Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Sufinah
Abstrak :
Stunting tidak hanya terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan, tetapi juga pada remaja yang merupakan periode tercepat kedua pertumbuhan setelah bayi. Bila remaja perempuan mengalami stunting kemungkinan akan melahirkan bayi dengan panjang lahir kurang dari normal, yang nanti akan menjadi remaja stunting juga. Kondisi ini berbahaya karena dapat terjadi stunting lintas generasi bila tidak dilakukan intervensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada remaja perempuan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 1.785 remaja perempuan berusia 10 ndash; 18 tahun di Indonesia yang menjadi sampel Riskesdas 2013 dengan memiliki data lengkap. Hasil penelitian menunjukkan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013 sebesar 31,4 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna nilai p le; 0,05 antara tingkat pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013. Perlunya upaya preventif primer dalam meningkatkan pengetahuan pada kelompok ibu tentang tumbuh kembang anak dan meningkatkan program SUN dalam intervensi sensitif. ......Stunting not only occurs in the first 1000 days of life, also in adolescents which is the second fastest growing period after the baby. When a adolescent girls have stunting it is likely to give birth to a baby with less than normal birth length, which will later become a stunting adolescent as well. This condition is dangerous because stunting can occur across generations if not intervened. The purpose of this study is to determine the factors associated with stunting incidence in adolescent girls in Indonesia in 2013. This study uses secondary data of Riskesdas 2013 with cross sectional design. The sample of this study is 1,785 adolescent women aged 10 18 years in Indonesia which become sample of Riskesdas 2013 with complete data. The results of the study showed that stunting incidence in adolescent girls 10 18 years in Indonesia in 2013 was 31.4 percent. The results of bivariate analysis show a significant relationship p value
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S69094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
El Alsha Andini
Abstrak :
Anemia merupakan masalah kesehatan besar, termasuk di Indonesia. Remaja putri berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Karakteristik meal patterning menggambarkan konsumsi makanan yang dilakukan, sehingga dapat berhubungan dengan asupan nutrisi dan masalah kesehatan, termasuk anemia. Penelitian merupakan studi cross-sectional pada 335 remaja putri berumur 12-18 tahun yang bersekolah di Jawa Barat. Karakteristik meal patterning didapatkan dari hasil 24-hour recall yang diambil pada dua hari berbeda, yaitu hari kerja dan akhir pekan. Meal patterning terdiri dari frekuensi makan, jarak antar makan dan melewati waktu tiga makanan utama dengan satu kejadian makan didefinisikan sebagai konsumsi makanan ge;50 kcal dan terpisah ge; 15 menit diantaranya. Anemia adalah keadaan kadar hemoglobin 4 kali p=0,043, AOR 2,4, 95 CI:1,03-5,84 pada hari kerja masing-masing memiliki kecenderungan mengalami anemia 2,7 dan 2,4 kali dibandingkan dengan remaja dengan frekuensi makan kurang dari itu. ...... Anemia is a major health problem, including in Indonesia. Adolescent girls have higher risk for being anemic. Meal patterning characteristics shows how meal consumed, thereby may associated with nutrition intake and health problem, including anemia. This was a cross sectional study among 335 adolescent girls aged 12 18 years old in West Java. Meal patterning characteristics is measured from 24 hour recall which taken repeated on two different days, weekday and weekend. Meal patterning consisted of meal frequency, meal spacing, and meal skipping in three main meal which one eating occasion defined by consumption of ge 50 kcaland sepearted ge 15 menit each. Anemia is condition of hemoglobin level 4 times on weekday have risk 2.7 and 2.4 times each rather than which ate less frequent.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wien Nendra
Abstrak :
Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan populasi usia lanjut, mengharuskan untuk memberikan perhatian besar kepada penyakit degeneratif atau penyakit dengan awitan usia lanjut. Penyakit Parkinson merupakan salah satu penyakit degeneratif tersebut. Obyektif Menyediakan data dasar penderita penyakit Parkinson sesuai pokok-pokok pada SPTPP (Skala Penilaian Terpadu Penyakit Parkinson) Metoda Merupakan penelitian deskriptif cross sectional dengan subyek penderita penyakit Parkinson yang berobat ice poliklinik saraf RSCM, dalam kurun waktu Oktober - Desember 2005. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 10.0 Hasil Penelitian Terdapat 42 subyek yang masuk kriteria inklusi, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yang hampir sama (1,03:1), rata-rata berusia 63,62 tahun (stand dev 10,95), sebagian besar tidal( bekerja dan tinggal bersama keluarga. Usia awitan sakit rata-rata 57,55 tahun (stan dev 9,92) dengan durasi sakit rata-rata 6,10 tahun (stand dev 5,23). Levodopa dan antikolinergik merupakan obat anti Parkinson yang paling banyak dipergunakan oleh subyek (97,63% dan 80,97%), yaitu dalam bentuk kombinasi keduanya. Rata-rata basil pemeriksaan SPTPP adalah skor sub skala I 2,98 (stand dev 2,77), skor sub skala II 14,10 (stand dev 9,76), skor sub skala III 17,93 (stand dev 11,02), sub skala IV 3,02 (stand dev 3,27). Rata-rata derajat keparahan subyek adalah stadium 2,417 menurut skala Hoehn-Yahr, dan-rata-rata skala Schwab-England adalah 71,43% (stand dev 22,59). Gejala kardinal terbanyak pada subyek adalah rigiditas dan bradikinesia; sedangkan subyek dengan skala schwab-England rendah memiliki skor instabilitas postural dan bradikinesia yang tinggi. Gejala motorik yang berhubungan dengan terapi yang terbanyak adalah freezing, diikuti fluktuasi klinis dan distonia. Gangguan mentasi-intelektual merupakan gejala non motorik yang mencolok pada subyek. Aktifitas utama sehari-hari yang paling banyak terganggu adalah mengenakan baju dan berjalan. Mengenakan baju juga gangguan yang paling banyak memerlukan bantuan orang lain. Terdapat kecenderungan antara durasi sakit dan SPTPP; semakin lama durasi sakit semakin besar skor SPTPP dan Hoehn-Yahr serta semakin rendah skor Skala Schwab-England. Di samping itu terdapat pula kecenderungan antara basil pemeriksaan gejala motorik dan basil pemeriksaan kemampuan subyek. Simpulan Adanya trend bahwa semakin lama durasi sakit semakin berat gangguan mentasi, perilaku dan mood; semakin berat gejala motorik, semakin tinggi derajat keparahan serta semakin banyak komplikasi pengobatan. Semakin lama durasi sakit juga menunjukkan semakin berat ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari dan semakin besar ketergantungan pada orang lain. Terdapat trend bahwa semakin berat gejala motorik dan semakin parah derajat sakit semakin buruk fungsi subyek penelitian. Terdapat asumsi pada status gejala motorik yang sama, subyek menunjukkan fungsi aktifitas sehari-hari yang lebih buruk dibanding subyek penelitian lain di luar negeri.
Background The increasing number of elderly people necessitates considerable attention to degenerative disease or late-age onset disease; Parkinson disease constitutes one of the degenerative disease. Objective To provide basic data on Parkinson patients based on UPDRS (Unified Parkinson Disease Rating Scale = SPTPP Skala Penilaian Terpadu Penyakit Parkinson) Method A descriptive cross-sectional study that involved Parkinson patients that presented to the outpatient clinic of RSCM from October to December 2005. SPSS version 10,0 was used for the data processing Result 42 subjects met the inclusion criteria with the almost similar ratio of male - female patients (1.03 : 1), with the mean age 63,62 (stand deviation 10.95) and most of them were unemployed and lived with their families. The mean morbid age was 57.55 (stand dev 9.92) with the mean morbid duration 6.10 years (stand dev 5.23), Levodopa and anticholinergic agent were the most common medicines taken by subjects (97.63% and 80.97%) in the combination therapy. The mean result of UPDRS 1 SPTPP examination were sub-scale I score 2.98 (stand dev 2.77), sub-scale II score 14.10 (stand dev 9.76), sub-scale III score 17.93 (stand dev 11.02) and sub-scale IV score 3.02 (stand dev 3.27). The mean severity degree of the subjets was at stage 2.417 based on I-Ioehn-Yahr scale and the mean Schwab-England scale was 71.43% (stand dev 22.59) The most frequently found cardinal symptom in the subjects were rididity and bradykinesia; whereas subjects with low Schwab-England scale had high postural instability and bradykinesia score. The most common motoric symptom found correlated with the therapy were freezing; clinical fluctuation and dystonia. Mental - intelectual disturbance was the most conspicuous non -- motorik symptom in subjets The most disturbed daily activities were putting on clothing and walking. Putting on clothing was the activity that need most help from the most significant members of the family. There was a trend between the morbid duration and UPDRS 1 SPTPP; the longer the morbid duration, the higher the SPTPP Hoehn-Yahr score were and the lower the Schwab-England scale was. In addition to that, there was a propensity between the motoric symptom assessment and the examination result of the subject's performance. Conclusion There was a trend thet showed the longer the morbid duration was, the more severe the mental, behavior and mood disturbances were; the more severe the motoric symptom, the higher the serety degree was as well as the higher need for the treatment of complications. The more prolonged morbid duration also revealed the more serious disability of conducting every day activities and the higher dependence on other people. There was propensity for the worse function of the trial subjects due to the more severe motoric symptom and higher degree of disease severity. There has been some assumption that at the same status of motoric symptom, the subjects showed worse function of daily activities compared with other trial subjects in other countries.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Apriani
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Mirza AprianiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : ldquo;PENGARUH SMS REMINDER DAN WHATSAPPGROUP REMINDER TERHADAP KEPATUHANREMAJA PUTRI DALAM KONSUMSI TABLETTAMBAH DARAH PADA DUA SEKOLAH MENENGAHATAS DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018 rdquo;Pembimbing : Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., PhDKepatuhan merupakan salah satu kunci utama keberhasilan suplementasi TTD padaremaja putri. Kegiatan pemberian distribusi TTD kepada remaja putri SMP/SMA diIndonesia khususnya di Kabupaten Bogor sudah berjalan, namun baru sebatas kuantitassaja distribusi TTD , belum sampai pada kualitas termasuk kepatuhan konsumsinya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan remaja putri dalam konsumsi TTDpada dua SMA di Kabupaten Bogor berdasarkan kelompok yang mendapatkan SMSreminder, WA group reminder dan kelompok kontrol dengan jumlah sampel 132 orang.Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan konsumsi TTD pada kelompok perlakuanterbukti lebih tinggi daripada kelompok kontrol dan perlakuan SMS reminder terbuktilebih berdampak dalam meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD dibandingkan WAgroup reminder. Pemberian reminder kepada kedua kelompok perlakuan terbukti efektifdengan peluang 2,8 kali lebih patuh saat diberi perlakuan dibandingkan saat perlakuandihentikan. Hasil analisis menunjukkan perlakuan berinteraksi dengan motivasisehingga hubungan perlakuan berbeda menurut motivasi remaja, pada kelompokperlakuan WA group reminder yang memiliki motivasi tinggi berpeluang 1,85 kali lebihpatuh dibandingkan kelompok kontrol. Setelah dikontrol dukungan keluarga danmotivasi, kelompok perlakuan SMS reminder berpeluang 5,6 kali lebih patuhdibandingkan kelompok kontrol. Variabel dukungan teman, pengetahuan dan selfefficacy terbukti berhubungan signifikan terhadap kepatuhan konsumsi TTD p value0,012; 0,004 dan 0,003 dan variabel selain perlakuan yang paling dominan adalahmotivasi OR 18,26 . Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagaimasukan dan pertimbangan dalam program penanggulangan dan pencegahan anemiabagi remaja putri untuk memutus mata rantai kasus kematian ibu.Kata kunci:Kepatuhan, Remaja Putri, Tablet Tambah Darah, SMS reminder, WA Group reminder
ABSTRACT
Name Mirza AprianiStudy Program Public HealthTitle THE EFFECT OF SMS REMINDER AND WHATSAPPGROUP REMINDER ON ADOLESCENT GIRL rsquo SCOMPLIANCE IN IRON TABLET CONSUMPTION AT TWOSENIOR HIGH SCHOOLS IN BOGOR DISTRICT IN 2018 Counsellor Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., PhDCompliance is one of the main keys to the success of iron tablet supplementation inadolescent girls. The distribution of iron tablet activities to high school girls inIndonesia, especially in Bogor District has been running, but only limited quantity, notto quality including compliance. This study aims to determine adolescent girlscompliance in the consumption of iron tablet at two Senior High Schools in BogorDistrict based on groups receiving SMS reminder, WA group reminder and controlgroup with total sample of 132 respondent.The results showed that compliance to iron tablet consumption in the intervention groupis higher than the control group and the SMS reminder intervention is proved give moreimpact in improving compliance than WA group reminder. Reminder to bothintervention groups proved to be effective with an opportunity of 2.8 times morecompliance when treated than when intervention was discontinued. The results of theanalysis showed that intervention interacted with motivation so that the interventionrelationships were different according to the motivation of the adolescents, in the highmotivated group group WA reminders were 1.85 times more compliant than the controlgroup. After controlled family support and motivation, SMS reminder group was 5.6times more compliant than the control group. The variables of friend support,knowledge and self efficacy proved to be significantly related to compliance p value0,012, 0,004 and 0,003 and the most dominant variable beside intervention wasmotivation OR 18,26 . The results of this study are expected to be used as input andconsideration in anemia prevention programs for young women to cut women deathcases.Keywords Compliance, Adolescent girls, Iron tablet, SMS Reminder, WA group reminder
2018
T50943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tifa Pascariyanti Sujarwanta
Abstrak :
Dismenore atau nyeri menstruasi merupakan penyebab langsung dari menurunnya produktivitas remaja perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sebesar 50-92% perempuan di berbagai belahan dunia mengalami dismenore primer selama masa reproduktif. Dismenore terjadi ketika ada peningkatan prostaglandin sehingga memicu kontraksi kuat pada otot polos uterus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore primer pada remaja perempuan. Metode penelitian menggunakan desain potong lintang pada bulan April 2018. Total populasi sejumlah 216 siswi berasal dari dua SMA Negeri di Kotamadya Jakarta Timur dengan rentang usia 16-18 tahun. Prevalensi kejadian dismenore primer pada siswi sebesar 85,1% terdiri dari dismenore ringan sejumlah 69,8%, dismenore sedang 13,0% dan dismenore berat 2,3%. Hasil penelitian menunjukkan riwayat ibu sebagai faktor penentu yang berhubungan dengan kejadian dismenore primer setelah dikontrol oleh lama menstruasi dan konsumsi kafein. Siswi yang memiliki riwayat ibu mengalami dismenore memiliki risiko 2,3 kali menderita dibandingkan siswi yang tidak memiliki riwayat ibu mengalami dismenore. Dampak terhadap performa akademik akibat kejadian dismenore primer yang paling dirasakan oleh siswi adalah kesulitan konsentrasi (61,9%). Diamati dari tingginya prevalensi dismenore primer dan besarnya dampak terhadap performa akademik, siswi perlu mengambil langkah preventif yang tepat untuk meningkatkan status kesehatannya. ...... Dysmenorrhea or menstrual pain is a direct cause of productivity declining for adolescent girls in the world, including Indonesia. There are 50-92% of women in different country develop primary dysmenorrhea during their reproductive age. Dysmenorrhea occurs when there is an increase in prostaglandins, which leads to strong contractions in the uterine smooth muscle. This study aims to determine the factors that affect the incidence of primary dysmenorrhea in adolescent girls. The research method used cross-sectional design in April 2018. The total population of 216 adolescent girls came from two state enior high schools in East Jakarta with the age range 16-18 years. The prevalence of primary dysmenorrhea in adolescent girls was 85,1%, consist of mild dysmenorrhea 69,8%, moderate dysmenorrhea 13,0% and severe dysmenorrhea 2,3%. The results showed a mother's history as a determinant factor affecting the incidence of primary dysmenorrhea after controlled by length of menstrual period and caffeine consumption. Students who have a mother's history of dysmenorrhea have 2,3 times higher risk of suffering than students without a mother's history of dysmenorrhea. The impact on academic performance due to primary dysmenorrhea incidence most felt by adolescent girls is the difficulty of concentration (61,9%). As the high prevalence of primary dysmenorrhea and the magnitude of impact on academic performance, students need to take some appropriate preventive measures to improve their health status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dwi Mulia
Abstrak :
Dari seluruh periode kehidupan wanita, periode remaja merupakan periode yang sangat rentan dengan gizi salah. Gizi salah pada wanita dapat memberikan pengaruh buruk kepada dirinya sendiri maupun kepada bayi yang akan dikandungnya kelak. Berdasarkan penelitian menunjukan masih banyak ditemukan gizi salah pada wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan konsumsi makanan dan aktivitas fisik serta citra tubuh terhadap status gizi pada mahasiswi FKM UI tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional, dengan sampel 210 mahasiswi S1 reguler angkatan 2009 sampai dengan 2012. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 15% responden mengalami gizi lebih dan 17% gizi kurang. Berdasarkan hasil uji bivariat didapatkan hasil umur, suku orang tua, uang saku untuk makan, aktivitas fisik, variasi makanan dan konsumsi makanan fast food tidak berhubungan secara statistik terhadap status gizi. Sedangkann citra tubuh dan konsumsi makanan junk food mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan status gizi. ......Teenager is the most vulnerable life phase for suffering from malnutrition in female. It could give bad effect for both herself and her fetus as well. Recent researches show that there are still a lot of malnutrition found in female. This research then comes to find the relationship between style of food consumptions, physical activities, and the ways how female value their body physically with their nutritional condition. Object of the research was focus on Undergraduate female students on Faculty of Public Health, University of Indonesia. The research was done with cross-sectional design with 210 samples of regular undergraduate student year 2009-2010. It found that 15% of respondents were underweight, and 17% of them were overweight. Based on bivariate analysis by chi-square, the research also found that age, ethnicitiy of parents, budget for meal, physical activities, variety on meal, and fast food consumptions were not related statistically with female nutritional condition. However the ways to value body physically and junk food consumptions was related statistically with female nutritional condition.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Purwanti
Abstrak :
Masalah gizi ganda kini melanda Indonesia khususnya remaja putri. Menurut Riskesdas 2013, terjadi peningkatan prevalensi status gizi lebih bersamaan dengan gizi kurang. Status gizi lebih pada remaja putri akan menimbulkan risiko penyakit yang membahayakan saat wanita mengandung. Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah asupan energi harian dan zat makronutrien(karbohidrat, protein, lemak). Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan energi dan zat makronutrien(karbohidrat, protein, lemak) remaja putri usia 13-15 tahun di Jakarta. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan responden 110 siswa perempuan berusia 13-15 tahun dari lima SMP di Jakarta. Data status gizi diperoleh melalui antopometri yang diplot pada Z-Score. Data asupan energi dan makronutrien diperoleh melalui FFQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 22,8% melebihi hasil riskesdas 2013 sebesar 10,8%. Presentase asupan energi harian(76,2%), karbohidrat(77,5%), protein(67,9%) dan lemak(77,8%) kurang dari anjuran Angka Kecukupan Gizi(100%AKG). Adapun gambaran proporsi pola konsumsi makronutrien yang tertinggi adalah lemak(25,15%), kemudian karbohidrat(19,1%) dan protein(14,5%). Menurut analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan kedua variabel melalui uji Fisher dan Chi-square diperoleh hasil p>0,05. Dari hasil analisis statistik, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan energi harian dan makronutrien pada remaja putri usia 13-15 tahun. ......Double nutritional problem is now happening in Indonesia, especially in female adolescents. According to Riskesdas 2013, there has been an increase in the prevalence of overweight and obesity that coincides with nutritional deficiencies. Overweight and obesity in young women will lead to the risk of various dangerous diseases when they are pregnant. One of the factors that affect to nutritional status is daily energy intake that includes macronutrient substances. This study was conducted to determine the relationship between nutritional status with daily energy intake. This research that used cross-sectional design with 110 female students aged 13-15 years from five junior high schools located in Jakarta. Nutritional status data was obtained through measurement of anthropometry which then is plotted on Z-Score. Data on energy intake and macronutrient was obtained by FFQ method. The results showed that the prevalence of overweight(22,8%) was higher than the result of riskesdas 2013(10,8%). The percentage of daily energy intake(76.2%), carbohydrate(77.5%), protein(67.9%), and fat(77.8%) was less than the recommendation of AKG. The most prevalent intake of macronutrient exceeding AKG was fat(25.15%), followed by carbohydrate(19.1%), and protein(14.5%). According to the statistic analysis used Fisher and Chi-square test, the result showed that p> 0,05. From the statistical analysis, it is concluded that there is no correlation between nutritional status with daily and macronutrient energy intake in girls aged 13-15 years.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bennett, Cherie
New York, N.Y. : Berkley Pub, 1991.
813.54 BEN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
Abstrak :
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar. Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia. ...... Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands. The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square. The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Justine Yohana Mardhianti
Abstrak :
Remaja perempuan yang hamil di luar pernikahan mendapatkan stigma dan diskriminasi dari institusi sosial terkecil yaitu keluarga hingga masyarakat luas. Mereka dianggap sebagai pelanggar norma karena gagal menjaga dirinya sendiri dan mematuhi peran berbasis gender yang disematkan kepada mereka. Hal ini berpengaruh terhadap pembentukan agensi mereka. Penelitian ini berusaha menjelaskan agensi remaja perempuan yang hamil di luar pernikahan yang diperlemah oleh konstruksi sosial dan juga relasi kuasa yang timpang antara diri mereka dan agen-agen di sekitar mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa agensi remaja perempuan yang hamil di luar pernikahan diperlemah oleh konstruksi sosial sejak sebelum ia mengalami kehamilan. Identitasnya sebagai perempuan membuat mereka dinilai sebagai individu subordinat dan mendapatkan perlakuan tidak adil. Sebagai remaja yang tidak mengikuti konstruksi sosial membuat mereka dianggap sebagai individu yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menyebabkan agensi di dalam diri mereka menjadi lemah. Lemahnya agensi mereka membuat diri mereka berada di posisi yang rentan akan pergaulan bebas yang berujung pada kehamilan di luar pernikahan. Setelah hamil di luar pernikahan mereka mendapatkan identitas yang terstigma untuk kedua kalinya yang membuat agensi di dalam diri mereka semakin lemah. Konstruksi sosial pembagian peran berbasis gender dan juga relasi kuasa yang timpang dengan agen lain membuat agensi mereka semakin tereduksi, sehingga sulit bagi para remaja perempuan yang hamil di luar pernikahan untuk kembali berfungsi sosial di dalam masyarakat. ......Adolescent girls who experienced unwanted pregnancy face stigma and discrimination from their family, as well as their community. They are considered as violator of norms due to their failure to protect themselves and conform with their gender based role. This affects to the formation of their agency. This study tries to explain the agency of adolescent girls who experienced unwanted pregnancy which weakened by social construction and unequal power relation between themselves and other agents. This study uses qualitative methods with phenomenology approach. This study concludes that agency of adolescent girls with unwanted pregnancy is weakened by social construction even before they experienced unwanted pregnancy. Their identity as women makes them valued as subordinate individuals and obtained unfair treatment. As teenager who do not conform with social construction, they were considered as irresponsible individuals. This led to subdued agency. Their subdued agency causes them to be vulnerable to promiscuity that results in unwanted pregnancy. After experienced unwanted pregnancy, they obtain stigmatized identity for the second time which makes their agency even weaker. Social construction of gender based role, as well as unequal power relation cause their agency reduced, thus making it difficult for these adolescent girls to return as functioning agent in their community.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>