Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Tim Peneliti Hubungan Internasional Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal DPR-RI, 2001
343.08 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sendouw, Bernadus
Jakarta: Reka Asa Surya, 2003
R 915.981 3 SEN b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sujarwo Handhika
"Taksi merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup sering digunakan masyarakat Batam, terutama untuk tujuan-tujuan dalam kota. Sebagai sarana transportasi dalam mendukung aktivitas dan mobilitas penduduk sehari-hari di kota Batam, pelayanan angkutan taksi di Batam tidak menggunakan argometer dalam perhitungan tarifnya, sehingga kemudian membuat pelaku usaha taksi menerapkan besarnya tarif secara sepihak. Di tengah semakin ketatnya persaingan dalam jasa pelayanan taksi, pelaku usaha taksi di Batam kemudian melakukan pembagian wilayah operasional bekerjasama dengan pengelola bandara dan pelabuhan. Tindakan ini ternyata tidak sejalan dengan jiwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena menghambat perkembangan dunia usaha taksi di Batam.
Hal ini telah mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam tentang pengaturan jasa pelayanan taksi di Batam, yaitu mengenai perbuatan apa saja yang dilakukan oleh pelaku usaha taksi dan pengelola wilayah yang melanggar undang-undang tersebut serta upaya pemerintah dalam mengatur usaha pertaksian di Batam. Terhadap permasalahan diatas dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yang ditunjang dengan pendekatan yuridis empiris.
Dari hasil penelitian diidentifikasi bahwa ada 4 (empat) perbuatan yang melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, yaitu praktek penetapan tarif, pembagian wilayah operasional, upaya monopoli, dan diskriminasi bagi pelaku usaha baru yang akan masuk kedalam pasar. Persaingan merupakan suatu situasi yang sebenarnya diperlukan bagi tercapainya pemerataan usaha selama tidak melenceng dari koridor Hukum Persaingan.

Taxis are one of the most commonly used means of transportation in Batam, especially for trips within the city. As a transportation mean of supporting the daily activities and mobilization of people, most taxis in Batam do not use fare-meters, setting fixed-price fares instead. Amidst the tight competition in the field of taxi services, those running the business have been arranging operational area divisions, cooperating with the local airport and harbor management. This does not comply with the Indonesian Law Number 5 of 1999 on the Prohibition Against Monopolistic Practices and Unfair Business, since it is stalling the growth of the taxi business in Batam.
This condition has inspired the writer to explore furthermore on the regulations concerning the taxi business in Batam, namely about acts done by the taxi business owners and district administrators in breach of the law and measures taken by the Government in regulating the competition of the taxi business in Batam. Upon these problems, research has been done in the empirical-normative sense, supported by empirical-juridical approach.
From the research, the writer has identified 4 acts of breach on Indonesian Law Number 5 Of 1999, which is the practice of price-fixing, the dividing of territories, attempts of monopoly, and discriminations on the new business performers upon entering the market. Competition is substantively needed for the even distribution of market, as long as it does not grow out of the corridors of competition law.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
S24963
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Muliono
Jakarta: LP3ES , 2001
338.959 81 HER m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erigana
"Objektif : Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tenaga penyuluh Puskesmas Kota Batam Tahun 2002 merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya bidang promotif di Puskesmas dan sebagai tolok ukur keberhasilan program penyuluhan kesehatan masyarakat di Puskesmas yang wajib dilaksanakan. Walaupun pemenuhan kebutuhan akan tenaga penyuluh profesional (Jabfung PKM) belum terlaksana. namun upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal harus dilaksanakan.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tenaga penyuluh Puskesmas Kota Batam Tahun 2002. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dan pemeriksaan/telaahan dokumen dan peralatan/sarana penyuluhan yang dimiliki responden untuk data sekunder. Pengukuran kinerja digunakan analisis hubungan antara faktor predisposisi, faktor pemungkin serta faktor penguat sebagai variabel independen dengan kinerja tenaga penyuluh Puskesmas dalam pencapaian cakupan penyuluhan di luar dan di dalam gedung Puskesmas. Dikatakan kinerja baik bila cakupan penyuluhan mencapai12 kali penyuluhan dan dikatakan tidak baik bila cakupan penyuluhan < 12 kali penyuluhan. Analisis data dilakukan dengan tahapan analisis, yakni analisis univariat, analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik "Chi Square" dan analisis akhir menggunakan analisis multivariate. Populasi adalah seluruh tenaga kesehatan Puskesmas balk PNS dan PIT. yang melaksanakan program kesehatan termasuk kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat. Jumlah sampel adalah total sampling sebanyak 123 orang tenaga penyuluh Puskesmas di Kota Batam tahun 2002.
Hasil : Proporsi tenaga penyuluh Puskesmas dengan kinerja baik sebanyak 48,8% dan kinerja kurang baik sebanyak 51,2%. Hasil analisis bivariat, menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kinerja, yaitu supervisi (p = 0,000), pendidikan (p = 0,002), pedoman kerja (p = 0,002), tugas tambahan (p = 0.002), insentif (p=0,002), pelatihan (0,001), umur (0,016). Hasil multivariate variabel yang masuk model yaitu umur, pendidikan, masa kerja, tugas pokok, tugas tambahan, pelatihan, pedoman kerja penyuluhan, supervisi, dan insentif Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (5) atau (kiss Ratio dapat dilihal bahwa variabel yang paling dominan adalah umur dan pendidikan ternyata bahwa tenaga penyuluh Puskesmas yang berumur > 34 tahun berpeluang memiliki kinerja baik 0,09 kali (95% CI: 0,01-0,79) dibandingkan dengan tenaga penyuluh yang berumur < 34 tahun setelah dikontrol variabel pendidikan.
Kesimpulan : Pelaksanaan penyuluhan di Puskesmas oleh 123 orang tenaga penyuluh Puskesmas tahun 2002 belum semuanya mencapai standar penyuluhan sebanyak 12 kali setahun setiap orangnya dan lebih banyak tenaga penyuluh Puskesmas yang memiliki kinerja tidak baik. Faktor terbukti bahwa faktor umur dan pendidikan berhubungan secara bermakna dengan kinerja tenaga penyuluhan Puskesmas untuk mencapai cakupan penyuluhan di dalam dan di luar gedung Puskesmas pada tahun 2002.
Saran : Beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja tenaga penyuluh Puskesmas, diantaranya adalah pelatihan bagi tenaga penyuluh Puskesmas secara komprehensif dan terpadu, mengusulkan tenaga penyuluh mengikut pedoman dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat, melanjutkan pendidikan (tugas belajar).

Factors Related to the Performance of Health Center Educator in the City of Batam 2002The study was conducted to know the factors related to the performance of health center educator in the City of Batam year 2002. It was one of the efforts to increase the quality of health care especially in promotive sector that conducted in health center and it was an indicator of success of public health education program in health center. Although the need of professional health educator to be professional was not accomplished yet, but the effort to maintain the knowledge, awareness, willingness, and ability of the community to stay heaith and clean and to increase the community participation to attempt community health status optimally that have to he conducted.
This study used cross sectional design to know the factors related to the performance of health center in the City of Batam year 2002. Data collecting was conducted by using questionnaire, documents review, and education equipment, facilities inspection. The measurement of performance of health center educator analyzed the relations between predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors--as independent variables and the performance of health center educator in achieving the education coverage both inside and outside of health center building. Good performance was shown if the education coverage was >12 times and poor coverage was <12 times. The step of data analysis was started from univariate analysis, and then bivariate analysis that conducted with "Chi Square" statistical test, and then multivariate analysis. Population of the study was all health staffs that worked in the health center both civil government officers and contracted officers that conducted health programs including public health education program. This study used total sampling method. Amount of sample that gained were 123-health center educators in the City of Batam in the year 2002.
The result of the study showed that proportion of health center educator who had good performance was 48.8% and the rest (51.2%) had pour performance. Bivariate analysis showed significant relationship. Some of variables that had significant relationship with the performance were supervision (p=0.000). educational background (p=O.O02), work guidelines (p=0.402), additional task (p=0,002), incentive (per-O.002), training (p=0.01 1), and age (p-0.016). Multivariate analysis showed that variables that entered in the model were age, educational background, duration of work span, main task, additional task_ training, work guidelines, supervision, and incentive. By using equation of logistics regression and exponential value (I3) or Odds Ratio showed that the most dominant variables were educational background and age. Health center educators who had age °34 years had probability to have good performance 0,09 times (95% CL 0.01---0.79) compared to they who had age <34 years alter being controlled by educational background variable.
Implementation of health education in health center that conducted by 123 health center educators in the year 2002 had not met the standard yet as much as 12 times in a year in each of them. From this study showed that there were still many health center educators who had poor performance. Predisposing factors had been proven such as age and educational background that had significant relationship with the performance of health center educator in achieving the education coverage both inside and outside of health center in the year 2002.
In order to increase the performance of health center educator, it is recommended to conduct the following efforts: providing integrated and comprehension training for health center educators, proposing to employ the health educator follows the Guideline of Ministry of Health Republic of Indonesia in term of Functional Job of Public Health Educators, and continuing the higher education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
"Batam merupakan salah satu tujuan investasi yang menarik di Indonesia karena letaknya yang strategis yaitu kedekatan Batam dengan Singapura yang menjadi simpul distribusi dunia menciptakan potensi bagi Batam untuk menjadi lokasi manufaktur berorientasi ekspor dan juga kedekatan Batam dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran paling ramai didunia, menciptakan potensi bagi Batam untuk menjadi pusat logistik dan pusat entrepot partikuler (ekspor dan impor) dengan pelabuhan alih kapalnya.
Karena posisi Batam menjadi salah satu potensi ekonomi nasional yang produktif, Batam mampu menghasilkan 13.08% ekspor non-migas nasional, juga menyumbang 9,22% surplus neraca perdagangan nasional (2002). Dengan potensi besar yang dimiliki sebagai kawasan strategis ditambah dengan status hukum yang diberikan selama maka peranan Batam semakin besar sebagai daerah perdagangan bebas. Status istemewa diberikan berupa pembebasan Bea Masuk (BM) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang mewah (PPnBM) dan cukai, termasuk juga barang konsumsi.
Dengan terbitnya PP No 63 Tabun 2004 Tentang Pemberlakuan PPN, PPnBM, dan BM beberapa pihak khawatir mengganggu kegiatan ekspor, impor dan di Kota Batam. Studi ini bertujuan untuk melihat dampak kebijakan pajak terhadap aktivitas ekspor dan impor serta perekonomian Kota Batam.
Studi ini menunjukkan bahwa penerapan kebijakan pajak di Kota Batam sejak 1 Januari 2004, walaupun terjadi penurunan nilai ekspor tapi bukanlah disebabkan oleh kebijakan penerapan pajak tersebut. Impor yang merupakan komponen langsung diterapkannya pajak terjadi kenaikan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh kebijakan penerapan pajak terhadap kegiatan ekspor dan impor di Kota Batam serta perekonomian Kota Batam umumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhermon
"Masalah utama yang dikemukakan dalam penulisan tesis ini adalah :
(1) Strategi yang harus dilakukan oleh instansi Metrologi Kandep Depperindag Kotamadya Batam agar status Saksi Metrologi non Operasional penuh dapat ditingkatkan menjadi Seksi Metrologi dengan operasional penuh, (2) Untuk melihat sejauh mana pemasukan negara dari instansi Metrologi Kandep Depperindag Kotamadya Batam berupa pendapatan negara bukan pajak, dan (3) Strategi yang harus diterapkan oleh instansi Metrologi Kandep Depperindag Kotamadya Batam untuk meningkatkan pelayanan konsumen kemetrologian pada masa-masa mendatang.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahbubin Nashiri
"Berbagai aktivitas pembangunan di wilayah pesisir seperti pemukiman, industri dan perdagangan, kegiatan transportasi maupun pariwisata secara signifikan telah memberikan kontribusi terhadap proses pembangunan secara keseluruhan. Namun perkembangan ini sekaligus memberikan dampak terhadap kelestarian dan daya dukung lingkungan serta perubahan ekonomi dan sosial di wilayah/kawasan ini yang jika tidak ditangani dengan tepat pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Banyaknya kepentingan stakeholders di wilayah laut dan perairan cenderung menimbulkan tumpang tindih kegiatan, seperti pelayaran, perikanan, pertambangan, telekomunikasi, wisata bahari, konservasi dan lainnya. Akibatnya masalah konflik pemanfaatan ruang di kelautan dan pesisir kepulauan dapat terjadi pada konteks lokal dan regional maupun nasional dan internasional. Konflik yang terjadi dalam pemanfaatan ruang misalnya antar kegiatan nelayan tradisionalmodern, kegiatan industri-budidaya perikanan, penambangan pasir iaut, wisata-konservasi, kabel telekomunikasi, pipa bawah laut dan pelayaran serta wisata tirta (suatu kawasan yang penyediaan jasa rekreasinya dilakukan di perairan laut dan pantai).
Kondisi tersebut telah menjadikan Kota Batam pada saat sekdrang menjadi kurang tertib, kurang tertata, semrawut dan rawan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban, rusaknya tata ruang, serta terancamnya kawasan-kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan tangkapan air (catchments area), kawasan hijau (green belt area) can kawasan budidaya lainnya terutama yang disebdbkao oleh karena berkembangnya rumah-rumah bermasalah yang dikenal dengan rumaih-rumah liar, aktifitas usaha informal yang kurang tertata dan terbina dengan baik, cukup banyaknya gelandangan, pengemis, tuna karya dan tuna wisma yang berkeliaran, berkembangnya kegiatan-kegiatan prostitusi yang telah menjadikan hal tersebut sebagai primadona bagi sebagian besar wisatawan yang berasal dari negara tetangga untuk datang ke Batam, serta semakin tingginya angka kriminalitas dan pelanggaran hukum. Pluralitas budaya yang ada dalam masyarakat Kota Batam telah pula ikut mewarnai dinamika interaksi sosial dan memberikan beban berat permasalahan kota menjadi semakin kompleks.
Dengan perturbuhan ekonomi yang tinggi di satu sisi telah menjadikan keberadaan Batam menjadi sangat penting oleh karena peranannya sebagai salah satu mesin pertumbuhan bagi perekonomian nasional, namun disisi lain keberhasilan tersebut telah menimbulkan kesenjangan dengan sebagian besar daerah yang berada di sekitarnya (hinterland). Kesenjangan tersebut terlihat dari tidak adanya akses kegiatan ekonomi di daerah hinterland ke Pulau Batam dan tidak berkembangnya aktifitas masyarakat yang berada di daerah hinte.rland, perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang cukup tajam, yang disebabkan oleh karena perbedaan dalam penyediaan fasilitas pelayanan sosiai dan pelayanan umum.
Pembangunan Pulau Batarn sebagai daerah industri selama ini juga cenderung mengabaikan dampak ekologis bagi Iingkungan. Fakta menunjukkan bahwa 74,07% dari total investasi ditanamkan pada sektor industri dan ironisnya sebagian besar investasi yang dibenamkan pada industri menengah dan besar manufaktur. Meningkatnya sektor industri ini telah menyumbangkan porsi dampak kerusakan ekologi yang ditimbulkan dari perambahan hutan, kegiatan penambangan illegal, lalu lintas kapal di perairan yang semakin padat dan polusi/erriulsi gas yang semakin meningkat.
Di sisi lain, keberadaan Pulau Batam sebagai kawasan industri, yang semula diharapkan dapat mendorong aktifitas industri hilir dan kezerkaita:i dengan bahan baku lokal, tidak terealisir, Karelia sebagian besar industri yang berkembang di Pulau Batam bersifat "foot loose" sehingga hanya memberi nilai tambah yang sangat kecil, khususnya di bidang tenaga kerja yang murah. Kedudukan Pulau Batam sebagai bounded area, juga tidak memberikan nilai tambah pada sistem perdagangan lokal, karena semua lalu lintas perdagangan masih harus rnelewati Singapura, dengan diikungan armada pelayaran luar negeri. Di bidang pengernbangan pariwisata, ternyata yang berkembang hanya arus wisatawan dari penduduk Singapura ke Batam dengan volume spending sangat kecil serta waktu tinggal maksimum dua hari."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Batam strategically located ot the international shipping route;therefore it attracts investor and labor market.About 52% of citizens of Batam is female....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiani
"Kecamatan Nongsa merupakan daerah High Case Incidence (API > 5 %o ) untuk penyakit malaria dan di kecamatan ini terjadi perubahan lingkungan sebagai akibat penambangan pasir yang menimbulkan lubang-lubang bekas galian pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk penyebar malaria di sekitar pemukiman penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Nongsa Kota Batam.
Disain yang digunakan adalah studi observasional kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 107 kasus dan 107 kontrol dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dan observasi di lapangan.
Faktor lingkungan yang diteliti adalah faktor lingkungan fisik yaitu tempat perindukan nyamuk dengan variabel lubang galian pasir, rawa-rawa dan faktor sosio budaya dengan variabel pekerjaan/aktivitas pendidikan, status sosio ekonomi dan lama tinggal.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara lubang galian pasir yang berjarak kurang atau sama dengan 2 km dari pemukiman penduduk dengan kejadian 'malaria dengan p 'value 0,000 dan OR 3,184 (1,798-5,637), ada hubungan rawa-rawa dengan jarak yang sama dengan kejadian malaria dengan p value 0,001 dan OR 3,24 (1,650- 6,372) dan ada pengaruh lama tinggal dengan kejadian malaria setelah dikontrol oleh variabel lainnya dengan p value 0,010 dan OR 2,743 (1,271 - 5,921). Dari analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah faktor lubang bekas galian pasir dengan jarak kurang atau lama dengan 2 km dari pemukiman penduduk.dengan OR 5,260 (2,663-10,389).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa galian pasir sangat berhubungan dengan kejadian malaria. Untuk itu pengusaha atau masyarakat yang akan melakukan penggalian pasir harus memiliki izin dan pemerintah Kota Batam mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang berisi larangan menggali pasir dengan jarak kurang dari 2 km dari pemukiman penduduk, serta untuk puskesmas agar melaksanakan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan sehingga masyarakat tahu bagaimana pencegahan malaria baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.
Daftar Pustaka : 39 (1963 - 2002)

The Environmental Factors in Association with The Incidence of Malaria in Sub District Nongsa in Batam City in the Year 2002Sub district Nongsa is a high case incidence area (API > 5 %) of malaria disease. In this sub district, there was an environmental change as a result of sand mining which left such holes of the effects of the mining. The holes were potential for the place of mosquito proliferation as malaria disseminator to the population settlement. Therefore, there was a need to do some studies in order to know the related environmental factors with the incidents of malaria in the Sub District Nongsa of Batam City.
The design used was observational study of case control with the number of sample 107 people for each case and control samples. The data was collected by using questionnaire and through field observation.
The environmental factors studied were physical factors of the environment, that was the place for mosquito proliferation and variables of sand mining holes, swamps, and soscioculture factors with the variables of occupation/level of education, socioeconomic status and period of living.
The result of the research showed that there was a relationship between sand mining holes, which were located 2 kilometers far away from the settlement with the incidences of malaria with p value 0,000 and OR 3,184 (1,798 - 5,637). There was a relationship between' swamps with similar distances with malaria incidences with with p value 0,001 and OR 3,24 (1,650 - 6,372) and there was an effect of the period of living and the incident of malaria after being controlled by other variables with with p value 0,010 and OR 2,743 (1,271 -- 5,921). From multivariate analysis, it was known that most dominant factor which associated with the incidences of malaria was the used holes of sand mining factor that their distance less than 2 kilometers from the community settlement with the OR 5,260 (2,663-10,389).
The result of the study showed that sand mining was strongly associated with malaria incidences. Therefore, private sectors and public who want to do sand minings to apply the admission letter for sand mining and to the government of Batam City to issue the Provincial Regulations which contains the prohibition of sand mining which their location are less than 2 kilometers from the community settlement, and to the public health center to provide health illumination to the community about self and family prevention from the risk of malaria disease.
References: 41 (1963-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>