Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ayu Fatmawati
"
ABSTRAKMasyarakat yang tinggal di perkotaan setiap harinya dihadapkan oleh berbagai sumber tekanan yang menyebabkan tingkat stres masyarakat DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Skripsi ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau untuk membantu penyembuhan masyarakat kota dari stres. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan dibuktikan kembali dengan metode kuantitatif. Berdasarkan kajian teori, taman kota yang dapat berperan sebagai ruang pemulihan stres terdiri dari tiga aspek, yaitu lokasi dan lingkungan sekitar, elemen-elemen pada taman, serta kondisi taman tersebut. Kemudian setelah menganalisis studi kasus yang dilakukan di Taman Langsat dan Taman Cattleya, dapat disimpulkan bahwa taman kota memiliki peran penting sebagai ruang pemulihan stres. Taman sebagai ruang pemulihan stres adalah taman yang dapat menyeimbangkan antara kuantitas dan juga kualitas dari ketiga komponen taman penyembuhan stres.
ABSTRACTUrban community lived in a stressful environment which makes the people who suffer from stress is increasing. This writing aim is to describe the importance of urban park to support people recover from the stress. This study conducted through qualitative method and supported by quantitative method. Based on the literature study, urban park as a place in the recovery from stress consist of tree aspect, which is the location and surrounding environment, urban park?s features, and condition of urban park. By analyzing Taman Langsat and Taman Cattleya as the case study, this writing able to proof that urban park has significant importance as a stress restorative space. Urban park that can be classified as a stress restorative space is the one that can balance both of quantity anf quality of tree aspects mentioned before.
;;"
2016
S64665
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Amanda Hasna Zakira
"Latar Belakang: Kebanyakan sekolah di Jakarta menerapkan sistem full-day school yang berperan dalam meningkatkan stres dan ansietas siswanya. Salah satu bentuk stress relief adalah melakukan kegiatan yang repetitif, contohnya menggigit mukosa mulut atau cheek biting. Cheek biting seringkali diasosiasikan dengan gangguan emosional seperti perasaan stres dan ansietas. Tujuan: Mengetahui gambaran ansietas dan kebiasaan menggigit mukosa mulut serta melihat hubungan antara tingkat ansietas dengan kebiasaan menggigit mukosa mulut pada siswa SMA di Jakarta. Metode: Studi potong lintang dengan metode convenient sampling dan menggunakan instrumen kuesioner untuk pengambilan data. Responden penelitian berjumlah 574 siswa SMA negeri dan swasta di Jakarta. Responden diminta untuk mengisi kuesioner secara daring yang terdiri dari kuesioner tingkat ansietas menggunakan kuesioner Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) dan kuesioner mengenai kebiasaan menggigit mukosa mulut. Hasil: Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna kebiasaan menggigit mukosa mulut antara responden yang memiliki ansietas dan yang tidak memiliki ansietas (p > 0,05). Kesimpulan: Ansietas dan kebiasan menggigit mukosa mulut banyak ditemukan pada siswa SMA di Jakarta, namun tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan menggigit mukosa mulut dengan tingkat ansietas responden.
Background: Most of the schools in Jakarta are using full-day school system, which increase stress and anxiety for the students. One of stress relieving activity is by doing repetitive actions, like cheek biting. Cheek biting is associated with emotional distress like stress and anxiety. Purpose: To find out the description of stress and anxiety among high school students in Jakarta and to find out the correlation between anxiety and cheek biting habit. Method: Cross-sectional study with convenient sampling, using questionnaire as instrument. In total, there were 574 respondents from 79 public and private high schools in Jakarta. Respondents were asked to fill the questionnaire that shared online, which contained Generalized Anxiety Disorder 7 (GAD-7) to measure their anxiety status and questions about their cheek biting habit. Results: Chi Square test result showed that there was no significant difference in cheek biting habit between respondents with anxiety and no anxiety (p > 0,05). Conclusion: Anxiety and cheek biting habit were found in most of high school students in Jakarta, but there was no significant difference between anxiety and cheek biting."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library