explain the Fear of Missing Out (FoMO) variable. This research uses Partial Least Square (PLS) and Classification and Regression Tree (CRT) methods. This study uses primary data, which is as many as 1027 students of Universitas Indonesia batch 2018, 2019, 2020, and 2021 who are active in the even semester 2021/2022 academic year. Sample was taken using purposive sampling technique. The results of this study are the variables of neuroticism, parenting styles, parental marital status, gender, and life satisfaction statistically significant effect the social media addiction variable. The social media addiction variable also statistically significant effect the Fear of Missing Out (FoMO) variable. The profile of students who experience high Fear of Missing Out (FoMO) are students with a high level of social media addiction, tend to have non-ideal parenting styles, and have high levels of neuroticism.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadillah Azzam
Abstrak :
Penelitian ini menjelaskan pengaruh tingkat modal sosial dan tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat student wellbeing di SMAN 8 Bogor di masa pandemi. Perubahan pola belajar menjadi daring di masa pandemi membuat siswa merasa kesepian di rumah karena tidak dapat interaksi sosial secara langsung dengan teman-temannya. Kondisi ini berdampak pada tingkat wellbeing siswa selama belajar di rumah. Berdasarkan studi sebelumnya student wellbeing dipengaruhi oleh modal sosial dan penggunaan media sosial oleh siswa. Selain itu jenis kelamin juga memiliki perbedaan pengaruh terhadap hubungan modal sosial dan penggunaan media sosial pada student wellbeing. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menjelaskan kedua variabel ini dalam mempengaruhi student wellbeing di SMAN 8 Bogor selama masa pandemi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan e-questionnaire. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa selama PJJ siswa memiliki tingkat student wellbeing dan modal sosial yang rendah. Sedangkan untuk tingkat penggunaan media sosial, siswa memiliki tingkat penggunaan yang tinggi. Selain itu, hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh antara tingkat modal sosial dan tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat student wellbeing. Hasil ini juga menunjukan adanya perbedaan pengaruh antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada hubungan tingkat modal sosial dan tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat student wellbeing. ......This study tries to explain the effect of the level of social capital and the level of use of social media on the level of student wellbeing at SMAN 8 Bogor during the pandemic. Changes in learning patterns to being online during the pandemic make students feel lonely at home because they cannot interact directly with their friends. This condition has an impact on the level of well-being of students while studying at home. Based on previous studies, student wellbeing is influenced by social capital and the use of social media by students. In addition, gender also has a different effect on the relationship between social capital and the use of social media on student wellbeing. For this reason, in this study, researchers tried to explain these two variables in influencing student wellbeing at SMAN 8 Bogor during the pandemic. This study uses a quantitative method by distributing e-questionnaire. The results of this study indicate that during PJJ students have a low level of student wellbeing and social capital. As for the level of use of social media, students have a high level of use. In addition, the results of the study show that there is an influence between the level of social capital and the level of use of social media on the level of student wellbeing. These results also show that there is a difference in the influence between male and female sexes on the relationship between the level of social capital and the level of use of social media on the level of student wellbeing.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pradani Sugiyanto Putri
Abstrak :
Individu dengan kecemasan sosial menggunakan jejaring sosial sebagai perilaku aman untuk menurunkan risiko mendapat penilaian negatif dari orang lain dan untuk memenuhi kebutuhan akan relasi sosial yang tidak terpenuhi dari interaksi tatap muka. Individu merasa mendapat keuntungan dari perilakunya dan berusaha mengulang perilaku penggunaan jejaring sosialnya agar kembali mendapat keuntungan yang sama. Hal ini mengarahkan individu dalam mengembangkan penggunaan jejaring sosial yang berlebihan dan bermasalah yang dinamakan dengan adiksi jejaring sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi cognitive-behavioral therapy CBT dalam menurunkan tingkat adiksi jejaring sosial dan kecemasan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental dengan satu kelompok disertai dengan pre-test dan post-test. Partisipan dalam penelitian ini diperoleh melalui purposive samping. Partisipan mengikuti lima sesi intervensi individual serta satu sesi pra-sesi dan satu sesi follow up. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif menggunakan adaptasi alat ukur Internet Addiction Test IAT dan Social Interaction Anxiety Scale SIAS serta data kualitatif tentang perubahan kognisi dan perilaku partisipan sebelum dan setelah mengikuti intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi CBT dapat menurunkan tingkat adiksi jejaring sosial dan kecemasan sosial pada partisipan. Partisipan menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengontrol penggunaan jejaring sosialnya dan lebih nyaman untuk berinteraksi tatap muka dengan orang lain. Seiring kenyamanan partisipan untuk berinteraksi tatap muka, penggunaan jejaring sosial semakin menurun karena partisipan merasa kebutuhannya akan relasi sosial sudah terpenuhi di dunia nyata.Kata kunci: Adiksi jejaring sosial, Kecemasan sosial, Terapi kognitif-perilaku, CBT. ......Someone with social anxiety use social networking sites as safety behaviors to reduce the risk of getting negative evaluation from others and to fulfill need of social relationship. The individual get benefit from their behavior and they repeat the behavior to get the same reinforcement. This process leads individuals to develop the excessive and problematic use of social networking sites that called as social networking sites addiction. This study aimed to identify effectiveness of cognitive behavioral therapy CBT to reduce the level of social networking sites addiction and social anxiety. This study was a quasi experimental study with one group pre test and post test design. Participants in the intervention participated in five individual sessions, preceded by a pre session and followed by a follow up session. Analysis was conducted by comparing quantitative data obtained by adaptation of Internet Addiction Test IAT and Social Interaction Anxiety Scale SIAS and qualitative data showing changes in participants rsquo cognition and behavior before and after the intervention. This study showed that the intervention can successfully decrease level of social networking sites addiction and social anxiety. Participants showed increased ability in controlling the use of social networking sites and more comfortable to interact face to face with others. When participants feel comfortable in interacting face to face with others, then the use of social networking sites decreases, because the need of social relationships have been fulfilled in the real world.Key words Social networking sites addiction, social anxiety, cognitive behavioral therapy, CBT
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library