Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wyarso Amiluhur
"Depresi ekonomi tahun 1930-an yang melanda Indonesia adalah suatu peristiwa besar yang mungkin untuk pertama kalinya dialami oleh seluruh orang Indonesia secara bersama-sama. Pada masa ini terjadi perubahan dalam tata kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Sejak merosotnya harga-harga komoditi penting dari Indonesia seperti karet dan gula, keadaan masyarakat Indonesia berada dalam kemiskinan. Depresi tahun 1930-an memperparah kemiskinan itu.Dari seluruh kelompok masyarakat yang mengalami depresi, kelompok menengah dalam masyarakat seperti kelompok birokrasi, cendekiawan dan para intelektual lainnya mengalami perubahan kehidupan yang tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berbagai masalah timbul dalam kelompok menengah ini misalnya pemutusan hubungan kerja, pemotongan upah, dan lesunya perdagangan, dll.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok menengah ini banyak diberitakan dalam surat-surat kabar yang terbit pada waktu itu. Dalam hal ini pemberitaan surat-surat kabar mengenai depresi ekonomi yang terjadi. sebenarnya menjadi lahan penelitian yang menarik. Dengan kata lain pers tahun 1930-an patut dipelajari karena memiliki andil dalam membentuk dan sekaligus mencerminkan opini masyarakat (menengah) terhadap peristiwa depresi. Tapi mengapa pers? Dalam persoalan ini kalangan yang dapat membaca dan menulis adalah kelompok terpelajar yang kebanyakan berasal dari kalangan priayi rendahan. Kalangan terpelajar ini disebut pula priayi profesiona1.
1. Kalangan inilah yang paling banyak membaca koran. Dari data-data yang tersedia untuk penelitian skripsi ini, timbul persoalan masalah depresi yang mana yang akan diteliti. Dalam hal ini penulis membatasi penelitian pada konteks maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu melihat pemberitaan tentang peristiwa depresi dan mengkaitkannya dengan situasi pergerakan nasional masa itu. Biasanya koran akan menempatkan sebuah berita yang dianggap penting di dalam kolom Tajuk Rencana atau menjadikannya berita utama (head-Line), atau memuat sebuah artikel yang memancing polemik atau sebuah artikel yang berisi tulisan seorang ahli dalam masalah yang menjadi berita tersebut.
2. Dengan kata lain pers tahun 1930-an di Indonesia sedikit banyak menuliskan berita-berita tentang depresi yang sedang terjadi masa itu dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Kedua, masa depresi merupakan puncak krisis ekonomi yang membawa akibat terhadap kehidupan social-ekonomi masa itu. Secara bersamaan di Indonesia terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan politik yaitu perkembangan dalam pergerakan nasional. Kalangan pergerakan ini kebanyakan berasal dari kalangan priayi yang berpendidikan. Sekalipun demikian tidak semua priayi yang berpendidikan ini menjadi pegawai negeri atau bekerja sebagai pegawai dalam perusahaan-perusahaan swasta Belanda. Banyak pula di antara mereka yang bekerja di luar lingkungan tersebut, antara lain membuka biro teknik, menjadi dokter dan pengacara.
3. Masalahnya apakah dengan timbulnya depresi mereka kemudian menjadi pegawai Pemerintah Kolonial ataukah mereka bekerja di swasta atau menjadi wiraswasta. Bagaimana pers turut mempengaruhi pola pikir mereka itu selama mesa depresi?
Selain kedua pertimbangan di atas, penulis harus pula membatasi diri dengan koran-koran yang akan digunakan sebagai sumber. Disadari bahwa tidak seluruh koran-koran yang terbit 3Dalam pergerakan nasional, dikenal dua kelompok yang memiliki strategi perjuangan yang masing-masing berbeda yaitu kooperasi atau yang bekerja same dengan pemerintah kolonial baik sebagai pegawai negeri atau swasta, dan non-kooperasi atau yang menolak bekerja sama dengan pemerintah. Pade gilirannya, perbedaan strategi,ini menimbulkan masalah dalam tubuh pergerakan yang melemahkan pergerakan nasional itu sendiri. Sekalipun orientasi para priayi adalah menjadi pegawai pemerintah kolonial, pada kenyataannya garis politik yang diambil berbeda dan tidak semua priayi menjadi pegawai pemerintah kolonial, ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luna Rahmawati
"Rijsttafel merupakan warisan budaya kolonial yang muncul di Hindia Belanda pada abad ke-16 dan memuncak pada abad ke-19. Rijsttafel hadir di beberapa hotel besar di Jawa, salah satunya di di Hotel Homann, Bandung. Setelah rijsttafel mengalami perkembangan pesat pada tahun 1920-an, terjadi peristiwa depresi ekonomi pada tahun 1930-an yang kemudian berdampak kepada kesulitan dalam memenuhi ketersediaan bahan baku rijsttafel. Penelitian ini ditulis menggunakan metode sejarah melalui analisis sumber primer dari surat kabar sezaman seperti Bataviaasch Nieuwsblaad, De Koerir, De Preanger Bode yang mencantumkan informasi tentang jaarverslag (laporan tahunan keuangan) dan kebijakan yang diterapkan di Hotel Homann selama periode depresi ekonomi berlangsung. Hasil yang didapat dalam kajian ini menunjukkan peran rijsttafel di Hotel Homann dalam menghidupkan sektor pariwisata. Direktur Hotel Homann secara aktif melakukan penawaran menarik tentang rijsttafel dan pelayanan Hotel Homann dengan memasifkan publikasi melalui media massa, seperti surat kabar, buku panduan wisata, dan majalah. Dari upaya-upaya yang telah dijalankan, pemasukan kas pada Hotel Homann turut membaik. Hal ini dilihat dari promosi Hotel Homann yang semakin dikenal dengan nuansa mewah dan rijsttafel yang memikat para wisatawan. Rijsttafel akhirnya berperan dalam memperbaiki kondisi ekonomi dan mempertahankan keberlangsungan pencapaian Hotel Homann serta menguntungkan Kota Bandung.
......Rijsttafel is a colonial cultural heritage that emerged in the Dutch East Indies in the 16th century and peaked in the 19th century. Rijsttafel is present in several big hotels in Java, one of ehich is at the Homann Hotel, Bandung. After rijsttafel experienced rapid development in the 1920s, and economic depression occurred in the 1930s which then resulted in difficulties in meeting the availbility of raw materials for rijsttafel. This research was written using historical methods through analysis of primary sources drom contemporary newspaper such as Bataviaasch Nieuwsblaad, De Koerir, De Preanger Bode which included information about jaarverslag (financial annual reports) and policies implemented at Hotel Homann during the period of the economic depression. The results obtained in this study show the role of rijsttafel at the Homann Hotel in revitalizing the tourism sector. The Director of the Hotel Homann actively makes attractive offers about rijsttafel and the services of the Homann Hotel by increasing publications through mass media, such a newspapers, travel guide books and magazines. From the efforts that have been carried out, the cas inflow at the Homann Hotel has also improved. This can be seen from the promotion of Hotel Homann which is increasingly known for its luxurious feel and rijsttafel which attracts tourists. Rijsttafel ultimately played a role in improving economic conditions and maintaning the continuity of the achievement of the Homann Hotel and benefeting the city of Bandung.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Jenal Abidin
"Skripsi yang berlandaskan kajian sosial-ekonomi ini, mencoba melihat gejolak ekonomi di Hindia Belanda yang terkena dampak dari krisis dunia tahun 1930, yang dikenal dengan nama Malaise. Lebih jauh lagi skripsi ini, akan melihat sampai seberapa jauh aktivitas masyarakat Hindia Belanda dalam menanggapi terjadinya depresi ini, dan bagaimana pula sikap dari pemerintah Hindia Belanda dalam menanggulangi terjadinya krisis ini.
Terjadinya krisis dunia tahun 1929, yang berlang_sung cukup lama tersebut, secara praktis melumpuhkan sendi-sendi perekonomian Hindia Belanda. Walaupun sebenar_nya krisis ini dilatar belakangi oleh anjloknya bursa saham di Amerika, tetapi imbasnya justru lebih menimpa pada negara-negara pengahasil bahan mentah. Hindia Belan_da, yang hampir seluruh devisa negara didapat dari ekspor bahan mentah, mengalami nasib yang sangat tragis. Dan hal ini berpengaruh besar pada situasi dan kondisi masyarakat_nya. Muncul kekacauan ekonomi dalam masyarakat yang diaki-batkan oleh pengangguran, pemotongan upah, dan semakin rendahnya harga produk--produk pertanian. Pada saat seperti itulah masyarakat dipaksa untuk bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit.
Sistim ekonomi modern/Barat yang bertopang pada sistim ekonomi uang, sangat menyulitkan posisi masyarakat Hindia Blelanda. Pola-pola yang diterapkan dalam sistim ini sangat sulit untuk diintegrasikan dengan sistim ekonomi pribumi, dan mencapai puncak kesukarannya pada terjadinya malaise ini.
Ada satu hal yang menarik, bahwa dengan terjadinya krisis ini, masyarakat mencoba kembali sistim ekonomi tradisional dalam usahanya untuk mencoba bertahan. Sistim barter pun mulai menjadi model kegiatan ekonomi. Tetapi walau bagaimana sistim ekonomi uang yang diterapkan Peme_rintah secara ketat, (dalam pembayaran pajak, bunga hutang, dll) menyebabkan masyarakat mencoba bentuk lain dari usaha yang mereka jalani selama ini.
Usaha ini mencapai titik terang tatkala, Pemerintah mendukung (walaupun untuk maksud yang lain) pemanfaatan lahan-lahan yang kosong (akibat pengurangan produksi Perusahaan-perusahaan besar), pengaturan kebijakan regulasi agar produksi bisa berjalan tanpa terlalu terpengaruh kondisi pasar dunia, dan kebangkitan kembali industri_industri kecil masyarakat, yang kesemuanya dapat menjadi buffer (penyeimbang) dari krisis yang sedang berjalan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uyung
"Dalam persepsi pemerintah kolonial, haji merupakan bahaya terselubung yang harus diawasi, terlebih jika di_kaitkan dengan posisi strategis di belakang mereka, serta timbulnya pemberontakan yang diilhaminya. karenanya seluruh kebijakan pemerintah kolonial tentang masalah ini, ialah bagaimana mengawasi jika tidak ingin dikatakan meredam aktifitas mereka. Ada pun komponen yang dikuasai pemerintah kolonial, antara lain penggunaan kapal haji, pembukaan konsulat jenderal haji, juga ujian-ujian yang harus diluluskan jika ingin menunaikan ibadah haji. Dalam masa depresi ekonomi 1930, pengawasan-pengawasan tidak hanya bertendensi politik, namun juga ekonomis. Dengan banyaknya orang menunaikan ibadah haji ini, berarti juga berbarengan dengan keluaranya devisa negara."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
s13108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Nahri Mansyur
"
ABSTRAK
Pada masa Perang Dunia I (1914-1918) dan pasca Perang Dunia I, Jepang mengalami masa booming perekonomian yang tinggl. Memasuki dekade 1920--an, perekonomian Jepang mulai memasuki fase yang sulit, karena sepanjang dekade 1920-an terdapat banyak krisis perekonomian yang melanda negara tersebut, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Memasuki dekade 1930-an, krisis yang terjadi di Jepang mencapai puncaknya ketika dunia dilanda depresi. Untuk melepaskan diri dari pengaruh buruk yang ditimbulkan depresi tersebut, pemerintah Jepang menerapkan serangkaian kebijakan perekonomian yang memfasilitasi dunia usaha dalam negerinya. Hal ini dapat dikatakain unik, karena ditengah depresi yang melanda, Jepang justeru semakin meningkatkan kegiatan perekonomiannya. Kebijakan-kebijakan perekonomian yang diterapkan Jepang ini mulai menampakkan hasilnya pada tahun 1933-1934 dan tahun-tahun setelahnya, dimana Jepang merupakan negara yang paling cepat bangkit dari pengaruh buruk depresi dunia, bahkan jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya. Bagaimanapun juga, dapat dikatakan bahwa keberhasilan Jepang dalam merekonstruksi perelconomiannya yang 'hancur' akibat depresi diakibatkan peranan pemerintah Jepang yang mempunyai andil yang sangat besar.
"
1998
S13761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Agung Wibowo
"Penelitian ini membahas mengenai gaya hidup masyarakat Batavia pada masa depresi ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam pembahasan dipaparkan mengenai beberapa gaya hidup masyarakat Eropa ketika Depresi Ekonomi melanda. Dilihat pula tinjauan pemerintah Hindia-Belanda dalam upaya menanggulangi krisis ekonomi dunia (1930-an). Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan mengenai gaya hidup masyarakat Eropa di Batavia ketika depresi ekonomi. Pemaparan akan gaya hidup dapat dilihat dari segi pakaian, aktivitas keseharian, serta perkembangan teknologi dan transportasi masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa masyarakat Eropa di Batavia dari sisi gaya hidup mencoba menampakan diri tetap dapat beradaptasi serta menjalankan kesehariannya seperti biasa meski Depresi Ekonomi sedang melanda. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan warna baru bagi penulisan sejarah. ...... This research tries to explain about the lifestyle of Batavia at the time of economic depression. In this paper presented on the lifestyle of some of Europe when the Depression hit. Seen also review the Dutch East Indies government in an effort to tackle the world economic crisis (1930s). The purpose of this study was to describe the lifestyle of the European society in Batavia, when the Economic Depression time. Exposition of lifestyle can be seen in terms of clothing, daily activities, as well as technology development and public transportation. The results of this study is that the European community in terms of lifestyle Batavia tried appeared to still be able to adapt and run daily as usual despite being plagued Depression. The Author hopes of this research may provide a new color for the writing of history."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhesta Alfianti
"Artikel ini mengkaji tentang dampak peristiwa depresi ekonomi (The Great Depression) di Hindia Belanda khususnya pada masyarakat industri pertambangan minyak di wilayah Tjepoe. Depresi ekonomi merupakan peristiwa jatuhnya harga saham yang menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas ekspor-impor di Amerika Serikat, yang kemudian berdampak pada seluruh dunia termasuk Hindia Belanda. Selanjutnya, peristiwa ini mempengaruhi berbagai sektor, dan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah dampaknya terhadap kehidupan ekonomi-sosial masyarakat industri pertambangan minyak di Tjepoe. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Kajian ini berbeda dengan kajian sebelumnya yang banyak membahas tentang dampak ekonomi dan sosial dari keberadaan industri pertambangan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Kajian ini berfokus pada pembahasan mengenai dampak ekonomi-sosial yang diakibatkan oleh adanya peristiwa depresi ekonomi terhadap kegiatan industri pertambangan di wilayah Tjepoe. Kajian ini membuktikan bahwa depresi ekonomi berpengaruh terhadap kelangsungan aktivitas industri pertambangan minyak di Tjepoe, dan penurunan aktivitas yang terjadi tersebut kemudian berdampak pada kehidupan ekonomi-sosial sebagian golongan masyarakat yang bergerak pada industri pertambangan minyak di Tjepoe. Hal ini dapat ditemukan pada laporan-laporan dan koran sezaman, yang menyebutkan bahwa depresi ekonomi yang mulai berdampak di Hindia Belanda pada tahun 1930 ini menyebabkan terjadinya pengurangan tenaga kerja dan pengurangan upah dalam industri pertambangan minyak di Tjepoe. Kajian ini menggunakan sumber-sumber baik sumber primer maupun sumber sekunder, yang meliputi arsip-arsip, koran-koran sezaman baik yang tersedia secara daring maupun yang diakses secara manual, buku-buku, serta berbagai jurnal yang terkait dengan kajian mengenai dampak ekonomisosial yang timbul akibat depresi ekonomi terhadap berbagai golongan masyarakat di Tjepoe, terutama masyarakat yang terlibat dalam industri pertambangan minyak di sana.
......This article examines the impact of the economic depression (Great Depression) in the Dutch East Indies, especially on the oil mining industry community in the Tjepoe region. Great Depression was an event of falling stock prices that caused a decline in export-import activities in the United States, which then had an impact on the whole world, including the Dutch East Indies. Furthermore, this event affects various sectors, and what will be studied in this research is its impact on the socio-economic life of the oil mining industry community in Tjepoe. This study uses the historical method which includes four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. This study is different from previous studies, which discussed the economic and social impacts of the existence of the oil mining industry on the communities in those vicinities. This study focuses on discussing the socio-economic impact caused by Great Depression on the mining industry activities in the Tjepoe area. This study proves that Great Depression affects the continuity of the oil mining industry activities in Tjepoe, and the decline in activity that occurs then has an impact on the socio-economic life of some groups of people who are engaged in the oil mining industry in Tjepoe. This can be found in contemporary reports and newspapers, which state that Great Depression that began to have an impact in the Dutch East Indies in the 1930s led to a reduction in the workforce and a reduction in wages in the oil mining industry in Tjepoe. This study uses some sources, both primary and secondary sources, which include archives, contemporary newspapers both available online and manually accessed, books, and various journals related to the study of socio-economic impacts, arising from Great Depression on various groups of people in Tjepoe, especially the people who involved in the oil mining industry there."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Lestari
"ABSTRAK
Setelah Oei Tiong Ham meninggal dunia, Oei Tiong Ham Concern diwariskan
kepada dua putranya, yaitu Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw. Tidak begitu
lama memimpin, Oei Tjong Swan kemudian mundur dari perusahaan sehingga
menjadikan Oei Tjong Hauw sebagai pemimpin tunggal Oei Tiong Ham Concern.
Aktivitas utama perusahaan ini sebelumnya bergerak dibidang perdagangan gula,
kemudian datangnya depresi ekonomi pada tahun 1930-an mempengaruhi bisnis
gula perusahaan ini. Perdagangan gula menjadi fluktuatif sehingga untuk
meminimalkan kerugian perusahaan ini memasuki bisnis baru, yakni pengolahan
karet. Berhasil bertahan melewati masa depresi, perusahaan ini kembali mendapat
tantangan pada masa pendudukan Jepang. Kontrol pemerintah Jepang membuat
Oei Tiong Ham Concern hanya dapat bertindak sebagai agen perdagangan saja.
Depresi ekonomi dan masa pendudukan Jepang memperlihatkan bagaimana Oei
Tiong Ham Concern mampu bertahan ditengah situasi yang berubah.

ABSTRACT
After Oei Tiong Ham died, Oei Tiong Ham Concern passed on to his two sons,
Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw. Not long preside, Oei Tjong Swan then
retreated from the company making Oei Tjong Hauw as the sole leader of Oei
Tiong Ham Concern. The prominent activities from this company previously
engaged in the sugar trade, then the arrival of the economic depression in the
1930s affect the company?s sugar business. The sugar trade became volatile so to
minimize the losses the company entering new business, i.e. rubber processing.
Managed to survived through a depression, the company again received a
challenge during the Japanese occupation. Japanese government controls make
Oei Tiong Ham Concern can only act as a trading agent alone. The economic
depression and Japanese occupation shows how Oei Tiong Ham Concern able to
survive amid the changing situations."
2017
S65857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library