Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Hamada Riduan
Abstrak :
Tesis ini membahas tipe verba dan tipe situasi dalam teks naratif berbahasa Jerman, yaitu ?Herr der Diebe? dan Russendisko. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan dua teori. Kedua teori itu adalah teori Brinton (1988) dan teori Comrie (1976). Tipe situasi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil pengelompokan tipe verba dan juga peranan fungsi sintaktis lain, seperti subjek, objek, dan keterangan. Hasil dari penelitian adalah yang pertama terdapat empat jenis tipe verba yang muncul, yaitu keadaan, pencapaian, aktivitas, dan penyelesaian; yang kedua terdapat enam jenis tipe situasi yang muncul, yaitu statis, dinamis, pungtual, duratif, telis dan atelis yang ketiga subjek, objek dan keterangan memiliki peranan dalam penentuan tipe situasi. ......This thesis talks about type of verbs and type of situations in naration texts in German which are Herr der Diebe and Russendisko. In this research I analyze type of situations based on the classification of type of verbs and the roles of other categories, such as subject, object, and complementary. Also I use the theories by Brinton (1988) and Comrie (1976) to help classifying and analyzing the data. The result are four types of verbs which are state, achievement, activity, and accomplishment six types of situations which are state, dynamic, punctual, durative, telic, and atelic; and also the roles from subject, object, and complimentary.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T46769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teodora Nirmala Fau
Abstrak :
Skripsi ini membahas derivasi nomina ke verba yang ditemukan pada surat kabar harian Kompas. Derivasi yang ada dalam surat kabar harian tersebut meliputi derivasi dari segi kelas kata dan makna. Derivasi dari segi kelas dapat dilihat dari pemberian afiks pembentuk verba, sedangkan derivasi dari segi makna dapat dilihat dari perubahan dan pergeseran makna kata turunan dengan kata asalnya. Perubahan dan pergeseran tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu idiom dan metafora. Karakteristik dari kata berderivasi nomina ke verba ini dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk dipasifkan. ......This thesis discuss derivation of nomines to verbs in Kompas the daily newspaper. That things include derivation of category and meaning. Derivation of category could be seen from nomine that adhered affix to verb-formation while derivation of meaning could be seen from change and shift of meaning about complex words to their bases. It been devided in two kinds. Those are idioms and metaphors. Characteristic of it could be seen from ability change into pasif verb.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Triana
Abstrak :
Aksionalitas merupakan salah satu makna kewaktuan yang bersifat semesta dan berkaitan dengan dua makna kewaktuan lain, yaitu aspek dan kala. Keterkaitan ketiga makna kewaktuan itu menyebabkan banyak ahli bahasa merumuskan ketiga konsep itu secara tumpang tindih. Di satu pihak, para ahli bahasa merasa tidak perlu untuk membedakan aspek dan aksionalitas sedangkan di pihak lain ketiga konsep kewaktuan itu harus dipisahkan. Penelitian ini bertolak pada pendapat yang menyatakan bahwa konsep aksionalitas harus dibedakan dari aspek. Aksionalitas dalam penelitian ini mengacu pada tipe situasi yang ditandai oleh ciri semantis kewaktuan. Ciri semantis kewaktuan itu meliputi kedinamisan, keduratifan, ketelisan, dan kelipatan. Situasi merupakan hasil interaksi predikat verba transitif (PVt) dengan fungsi sintaktis lain (FS) yang meliputi S, 0, Pel, dan Ket. Untuk menentukan tipe situasi terlebih dulu ditentukan tipe verba berdasarkan ciri semantis kewaktuan di atas. Tipe verba itu kemudian berinteraksi dengan FS. Dari hasil interaksi itu terlihat apakah terjadi pergeseran dari tipe verba ke tipe situasi atau sebaliknya tipe verba sama dengan tipe situasi. Penggunaan cerpen sebagai sumber data didasari oleh pemikiran bahwa cerpen merupakan salah satu bentuk narasi dan dalam narasi, unsur kewaktuan berperan penting. Sementara itu, sebagai korpus data dipergunakan kalimat berpredikat Vt karena Vt dapat mengungkapkan ciri semantis kewaktuan yang berbeda sebagai hasil interaksi dengan S, 0, Pel, dan Ket dalam kalimat. Hasil analisis data menunjukkan tipe Vt meliputi keadaan, pencapaian, aktivitas, penyelesaian, dan seri . Kelima tipe verba itu diperoleh dari interaksi verba dasar dengan afiks meng , di-, ter-, -i, -kan, dan reduplikasi. Interaksi itu memperlihatkan prefiks meng- dan di- tidak mempengaruhi tipe verba sedangkan ter-, -i, -kan, dan reduplikasi. mempengaruhi tipe verba. Artinya, tipe verba dasar sama dengan tipe verba {meng--, di-} + verba dasar. Sebaliknya, tipe verba dasar dapat sama atau berbeda dengan tipe verba {ter-, -i, -kan, red }+ verba dasar. Interaksi antara tipe verba dengan FS dapat menghasilkan tipe situasi yang sama atau berbeda dengan tipe verba sebelumnya bergantung pada kehadiran S, 0, Pel, Ket waktu, dan Ket tempat dan jenis N pengisi 0 dan S. Dilihat dari jenis N pengisi 0, tipe verba aktivitas yang berinteraksi dengan 0 (N tunggal, jamak terbilang, takrif) membentuk tipe situasi penyelesaian, sedangkan yang berinteraksi dengan 0 (N jamak tak terbilang, tak takrif) tetap membentuk tipe situasi aktivitas. Kehadiran FS dapat menyebabkan perbedaan tipe situasi yang terbentuk. Verba aktivitas seperti membawa dan mengangkat membutuhkan Ket tempat sebagai titik akhir alamiah yang menandai ciri [+tel]. Kehadiran Ket tempat menyebabkan pergeseran tipe dari verba aktivitas menjadi situasi penyelesaian. Tanpa kehadiran Ket tempat, verba aktivitas membawa dan mengangkat tetap bertipe aktivitas sekalipun didampingi oleh 0 (N tunggal, jamak terbilang, takrif).
Actionality is the one of the universal temporal meanings which is related to two other temporal meanings such as aspect and tense. In view of the three temporal meanings, linguists make overlapping formulations. In one side, linguists think that it is not necessary to separate aspect from actionality but in the other side, those three temporal meaning concepts should be separated. This research is based on the concept that actionality must be separated from aspect, it is based on the definition of actionality as follows: "a situation type is signaled by temporal semantic features". The temporal semantic features are dynamicity, durativity, telicity, and multiplicity. Situation is signaled by interaction between transitive verbal predicate and the other syntactic functions like Subject, Object, Complement, and Adverbial. Situation type can be formulated, first, by the verbal type that is signaled by those temporal semantic features. After that, the verbal types interact with the other syntactic functions to form situation type. The interaction show whether there is a shift or not from the verbal type to situation type or verbal type is the same as situation type. The use of short stories as the source of data is based on the arguments that a short story is a kind of narration and in narration, temporal elements is important. As the corpus of data is used sentences that have transitive verbal predicates because transitive verbal predicates show the different temporal semantic features as the result of their interaction with Subject, Object, Complement, and Adverbial in the sentence. The analysis on the data of this research shows that transitive verb can be states, achievements, activities, accomplishments, and series, The five verbal types are a result of the interaction between roots with meng , di-, ter-, -i, -kan affixes and reduplication. The interactions show that meng- and di- prefixes can not influence the verbal type butter-, -i, -kan affixes and reduplication influence the verbal type. It means that the verbal type is the same as type of (meng-, di-) affixes + root, On the contrary, the root can be the same as or different from type of {ter-, -i, -kan affixes and reduplication} + root. The interaction between verbal types with the other syntactic functions can result situation types that are the same as or different from formerly verbal types. It depends on the presence of Subject, Object, Complement, Adverbial of Time, Adverbial of Place, and the Nouns that fill the Object and Subject. The Nouns that till the Object caused activity verb that interacted with Object (single. count and specified plural Noun) formed the accomplishment situation type, but the activity verb that interacted with Object (uncount and unspecified plural Noun) does not change the activity situation type. The presence of other syntactic functions formed different situation types. Activity verb like membawa and mengangkat needs the Adverbial of Place as the natural endpoint that is signaled by [+tel] feature. The presence of Adverbial of Place caused a shift of activity verb type to accomplishment situation type. Without the presence of Adverbial of Place, activity verb type membawa and mengangkat is still an activity verb type although that verbs are accompanied by Object (single, count and specified plural Noun).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T9315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stanly Monoarfa
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan dan persamaan verba kausatif antara bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Di sini dikontraskan pembentuk verba kausatif (shieki) yang ditinjau dari segi makna dan bentuk, serta aspek-aspek yang terkait yang terdapat dalam model-model kalimat berverba kausatif tersebut. Dalam bahasa jepang verba shieki ditandai dengan perubahan verba transitif maupun intransitif menjadi ?seru(~せるatau -saseru(~させる), sedangkan dalam bahasa Indonesia verba kausatif ini biasanya terjadi melalui [1]afiksasi bentuk dasar dengan melekatkan me-kan, memper-kan atau -kan. Data penelitian ini adalah model-model kalimat yang diperoleh dari korpus data novel berbahasa Jepang dan kumpulan cerpen berbahasa Indonesia, serta sumber acuan lain berupa buku-buku yang memuat tentang kausatif baik dalam bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Data yang diambil dari novel diperlakukan sebagai data utama, data lainnya diperlakukan sebagai data pelengkap.
This research was aimed to describe the differences and similarities between Japanese causative verbs and Indonesian. Here the contrasted forming causative verbs (shieki) which reviewed in terms meaning and form, as well as related aspects contained in the models the causative sentence verb. In Japanese verbs shieki characterized by changes in transitive and intransitive verbs be-exciting ?seru(~せる) or -saseru(~させる), whereas in Indonesian causative verbs usually occurs through affixation basic form by embedding me-kan, memper-kan or -kan. Data of this study are models sentence corpus of data obtained from a Japanese novel and collection of short stories in Indonesian language, as well as other sources such as reference books which contain either causative in Japanese and Indonesian. novel data taken from treated as the main data, other data are treated as complementary data.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Abstrak :
Perpaduan leksem merupakan masalah yang sangat penting dalam bahasa Indonesia. Dipandang dari sudut praktis, tampak bahwa dalam bidang ini kreativitas dalam bahasa menunjukkan peranannya, karena dengan makin kom_pleksnya kehidupan masyarakat bahasa Indonesia memerlukan ungkapan-ungkapan baru untuk menggambarkan pelbagai konsep yang terus-menerus bermunculan. Pengungkapan konsep dengan perpaduan leksem jauh lebih umum dan lebih mudah daripada dengan penciptaan leksem tunggal yang baru sama sekali. Penciptaan leksem tunggal menuntut daya kreativitas yang tinggi, dan bila bahasawan sanggup memuncul_kan leksem tersebut, is masih harus menembus benteng konvensi yang tinggi dan tebal supaya ciptaannya itu dapat dipahami, dan diterima oleh masyarakat bahasa. Perhatikan, misalnya, kata anda yang terpakai sejak tahun 1957 dan yang memang benar telah memperkaya kosakata bahasa Indonesia, tetapi belum menyederhanakan sistem tutur sapa sebagaimana dimaksud oleh pengusulnya. l) Kebalikannya dengan perpaduan leksem yang dipergunakan untuk mengungkapkan konsep-konsep baru: bahasawan tinggal menggali potensi yang ada dengan pelbagai cara memperkenalkannya ke tengah masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D1814
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspitorini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi fungsi afiks verbal ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan klausa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fungsional dan metode analisis morfologi sintaksis. Data diambil dari teks prosa Jawa Kuno  diparwa yang diperkirakan disusun pada akhir abad 10. Data dari dua sumber lain, yaitu, Wirāṭaparwa dan Bhīsmaparwa digunakan sebagai pelengkap. Analisis data dilakukan dengan melihat fungsi afiks ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan korelasinya dengan ciri valensi sintaktis dalam struktur internal klausa. Temuan yang diperoleh dari analisis struktur internal kata adalah (i) afiks ma-,-um-, mang-, -in-, ka- bersifat derivatif karena mengubah makna leksikal dan kelas kata morfem dasar menjadi verba berargumen satu atau dua; (ii) afiks ma-,- um-, mang- membentuk verba berargumen satu, sedangkan afiks -um-, mang-, -in- , ka- membentuk verba berargumen dua. Sebagai pembentuk verba berargumen dua, afiks -um-, mang- juga memiliki fungsi sebagai pemarkah diatesis aktif, sedangkan afiks ?in-, ka- sebagai pemarkah diatesis pasif. Verba berargumen satu dikaji berdasarkan makna aspektual inheren verba. Temuan yang dihasilkan adalah ada dua kelompok verba berafiks, yaitu (i) verba berafiks ma- yang keberlangsungan situasinya bersifat nondinamis (nondynamic situation), (ii) verba berafiks ?um- dan mang- yang keberlangsungan situasinya bersifat dinamis (dynamic situation). Verba yang menyatakan situasi nondinamis dibedakan menjadi dua, yaitu verba statif (keberlangsungannya bersifat tetap) dan verba statis (keberlangsungannya bersifat sementara). Perbedaan verba statif dari verba statis terkait dengan analisis afiks verbal dalam struktur internal klausa yang menghasilkan temuan sebagai berikut. Klausa dengan predikat berupa verba statif tidak dapat diperluas dengan unsur sintaktis lainnya, sedangkan predikat berupa verba statis dan dinamis dapat diikuti unsur sintaktis lain. Verba berargumen dua dikaji berdasarkan ciri ketransitifannya. Afiks ma- cenderung membentuk verba transitif yang tidak mendasar (non-prototypical transitive verbs) dibandingkan afiks ?um- dan mang-. Secara semantis verba macenderung memiliki kadar ketransitifan yang rendah. Sebaliknya, afiks mangcenderung membentuk verba berciri transitif yang prototipikal, yaitu (i) memiliki agen yang melakukan tindakan dengan sengaja dan aktif, (ii) memiliki pasien yang konkret dan terkena tindakan, (iii) verba menyatakan peristiwa berubah dengan cepat, terbatas, tuntas. Oleh karena itu, subjek klausa berpredikat verba mang- cenderung merupakan agent active. Ciri semantis tersebut menjadi pembeda yang paling menonjol antara verba mang- dan verba ?um-. Subjek klausa berpredikat verba ?um- cenderung merupakan a conscious dative. Analisis verba berafiks pada struktur internal klausa menghasilkan temuan dua tipe klausa, yaitu (i) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tersela konstituen sintaktis lain, dan (ii) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tidak tersela konstituen sintaktis lain. Perbedaan tersebut berkaitan dengan jenis klausa ditinjau berdasarkan ada tidaknya partikel topikal dalam klausa. Klausa berpola predikat subjek yang tidak tersela konstituen lain dapat menjadi klausa topikal, sedangkan klausa berpola predikat subjek yang tersela konstituen lain tidak dapat menjadi klausa topikal. Temuan tersebut memperlihatkan perbedaan jenis klausa yang dipicu oleh kebutuhan pada tingkat sintaktis dan pragmatik wacana. Temuan penelitian ini berimplikasi pada kajian linguistik bahasa Jawa Kuno dalam hal dua aspek tinjauan afiks verbal, yaitu kata dan klausa. Afiks verbal bahasa Jawa Kuno tidak hanya merupakan kesatuan bentuk dan makna dengan morfem dasar yang diimbuhinya, tetapi juga merupakan kesatuan bentuk dan makna yang berkorelasi dengan ciri sintaktis verba berafiks yang dibentuknya
ABSTRACT
This research investigates the functions of Old Javanese verbal affixes ma- -um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and clauses. This qualitative research utilizes functional approach and morphological-syntactical method for analysis. Data were taken from an Old Javanese prose text  diparwa which was composed approximately in the 10th century. Supplementary data were taken from two other textual sources: Wirāṭaparwa and Bhīsmaparwa. Data were analyzed by examining the functions of affixes ma-, -um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and their correlation with syntactical valency in the internal structure of clauses. Analysis of the internal structure of words yields these following results: (i) affixes ma-,-um-, mang-, -in-, and ka- are derivative in character because they can transform lexical meanings and the part of speech of a basic morpheme into a verb with one or two arguments; and (ii) affixes ma-,-um-, and mang- creates verbs with one argument, while affixes -um-, mang-, -in-, and ka- creates verbs with two arguments. As markers of verbs with two arguments, affixes -um- and mang- also function as active diathesis markers, while affixes -in- and kafunction as passive diathesis markers. Verbs with one argument are analyzed according to their inherent aspectual meanings. This analysis found two groups of verbs with affixes: (i) verbs with affix ma- which signify non-dynamic situations and (ii) verbs with affixes -um- and mang- which signify dynamic situations. Verbs which convey non-dynamic situations are further divided into two groups which consist of stative verbs (which indicate permanent situations) and static verbs (which indicate temporary situations). The difference between those two groups of verbs is then linked to the results of an analysis of verbal affixes in the internal structure of clauses, which found that clauses with stative verbal predicates cannot be expanded using other syntactical elements, while clauses with static and dynamic verbal predicates can be expanded using other syntactical elements. Verbs with two arguments are analyzed according to their transitivity. Affix ma- is more likely to create non-prototypical transitive verbs than affixes - um- and mang-. Semantically speaking, verbs with affix ma- tends to show low degree of transitivity, whereas the affix mang- tends to create prototypical transitive verbs with these characteristics: (i) having agents who do intentional and active actions, (ii) having concrete patients who become the objects of those actions, and (iii) signifying events which are rapidly changing, limited, and complete. Because of this, the subjects of clauses with verbal predicate mangtend to be active agents. This semantic characteristic is the most distinguishing feature between verbs with affix mang- and verbs with affix -um-. The subjects of clauses with verbal predicate -um- tend to be conscious datives. The analysis of verbs with affixes in the internal structure of clauses results in two types of clauses which consist of (i) clauses whose predicate and subject are separated by other syntactical constituents, and (ii) clauses whose predicate and subject are not separated by other syntactical constituents. This difference is related to the categorization of clauses which is based on the presence or absence of topical particles in the clauses. Clauses with predicatesubject pattern which are not separated by other syntactical constituents can be considered as topical clauses, whereas clauses with predicate-subject pattern which are separated by other syntactical constituents cannot be considered as topical clauses. These findings demonstrate that clauses can be categorized according to various linguistic needs at syntactical level and pragmatic-discourse level. The research findings can contribute to expanding the linguistic studies of Old Javanese in two aspects related to the study of verbal affixes: words and clauses. Old Javanese verbal affixes are not simply fusions of form and meaning combined with the base morphemes to which they are attached, but also the fusion of form and meaning which correlates with the syntactical characteristics of the affixed verbs they create.
2016
D2233
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christiana Sidupa
Abstrak :
Disertasi ini membahas medan makna verba bahasa Inggris bidang ekonomi dari sudut pandang semantik leksikal berbasis korpus. Medan makna dalam penelitian ini didasarkan pada relasi sintagmatis atau yang disebut dengan kolokasi dan bertujuan agar dapat mengungkapkan rumpang konseptual medan makna kosakata bidang ekonomi increase, improve, raise, develop, expand, extend, dan enhance bagi penutur Inggris dan penutur bahasa Inggris yang berbahasa ibu bahasa Indonesia. Metode penelitian dalam disertasi ini menggunakan kombinasi ancangan kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif dan komparatif serta pendekatan linguistik korpus. Sumber data penelitian berasal dari teks digital bidang ekonomi para mahasiswa Inggris (British Academic Written English/ BAWE) dan teks digital mandiri yang berisi artikel-artikel dari jurnal nasional terakreditasi Sinta 2 (Indonesian Economic Written English/ IEWE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan medan makna yang dibangun oleh makna kolokat verba increase, improve, raise, develop, expand, extend, dan enhance bahasa Inggris yang digunakan oleh penutur bahasa Inggris dan penutur bahasa Indonesia merepresentasikan rumpang-rumpang konseptual yang dimiliki penutur-penutur tersebut. ......This dissertation discusses the semantic field of economic English verbs from a study of corpus-based lexical semantics. The semantic field in this research is based on a syntagmatic relation or what is called collocation and aims to reveal the conceptual gaps of the semantic fields of economic field vocabularies increase, improve, raise, develop, expand, extend, and enhance for English speakers and English language speakers whose mother tongue is Indonesian language. The research method in this dissertation uses a combination of qualitative and quantitative approaches with descriptive and comparative methods as well as corpus linguistic approach. The research data sources come from the economic digital texts of British students (British Academic Writing English/ BAWE) and independent digital texts containing articles from the Sinta 2 accredited national journals (Indonesian Economic Writing English/ IEWE). The result of the research showed that the semantic fields differences constructed by the meanings of collocations of English verbs increase, improve, raise, develop, expand, extend, enhance used by English speakers and Indonesian language speakers represent the conceptual gaps possessed by those speakers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Umar Muslim
Abstrak :
Tulisan ini menyoroti empat hal yang berkaitan dengan klausa bersubyek verba dalam bahasa Indonesia: jenis verba yang mempunyai kemungkinan menduduki fungsi subyek; jenis klausa yang bersubyek verba; perilaku struktural klausa bersubyek verba; dan analisis klausa bersubyek verba. Data yang didapat dari beberapa surat kabar/majalah dan dari intuisi penulis setelah dianalisis rnenghasilkan beberapa kesimpulan: dengan memakai pembagian jenis verba dari Kridalaksana (1986) diketahui bahwa verba intransitif, transitif, aktif, pasif, antiaktif, antipasif, resiprokal, nonresiprokal, refleksif, nonrefleksif, dan ekuatif mempu_nyai kemungkinan menduduki fungsi subyek, hanya verba kopulatif yang tidak mempunyai kemungkinan tersebut; berdasarkan pembagian jenis klausa dari Kridalaksana dan Tim Peneliti Linguistik FSUI (1987) ternyata delapan jenis klausa verbal (yaitu klausa verbal intransitif, transitif, aktif, pasif, antiaktif , antipasif, ekuatif, dan kopulatif) dan tiga jenis klausa nonverbal (yaitu klausa nominal, ajektival, dan klausa berpredikat frase preposisional) da_pat bersubyek verba; klausa bersubyek verba menunjukkan perilaku struktural yang berbeda dengan klausa bersubyek nomina, misalnya dalam pemasifan; verba yang menduduki fungsi subyek dapat dianalisis sebagai klausa terikat yang berkategori nomina.
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S11159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria F. Pranadi
Abstrak :
Dalam skripsi ini saya membahas masalah verba ergatif dengan prefiks ter-, konfiks ke-an dan dengan kata kena dalam Bahasa Indonesia. Adapun tujuan penulisan ini ialah melihat lebih jelas bahwa Bahasa Indonesia, yang bertipe akusatif, mempunyai bentuk verba : ergatif, yang berbeda dengan verba pasif. Dari penelitian ini pun diharapkan adanya deskripsi verba ergatif dengan prefiks ter-, konfiks ke-an, dan kata kena. Metode penelitian yang dipakai ialah metode induktif yaitu penelitian yang dimulai dari observasi-observasi atas fenomena-fenomena yang bersifat individual menuju pada sebuah generalisasi. Dasar pemikiran teori yang digunakan adalah gabungan pendapat-pendapat dari:1). Bernard Cowrie dalam bukunya yang berjudul Language Universals and Linguistic Typology.2). Ellen Rafferty dalam tulisannya yang berjudul Discourse Structure of The Chinese Indonesian of Malang,.3). Harimurti Kridalaksana dalam artikelnya yang berjudul Ergativitas.Ergativitas yang diperkenalkan oleh B. Comrie dan E. Rafferty menunjukkan bahwa satu bahasa dapat merniliki 2 ciri tipe bahasa sekaligus dengan memperhatikan masalah _pelatardepanan' dan 'pelatarbelakangan' dalam satu wacana. Selain itu Harimurti menambahkan bahwa sebuah verba pun dapat membentuk klausa ergatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa verba-verba dengan prefiks ter-, konfiks ke-an, dan dengan kata kena memang membentuk klausa ergatif, yang berbeda dengan klausa pasif. Perbedaan-perbedaan dibuktikan melalui analisis sintaksis dan semantis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Anwar
Abstrak :
Transformasi verba intransitif menjadi transitif dalam bahasa Arab adalah sebuah tataran yang menganalisa konstruksi verba tidak berobjek menjadi berobjek, merupakan kajian morfologis-semantis. secara semantis transformasi verba itu terlebih dahulu harus melihat kemungkinan adanya makna verba itu mempunyai objek. Dalam bahasa Arab verba intransitif bisa ditransformasikan menjadi transitif antara lain dengan verba-verba berpola dan verba-verba tidak berpola. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperkenalkan penanda-penanda transformasi verba intransitif menjadi transitif dalam bahasa Arab, sehingga didapat gambaran yang jelas tentang penanda-penanda transformasi verba tersebut. Analisa dilakukan dengan mengemukakan teori-teori tentang penanda transformasi verba itu menurut rumusan para ahli gramatika bahasa Arab. Setelah teori-teori diperoleh, maka dilakukan analisi berdasarkan rumusan teori para ahli gramatika tersebut. Dari hasil analisa ini dapat diketahui bahwa penanda-penanda transformasi verba itu antara lain dengan verba-verba berpola yaitu: /Af'ala/, /fa' 'ala/. /fa'ala/,/istaf'ala/, dan /fa'ala/ - /yaf'ulu/. Sedangkan verba-verba tidak berpola yaitu: Implikasi (tadmin), verba dengan preposisi, dan verba denagn menghilangkan preposisi.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>