Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zetryana Puteri
"Polianilin (PANI) (emeraldin terprotonasi / ES) berukuran kecil disintesis secara Bulk Polymerization dengan mengoksidasi anilin menggunakan Amonium Peroksodisulfat (APS) dengan dopan HCl. Hubungan antara pengaruh kondisi polimerisasi seperti: konsentrasi HCl, rasio mmol APS/Anilin, konsentrasi reagen, dan temperatur polimerisasi dengan distribusi ukuran partikel dipelajari menggunakan PSA (Particle Size Analyzer). Pengaruh ukuran partikel terhadap waktu kontak pembentukan PANI terdeprotonasi (emeraldin basa / EB) dipelajari dengan menggunakan ES berukuran terkecil. Sulfonasi pada EB dilakukan dengan menggunakan jumlah H2SO4 pekat (95-97%) yang berbeda menghasilkan emeraldin basa tersulfonasi, EBS 1 dan EBS 2, dimana EBS 2 diperoleh menggunakan H2SO4 pekat kurang lebih dua kali lebih banyak daripada EBS 1. Selanjutnya EB, EBS 1, dan EBS 2 digunakan untuk mereduksi Cr(VI). Karakterisasi produk dilakukan dengan menggunakan PSA, SEM, spektrofotometer UV-Vis, dan FT-IR. Ukuran partikel terkecil ES 0,452μm (24,4% Vol.) didapatkan dari rasio mmol APS/Anilin 0,07 dengan konsentrasi APS/Anilin 3,12x10-2 M/87,2x10-2 M dalam HCl 3 M. Pengamatan menggunakan SEM terhadap partikel tersebut menghasilkan morfologi nanofiber (diameter ±100nm). Dedoping Nanofiber ES dalam NaOH 0,1M berlangsung dalam waktu kontak optimum selama 3 Jam. EB, EBS 1, dan EBS 2 mampu mereduksi Cr(VI) dalam larutan. Kecepatan dan kapasitas reduksi Cr(VI) diperoleh dengan urutan EBS2 > EBS1 > EB.

Polianilin (PANI) (emeraldine salt / ES) with small particle size was synthesized by Bulk Polymerization from aniline with ammonium peroxodisulfate (APS) as oxidator and HCl as a dopan. The relationship between polymerization conditions such as: concentration of HCl, the mmole ratio of APS/aniline, reagent concentration, and temperature of polymerization with the distribution of particle sizes studied using PSA (Particle Size Analyzer). The contact time of deprotonated PANI (emeraldine base / EB) formation from ES with smallest particle size was studied. Furthermore, sulfonation on EB was carried out using different amount of concentrated H2SO4 (95-97%) to produced sulfonated emeraldin, EBS 1 and EBS 2. EBS 2 was preparered by using twice amount of concentrated H2SO4 than for EBS 1. Finally, the EB, EBS 1 and EBS 2 prepared were used for reducing Cr(VI). Characterizations of products were observed by using PSA, SEM, UV-Vis spectrophotometer, and FT-IR. ES with smallest particle size 0.452 μm (24.4% Vol.) was obtained from the mmole ratio of APS/aniline 0.07 with the APS/aniline concentration 3.12 x10-2 M/87.2x10-2 M in HCl 3 M. The morphology of the particles shown nanofiber (diameter ± 100nm). Dedoping nanofiber ES in 0.1 M NaOH took place within 3 hours. EB, EBS 1 and EBS 2 prepared can be used to reduce Cr (VI) in solution. The reduction rate and capacity for Cr(VI) is in order of EBS 2 > EBS 1 > EB."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1003
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sumarni
"Pada penelitian ini, dilakukan pengujian metode Uji Krom Heksavalen
(Cr(VI)) Secara Ekstraksi dan Penentuannya dengan Spektrofotometri Serapan
Atom. Penentuan Cr(VI) dalam metode ini melalui pembentukan kompleks
dengan ligan amonium pirolidin ditiokarbamat (APDC). Senyawa kompleks yang
terbentuk dipisahkan dengan cara ekstraksi menggunakan metil isobutil keton
(MIBK) yang kemudian diukur menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA).
Hasil yang didapat dari penelitian ini, pada uji limit deteksi (LoD) dan limit
kuantisasi (LoQ) untuk analisis Cr(VI) diperoleh limit deteksi alat SSA PERKIN
ELMER 3110 sebesar 0,05 ppm dan limit kuantisasi sebesar 0,17 ppm. Dari uji
pH optimum diperoleh pH optimum reaksi Cr(VI) dengan APDC pada pH 3. Pada
uji akurasi diperoleh persen temu balik untuk masing-masing kadar contoh uji
Cr(VI) 0,2 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm yaitu masing-masing sebesar 19,71; 18,23;
18,02%. Pada uji linieritas diperoleh nilai regresi linier (R2) sebesar 0,9908. Dari
uji presisi diperoleh nilai SD sebesar 11,1658 dan RSD 37,59%. Dari uji
selektifitas pengaruh adanya Cr(III) pada reaksi Cr(VI) dengan APDC dihasilkan
persen temu balik untuk masing-masing kadar contoh uji Cr(VI) 0,2 ppm; 1 ppm;
dan 2 ppm yaitu masing-masing sebesar 35,44; 33,44; 32,64%. Pada uji
selektifitas pengaruh adanya logam Cd2+, Pb2+ dan Cu2+, diperoleh persen temu
balik untuk masing-masing kadar contoh uji Cr(VI) 0,2 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm
yaitu masing-masing sebesar 27,69; 21,37; 20,86%. Dari semua parameter
validasi yang dilakukan dalam penelitian, disimpulkan metode penentuan Cr(VI)
dengan cara ekstraksi tidak memenuhi semua kriteria yang diinginkan dalam
validasi metode sehingga metode ini tidak dinyatakan valid."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2009
S30351
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetyo Hermawan
"Penggunaan semikonduktor untuk mereduksi ion logam beracun dalam penanganan limbah merupakan teknik yang relatif baru, misalnya pada reduksi C(VI). Teknik ini didasarkan pada terbentuknya pasangan elektron dan hole apabila semikonduktor ini dikenai foton yang energinya lebih besar dari band gap energi semikonduktor. TiO2 merupakan semikonduktor yang banyak digunakan karena mempunyai sifat kimia yang sesuai untuk reaksi fotokatalisis, kestabilan yang tinggi dan relatif murah. Kinetika reaksi reduksi Cr(VI) ternyata sesuai dengan persamaan Langmuir-Hinselwood, dengan menggunakan metode kecepatan awal, maka konstanta dalam persamaan ini dapat diperoleh.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan reaktor bertingkat dengan suspensi yang mengalir, dimana kecepatan aliran dipertahankan 8 L/menit untuk menjaga TiO2 masih dalam bentuk suspensi. Konsentrasi katalis yang digunakan adalah 0,5 g/L. Sumber foton diperoleh dengan menggunakan sepuluh buah lampu UV masing-masing dengan daya 10 watt yang disusun secara seri. Pada interval waktu tertentu sampel diambil dianalisis, dimana sebelumnya dilakukan penyaringan dahulu untuk memisahkan partikel TiO2, selanjutnya rafinatnya dianalisis dengan 1,5 diphenyl carbazid. Pengaruh pH, penambahan ion ammonium dan intensitas sinar UV terhadap kecepatan reaksi kemudian dievaluasi. Kecepatan reduksi Cr(VI) semakin besar pada larutan yang semakin asam, penambahan ion amonium sebagai hole scavenger akan mempercepat reaksi dan pengurangan intensitas sinar UV akan memperlambat reaksi reduksi Cr(VI).

Semiconductor photocatalytic reduction is a relatively new technique for the removal dissolved toxic metal ions in wastewater, such as Cr(VI). This tecnology is based on the reactive electrons and holes generated on the surface of a semiconductor when it is illuminated by light with energy greater than it's band gap energy. TiO2 is the most widely used photocatayst because of its favorable chemical property, high stability and low cost. Kinetic studies showed that Cr(VI) reduction under UV irradiation is according to Langmuir-Hinselwood equation, using the initial rate method the constans of this equation were evaluated.
The experiments were carried out in cascade photoreactor system with recirculation of the suspension, the flow rate was maintained on 8 liter per minute to keep TiO2 in suspension. The reduction in aqueous suspension of TiO2 (0,5gram per liter of solution) and irradiation by using ten series 10 watt blacklight lamp. At the regular time interval aliquots were withdrawn to analized, the aqueous sampel were filtered to remove TiO2 particles and subsequently analized by 1,5 diphenyl carbazide. We evaluated the effect of pH, the addition of ammonium ions as a "hole scavenger" and light intensity on the kinetic reaction. The reduction rates of Cr(VI) by photocatalytic–induced were significantly higher for more acidic solutions . The presence of ammonium ions might act as scavenger of holes and promoted the photocatalytic reduction of Cr(VI) by electron. On reducing light intensity would reduce the reduction rate of Cr(VI).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifia Zulti
"Senyawa kromium banyak digunakan dalam industri modern. Senyawa tersebut banyak dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar. Teknologi membrane lebih efisien dan efektif dari pada metode konvensional untuk pengolahan limbah. Tujuan penelitian adalah membuat membran yang dapat digunakan dalam proses pemisahan Cr(VI). Membran dibuat dari kitosan dan silika sekam padi. Variasi kitosan dan silika sekam padi yang digunakan (g) adalah 2:1 (A1), 2:2 (A2), 3:1 (B1), dan 3:2 (B2). Membran dibuat dengan menggunakan teknik inversa fasa. Dari hasil karakterisasi SEM diketahui bahwa membran B2 mempunyai pori yang paling besar yaitu 2,58μm. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan adanya ikatan silang antara kitosan dengan silika sekam padi dengan munculnya pita serapan Si-O pada bilangan gelombang 1122-980/cm. Membran A1 dengan ukuran pori paling kecil mempunyai nilai rejeksi terhadap Cr(VI) paling besar yaitu 70%. Penelitian menunjukkan bahwa membran komposit-silika sekam padi cukup efektif untuk menyerap logam Cr(VI) dengan kapasitas adsorpsi rata-rata adalah 1665.85 mg/g.

Chromium compounds are widely used in modern industry. Many of these compounds are dumped into the surrounding environment. Membrane technology is more efficient and effective than conventional methods for waste treatment. The research objective is to make a membrane separation proce ss that can be applied to Cr(VI). Membranes are made from chitosan and silica rice husks. Variations of chitosan and silica rice husk used (g) are 2:1 (A1), 2:2 (A2), 3:1 (B1), and 3:2 (B2). The membrane is made by using an inverted phase technique. Results of SEM characterization of membranes show that B2 has the largest pores at 2.58 μ m. The FTIR characterization results indicate the presence of crosslinking between chitosan with silica rice husk with the appearance of Si-O adsorption band at wavelength 1122-980/cm. A1 membrane, with the smallest pore size has the greatest rejection value towards Cr(VI) which is 70%. Research shows that the composite membrane of silica rice husk is effective enough to adsorb metal Cr(VI) with an average adsorption capacity of 1665.85 mg/g. "
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pusat Penelitian Limnologi, 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yulia Ningsih
"Bentonit merupakan salah satu mineral yang kelimpahannya cukup besar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna bentonit maka dibuat bentonit terpilar Al dengan polianilin dan diaplikasikan sebagai agen pereduksi ion Cr(VI). Pengukuran dengan XRD menunjukkan pilarisasi dengan polikation Al menyebabkan basal spacing dari bentonit alam naik menjadi 18,41 Å. Sintesis Bent@Al@PANI dilakukan secara in situ dengan anilin 0,05 M sebagai monomer dan amonium peroksodisulfat (APS) 0,0625 M sebagai inisiator dalam polimerisasi fasa bulk. Perbandingan konsentrasi APS/anilin adalah 1,25.
Hasil uji FTIR dan spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan bahwa polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldin salt (ES). Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Bent@Al@PANI 0,05 M dengan waktu reaksi 10 menit, pH 3,0, massa 0,1 g mampu mereduksi Cr(VI) 1,92x10-4 M sebesar 83,03 %. Tetapan laju reduksi orde satu untuk Cr(VI) diperoleh sebesar 0,72 menit-1.

Bentonite is a mineral that has a large abundance in Indonesia. To improve the usage of it, polyaniline-modified Al-pillared bentonite was synthesized and applied as a reductant of Cr(VI) ion. XRD measurement showed that the pillarization of bentonite using Al polycation caused the basal spacing value of bentonite to be 18,41 Å. Bent@Al@PANI was synthesized by in situ process with aniline 0,05 M as monomer, and ammonium peroxodisulfate (APS) 0,0625 M as initiator of bulk polymerization. Concentration ratio of APS/aniline was 1,25.
The analysis result of FTIR and UV-Vis spectroscopy indicated that the result of synthesis was polyaniline in its emeraldine salt form. The result of measurement by UV-Vis characterization showed that 0,1 g of Bent@Al@PANI 0,05 M with 10 minutes reduction time and pH 3,0, resulted 83,30 % reduction percentage of Cr(VI) 1,92x10-4 M. First order reaction rate constant of Cr(VI) was found to be 0,72 min-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Destiarti
"This study was conducted to investigate the use of TiO2 immobilized on SiO2 (TiO2-SiO2) in a photocatalytic process to
degrade toxic industrial waste, phenol, linear alkylbenzene sulfonate (LAS), and Cr(VI), which is dangerous for humans
and the environment. Titanium dioxide (TiO2), as a photocatalyst, can make the solution become turbid. Thus, TiO2-
SiO2 was used to increase the possibility of ultraviolet (UV) transmission. The phenol and LAS levels were measured
with the Indonesian National Standard (INS) while the Cr(VI) level was determined with the colorimetric method. The
activity test for the catalyst in suspension and immobilization against phenol showed that TiO2-SiO2 was more active
than TiO2. By using the photocatalytic process with the TiO2-SiO2 photocatalyst for 8 h, degradation of phenol and LAS
reached 50% as a single compound and 12% as a mixture. However, TiO2-SiO2 did not decrease Cr(VI).
Penggunaan TiO2-SiO2 dalam Proses Fotokatalisis untuk Mendegradasi Limbah Beracun dan Berbahaya.
Penelitian dilakukan untuk mengamati penggunaan TiO2-SiO2 dalam proses fotokatalitik guna mendegradasi fenol,
linear alkylbenzene sulfonate (LAS), dan Cr(VI), dimana ketiganya merupakan limbah industri yang beracun dan
berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup. Titanium dioksida (TiO2), merupakan suatu fotokatalis yang dapat
membuat larutan menjadi keruh. TiO2-SiO2 digunakan untuk meningkatkan peluang transmisi ultraviolet (UV). Kadar
fenol dan LAS diukur berdasarkan Standar Nasional Indonesia, sedangkan pengukuran kadar Cr(VI) dengan metode
kolorimetri. Uji aktivitas untuk katalis bentuk suspensi dan imobilisasi terhadap fenol menunjukkan bahwa TiO2-SiO2
lebih aktif dibandingkan TiO2 murni. Degradasi fenol dan LAS secara tunggal dengan fotokatalisis selama 8 jam dapat
mencapai 50%, degradasi fenol dan LAS dapat mencapai 12% untuk pengolahan secara campuran. Namun demikian,
katalis TiO2-SiO2 tidak mendegradasi Cr(VI)."
Universitas Tanjungpura, Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, Giyot Partohap
"Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mendapatkan proses penyisihan ion logam krom melalui proses adsorpsi menggunakan biomaterial yang berasal dari daging buah tanaman jambu biji (Psidium guajava). Hasilnya dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan biomaterial yang digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan ion krom dari air limbah. Percobaan dilakukan dengan sistem batch dengan dosis biosorben sebesar 2 gr/L. Percobaan yang dilakukan akan memvariasikan waktu kontak dan pH awal larutan untuk mengetahui kinetika adsorpsi dan pengaruh pH terhadap sifat adsorpsi. Sedangkan variasi temperatur digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan temperatur dan parameter termodinamika. Selain itu, variasi konsentrasi awal ion logam krom dalam larutan dilakukan untuk mendapatkan parameter adsorpsi isotermis yang dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas dan intensitas adsorpsi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa daging buah tanaman jambu biji dapat menyerap lebih dari 99% ion logam krom terlarut pada pH 2. Proses adsorpsi tidak dapat bekerja pada pH 7 dan 10. Konstanta kesetimbangan adsorpsi ion logam krom dapat dihitung menggunakan persamaan isotermis Freundlich dan titik kesetimbangan dicapai pada 240 menit. Berdasarkan uji adsorpsi isotermis diketahui bahwa kapasitas adsorpsi ion logam krom oleh daging buah tanaman jambu biji sebesar 0,349 mmol/g biosorben terjadi pada pH 2. Dengan kenaikan temperature maka konstanta kesetimbangan adsorpsi ion logam krom akan cenderung berkurang.

Purpose of this study is to learn about chromium ions removal by adsoprtion process using Psidium guajava's fruits. The result can be used for evaluate biomaterial performance as adsorbent to remove chromium ions from waste water. The experiment will be done by batch system with dosage of the biosorbent is 2 gr/L. In this experiment, contact time and pH of the solution will be variated to learn about adsorption kinetic and effect of pH to adsorption characteristic. The temperature of solution will be variated to learn about effect of temperature difference and thermodynamic parameter. Beside that, initial concentration will be variated to learn about adsorption isoterm parameters which can be used to evaluate adsorption capacity and intensity. The experiment results show that, Psidium guajava's fruits can adsorp more than 99% of chromium ions that dissolve at pH 2 solution. The adsorption process can't work at pH 7 and 10 of solution. Batch equilibrium tests showed that the chromium ions removal was fitted with Freundlich isotherm and the adsorption reached equilibrium in 240 min. Due to adsorption isoterm experiment, known that chromium ions adsorption capacity by Psidium guajava's fruits is 0,349 mmol/g biosorbent was achieved at pH of 2.0. The rise in temperature caused a slight decrease in the value of the equilibrium constant (Kc) for the sorption of chromium ions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49681
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Kusumawardhani
"ABSTRAK

Air limpasan tambang nikel mengandung Cr(VI) yang diklasifikasikan sebagai polutan berbahaya dengan konsentrasi sekitar 0,1-1,4 mg/L di Pulau Obi. Penelitian penyisihan Cr(VI) dilakukan dengan metode batch adsorpsi skala laboratorium menggunakan air limpasan buatan dengan konsentrasi awal 0,6 mg/L (sebagai konsentrasi Cr(VI) rata-rata harian di lokasi tambang) dan fly ash sebagai simulasi adsorben dari pembangkit listrik untuk proses produksi tambang nikel dengan variasi pH 6,8-7,8; dosis fly ash 18-30 g/L; dan waktu kontak 90-150 menit. Hasil penelitian dengan kombinasi pH 7,6, dosis fly ash 20 g/L, dan waktu kontak 135menit menyisihkan Cr(VI) dari 0,6mg/L menjadi 0,175 mg/L paling maksimum yang belum mencapai baku mutu Cr(VI) yang diperbolehkan, yaitu 0,1 mg/L menurut PermenLH No. 9/2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. Berdasarkan isoterm adsorpsi 1 gram fly ash pada 1 liter air limpasan mampu menyisihkan sekitar 0,0065 mg/L Cr(VI). Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk merancang unit pengolahan berupa mixing unit untuk mengolah air limpasan tambang nikel disesuaikan dengan kondisi lokasi penambangan.


ABSTRACT

Runoff water from nickel mining at Obi Island consists of hexavalent chromium Cr(VI) about 0.1-1.4 mg/L which is classified as hazardous polutant. Cr(VI) removal study was done based on batch adsorption on laboratorium by creating runoff water simulation with initial concentration of Cr(VI) of about 0.6 mg/L (as daily Cr (VI) concentration on site) and using fly ash as adsorbent simulated from production proccess nickel mining with variation of pH 6.8-7.8; fly ash dose 18-30 g/L, and contact time 90-150 minutes. The combination of pH 7,6, dose fly ash 20 g/L, and contact time 135 minutes can remove Cr(VI) from 0.6 mg/L to 0.175 mg/L which is not achieved the standard of allowed concentration of Cr(VI) based on regulation of the Minister of Environment No. 9/2006 concerning effluent standard for nickel mining activites. From isotherm adsorption can be recommended adding 1 g/L fly ash may remove about 0,0065 mg/L Cr(VI). The result of this study is utilized for designing treatment unit specifically mixing unit to treat runoff water from nickel mining.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahmi Harianti
"ABSTRAK
Limbah fenol dan logam Cr VI merupakan dua jenis limbah yang sering ditemukan sebagai kontaminan limbah cair yang berbahaya dan sulit untuk didegradasi. Melalui penelitian ini, limbah cair fenol dan logam Cr VI didegradasi secara simultan menggunakan teknologi elektrolisis plasma oleh spesi reaktif bull;OH dan H bull;. Variasi konsentrasi limbah Cr VI , kedalaman anoda dan posisi pembentukan plasma sebagai variabel bebas dikorelasikan dengan hasil produksi radikal hidroksil bull;OH , persentase degradasi limbah cair fenol dan Cr VI , serta konsumsi energi spesifiknya. Dalam waktu 30 menit, fenol dapat terdegradasi hingga 99,39 dan Cr VI dapat terdegradasi hingga 89,7 dengan energi spesifik 162,8 kJ/mmol. Kondisi optimum yang didapatkan adalah pada plasma anodik, tegangan 600 V, kedalaman anoda 1,5 cm, di dalam larutan elektrolit Na2SO40,02 M dengan nilai energi spesifik 122,704 kJ/mmol H2O2. Persentase degradasi limbah fenol dan Cr VI tertinggi pada kondisi optimum masing masing sebesar 99,79 dan 97,33 yang dicapai selama 180 menit proses elektrolisis plasma.

ABSTRACT
Phenol and Cr VI are two types of waste water contaminant that are often found dangerous and difficult to remove. Through this research, phenol and Cr VI wastewater were removed simultaneously using plasma electrolysis method by reactive species bull OH and H bull . The variation of Cr VI concentration, anode depth and position of plasma formation as independent variables correlated with yield of hydroxyl radical bull OH , percentage of phenol and Cr VI wastewater degradation, and specific energy consumption. Within 30 minutes, phenol can be removed to 99.39 and Cr VI can be removed to 89.7 with a specific energy of 162.8 kJ mmol. The optimum condition was obtained in anodic plasma, 600 V 1,5 cm anode depth, in electrolyte solution Na2SO4 0.02 M with specific energy value 122.704 kJ mmol H2O2.. The highest percentage of phenol and Cr VI degradation at optimum condition are 99.79 and 97.33 for 180 minutes plasma electrolysis. "
2017
S67213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>