Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farissa Luthfia
Abstrak :

Pendahuluan. Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular dengan peningkatan low density lipoprotein sebagai mekanisme utama terjadinya aterosklerosis. PCSK9 adalah regulator reseptor LDL utama sehingga kaitannya dengan aterosklerosis saat ini sedang banyak diteliti. Beberapa studi mengenai hubungan kadar PCSK9 dengan aterosklerosis pada penyandang DM tipe 2 telah tersedia namun bersifat inkonsisten.

Metode. Penelitian ini berbentuk telaah sistematis yang telah didaftarkan di PROSPERO. Penelusuran pustaka sesuai panduan PRISMA dilakukan pada tanggal 18 Juli – 02 September 2020. Setelah dilakukan penilaian risiko bias dengan Newcastle Ottawa Scale kemudian dilakukan telaah naratif pada pustaka yang didapatkan oleh dua penilai independen.

Hasil. Didapatkan 4 studi yang relevan dengan total subjek 430. Tiga studi memiliki kategori kualitas tinggi sementara satu studi dengan kualitas sedang. Hubungan antara kadar PCSK9 dengan aterosklerosis pada penyandang DM tipe 2 didapatkan pada studi oleh Guo dkk. dengan nilai OR: 1,12 (IK 95% 1,041 – 1,204), p: 0,002 dan studi oleh Ma, dkk. dengan p: <0,05. Sementara dua studi lainnya melaporkan tidak ada hubungan antara kadar PCSK9 dengan aterosklerosis pada penyandang DM tipe 2, Cheng, dkk. Melaporkan nilai β: 1,08 (IK 95% -0,59 -2,75) dan Xie, dkk melaporkan nilai p: 0,334 (IK 95% -18 – 10).

Simpulan. Belum ada bukti yang cukup untuk menjelaskan hubungan antara PCSK9 dengan aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 sehingga penelitian primer yang bersifat longitudinal dibutuhkan.

 


Introduction. Type 2 diabetes melitus is the leading cause of cardiovascular event with high level of low density lipoprotein as the main predictor marker of atherosclerosis. PCSK9 is playing a role in LDL-receptor regulation, its association with atherosclerosis had been investigated but the result is inconsistent. The aim of this study is to see an association of PCSK9 level with atherosclerosis in people with type 2 diabetes.

Methods. Literature searching was done in July 18 – September 02, 2020 and registered in PROSPERO. Risk of bias of each study was analyzed with Newcastle Ottawa Scale tools. The studies that involved in this study then narratively analyzed by two independent reviewers.

Results. There are 430 subjects involved from 4 studies. Guo, et al. reported that there is a significant association between PCSK9 level with atherosclerosis in type 2 diabetes melitus (OR: 1,12 (CI 95% 1.041 – 1.204), p: 0.002), those association was also reported by Ma et al. with p value <0,05. While a different result came from Xie et al. (p: 0,334 (CI 95% -18 – 10)

And Cheng, et al. (𝛽: 1,08 (IK 95% -0,59 -2,75).
Conclusions. There is still insufficient evidence that show the association between PCSK9 level and atherosclerosis in type 2 DM. Longitudinal primary research is needed to see the association.

Keywords: Atherosclerosis, PCKS9, Type 2 diabetes mellitus

 

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdianingseh
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arti dan makna pengalaman klien dalam pengendalian DM tipe 2 di Sukatani Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap tujuh partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah klien DM tipe 2 yang tinggal dengan keluarganya. Data yang dikumpulkan berupa rekaman wawancara dan catatan lapangan. Hasil transkrip verbatim dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Penelitian mengidentifikasi 8 tema yaitu pemahaman, respon fisik, respon psikososial, penyesuaian pola hidup sehat, pemahaman terapi, kesulitan dalam pengendalian, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan terhadap DM tipe 2. ......The aim of research was to explore the experience of client in controlling type 2 DM in Sukatani Depok. This research used descriptive phenomenology method. The data collected by in-depth interview with seven partisipants. Participants were client with type 2 DM selected by criterion sampling technique. The data gathered were in form of the results from the recording of indepth interview and field note. Data were transcribed and analyzed by using the Collaizi?s method. This study identified into eight themes, consist of knowing, physical responds, phycosocial responds, healthy lifestyle adaptation, understanding therapy, difficulty of controlling, family support and health care support of type 2 DM.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Rahmadiya
Abstrak :
Diabates Melitus tipe 2 adalah gangguan metabolik dikarenakan menurunnya produksi insulin oleh sel ß-pankreas atau tubuh tidak lagi mampu menggunakan insulin secara efektif. Gula darah yang tinggi atau hiperglikemia dapat dikendalikan dengan manajemen diri pada penyandang Diabetes melitus Tipe 2. Manajemen diri penyandang Diabetes melitus Tipe 2 mengalami kesulitan pada masa pandemic COVID-19. Selama pandemi covid-19 penyandang diabetes melitus mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan perawatan diri. Studi ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengarui manajemen diri penyandang DM Tipe 2 di masa pandemi COVID-19. Desain penelitian ini merupakan jenis korelasi dengan pendekatan metode cross sectional yang melibatkan 88 orang responden. Hasil penelitian ini menunjukkan responden dengan efikasi diri yang cukup pada 58 responden (92,1%) dan efikasi diri yang sangat yakin 17 responden (68,0%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunnujukkan adanya hubungan yang significant antara efikasi diri (p-value (0,007), Dukungan Sosial p value (0,010) Sedangkan jenis kelamin, usia, pendidikan, lama menderita DM, pengetahuan , kecemasan, tidak adanya hubungan yang signifikan dengan Manajemen Diri  p-value  pengetahuan (0,692), kecemasan (1,000), usia (0,116), lama menderita DM (0,743) , pendidikan (0,530) > 0,05. Kemudian didapatkan juga faktor yang paling mempengaruhi mananjemen diri  adalah efikasi diri  dengan nilai odds rasio (OR)=0,224. Peneliti berharap dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri penyandang DM Tipe 2 diharapkan pelayanan keperawatan dapat menentukan intervensi lanjut yang tepat untuk memaksimal kan manajemen diri dimasa pandemi ataupun post pandemi. ......Diabetes Mellitus type 2 is a metabolic disorder due to decreased insulin production by pancreatic ß-cells or the body is no longer able to use insulin effectively. High blood sugar or hyperglycemia can be controlled by self-management for people with Type 2 Diabetes Mellitus. Self-management for people with Type 2 Diabetes Mellitus experienced difficulties during the COVID-19 pandemic. During the Covid-19 pandemic, people with diabetes mellitus experienced a decrease in their ability to carry out self-care. This study was conducted to analyze what factors influenced the self-management of people with Type 2 DM during the COVID-19 pandemic. This research design is a type of correlation with a cross sectional method approach involving 88 respondents. The results of this study showed that 58 respondents (92.1%) had sufficient self-efficacy and 17 respondents (68.0%) had very confident self-efficacy. Statistical test results using the Chi-Square test showed a significant relationship between self-efficacy (p-value (0.007), social support p-value (0.010) while gender, age, education, duration of diabetes mellitus, knowledge, anxiety, no relationship significant with self-management p-value knowledge (0.692), anxiety (1.000), age (0.116), duration of DM (0.743), education (0.530) > 0.05. Then it was also found that the factor that most influenced self-management was efficacy themselves with an odds ratio (OR) = 0.224. Researchers hope that by knowing the factors that influence self-management of people with Type 2 DM, it is hoped that nursing services can determine appropriate further interventions to maximize self-management during a pandemic or post-pandemic.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Heriansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Aterosklerosis merupakan inflamasi akibat OxLDL yang berhubungan dengan lipoprotein associated phospholipase A2 LpPLA2 , sehingga menarik mengetahui lebih jauh peran LpPLA2 dalam patogenesis awal aterosklerosis, Penelitian eksperimental ini menggunakan metode post-test with control group secara invivo 50 ekor tikus Sprague Dawley SD yang dikelompokkan dalam kelompok normal, dislipidemia DL , DM tipe 2 DMT2 dan DL serta DMT2 yang diberikan Darapladib DP dengan dosis 30 mg/kg berat badan/hari. Terdiri dari 2 serial waktu perlakuan yaitu 8 dan 16 minggu. Uji statistik menunjukkan kondisi DL, ekspresi protein Lp-PLA2 di jaringan aorta signifikan dengan peningkatan jumlah sel busa. Pada kondisi DMT2, ekspresi relatif mRNA Lp-PLA2 darah signifikan dengan peningkatan jumlah sel busa. Pemberian DP menekan ekspresi Lp-PLA2 dan LisoPC di jaringan aorta tetapi DP tidak menekan ekspresi mRNA Lp-PLA2 jaringan aorta dan darah baik pada kondisi DMT2 maupun DL. DP mampu menekan inflamasi baik di jaringan aorta maupun plasma kondisi DL maupun DMT2. Ekspresi protein Lp-PLA2 jaringan aorta sesuai dengan perubahan kadar LisoPC jaringan aorta. Namun, profil ekspresi mRNA Lp-PLA2 tidak sesuai dengan profil perubahan kadar LisoPC. Protein Lp-PLA2 tidak dapat menggambarkan ekspresi Lp-PLA2 di aorta. Terdapat perbedaan jalur patomekanisme Lp-PLA2 dalam mengaktivasi respons inflamasi diantara kondisi DMT2 dan DL. Keywords : Aterosklerosis, Dislipidemia, DM Tipe 2, LP-PLA2, LisoPC
ABSTRACT
Athrosclerosis in an inflamation caused by OxLDL which has corellation with lipoprotein associated phospholipase A2 LpPLA2 . Then, it is interesting to do a deeper exploration about LpPLA2 rsquo s role in atherosclerosis patogenesis. These experimental reseacrh use an invivo post test with control group in 50 Sprague Dawley rats SD that will be grouped in a normal, dyslipidemia DL , type 2 diabetes DMT2 or DL and DMT2 group with Darapladib DP administration 30 mg kg body weight daily, each group consisted of 2 serials treatment time, which are 8 weeks and 16 weeks treatment groups. Statistics result showed that in DL condition Lp PLA2 protein expression in aortic tissue correlate significantly with the increase of foam cells, while in DMT2 condition mRNA Lp PLA2 blood expression correlate significantly with the increase of foam cells. DP decreases Lp PLA2 protein expression and LysoPC in aortic tissue, but DP failed to decrease blood and aorta tissue mRNA Lp PLA2 expression both in DL and DMT2 condition. DP is able to decrease inflammation marker both in aortic tissue and plasma both in DMT2 and DL condition. The pattern of Lp PLA2 protein expression in aorta is similar to LysoPC level. However, mRNA Lp PLA2 expression pattern is different from lisoPC level pattern. mRNA Lp PLA2 and Lp PLA2 protein expressions in aorta is different from the blood. Therefore, Lp PLA2 expression in blood does not represent the expression of Lp PLA2 in the aorta. There is a different pattern of Lp PLA2 pathomechanism in activating inflammation response between DMT2 and DL conditions. Keywords Atherosclerosis, Dyslipidemia, type 2 DM, LP PLA2, LisoPC
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musfardi Rustam
Abstrak :
Peningkatan insidensi kasus Tuberkulosis Resistensi Obat (TB-RO) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu faktor risiko timbulnya kasus TB-RO adalah tingginya prevalensi DM tipe 2. Prevalensi DM tipe 2 pada pasien TB-RO sangat tinggi yakni berkisar antara 18,8% sampai 23,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diabetes mellitus tipe 2 dengan kejadian TB-RO pada Masyarakat Melayu di Provinsi Riau Tahun 2014-2018. Desain penelitian kuantitatif adalah kasus kontrol pada 251 kasus (TBRO) dan 502 kontrol (Tuberkulosis Sensitif Obat/TB-SO). Data kuantitatif diperoleh dari data sekunder TB-RO yaitu form 01.TB-RO, Form 03.TB-RO, rekam medis dan e-TB manager. Sedangkan data sekunder TB-SO diperoleh dari form.01 TB-SO, Form.03 TB-SO, rekam medis dan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT). Variabel independen adalah DM Tipe 2, variabel kovariat adalah usia, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan, kategori tempat tinggal, status pernikahan, status HIV dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Dalam mendukung penelitian kuantitatif, maka dilakukan penelitian kualitatif pendekatan sejarah hidup (Life History) dengan metode diskusi kelompok kecil (DKK) dan wawancara mendalam (WM). Data kuantitatif dianalisis dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa pada orang yang DM tipe 2 memiliki risiko 2,27 kali (95% CI: 1,58-3,27) untuk mengalami kejadian TB-RO jika dibandingkan dengan pasien yang tidak DM tipe 2 setelah dikontrol variabel pekerjaan, tempat tinggal, status pernikahan dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Hasil penelitian kualitatif untuk memperoleh riwayat kejadian penyakit DM tipe 2 terjadi lebih dahulu dari pada kejadian TB-RO serta melihat faktor resiko sosial budaya yang berpengaruh terhadap terjadinya TB-RO pada masyarakat Melayu di Provinsi Riau. Faktor risiko sosial budaya yang memungkinkan berhubungan dengan TB-RO adalah kebiasaan minum manis, kepatuhan menelan obat TB-RO, Kepatuhan minum obat DM dan masyarakat Melayu Daratan.
Increased incidence of drug-resistant tuberculosis (DRTB) is a major public health problem in Indonesia. One of risk factors for the emergence of DRTB case is a high prevalence of type-2 diabetes mellitus (DM). The prevalence of type-2 DM in patients with DRTB is very high, ranging from 18.8% to 23.3%. This study aimed to determine relationship between type-2 DM and the incidence of DRTB in Malay community, Riau Province, in 2014-2018. The quantitative study design was case control in 251 cases (DRTB) and 502 controls (drug-sensitive tuberculosis / DSTB). Quantitative data were obtained from DRTB secondary data, namely Form 01.DRTB, Form 03.DRTB, medical records and electronic TB manager (e-TB manager); while, DSTB secondary data were obtained from DSTB Form.01, DSTB Form.03, medical records and Integrated Tuberculosis Information System. The independent variable was type-2 DM, and the covariate variables were age, sex, education, occupation, residence category, marital status, HIV status and previous TB treatment record. In supporting the quantitative study, qualitative study was conducted with life history approach using a small group discussion method and in-depth interview. Quantitative data were analysed with logistic regression. Quantitative study results showed that peoples with type-2 DM had a 2.27 times risk (95% CI: 1.58-3.27) to experience the incidence of DRTB if compared to peoples without type-2 DM after controlling for occupation, residence, marital status and previous TB treatment record. The results of qualitative study were to obtain a record of the incidence of type-2 DM that occurred earlier than the incidence of DRTB and to examine socio-cultural risk factors affecting the occurrence of DRTB in the Malay community, Riau Province. Possible socio-cultural risk factors associated with DRTB were habits of drinking sweet drinks, adherence to taking DRTB medicine, adherence to taking DM medicine, and the community of Mainland Malay.
Depok: Universitas Indonesia, 2020
D2721
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesi Ariani
Abstrak :
Efikasi diri diperlukan bagi pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola penyakitnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara motivasi dan efikasi diri pasien DM tipe 2 di RSUP X, Medan. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional dengan jumlah sampel 110 pasien DM tipe 2. Analisis data menggunakan Chi square, uji t independen, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden tidak ada yang berhubungan dengan efikasi diri, kecuali status sosial ekonomi (p= 0,046; α= 0,05). Ada hubungan antara dukungan keluarga, depresi, dan motivasi dengan efikasi diri (p= 0,01, 0,026, 0,031; α= 0,05). Individu yang memiliki motivasi yang baik berpeluang 3.736 kali menunjukkan efikasi diri yang baik dibandingkan dengan individu yang memiliki motivasi kurang baik setelah dikontrol depresi (CI 95% OR= 1.35; 10,32). Hasil ini merekomendasikan perawat untuk dapat meningkatkan motivasi dan efikasi diri pasien DM tipe 2 dengan memberikan pendidikan kesehatan terstruktur, memfasilitasi pemberian dukungan sosial, dan memberikan intervensi untuk mencegah munculnya depresi.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan
Abstrak :
Dukungan keluarga diperlukan untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan diidentifikasinya hubungan dukungan keluarga klien diabetes melitus tipe 2 dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan di Kecamatan Tebet Juni 2018. Desain dalam penelitian analitik cross sectional dengan jumlah sampel 100 klien DM tipe 2. Analisa data menggunakan korelasi Chi-Square. Hasil penelitian didapatkan hubungan antara dukungan keluarga klien DM dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan p value 0.000, ? : 0.05 . Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan meningkatkan dukungan keluarga klien dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan pendidikan kesehatan terstruktur, mengembangkan konsep dukungan keluarga klien DM Tipe 2 dalam kaitannya dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dan puskesmas kecamatan harus mendukung keberhasilan program PTM yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat agar dapat mengatasi masalah kesehatan lebih lanjut. ...... Family support is needed to use of health service facilities. This study aims to identify the relationship of family support for type 2 diabetes mellitus clients with the use of health service facilities in Tebet district in June 2018. Design in cross sectional analytical research with sample size of 100 DM type 2 clients. Data analysis using Chi Square correlation. The result of the research shows the correlation between family support DM client with the use of health service facility p value 0.000, 0.05 . Nurses are expected to provide optimal nursing care and improve client 39 s family support in the use of health care facilities with structured health education, developing the concept of family support DM Type 2 clients in relation to the use of health care facilities and district health centers must support the success of the PTM program that has been proclaimed by central government in order to address further health problems.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Dina Rusdi
Abstrak :
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang dalam penatalaksanaan penyakit tersebut memerlukan biaya yang besar karena pengobatan dilakukan secara intensif dan berlangsung terus menerus seumur hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM tipe 2 dan faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya tersebut berdasarkan perspektif RSUD Pasar Rebo pada tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan total biaya pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 selama setahun adalah sebesar Rp. 593.839.605, rata-rata biaya per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 di RSUD Pasar pada tahun 2015 adalah Rp 417.131 dan ada hubungan yang signifikan antara rata-rata biaya per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM tipe 2 dengan umur, lama berobat dan jumlah komplikasi. Rata-rata pembayaran BPJS Kesehatan per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 di RSUD Pasar pada tahun 2015 adalah Rp 208.260. Dengan demikian, rata-rata pembayaran BPJS Kesehatan per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 lebih rendah dibandingkan biaya RSUD Pasar Rebo pada tahun 2015. ......Type 2 Diabetes mellitus is a chronic disease that requires big cost for the intensive treatments carried out through out patients rsquo lives continuously. The aim of this research is to analyze the cost per episode of type 2 DM out patient treatments and the related factors based on RSUD Pasar Rebo perspective in2015. This research is a descriptive analytical study with cross sectional design. The results showed the total cost of type 2 DM out patient treatments for a year isRp. 593.839.605, the average cost per episode of type 2 DM outpatient treatmentsat RSUD Pasar Rebo in 2015 is Rp 417.131 and there is significant correlation between the average cost per episode of type 2 DM outpatient treatments with patients age, the duration of treatment and the number of complications. The average payment BPJS Kesehatan provided for type 2 DM out patient treatments per episode at RSUD Pasar Rebo in 2015 is Rp 208.260. Therefore, the averagepayment BPJS Kesehatan provided for type 2 DM out patient treatments per episode is lower than the cost needed at RSUD Pasar Rebo in 2015.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47281
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessie Muthia Diredja
Abstrak :
Kepatuhan dalam menjalani terapi antidiabetes oral dibutuhkan untuk keberhasilan pengobatan Diabetes Melitus (DM) tipe 2. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa edukasi kepada pasien adalah dasar untuk mewujudkan kepatuhan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara tingkat pengetahuan tentang terapi antidiabetes oral dengan kepatuhan dalam menjalani terapi pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional/potong lintang dengan mewawancarai responden berdasarkan kuisioner yang disusun. Responden adalah 96 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Interna RSU PMI Bogor yang berusia 40 tahun ke atas dan telah menjalani terapi antidiabetes oral sedikitnya selama enam bulan. Informasi yang diperoleh yaitu tentang karakteristik, tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien DM tipe 2 dalam menjalani terapi antidiabetes oral. Data dianalisis dengan menggunakan metode statistik Kai-kuadrat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang terapi antidiabetes oral dengan kepatuhan dalam menjalani terapi pada pasien DM tipe 2. Adherence to antidiabetic oral therapy to be required for successful treatment of type 2 Diabetes Mellitus. Studies have shown that education is a cornerstone for establishing adherence. Therefore, the aim of this study is to carry out the correlation between level of knowledge about antidiabetic oral therapy and level of adherence to antidiabetic oral therapy in pasients with type 2 Diabetes Mellitus. This research used cross-sectional study design with interview respondents based on questionaire. Respondents were ninety-six type 2 Diabetes Mellitus at the interna clinic of RSU PMI Bogor at age more than 40 years and have been carrying out antidiabetic oral therapy at last six months. Informations which were gotten characteristic, level of knowledge about antidiabetic oral therapy and level of adherence. Data was analyzed by using Chi-Square statistic method. The result showed that there was significant correlation between level of knowledge about antidiabetic oral therapy and level of adherence to antidiabetic oral therapy.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ledy Visna Asfiani
Abstrak :
Kontinuitas peserta untuk mengikuti Prolanis merupakan salah satu indikator komitmen pelayanan di FKTP, sehingga mengetahui tingkat kepatuhan dan faktor yang mempengaruhinya menjadi hal yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan mengikuti Prolanis dan determinannya pada peserta dengan DM tipe 2 di lima FKTP BPJS Bekasi. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional, pengumpulan data melalui pengisian kuesioner pada 228 peserta Prolanis dengan DM tipe 2 di lima FKTP BPJS Bekasi dan diambil dengan acak sederhana secara proporsional sesuai dengan jumlah peserta di tiap FKTP. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan peserta Prolanis dengan DM tipe 2 di lima FKTP tersebut adalah 3.59. Lama menderita sakit, persepsi manfaat, persepsi penghalang dan pelaksanaan pedoman program berhubungan dengan tingkat kepatuhan peserta. Persepsi penghalang merupakan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan peserta. Faktor pada individu dan provider tersebut dapat dijadikan sebagai bahan telaah bagi FKTP dalam memfasilitasi kebutuhan peserta sehingga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan untuk mengikuti Prolanis.
The continuity of the participant in Prolanis is one of the primary health care services indicator and to find out the level of complience and the factors influencing it, is very important. The aim of the study is to find out the complience level of Prolanis participant and its determinants in type 2 DM patients in five BPJS primary health care in Bekasi. This is a cross sectional study, using questionnare to 228 participants with type 2 DM with simple random sampling method proportionally. Complience level of the participants is 3.59. Duration of illness, perceived benefit, perceived barrier and the implementation of the program guidelines are correlated with the complience level with the dominant factor is perceived barrier. Factors in individual and provider can be used as evaluation tools for the primary health care in fascilitating the need of the participants so that it will increase the level of complience.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>