Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lela Asmara
"Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 menyebutkan bahwa salah satu program yang dilaksanakan dalam bidang kesehatan adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (Bappenas, 2004). Penyakit menular yang menjadi prioritas pencegahan dan pemberantasan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 diantaranya adalah malaria, diare, polio, filariasis, kusta, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, pneumonia, dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Demam Berdarah Dengue (DBD) juga termasuk salah satu penyakit menular yang menjadi prioritas dalam upaya pencegahan dan pemberantasan (Bappenas, 2005). Sampai saat ini cara penanggulangan yang dapat dilakukan untuk penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan memberantas nyamuk penularnya karena belum ada vaksin dan obat untuk membasmi virusnya (Ditjen P2M & PL, 1992). Pemberantasan nyamuk penular DBD terutama dilakukan terhadap jentiknya yaitu melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Sejak adanya Surat Edaran Gubernur Propinsi DKI Jakarta No 46 pada tanggal 4 November 2004 mengenai Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSNDBD) di Propinsi DKI Jakarta yang diikuti dengan adanya Surat Keputusan Walikotamadya Jakarta Timur, maka setiap hari Jumat mulai pukul 09.00 hingga pukul 09.30 di wilayah Jakarta Timur selalu dilaksanakan kegiatan PSN.
Peningkatan Angka Bebas Jentik, yang merupakan indikator keberhasilan kegiatan PSN, di wilayah Jakarta Timur yang telah melebihi target Angka Bebas Jentik nasional (95%) pada tahun 2006 (dari 93,03% pada tahun 2005 menjadi 96,63% pada tahun 2006) dapat diasumsikan bahwa potensi penularan DBD di wilayah Jakarta Timur cenderung menurun, sehingga Insidens Rate DBD juga akan menurun. Namun pada kenyataannya, Insidens Rate DBD di wilayah Jakarta Timur dari tahun 2005 sampai tahun 2006 cenderung meningkat (282,3 per 100.000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 344 per 100.000 penduduk pada tahun 2006).
Berdasarkan masalah tersebut perlu diketahui apakah ada hubungan antara Angka Bebas Jentik dengan Insidens Rate kasus tersangka DBD di tingkat kecamatan Kotamadya JakaraTimur Tahun 2005-2007.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain studi korelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Kotamadya Jakarta Timur dan web site Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, serta data primer melalui observasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada tahun 2005 hubungan angka bebas jentik dengan insidens rate DBD di tingkat kecamatan Kotamadya Jakarta Timur menunjukkan hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan ( r = -0,121 ). Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan hubungan sedang ( r = - 0,301 dan r = - 0,351).
Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara angka bebas jentik dengan insidens rate DBD pada tahun 2005-2007 (p > 0,05). Mengingat pentingnya kegiatan PSN sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan DBD, maka sebaiknya kegiatan PSN dilaksanakan secara terusmenerus dan hasilnya harus dipantau secara teratur melalui kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan oleh petugas Puskesmas atau tenaga terlatih.
Selain itu juga perlu ditingkatkan penyuluhan mengenai kegiatan PSN DBD kepada semua kalangan masyarakat sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan PSN dan tidak hanya dilakukan dengan 3 M, tetapi juga dengan melakukan metode lain (larvasida selektif, memasang ovitrap, memelihara ikan pemakan jentik, fogging,dan lain-lain)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rido Prama Eled
"Untuk Menanggulangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah dengan efektif, maka dibutuhkan data tentang keberadaan vektor pembawanya.Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian tentang keberadaan vektor pembawa penyakit DBD di wilayah tersebut. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti yang berada yang berada di dalam rumah di wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat serta membandingkan keberadaan larva Aedes aegypti pada kedua wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional (potong lintang). Pengambilan data dilakukan pada hari Minggu, tanggal 28 Maret 2010 dengan memeriksa setiap container yang ada pada 100 rumah yang berada di wilayah RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Timur dan RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Barat. Pemilihan 100 rumah tersebut dilakukan dengan metode simple random sampling. Hasilnya, terdapat 23 container positif berisi larva Aedes aegypti dari 223 container yang berada di dalam rumah yang ditemukan di wilayah Kelurahan Cempaka Putih Timur dan 15 container positif berisi larva Aedes aegypti dari 243 container yang ada di dalam rumah yang di temukan di wilayah Kelurahan Cempaka Putih Barat. Pada uji chi-square di dapatkan p=0,256. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna keberadaan larva Aedes aegypti antara Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Reductionof disease Dengue Hemorrhagic Fever(DHF) in a region requires the presence of vector data. Therefore it is necessary to study the existence of dengue vector in the region. This study aims to determine the presence of Aedes aegypti larvae inside the house in Kelurahan Cempaka Putih Timur and Kelurahan Cempaka Putih Barat and comparing the presence of Aedes aegypti larvae in both regions. This study uses cross-sectional method. Data is collected on March 28, 2010 by checking every container that exist in each of the100 homes in the area of RW07 Kelurahan Cempaka Putih Timur and RW03 Kelurahan Cempaka Putih Barat. 100 houses were selected by simple random sampling method. The results,obtained 23 larvae ofAedes aegypti positive containersof 223containers inside the houses were foundin Kelurahan Cempaka Putih Timurarea and 15 larvae of Aedes aegypti positive containers of 243 containers in the houses are found in areas Kelurahan Cempaka Putih Barat. In the chi-square test p=0.256 in getting. Concluded that there was no significant difference in the presence of Aedes aegypti larvae between Cempaka Putih Village East and Village West Cempaka Putih."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pesik Lucky R.D.
"ABSTRAK
Penanggulangan penyakit demam berdarah sampai saat inii masih ditujukan kepada pengendalian vektornya. Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah di Indonesia. Pengendalian Ae. aegypti dengan menggunakan Toxorhynchites amboinensis sebagai jasad pengendali-hayati, belum pernah dilakukan di Indonesia.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian efektivitas daya predasi 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 larva instar IV Tx. amboinensis sebagai perlakuan terhadap 100 larva instar III-IV Ae. aegypti selama 48 jam pengamatan. Hasil penelitian diperoleh dengan cara mengarnati persentase larva Ae. aegypti yang menjadi korban predasi, persentase larva Tx. amboinensis yang menjadi korban kanibalisme, dan perkembangan larva Ae. aegypti pada kontrol.
Efektifitas setiap perlakuan ditentukan oleh kemampuan kolektif terbesar membunuh mangsa dengan resiko kanibalisme terkecil. Korban predasi rata-rata 29,33; 50,16; 98; 88,66; 90,33; 90,83; 0 larva Ae. aegypti, dan korban kanibalisme rata-rata 0; 0; 0,16; 2,83; 5,50; 6,83 larva Tx. amboinensis pada perlakuan 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 larva Tx. amboinensis.
Dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa perbandingan yang paling tepat dan efisien dalam pengendalian pepulasi larva Ae. aegypti dengan menggunakan larva Tx. amboinensis sebagai jasad-pengendali- hayati adalah 1 larva Tx. arnboinensis untuk setiap 25 larva Ae. aegypti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Kumayah
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang masih endemis di Indonesia, khususnya di Jakarta, termasuk Kelurahan Rawasari dan Cempaka Putih Barat. Salah satu faktor yang memengaruhi tingginya angka kejadian DBD adalah keberadaan container di dalam rumah. Container dalam rumah cenderung menjadi tempat perkembangbiakan vektor DBD yang ideal. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadiannya, perlu diupayakan pemutusan rantai vektor DBD yang didahului dengan survei entomologi terkait keberadaan larva di container dalam rumah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 200 rumah, 100 dari Kelurahan Cempaka Putih Barat dan 100 dari Kelurahan Rawasari. Penelitian dilakukan pada 28 Maret 2010. Cara yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah single larval method dan data dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan p=0,950 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara container di kedua wilayah. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asal container dengan keberadaan larva.

Dengue Haemorraghic Fever (DHF) is one of endemic diseases in Indonesia, especially in Jakarta including Rawasari and Cempaka Putih Barat villages. One of factors that affect the level of DHF is indoor container existence. Those containers are the ideal places to larval breeding. Entomological survey must be done to cut the chain of DHF vector breeding for decreasing numbers of DHF diseases. The research used analytic description with cross-sectional design and using the total of 200 houses which 100 houses in each village. This research was done at randomly on March 28th 2010. The researcher used single larval method to take the samples and analyzed by Chi-square test. The results showed that there are no signigficance between indoor container and larval existences (p=0,950). In conclusion, there is no relation between indoor container and larval existence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Mardiah
"Kasus Demam Berdarah Dengue DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya yaitu Jakarta Cempaka Putih merupakan salah satu zona merah kasus DBD yang terdapat di Jakarta Pusat Vektor penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes sp dengan tempat perkembangbiakan terseringnya yaitu kontainer dalam rumah Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional melalui survey larva secara single larval method terhadap kontainer dalam rumah di dua RW Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan karakteristik pemukiman yang berbeda RW 03 memiliki karakteristik pemukiman menengah ke atas dengan jarak antar rumah yang cukup jauh dan RW 07 dengan karakter pemukiman menengah ke bawah dan jarak antar rumah yang dekat
Hasil penelitian menunjukkan jumlah kontainer dalam rumah pada RW 03 242 kontainer lebih banyak dari RW 07 199 kontainer dengan jenis kontainer terbanyak yaitu bak mandi di kedua RW tersebut Begitu juga dengan jumlah kontainer dalam rumah positif larva pada RW 03 delapan belas kontainer lebih banyak dari RW 07 empat belas kontainer dengan jenis kontainer dalam rumah positif larva terbanyak juga bak mandi Hasil uji kemaknaan Chi square p 0 86 menunjukkan keberadaan larva Aedes sp antara kedua RW tersebut tidak memiliki perbedaan bermakna Ini menunjukkan bahwa keberadaan larva tidak berhubungan dengan karakteristik pemukiman kedua RW tersebut.

Dengue Hemorragic Fever DHF is still be one of the public health problem in Indonesia especially in Jakarta Cempaka Putih is one of the red zone of DHF in Central Jakarta DHF is a vector borne disease carried by Aedes sp mosquitos as the vector the most dominant breeding place of which is in indoor containers This research was using cross sectional method to identify the distribution of indoor containers and the existence of Aedes sp larvae in two regions in Kelurahan Cempaka Putih Barat which have different characteristic of settlement The characteristic of RW 03 is upper middle class settlement with distance between houses are far enough and RW 07 consists of lower middle class settlement with distance between houses are quite close
The result of this research showed indoor containers found in RW 03 242 containers more than RW 07 199 containers with bathtub as the most frequent types of containers Also the indoor containers with positive larvae larvae were found in RW 03 eighteen containers more than in RW 07 fourteen containers with bathtub as the most frequent types of containers with positive larvae In conclusion based on the results of statistical tests p 0 86 the existence of Aedes sp larvae in indoor containers in the two regions is not significantly different It means that the existence of larvae was not related to the characteristics of the two regions
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artasya Karnasih
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit tular vektor oleh virus dengue dengan vektor Aedes sp. Cempaka Putih Barat tergolong salah satu kelurahan dengan jumlah kasus DBD yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengendalian vektor dengan memberantas tempat berkembangbiak nyamuk Aedes sp., yaitu container luar rumah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sebaran container luar rumah dan keberadaan larva Aedes sp di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat. RW tersebut dipilih karena homogenitas karakteristik pemukiman, dimana RW 03 dihuni oleh rumah besar dengan jarak rumah yang lebar dan RW 07 dihuni oleh rumah kecil, padat dengan jarak rumah yang sempit. Penelitian menggunakan desain cross sectional dan survei larva menggunakan single larva method. Di RW 03 ditemukan enam puluh container luar rumah dengan empat belas jenis container dan terbanyak ember. Larva paling banyak ditemukan di tong. Di RW 07 ditemukan 31 container luar rumah dengan sepuluh jenis container dan terbanyak kolam/akuarium. Larva paling banyak ditemukan di drum dan kaleng bekas. Dengan demikian container luar rumah lebih banyak ditemukan di RW 03 tetapi berdasarkan uji statistik didapatkan container luar rumah positif larva lebih banyak di RW 07 (25,8%) daripada di RW 03 (8,3%) dengan (p=0,024), dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-borne disease by dengue virus and Aedes sp. as vector. West Cempaka Putih as one of district that the number of dengue cases are high. Therefore it is necessary to control the vector by eradicating potential breeding ground for Aedes sp. mosquitoes, container outside the house.The aim of study to identify the distribution of outdoor container and the presence of Aedes sp. larvae in RW 03 and RW 07 Cempaka Putih Barat. These was chose because homogenity of settlement characteristic that RW 03 is populated by people with big house and distance between houses are far. RW 07 is populated by people with small house and distance between houses are quite close. This study used cross sectional design and survey of larvae used single larvae method. In RW 03 was found sixty outdoor containers, fourteen types of container with most frequent container is bucket and larvae most commonly found in cans. In RW 07 was found thirty one outdoor containers, ten types of container with most frequent container is pond/aquarium and larvae most commonly found in the drums and tin cans. Thus the outdoor container is more commonly found in RW 03, but based on statistic test found that the number of containers with larvae in RW 07 (25,8%) is higher than in RW 03 (8.3%) with (p = 0.024). It can be concluded that there are significant differences in the existence of Aedes sp. larvae in the outdoor container between RW 03 and RW 07 West Cempaka Putih."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Ilham Ramadhan
"ABSTRACT
Pendahuluan. Kelurahan Duren Sawit merupakan kelurahan tertinggi ditemukannya kasus PE dan kematian DBD pada anak umur Sekolah Dasar di Kecamatan Duren Sawit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus berdasarkan karakteristik kontainer meliputi jenis, bahan, volume, kondisi air dan warna pada SD, Kelurahan Duren Sawit. Berdasarkan karakteristik kontainer yang di identifikasi, kemudian dapat diketahui tingkat potensial perindukan keberadaan jentik Ae. aegypti dan Ae. albopictus. Metode. Penelitian ini menggunakan data primer dengan melihat seluruh kontainer di Sekolah Dasar Kelurahan Duren Sawit. Desain studi adalah cross-sectional dan data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan menggunakan chi-square. Hasil dan Pembahasan. Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan dan perbedaan yang bermakna antara warna kontainer dengan keberadaan jentik Ae. aegypti dan Ae. albopictus nilai p 0,001; OR 5,38 dan pengurasan dengan keberadaan jentik Aedes nilai p= 0,002; OR=4,28. Simpulan. Warna gelap dan pengurasan kontainer memiliki perbedaan dan hubungan yang signifikan, sehingga SD Kelurahan Duren Sawit perlu merubah kontainer

ABSTRACT
Background. Kelurahan Duren Sawit is the highest kelurahan found cases of PE and death cases of DHF in Primary school aged children in Kecamatan Duren Sawit. This study aimed to see larva Aedes aegypti and Aedes albopictus based on container chracteristics include types, materials, volume, water condition and color in SD, Kelurahan Duren Sawit. Based on the identified container characteristics, then we can know the potential level of longing for the presence of larva Ae. aegypti and Ae. albopictus. Method. This study uses primary data by looking all containers in Kelurahan Duren Sawit Primary School. The design study was cross sectional, data were analyzed univariat and bivariate using chi square. Results and Discussion.In this study we found significant relationship and difference between color of container with presence of Ae. aegypti dan Ae. albopictus larva p value 0,001, OR 5,38 and also containers draining with presence of Aedes larva Value p 0,002 OR 4,28. Conclusions and suggestions.Dark colors and draining containers have significant relationships and difference, SD Kelurahan Duren Sawit need to."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Aulung
"Mesocyclops sp tersebar luas terdapat dalam jumlah. yang berlimpah di danau air tawar, reservoar, parit, kolam lubang pohon, sumur dan lain-lain. Telah dilakukan penelitian Mesocyclops sp sebagai pengendalian hayati jentik nyamuk vektor di laboratorium. Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi Eagian Parasitologi Universitas Indo - nesia. Waktu penelitian mulai bulan Juni 1996 sampai dengan bulan Nopember 1996. Penelitian dilakukan menurut metode Brown et al (1991) yang telah dimodifikasi. Jentik nyamuk uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aedes aegypti, Culex quinquefasciatus dan Anopheles farauti, masing-masing jentik yang digunakan adalah instar I. Makanan dan media Mesocyclops diperoleh dari rendaman air jerami pada (damen) yang ditambah air comberan. Tujuan penelitian adalah mengetahui kemampuan Mesocyclops sp sebagai predator jentik nyamuk vektor penyakit di laboratorium agar dapat digunakan sebagai cara pengendalian hayati jentik nyamuk vektor guna menekan kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Baskoro Satoto
"ABSTRACT
Zika virus can be transmitted through mosquitoes such as Aedes aegypti and Ae. albopictus. During the transition period of 2014-2015, an outbreak of dengue was reported in Jambi City, during which several sufferers were screened positive for Zika virus infection by the Eijkman Institute. It was interesting to note that all of those positive for Zika virus infection were indigenous residents and none of them had a history of international travel. This descriptive analytic study with a cross-sectional design study was conducted to present an overview of Aedes spp. Population using ovitrap and egg colonization methods and to detect the presence of Zika virus. Samples were analyzed using reverse transcription polymerase chain reaction for detection of Zika "like" virus and the mapping results were described. The Ovitrap Index was 44.74%, and examination of egg colonization collected from 40 neighborhoods revealed the presence of Zika "like" virus in samples obtained from the fourth neighborhood in Talang Bakung village. This result indicates the occurrence of natural vertical transmission of Zika "like" virus in A. aegypti mosquito in Jambi City, which potentially resulted in an outbreak."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Erminda
"Latar Belakang: Pengendalian vektor merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan penyakit DBD. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam insektisida golongan piretroid sintetik yaitu Alfametrin dan Sipermetrin, dan tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas ke 2 macam insektisida tersebut terhadap larva Ae. aegypti dengan mencari dosis letal melalui bioassay dan mengetahui daya residu ke 2 macam insektisida ini di lapangan.
Metode: Penelitian eksperimental di laboratorium secara bioassay (berdasarkan Lee HL dan WHO) dan uji di lapangan dalam skala kecil. Uji efektivitas alfametrin dan sipermetrin terhadap larva Aedes aegypti dengan konsentrasi yaitu 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 dan 0,05 untuk alfametrin sedangkan untuk sipermetrin dengan konsentrasi 0,01 sampai 0,08. Larva Ae. aegypti yang diuji adalah larva instar III akhir dan instar IV awal dari hasil kolonisasi di laboratorium. Pengamatan dilakukan setelah perlakuan 24 jam dan dicatat jumlah larva yang mati.
Hasil : LC50 dan LC90 dari sipermetrin adalah 0,045mg/l dan LC90 adalah 0.124mg/l sedangkan alfametrin adalah 0,001 mg/l dan 0.058mg/l. Pengamatan daya residu sipermetrin di lapangan diperoleh bahwa insektisida ini mampu membunuh larva lebih dari 80% hanya pada hari pertama. Alfametrin mempunyai kemampuan untuk membunuh larva diatas 80% hingga hari ke -15 dan menurun hingga 60% - 80% pada hari ke 16 ? 17. Hal ini membuktikan bahwa alfametrin memiliki tingkat kemampuan yang lebih tinggi dalam membunuh larva.
Kesimpulan :
1. Alfametrin dan sipermetrin mempunyai kemampuan untuk membunuh larva Ae. aegypti, dan daya bunuh alfametrin lebih tinggi daripada sipermetrin.
2. Letal konsentrasi (LC50) dan LC90 alfametrin adalah 0,001mg/l dan 0,058mg/l. Sedangkan LC50 dan LC90 sipermetrin adalah 0,045mg/l dan 0,124mg/l dapat dikatakan daya bunuh alfametrin 2x lebih kuat dibandingkan dengan sipermetrin.
3. Daya residu alfametrin di lapangan dapat bertahan sampai 3 minggu sedangkan daya residu sipermetrin hanya bertahan kurang dari 1 minggu.Latar Belakang: Pengendalian vektor merupakan upaya utama yang dilakukan guna memutus rantai penularan penyakit DBD. Dalam penelitian ini digunakan 2 macam insektisida golongan piretroid sintetik yaitu Alfametrin dan Sipermetrin, dan tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas ke 2 macam insektisida tersebut terhadap larva Ae. aegypti dengan mencari dosis letal melalui bioassay dan mengetahui daya residu ke 2 macam insektisida ini di lapangan.

Vector control is a major effort that is to break the chain of transmission. This study used two classes of synthetic pyrethroid of insecticides, namely Alphamethrin and Cypermethrin. The purpose of this study were to determine the effectiveness of the two classes of these insecticides against Ae. aegypti through bioassay; to know the lethal dose; and to seek the residual power of these 2 classes of insecticides in the field.
Methods: The study used experimental research both in laboratory bioassays (based on Lee HL and WHO) and in the field on a small scale. Alphamethrin against larvae of Aedes aegypti was effective with a concentration of 0.01 to 0.05, while Cypermethrin was effective with a concentration of 0.01 to 0.08. Larva Ae. aegypti that was tested was in final third instars and in early fourth instars. The research used the results of reproduced larva in the laboratory.
Results: The research found that Cypermethrin with a concentration 0.08 mg/l was effective to kill 77% larva Ae. aegypti and Alphamethrin with a concentration 0.05 mg/l was effective to kill 92% larva Ae. aegypti. Based on regression probit, the research also found that LD50 of Cypermethrin was 0.045 mg/l dan LD90 of Cypermethrin was 0.124 mg/l. In addition, LD50 of Alphamethrin was 0.001 mg/l and LD90 of Alphamethrin was 0.045 mg/l. The research also found that Cypermethrin was able to kill over 80% larva only on the first day, but more larva were still alive on the following days. Alphamethrin was able to kill over 80% larvae until on the fifteenth days and the ability to kill the larva was decreasing 60% to 80 % on the sixteenth and seventeenth days.
Conclusion:
1. Alphamethrin and Cypermethrin has the ability to kill the larvae of Ae. aegypti , and the power to kill Alphamethrin higher than Cypermethrin
2. Lethal Dose (LD50) and LD90 Alphamethrin is 0.001 mg / l and 0.058 mg / l. While the LD50 and LD90 Sipermetrin is 0.045 mg / l and 0.124 mg / l can say killing power Alphamethrin 2x stronger than Cypermethrin.
3. Power Alphamethrin residue in the field can last up to 3 weeks while the residual power Cypermethrin lasted less than 1 week
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>