Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Nyoman Dhana
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas masalah tentang proses adaptasi orang Bali yang menjalankan tradisi yang berkaitan dengan adat dan agama Hindu di Jakarta Utara. Dalam menjalankan tradisi tersebut mereka membutuhkan organisasi sosial, yaitu banjar sebagaimana layaknya di Bali, padahal mereka berasal dari lingkungan tradisi yang berbeda-beda di Bali, dan tentunya mereka telah berada pada lingkungan sosial di kota yang berbeda dari lingkungan sosial di Bali. Karena itu, pertanyaan pokok yang dijawab dalam tesis ini adalah: mengapa demikian, dan bagaimana proses pembentukan, pengembangan, struktur, dan fungsi banjar tersebut?

Dengan mengacu konsep dan teori tentang adaptasi dari Bennett (1976), dan tentang subkultur dari Fischer (1980), serta beberapa konsep dan teori terkait lainnya, kajian ini menunjukkan hasil sebagai berikut.

Orang-orang Bali di Jakarta Utara membentuk dan mengembangkan banjar karena mereka mengalami berbagai masalah yang berpangkal pada keterbatasan kemampuan mereka untuk menjalankan tradisi mereka.

Hal itu berlangsung melalui proses yang meliputi tahap-tahap: rapat pembentukan banjar, pembuatan anggaran dasar, pengadaan dan penggunaan tanah, dan pembuatan beberapa sarana kegiatan banjar. Dalam proses itu mereka melakukan penyesuaian dengan lingkungan mereka yang tercermin pada cara mereka berhubungan dengan, dan memanfaatkan lingkungan sosial dan lingkungan alam untuk metnenuhi kepentingan bersama mereka.

Berdasarkan hal itu terwujudlah banjar di Jakarta Utara dengan struktur dan fungsinya yang tidak identik tetapi menunjukkan perbedaan dan kemiripannya dengan struktur dan fungsi banjar di Bali. Fungsinya tercermin pada berbagai kegiatan, yaitu: kegiatan ritual, kegiatan pendidikan agama, kegiatan kesenian, dan kegiatan sosial ekonomi yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara yang relatif berbeda dari cara pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti itu yang dilakukan oleh banjar di Bali.

Dengan berfungsinya banjar di Jakarta Utara melalui berbagai kegiatan tersebut, maka timbullah rasa aman dan kebetahan orang-orang Bali yang bersangkutan untuk tetap bermukim di Jakarta Utara dan sekitarnya. Namun fungsi banjar itu bukanlah merupakan faktor tunggal yang menyebabkan rasa aman dan kebetahan orang-orang Bali tersebut, melainkan disebabkan pula oleh faktor-faktor lainnya.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Dharmika
Abstrak :
Usaha untuk melestarikan lingkungan alam dengan sebaik-baiknya ditemukan pada masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan, kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem, Bali yang pernah dikenal dengan nama Republik Tenganan, dan usaha ini termuat dalam awig-awig. Awig-awig adalah suatu bentuk hukum tertulis yang memuat seperangkat kaedah-kaedah sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat dan disertai dengan sanksi-sanksi yang dilaksanakan secara tegas dan nyata. Para leluhur penduduk desa ini menyusun awig-awig pada sekitar abad ke 11, dan dibakukan dalam sebuah 'buku suci' 58 halaman yang ditulis dalam bahasa Bali. Sejumlah aturan adat yang dinyatakan dalam awig-awig tersebut dan ketaatan penduduk untuk menegakkan aturan-aturan yang bersangkutan memungkinkan sumber daya lingkungan alam tetap terpelihara. Berkat ketaatan penduduk dalam menjalankan aturan-aturan yang ada dalam awig-awig ini, penduduk desa Tenganan Pegringsingaan memperoleh penghargaan Kalpataru untuk kategori penyelamat lingkungan tahun 1989. Awig-awig yang telah berlaku sejak abad 11 secara turun temurun dikalangan masyarakat Tenganan Pegringsingan, penulis duga telah mengalami proses perubahan. Oleh sebab itu, berbagai gejala yang berhubungan dengan keberadaan awig-awig ini ditelusuri kaitannya. Misalnya, gejala-gejala alam yang pernah terjadi, proses ekonomi, proses kontak. Tujuan kajian ini adalah ingin menelusuri keberadaan awig-awig dan hubungannya dengan berbagai gejala yang melibatkan perilaku masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan. Selanjutnya tulisan ini mencoba menjawab persoalan﷓persoalan yang secara operasional dijabarkan sebagai berikut, (1) Mengapa pranata seperti awig-awig itu masih dipertahankan dan dilaksanakan oleh masyarakat desa adat Tenganan sampai sekarang? (2) Adakah perubahan-perubahan yang terjadi baik pada tingkat peraturan-peraturan dan penafsiran maupun pada tingkat perilaku masyarakat yang bersangkutan? Kalau ada, bagaimana perubahan-perubahan itu. Dalam pengumpulan data untuk mengkaji pokok permasalahan tesis ini, penulis melakukan studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam studi kepustakaan pertama-tama penulis berusaha mendapatkan teks awig-awigdesa adat Tenganan Pegringsingan dan sekaligus menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian lapangan penulis lakukan untuk mengamati dan menjelaskan gejala-gejala sosial terutama yang mencerminkan interaksi penduduk desa dengan lingkungan yang berpedoman pada awig-awig yang mereka miliki. Temuan ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut, (1) awig-awig desa adat Tenganan Pegringsingan dengan sanksi-sanksi yang tegas dan nyata ternyata telah mampu mengatur hubungan manusia dan kesinambungan pemanfaatan sumber daya alam. (2) Kelestarian lingkungan di desa adat Tenganan Pegringsingan dapat dipertahankan sampai sekarang karena potensi sosial budaya yang mereka miliki. Potensi budaya terlihat dalam kepercayaan tentang dunia Buana Agung dan Buana Alit di mana hubungan diantara dunia ini harus selalu dijaga, kepercayaan tentang adanya penjaga hutan (Lelipi Selahan Bukit) dan adanya aturanaturan adat (awig-awig) dengan sanksi-sanksi yang tegas dan nyata. Potensi sosial terlihat pada perkembangan penduduk relatif stabil, adanya struktur pemerintahan desa yang khas dan adanya sosialisasi yang intensif tentang tradisi yang penuh dengan dinamika dan perubahan sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. (3) Pergantian generasi dengan tantangan yang berbeda dan bervariasi, menyebabkan terjadinya pemilihan terhadap unsur-unsur tradisi sesuai dengan kepentingan tertentu. Perubahan yang terjadi pada masyarakat desa Tenganan pada dasarnya disebabkan karena kekuatan dari dalam masyarakat maupun karena kekuatan dari luar. Kekuatan dari dalam seperti, terjadinya bencana alam kesadaran, meletusnya gunung Agung, kekeringan, terjangkitnya penyakit menular, dan adanya kesadaran individu akan mutu tanaman yang berlandaskan pada pertimbangan rasional dan memungkinkan individu bertindak dan memperoleh keuntungan-keuntungan yang memuaskan, menyebabkan individu-individu yang lain dalam situasi yang sama dapat mencontoh tindakan yang terealisasi tersebut. Perubahan yang disebabkan karena kekuatan dari luar seperti adanya kontak-kontak kebudayaan seperti misalnya, masuknya industri pariwisata ke desa ini, adanya program pendidikan sekolah, dan program penghijauan. (4) Pasal-pasal dari awig-awig yang terkait dengan lingkungan mengalami perubahan adalah, pasal 8 tentang larangan menanam beberapa tanaman dan larangan melakukan beberapa kegiatan, pasal 23 dan 37 tentang penggunaan tanah, larangan ke luar rumah selama melakukan kegiatan Metruna Nyoman, di samping itu juga terjadi penafsiran-penafsiran baru terhadap beberapa pasal dari awig-awig.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamidi
Djakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1988.
394.4 MUH t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adhyaksa Dault
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini ingin mengetengahkan suatu pola penyesuaian (adaptasi) sebuah Lembaga Pendidikan Tradisiona! Agama Islam yang disebut Pesantren yang selama mi terkenal dengan tradisi lamañya. Tradisi lama yang dimaksud adalah keseluruhan tradisi pesantren yang sangat kuat diwarnal oleh doktnin keagamaan. Seluruh tradisi pesantren berpijak pada Kitab Kuning dan kitab-kitab kiasik Islam. Kurikulum pesantren berpijak pada kitab-kitab klasik 1W. Dalam system pendidikan dan pengajaran pesantren tidák ada system kias; Santri dianggap menyelesaikan pendidikan apabifa mampu dan menguasai kitab kuning dan kitab-kitab kiasik Lainnya. Dengan kuatnya pijakan terhadap doktrin keagamaan, maka pesantren yang berwawasan konsrvatif. mi tidak menerima unsurunsur luar yang bersifat non agama. Sikap tt tertutup mi telah berlangsung berabad-abad lamanya dan merupakan kekhasan utama yang ada pada sistem tradisional ini. Sejalan dengan kemajuan zaman dan perubahan masyarakat, sistem tradisional mi tidak begitu saja dipertahankan Untuk dapat mengimbangi perkembangan clan dinamika perubahan masyarakat perlu ada penyesuaian (adaptasi). Adaptasi mi menyentuh berbagai bidang seperti pendidikan dan kurikulum, bidang sosial, ekonomi, dan politik. Proses penyesuaian din sebuah pesantren terhadapdinamika dan perubahan masyarakat ditunjukan oleh pesantren Daarul T...fluum di Kotamadya Bogor yang menjadi lokasi utama penelitian mi. Tulisan mi bersifat deskriptif anahtik yang lebih mengandakan wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan terhadap berbagai komponen. pesantren seperti Kyai (4 orang), GurulUstadz (4 orang), Santri (14 orang), orang tua santri (16 orang), tokob masyarakat (5 orang) Mereka dianggap dapat mewakil; unsurunsur yang yang menjadi subyek penelitian. Dan basil wawancara dan pengamatan intensifterhadap proses adaptasi pesantren Daarul Uluum terhadap dinamika dan perubahan masyarakat, penelitian ml menemukan berbagai perubahan antara lain bahwa ciri khas pesantren tradisional dimana dominasi pendidikan dan pengajaran adalah penguasaan kitab-kitab kiasik Islam perlahan-lahan ditinggalkan dengan teradopsinya kurikulum Nasional yang mewajibkan semua lembaga pendidikan balk Yang agama maupun yang umum menyelenggarakan sistem pendidikan Nasional. Penelitian mi menemukah bàhwa pesantr en Da arul Uluum tidak lagi bersifat tradisional eksk1usif, namun sudah mengarab ke modem inklusif lndikatornya ad alah adanya adaptasi kurikulum, adaptasi sistem pendidikan dan pengajaran, adaptasi di bidang keuangan dan ekonomi, sosial, budaya dan politik. lmplikasinya di masa .depan adalah bahwa pesantren ml akan bisa menghadapi berbagai perubahan dan dinamika zaman karena sifatnya yang sudah terbuka (modern-inklusit). Penulis akhirnya berkesimpulan bahwa karena adanya kemajuan cara berpikir dan dinamika masyarakat maka sistem pesantren yang selama mi dirasakan sangat eksklusif dan tradisional perlahan-lahan ditinggalkan dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang ada.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Herlina
Abstrak :
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah memusatkan perhatian pada sebuah karya Ishida Eiichiro (1903-1968) yang berjudul Nihon Bunka Ron 'Argumentasi Kebudayaan Jepang' dan sekaligus penulis jadikan sebagai sumber utama topik pembahasan skripsi ini. Di dalam karyanya tersebut, ia membahas tentang ciri-ciri kebudayaan Jepang khususnya mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan asal mula kebudayaan dan bangsa Jepang. Sebagai seorang antropolog budaya, Ishida mengemukakan bahwa orang Jepang telah hidup di kepulauan Jepang sejak sekitar jaman Yayoi (abad 3SM-abad 3M) dan mereka merupakan nenek moyang orang Jepang orang Jepang yang menciptakan budaya kehidupan orang Jepang sekarang ini. Adapun manusia jaman Yayoi ini memiliki tiga ciri khas. Pertama adalah merupakan suku bangsa yang membudidayakan padi atau bangsa tani. Kedua, mereka yang berbicara bahasa Jepang dan yang ketiga, mereka yang melakukan cara hidup seperti sekarang ini. Dengan tiga alasan ini, Ishida membuat suatu hipotesa bahwa kebudayaan dan kehidupan orang Jepang di kepulauan Jepang dibentuk oleh orang-orang di jaman Yayoi. Istilah Yayoi ini, diambil dari gerabah yang ditemukan dari timbunan kulit-kulit kerang di kota Yayoi bilangan Bunkyoku, Tokyo pada tahun 1884 (Meiji 17). Dalam menyimpulkan hipotesa-hipotesanya ia banyak menggunakan bahan acuan yang berasal dari ilmu-ilmu arkeologi, etnologi, folkor, lingguistik dan lain-lain. Dari salah satu hipotesanya yang dilihat dari sudut antropologi budaya, ia mengemukakan bahwa kebudayaan Jepang memiliki ciri khas asli Jepang yang berkesinambungan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
781.629922 KUM (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hammerle, P. Johannes Maria
Nias : Yayasan Pusaka Nias , [date of publication not identified]
306.072 HAM d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Kwang Pou
Seoul: Epublic, 2010
KOR 306.51 LEE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks berisi uraian tentang kepercayaan orang Jawa (gugon tuhon). Gugon tuhon itu dapat dipakai sebagai sarana pendidikan anak, agar mereka patuh pada nasehat orang tua. Namun dapat juga dipakai untuk memperkuat tekad-tekad orang dewasa/tua dalam menjalani kehidupan atau mencari nafkah. Biasanya dimulai dengan tirakat, yaitu bersemadi suatu tempat, mungkin bekas tempat tinggal orang yang terkenal, makam, taau tempat cikal bakal (leluhur) desa. Gugon tuhon juga ada yang dipakai untuk menipu. Dalam Pigeaud 1967: 319, gugon tuhon dimasukan dalan folklore, superstitions. Sebuah teks gugon tuhon juga pernah diterbitkan, yang diringkas dalam pratelan II: 405. Naskah merupakan salinan ketik dari sebuah naskah yang belum diketahui keberadaannya. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud sebanyak empat eksemplar, pada Februari 1932 di Yogyakarta. Menurut keterangan pada h.1, dua salinan diserahkan kepada H. Overbeck dan Panti Boedaja (kini Museum Sonobodoyo), sisanya kini tersimpan di koleksi FSUI, yaitu A 26.02a (ketikan asli) dan b (tembusan karbon). Hanya ketikan asli yang dimikrofilmkan.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.18-A 26.02a-b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Glendon, Mary Ann
St. Paul, Minn.: West Academic Publishing, 1994
340.2 GLE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>