Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samosir, Fanny Eileen
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk meneliti gambaran attachment style pada mantan pengguna narkoba yang sedang berada dalam pusat rehabilitasi. Attachment style merupakan bentuk kelekatan hubungan orang tua dengan anak. Attachment style dibagi kedalam dua jenis, yaitu secure attachment dan insecure attachment, kemudian insecure attachment dibagi lagi menjadi dua, yaitu ambivalent-insecure attachment, dan avoidant-insecure attachment. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner attachment style. Responden dari penelitan ini berjumlah 95 responden dengan rentang usia 15-45 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Studi ini dilakukan pada pusat rehabilitasi narkoba yang berada di Sukabumi. Hasil dari studi ini terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai jenis secure attachment yaitu sebanyak 73 responden. Selain itu responden yang mempunyai jenis ambivalent-insecure berjumlah 4 responden, dan avoidant-insecure berjumlah 7 responden. Dalam penelitian ini juga dilihat hubungan attachment style dengan kebahagiaan pada masa kecil, status pernikahan orang tua, dan tempat tinggal pada waktu kecil. Variabel-variabel diatas diperoleh dari data kontrol dalam kuesioner yang kemudian perhitungannya menggunakan chi-square. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif juga. Pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan wawancara. Responden yang mempunyai jenis secure dan avoidant attachment yang peneliti ambil untuk penelitian kualitatif.
This study is to research the picture of attachment style to ex-drugs user that stay at the rehabilitation centre. Attachment syle is form of how close a relationship between parents and children. Attachment style divided by two types, secure attachment and insecure attachment, and then insecure attachment divided again by two, ambivalentinsecure attachment and avoidant-insecure attachment. The method research that I use is quantitative and qualitative. The data that I get is from questionnaire and interviews. Questionnaire that I use is questionnaire attachment style. The respondent from this research is about 95 respondent around the age 15-45 years old and they all males. This study take place in drugs rehabilitation centre at Sukabumi. The result of this study makes us see that most of the respondent having a secure attachment its about 73 respondent, the rest is ambivalent insecure 4 respondent and ambivalent insecure is 7 respondent. In this research we see that the relationship attachment style and the happiness for the childhood, parents marriage, and place where they live when they were kids. Although variables there I got from the data control from the questionnaire and than counted using chi-square. The method of this research use qualitative too. The qualitative data that I got using interviews. Respondent that has the type of secure and avoidant attachment that the researcher took is for qualitative research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.418 SAM a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Stephani Kartika Wahyuni
Abstrak :
Kualitas dari interaksi orangtua dan anak memegang peran penting dalam perkembangan attachment yang secure pada anak. Tesis dengan desain penelitian single-case ini menggunakan theraplay untuk meningkatkan kualitas dari interaksi orangtua dan anak sekaligus mengatasi insecure attachment. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia tujuh tahun dengan karakteristik insecure attachment dan didiagnosis mengalami parent-child relational problems. Sesi terapi dilakukan sebanyak sembilan sesi selama ±30-40 menit setiap sesinya. Hasil yang diperoleh adalah penerapan theraplay efektif meningkatkan relasi orangtua dan anak secara positif, sekaligus membangun secure attachment pada anak. Perubahan positif pada interaksi orangtua dan anak teramati melalui tiga dimensi dalam MIM: (1) engagement, (2) nurture, (3) challenge. Selain itu, hasil dari CBCL juga menunjukkan perubahan perilaku anak yang terukur pada skala somatic complaints dan delinquent behavior. ......Quality of parent-child interaction plays a very important factor in the development of secure attachment in children. This thesis examined the effectiveness of theraplay to improve the quality of parent-child interaction using a single-case research design. A seven-year old Indonesian girl with insecure style of attachment and is diagnosed of having parent-child relational problems was selected to participate in this study. The study was conducted for a total of nine sessions, and each session was conducted for approximately 30-40 minutes. The results indicated that theraplay was found to effective in improving positive parent-child relation and in developing secure attachment. As parent-child interaction improved, that were measured from three dimensions? MIM between parent and child increased: (1) engagement; (2) nurture; (3) challenge. The results of CBCL also indicated that the participant?s scores on somatic complaints and delinguent behavior scales were decreased as well.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30650
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Astrid Wulandari Emeline
Abstrak :
Penerapan rheraplay diberikan kepada anak laki-laki berusia 5.5 tahun dengan Reactive Attachment Disorder Inhibited Type, yaitu anak yang secara persisten gagal memulai atau rnerespon dengan cam yang tepat pada kcbanyakan interaksi sosial. Tujuan dari intervensi adalah mengctahui pengamh penerapan rheraplay terhadap hubungan antara orangtua dan anak dengan Reactive Attachment Disorder. Penerapan scsi theraplay yang berlangsung selama dua bulan dilakukan dalam rangkaian dua scsi asesmen pre-test, sembilan sesi theraplay, dan satu scsi post-test untuk melihat perubahan kuaiitas hubungan antam orangtua dan anak. Setelah theraplay selesai dilakukan, terlihat ada peningkatan kualitas hubungan antara orangtuadananak.Orangt\1alebihnampakmemahami tingkahlakuanakdan rnenyadari pentingnya peran orangtua dalam hubungan orangiua dengan anak dan pengaruhuya terhadap rasa tidak aman yang ada dalam diri anak. Anak menjadi lebih terbuka dalam mcnerirna kegiatan yang membuatnya tentram dan nyaman; dan lebih dapat mengikuti aturan dan batasan yang diberikan oleh orangtua dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Beberapa satan yang dapaf dibexikan antara Iain: Ibu memperbanyak waktu berkualitas dengan anak dau mmgisinya dengan interaksi yang telah diperkenalkan dalam sesi theraplay orangtua meme:-iksa kegiatan rutin yang hams dilakukan secara konsisten oleh anak, dan diadakannya konseling pemikahan ataupun theraplay bagi Ayah dan Ibu......Theraplay treatment was given for a 5.5 year old boy with Reactive Attachment Disorder Inhibited Type, whom persistenly fails to initiate and to respond appropriately in most social interactions. The aim of intervention is to know how theraplay influencing the relationship between the child and his caretakers. The theraplay treatment carried out for two months andconsists of twelve sessions sequenee;which is two sessions of pre-test assesment., nine sessions of theraplay treatment, and one session of posttest. Posttest session was held to see the change of attachment quality in the relationship between the parent and the child. After the theraplay treatment had been given, there was enhancement of attachment quality in the relationship between thc parent and the child. The parent could understand her child better. Furthermore, the parent had an increased awareness about the importance of panent?s role in making a relationship with a good quality of attachment with their children. Parents also now understand how insecure attachment developed. After the treatment, the child was more at ease when taking nurturing activities. Moreover, the child followed the structured activity while being in his parents control better compared to when he had not in the theraplay treatment. Some suggestions that was given are: having more quality time between the parent and the child by using the theraplay dimension activities, the parent should consistently checking the child's routine activities, and referring marriage counseling or theraplay for the parents.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. F. Ina Jusuf
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keikatan guru SD pada organisasi, seberapa jauh hubungan tersebut, dan hubungan keikatan guru SD pada organisasi dengan niat untuk meninggalkan organisasi. Faktor-faktor yang dimaksud di atas (selanjutnya disebut anteseden) adalah karakteristik pribadi (usia, masa kerja, tingkat pendidikan, status pernikahan, motivasi berprestasi, perasaan tentang konpetensi), persepsi tentang karakteristik peran (ruang-lingkup pekerjaan, ketaksaan peran/role ambiguity), persepsi tentang lingkungan pekerjaan (keterandalan organisasi, perasaan dipentingkan oleh organisasi, realisasi harapan individu, persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi, persepsi tentang gaji, persepsi individu terhadap perilaku atasan). Sedangkan keikatan pada organisasi dibedakan menjadi kgikatan afektif, keikatan berkesinambungan, dan keikatan normetif.
Penelitian ini bersifat Ex Post Facto, dengan disain "One-Shot Case Study". Subyek penelitian berjumlah 91 orang guru SD. Pengukuran menggunakan skala sikap model Likert, dengan skala 1 sampai dengan 6. Teknik analisis yang dipakai adalah Regresi Berganda (Multiple Regression) pada taraf signifikansi a = D,05. Hasil penelitian keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara 14 anteseden tersebut (secara bersama) dengan ketiga jenis keikatan guru SD pada organisasi. Anteseden yang mampu memberi sumbangan signifikan kepada :
- keikatan afektif adalah persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi, realisasi harapan individu, motivasi berprestasi
- keikatan berkesinambungan adalah persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi keterandalan organisasi, persepsi tentang gaji
- keikatan normatif adalah persepsi tentang sikap sejawat terhadap organisasi, persepsi tentang gaji, motivasi berprestasi, usia.
Hasil penelitian mengenai hubungan ketiga keikatan (secara bersama) dengan niat untuk meninggalkan organisasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan. Setelah diseleksi, ternyata keikatan yang berhubungan negatif signifikan dengan niat untuk meninggalkan organisasi adalah keikatan berkesinambungan dan keikatan normatif. Saran-saran penelitian ini tentulah tidak benar-benar tuntas, maka untuk memberi gambaran yang lebih jelas disarankan untuk :
1. Mengadakan penelitian longitudinal
2. Hengadakan penelitian yang lebih luas di organisasi pen
didikan lain maupun jenis organisasi lain 3. Untuk organisasi pendidikan umumnya : hal-hal yang meru pakan anteseden perlu diperhatikan dan diusahakan perwujudannya, supaya keikatan pada organisasi berkembang ke arah positif. Hal ini tentunya dilaksanakan sesuai dengan prinsip, situasi, dan kondisi masing-masing organisasi pendidikan.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levy, Terry M.,
Washington, D.C.: CWLA Press, 1998
618.928 LEV a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Binarti Farliani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara parental attachment, peer attachment, dan psychological well-being pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Indonesia. Mahasiswa tahun pertama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2011 dari dua belas fakultas dan program vokasi (D3) yang ada di Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data yang kemudian diolah dengan menggunakan Pearson Correlations. Alat ukur parental dan peer attachment yang digunakan adalah Inventory of Parent and Peer Attachment Revisited (IPPA-R) dari Armsden dan Greenberg (2009), sedangkan alat ukur psychological well-being yang digunakan adalah Ryff`s Scales of Psychological Well-Being (RPWB) yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Yorikedesvita dan Puspa (2012). Dengan menggunakan partisipan sebanyak 169 mahasiswa, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parental attachment dan peer attachment dengan psychological well-being. Artinya, semakin tinggi parental dan peer attachment yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula psychological well-being yang ia miliki. Selain itu, ditemukan juga bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan dari nilai parental attachment, peer attachment, dan psychological well-being berdasarkan data kontrol partisipan. ...... This research was conducted to find the correlation between parental attachment, peer attachment, and psychological well-being of first year students in Universitas Indonesia. First year students in this research was class of 2011 students from twelve faculties and vocational program in Universitas Indonesia. This research used questionnaires to collect the data and then analyzed it with Pearson Correlations. Parental and peer attachment was measured by the Inventory of Parent and Peer Attachment Revisited (IPPA-R) from Armsden and Greenberg (2009), while the psychological well-being was measured by Ryff?s Scales of Psychological Well-Being (RPWB) that modified from previous research by Yorikedesvita and Puspa (2012). Involving 169 students, the results of this study show that there is a significant positive correlation between parental and peer attachment to the psychological well-being. This results indicate that the higher the parental and peer attachment a person have, the higher the psychological well-being that he has. In addition, it was found that there are significant differences in mean values of parental attachment, peer attachment, and psychological well-being based on participants demographic data.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greta Lutdmilla Sumarhudoyo
Abstrak :
Kondisi SMU saat-saat ini sangatlah memprihatinkan karena semakin bermunculannya perilaku bullying atau gencet-gencetan pada Pelajar SMU. Perilaku bullying ini terlihat pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) (Ambarwati & Nuryadi, 2003). Perilaku bullying ini tidak hanya membuat cemas para pelajar SMU untuk datang ke sekolah namun juga bagi para orangtua. Hal itu disebabkan oleh adanya dampak yang buruk bagi korban bullying ini. Selain dapat meninggal dunia, kemudian menurunnya nilai pelajaran dan meningkatnya tingkat absen di sekolah, tekanan lain seperti gangguan psikologis juga dapat dialami oleh korban bullying. Lingkungan keluarga merupakan faktor terpenting yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Hubungan yang tidak harmonis antara anak dan orang tua merupakan kelanjutan atau akibat dari adanya attachment yang tidak secure (anxiousavoidant dan anxious-ambivalent). Attachment yang tidak secure membuat anak tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik dan merasa cemas ketika harus berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan keluarga. Selain itu, anak dengan pola attachment yang tidak secure akan mengharapkan adanya konflik dan memiliki pandangan yang negatif apabila berada dalam situasi yang tidak aman. Dengan demikian, pola attachment yang tidak secure akan memunculkan perilaku agresif sehingga menyebabkan terjadinya perilaku anti sosial yang di antaranya adalah perilaku bullying. Pola attachment pada masa anak-anak merupakan pola attachment yang konsisten hingga masa dewasa. Anak yang memiliki pola attachment yang tidak secure pada masa anak-anak juga akan memiliki pola attachment yang tidak secure pada masa remaja dan masa dewasa. Hal itu disebabkan adanya representasi simbolik dari attachment sehingga attachment anak dan orangtua mempengaruhi persepsi anak dalam berhubungan dengan orang lain atau teman. Selain itu, Attachment juga merupakan dasar yang paling penting bagi seseorang dalam menentukan pilihan yang baik untuk diri dan jiwanya. Dalam penelitian ini digunakan dua alat ukur berupa kuesioner, yaitu kuesioner bagian 1 untuk mengukur attachment dan kuesioner bagian 2 untuk mengukur perilaku bullying. Pengambilan sampel dilakukan secara insidental sebanyak 80 orang (34 lakilaki dan 46 perempuan) yang berusia antara 14 tahun hingga 17 tahun. Dari hasil analisis utama penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara pola attachment dan intensi untuk melakukan perilaku bullying. Dapat dilihat bahwa remaja dengan pola attachment yang tidak secure memiliki intensi untuk melakukan perilaku bullying aktif daripada remaja dengan pola attachment yang secure. Begitu pula dengan hasil analisis tambahan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pelajar SMU laki-laki dan pelajar SMU perempuan terhadap perilaku bullying sehingga dapat dikatakan bahwa pelajar SMU lakilaki lebih memiliki intensi untuk melakukan perilaku bullying aktif daripada pelajar SMU perempuan. Dapat dilihat bahwa hasil yang ada sesuai dengan pernyataan Olweus (1993) bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan terpenting yang menjadi penyebab dari pelaku bullying. Dengan demikian, diharapkan para orangtua mau mengubah pola asuhnya kepada anak, terutama orangtua yang baru memiliki bayi. Dengan dimulainya menjalin attachment yang secure antara anak/bayi dan orangtua diharapkan perilaku bullying dapat dicegah dan berkurang.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Yuliana
Abstrak :
Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikologis yang pesat. Hal ini membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan, salah satunya gangguan perilaku makan. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu peer attachment dan parent attachment. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan peer dan parent attachment dengan gangguan perilaku makan pada remaja SMA. Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 65 responden yang diambil berdasarkan purposive sampling. Kriteria responden penelitian yaitu remaja usia 15-17 tahun dan mengalami gangguan perilaku makan. Gangguan perilaku makan diidentifikasi menggunakan alat ukur The Eating Attitudes Test-26 EAT-26, sedangkan attachment diukur dengan mengadakan penyuluhan secara berkala berkaitan dengan berat badan ideal, perilaku makan yang baik, dan gizi seimbang. The Inventory of Peer and Parent Attachment IPPA yang valid dan reliabel. Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji etik oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan peer attachment dengan gangguan perilaku makan p=0,000;r=0,459, dan ada hubungan parent attachment dengan gangguan perilaku makan p=0,020;r=0,288. Rekomendasi adalah sekolah dapat memaksimalkan upaya membangun perilaku hidup sehat dengan mengadakan penyuluhan secara berkala berkaitan dengan berat badan ideal, perilaku makan yang baik, dan gizi seimbang.
The growth and development on adolescent changes rapidly. It makes adolescent become more vulnerable with health problems, one of them is disordered eating behaviors. Peer attachment and parent attachment are factors that influence the problem. This study is aimed to determine the correlation between peer and parent attachment with disordered eating behaviors in high school adolescents. Its design was cross sectional with 65 samples and selected through purposive sampling. technique.The Criteria of respondents were adolescent aged 15 17 years and experienced disodered eating behaviors. Disordered eating behaviors were identified using the The Eating Attitudes Test 26 EAT 26, while attachments were measured by The Inventory of Peer and Parent Attachment IPPA. Both of them are valid and reliable. This research has been declared escaped ethical review by Research Ethics Committee Faculty of Nursing University of Indonesia. The results showed there were a correlation between peer attachment and disordered eating behaviors p 0,000 r 0,459 . Also, there were a correlation between parent attachment and disordered eating behaviors p 0,020 r 0,288 . This study recommends that schools can maximize efforts to build healthy lifestyles by conducting periodic counseling related to ideal body weight, good eating behavior, and balanced nutrition.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>