Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Kuntari
Abstrak :
Dalam era informasi sekarang ini banyak rumah sakit dihadapkan pada berbagai macam kegiatan pemasaran untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan jumlah kunjungan pasien rawat jalan. Salah satunya melalui media promosi. Di Rumah Sakit Duren Sawit telah dilakukan bauran promosi oleh bagian pemasaran Rumah Sakit Duren Sawit dalam kurun waktu 5 bulan, diantaranya meliputi pelaksanaan seminar, penyebaran brosur dan pemasaiigan spanduk. Mengingat rumah sakit ini masih baru, maka belum pernah ada usaha untuk meneliti efektivitas bentuk promosi yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas bentuk promosi yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Duren Sawit. Efektivitas dalam hal ini didefinisikan sebagai kunjungan berobat. Sedangkan kualitas dinilai dan parameter tertentu dari masing-masing media promosi tersebut. Rancangan penelitian menggunakan disain cross sectional. Populasi adalah pasien yang berkunjung ke RS Duren Sawit pads 6 April-16 April 2004. Sampel yang diperlukan adalah 98 pasien baru rawat jalan yang terekspose salah satu bentuk promosi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner_ Data dientri dengan Epi Info dan diolah dengan menggunakan Stata versi 7. Hasil menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia kurang dari 40 tahun (51%), berjenis kelamin wanita (58,2%) sebagian besar responden bekerja di swasta (40,8%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA (38,8%) dan sarjana (37,8%). Kategori waktu yang ditempuh responden dari rumah sampai ke Rumah Sakit Duren Sawit paling banyak adalah lebih dari 15 menit (49,0%). Berdasarkan bentuk promosi yang ada, bentuk promosi yang paling banyak terpajan oleh responden adalah spanduk. Persentase terbesar responden mengenal dan mengetahui keberadaan Rumah Sakit Duren Sawit adalah dari promosi melalui spanduk (73,3%). Responden paling banyak mengingat pesan dari media spanduk. Bentuk promosi yang paling efektif yang membuat pasien memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Duren sawit adalah spanduk (64,3%). Sehingga disimpulkan bahwa bentuk promosi yang paling efektif adalah spanduk. Dinilai dari kualitasnya, umumnya kualitas masing-masing bentuk promosi sudah baik. Meskipun demikian masih ada parameter kualitas yang dinilai kurang yaitu warna spanduk yang kurang menarik, perlengkapan seminar yang kurang memadai dan pesan brosur yang kurang singkat dan padat. Dari hasil analisis bivaniat pada analisis tiap jenis media promosi, terlihat bahwa tidak ada hubungan antara kualitas dengan efekfivitas promosi. Akan tetapi bila melihat dari nilai OR, maka terdapat hubungan antara kualitas dengan efektifitas bentuk promosi spanduk dan brosur. Pada analisis antara faktor karakteristik responden dengan efektifitas bentuk promosi, ada faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan efektifitas bentuk promosi. Hal ini dapat digunakan untuk evaluasi bentuk promosi yang selama ini telah dilakukan oleh Rumah sakit duren Sawit. Sarannya adalah melakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar, memperbaiki parameter yang masih kurang baik dan mempertahankan parameter yang dinilai sudah baik. Selain itu lebih mempromosikan seminar ke masyarakat umum. Media spanduk perlu diperbanyak dan dipertahankan kualitasnya untuk mempromosikan Rumah Sakit Duren Sawit karena dengan media ini paling banyak terpajan, paling banyak dikenal responder, paling banyak diingat pesannya, dan paling banyak mendorong responden untuk berobat. Daftar bacaan :27.... (1993-2003)
The Effectiveness of Promotion Studies at Duren Sawit Hospital in 2004 In the event of advanced information era, many hospitals are challenged with various marketing programs in order to increase their sales and the number of outgoing patient treatment. One of the most common programs is through promotion. Duren Sawit hospital has been conducting several promotion activities for the past five months, arranged by its marketing department. The promotion activities include seminars, brochures distribution and banners. Since the hospital has merely been operating for a very limited number of years, there has not been any research assessing the effectiveness of the promotion activities. This paper analyzes the effectiveness of the promotion activities that has been managed by Duren Sawit Hospital. The probable relationship between the qualities of the promotion (banners, seminars and brochures) and the effectiveness of the promotion is examined. The effectiveness implies medical consultation, while qualities are evaluated through certain parameters from each of the promotion media. This research utilizes the cross sectional design. The population is all patients who paid a visit to Duren Sawit Hospital on 6-16 April 2004. The required samples are 98 patients that have been exposed by one of the promotion types. Data is admitted by Epi Info and processed by employing Stata version 7. The result confirms that most samples are : People aged under 40 (51%) Females (58,2%). Working in private companies (40,8%). High school graduates (38,8%). Graduates (37,8%). Requiring 15 minutes travel to Duren Sawit Hospitals (49,0%). Based on the existing promotion, banners play significant role. At the introduction level, respondents recognize Duren Sawit Hospital through banners hold the biggest percentage (73,3%). At the recognition level, most respondents remember after viewing banners. At the purchasing level, the most effective form of promotion to persuade respondents to have a medical treatment at Duren Sawit Hospital is banners. Therefore, it suggests that the most effective form of promotion is banners. In general, all forms of promotion have considerably good qualities. However, there are some flaws that have to be mended such as poor colors of the banners, incomplete seminars facilities and excessively long texts of the brochures. Bivariance analysis that is applied to every analysis on each form of promotion suggests that there is no relationship between qualities and the effectiveness of promotion. However, the OR value confirms that there is actually a relationship between qualities and the effectiveness of brochures and banners. Analysis on respondent characteristic factor with effectiveness of the form of promotion proposes that there are certain factors that relates with the effectiveness of forms of the promotion. This research is extendable by using more samples, correcting poor parameters and retains the good ones, and encouraging more seminars to community. Banners must be continuously developed and enhanced since this kind of form is proved to be the most efficient way to better position Duren Sawit Hospital. References: 27 books (1993-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Mitha Sevianti
Abstrak :
Salah satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan berkualitas tinggi terhadap semua orang termasuk pasien. Badan pemerintahan di rumah sakit, dalam hal ini pimpinan rumah sakit bertanggungjawab secara hukum maupun moral atas kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut. Tanggungjawab ini kemudian didelegasikan kepada tenaga medis, keperawatan dan staf medis professional lainnya. Staf di dalam fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit berpegang pada praktisi informasi kesehatan untuk menganalisis dokumentasi rekam medis dan yang memperingatkan mereka akan adanya kekurangan atau inkonsistensi sehingga menyebabkan rekam medis menjada tidak lengkap atau tidak akurat. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan berhak memutuskan jenis analisis yang akan dilakukan dan mengacu pada cara dokumentasi mereka dan kebijakan dari staf medis. Salah satu dari jenis analisis tersebut adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan oleh praktisi informasi kesehatan dengan mengidentifikasi lembaran rekam medis yang tidak lengkap. Komponen dasar dari analisis kuantitatif meliputi telaahan rekam medis untuk: identifikasi penderita yang benar di setiap lembarnya, keberadaan seluruh laporan yang diperlukan, bukti keabsahan di semua lembaran dan praktek pencatatan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi angka ketidaklengkapan rekam medis rawat inap .dan untuk mengidentifikasi faktor - faktor penyebab terjadinya ketidaklengkapan rekam medis rawat inap Rumah sakit Duren Sawit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan checklist dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan 62,50% nama penderita tidak tercantum, 72,22% nomor rekam medis tidak ada, 79,17% laporan - laporan yang diperlukan tidak ada dalam berkas rekam medis, 65,25% laporan keperawatan hilang, 84,72% tanpa nama pengisi rekam medis, 79,17% tidak mencantumkan waktu pemberian pelayanan medis dan 100% praktek pengkoreksian yang tidak sesuai acuan. Jumlah petugas rekam medis yang bertugas untuk mengevaluasi setiap berkas rekam medis yang rnasuk sangat kurang. Petugas tidak mempunyai SOP yang inendasari pekerjaannya sehingga tugas analisis tidak dapat dilakukan setiap hari. Evaluasi pelaksanaan rekam medis tidak mempunyai jadwal tertentu. Petugas rekam medis mempunyai kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan tenaga medis dan pararnedis, terutama yang berkaitan dengan hasil evaluasi kelengkapan berkas rekam medis. Kelalaian dokter dan perawat dalam menyalin identitas penderita, kehadiran laporan yang perlu, bukti keabsahan dan praktek pencatatan yang baik. Kebijakan yang dikeluarkan panitia rekam medis tentang sanksi kedisiplinan belum ada serta evaluasi kerja panitia dan tindak lanjut hasil telaahan belum dapat berjalan dengan lancar. Pimpinan rumah sakit perlu membenahi kebijakan khususnya untuk panitia rekam medis dan SOP bagi staf, serta penyediaan tenaga rekam medis yang memadai. Saran yaitu peningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas rekam medis dengan adanya pelatihan, pembuatan formulir pemberitahuan untuk tenaga pengisi rekam medis yang lalai untuk melengkapinya, memeriksa rekam medis sebelum dikembalikan ke subsie rekam medis, mengadakan seminar sehari untuk staf medis dan perawat untuk mensosialisasikan instruksi pengisian rekam medis yang benar, pertemuan rutin untuk mengevaluasi hasil telaahan analisis kuantitatif, membuat kebijakan tentang sanksi kedisiplinan serta membuat SOP untuk semua personil yang terkait. Hal terpenting adalah adanya manajemen resiko untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan oleh rekam medis yang tidak lengkap. Daftar Pustaka: 25 (1986 -- 2004).
Analyzing the Completeness of Inpatient Medical Record in Duren Sawit Hospital 2004 JakartaThe primary function of a hospital is to provide high quality patient care to all persons, including inpatients. The governing body of the hospital is both legally and morally responsible for the quality of care rendered to all patients within or attending a facility. This responsibility is in turn delegated to medical, nursing and other health professional staff. A health care facility's staff relies on health information practitioners to analyze medical record documentation and notify them of omissions or inconsistencies which make the medical record incomplete or inaccurate. Each health care facility decides on the type of analyses to be done according to their documentation and medical staff policies. One of the analyses type is quantitative analysis. Quantitative analysis is performed by health information practitioners to identify areas of the medical record that are incomplete. The basic components of quantitative analysis include a review of the medical record for: correct patient identification on every form, presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice. The objective of this research is to identify the incompleteness of inpatient medical records and to identify factors that caused incompleteness of inpatient medical records in Duren Sawit Hospital. This is a qualitative research with a cross sectional approach using checklist and in depth interviews. Results are 62,50% blank patient's names, 72,22% blank medical record numbers, 79,17% incomplete reports, 65,28% missing nursing reports, 8432% without provider's name on it, 79,17% didn't write time of care given by the provider and 100% bad recording practice. Numbers of health information practitioners are below the standard, practitioners do not have SOP for their work guidance, there is no monthly schedule to evaluate medical record. Practitioners have difficulties to communicate with doctors and nurses. Doctors and nurses do not write correct patient identification. Presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice. There is no disciplinary action to be taken for those who have incomplete medical records. Hospital director must set SOP for all the hospital staff. Suggestions: more in-house training for the medical record practitioners, query for the medical staff and nurses to warn them about incomplete medical record, check status before return the medical record, to hold an internal one day seminar for medical staff and nurses, routine meeting to evaluate the findings from quantitative analysis, SOP for the medical record practitioners. The most important thing is to have a risk based management to minimized the risk occurred by the incomplete medical records. Bibliography: 25 (1986 -- 2004)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
Abstrak :
Penggunaan antibiotik harus dilakukan dan kontrol penggunaan antibiotik sudah direkomendasikan dari WHO. Hal ini bertujuan untuk menekan resistensi mikroba terhadap antibiotik karena ancaman resistensi antibiotik adalah salahsatu yang dikhawatirkan oleh WHO. Dalam perespan dan penggunaan antibiotik dapat dianalisis dengan metode ATC/DDD untuk evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Analisis menggunakan metode ATC/DDD ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari-Desember 2022. Setelah dilakukan analisis didapatkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari – Desember 2022 tergolong sangat tinggi terutama pada golongan antibiotik beta laktam dengan kecenderungan peresepan yang kurang rasional. Dari hasil analisis ini dapat dilakukan pengetesan resistensi mikroba terhadap antibiotik di lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk melihat sebaran mikroba resisten terhadap golongan antibiotik sebagai evaluasi pendekatan pengobatan yang optimal. ...... The use of antibiotics must be carried out and control of antibiotic use has been recommended by WHO. This aims to suppress microbial resistance to antibiotics because the threat of antibiotic resistance is one that WHO is concerned about. The prescription and use of antibiotics can be analyzed using the ATC/DDD method to evaluate the rationality of antibiotic use. Analysis using the ATC/DDD method was carried out at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the period January-December 2022. After the analysis was carried out, it was found that the use of antibiotics in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the January-December 2022 period was classified as very high, especially in the beta-lactam antibiotics group with a high prescribing tendency. less rational. From the results of this analysis, testing for microbial resistance to antibiotics can be carried out in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit environment to see the distribution of microbes that are resistant to antibiotic groups as an evaluation of optimal treatment approaches.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trisiana Giyantini
Abstrak :
Angka kematian balita karena diare berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 (dianalisis oleh Widodo dan Gandi Kosim) adalah 2,5 per 1000 balita, sedangkan semua umur sebesar 54 per 100.000 penduduk. Proporsi kematian pada balita nomor 2 (13,2%) dibandingkan dengan semua penyebab kematian. Angka insidens diare berdasarkan hasil surveilans di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yang mempunyai 10 kecamatan pada tahun 1999, yakni untuk golongan umur kurang dari satu tahun sebesar I23,58 per 1000 golongan umur kurang satu tahun dan insidens pada umur 1-4 tahun sebesar 84,22 per 1000 golongan umur 1-4 tahun. Angka insidens untuk umur kurang dari satu tahun pada tahun 1999 di Kecamatan Duren Sawit yang mempunyai 11 puskesmas kelurahan dan 1 puskesmas kecamatan, yakni sebesar 200,13 per 1000 golongan umur kurang satu tahun dan untuk umur 1-4 tahun sebesar 45,76 per I000 golongan umur 1-4 tahun. Dengan rnasih tingginya angka insidens pada balita, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan diare pada balita di Kecamatan Duren Sawit. Jenis desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, dan sampel adalah balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas di wilayah Kecamatan Duren Sawit sebagai kasus dan kontrol adalah balita yang datang melakukan imunisasi ke puskesmas atau posyandu di Kecamatan Duren Sawit. Besar sampel yang diambil adalah 250 kasus dan 250 kontrol. Data dikumpulkan dengan cara mengunjungi keluarga balita untuk melakukan wawancara dan pengamatan serta pengukuran untuk variabel-variabel yang membutuhkan pengukuran, kemudian dianalisis menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 6.0. Dari hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan diare balita yakni variabel ibu bekerja, variabel jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang dan umur anak. Sedangkan variabel yang mempunyai risiko dan berhubungan bermakna dengan diare balita, setelah dilakukan analisis multivariat yakni variabel pengetahuan ibu tentang diare, praktek ibu tentang pencegahan diare, pemberian ASI ekslusif, status gizi anak, jenis sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kualitas bakteri air bersih dan kondisi jamban keluarga. Variabel yang paling berisiko terhadap diare balita yakni variabel status gizi buruk mempunyai risiko untuk terjadinya diare pada balita sebesar 5,69 kali (95% CI 3,14-10,32 p = 0,000). Faktor risiko yang mempunyai variabel terbanyak berisiko terhadap diare pada balita yakni faktor risiko lingkungan ( 4 variabel yakni jenis sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kualitas bakteri air bersih dan kondisi jamban keluarga. Dari hasil tersebut diatas peneliti menyarankan untuk dilakukan evaluasi atau penelitian lebih lanjut mengenai penyuluhan dari segi metode, sasaran maupun materi yang diberikan, karena penyuluhan yang telah dilakukan belum berhasil menurunkan terjadinya diare pada balita. ...... Based on the survey in household health in 1995 (analyzed by Widodo and Gandi Kosim) under 5 mortality rate is 2.5 per 1000 BaIita, whereas in all ages it is 54 per 100,000 populations. Compared with any and all causes of mortality, diarrhea is in the second highest. In 1999, based on the results of surveillance carried out at the East Jakarta Health Service which had 10 sub districts, the mortality rate of children aged less than a year caused by diarrhea was 123.58 per 1000 children of that age group. For ages of 1-4 years it was 84.22 per 1000 children of that age group. In 1999 Duren Sawit Sub district which had 11 district government primary health center and 1 Sub district government primary health center the mortality rate of children aged less than a year was 200.13 per 1000 children of that age group, and for children aged 1-4 years it was 45.76 per 1000 children of that age group. With the current high incidence rate of children under 5 mortality, the researcher would like to carefully study about the factors related to the diarrhea in Balita in Duren Sawit Sub district. The design of this research is a case control. The observed population is Balita domiciled in Duren Sawit Sub district, East Jakarta, and the sample is the Balita who suffer from diarrhea coming to the local government primary health center in Duren Sawit Sub district, and the control is Balita immunized at the local government primary health center and Posyandu in Duren Sawit Sub district.There are 250 cases of samples and 250 controls. The data will be collected by visiting the Balita's family for interview and observation as well as measurement for variables that require confirmation to be further analyzed by using the software of EPI INFO version 6.0 and STATA version 6.0 programs. From the multivariant analysis, a variable with risks and related to the diarrhea in Balita is obtained, i.e. variable of mother's knowledge about diarrhea and its prevention, exclusive breast feeding, the child's nutritional status, clean water, the risk of water pollution, the quality of bacteria (total of coli form) of clean water, and the condition of family's toilet. The variable with highest risk in diarrhea is bad nutrition which is 5.69 times (95% Cl 3.14-10.32 p = 0,000). The risk factor with most variables in the diarrhea of Balita is the environment (4 variables, i.e. clean water, water pollution, quality of bacteria in the water, and the condition of family's toilet). From the above mentioned observation, the researcher suggests to carry out evaluation or further observation about information from the point of method, goal, as well as the material given to the population because the information which has been given does not decrease the diarrhea in Balita.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggala, Bems
Abstrak :
Masalah dalam penelitian ini adalah efektivitas LKMK di Kelurahan Duren Sawit, yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan ; mengapa LKMK Kelurahan Duren Sawit tidak berfungsi efektif ?. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah : untuk mengungkapkan dan mengetahui latar belakang LKMK di Kelurahan Duren Sawit serta fungsinya sebagai lembaga yang dapat menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat kurang efektif. Tujuan lainnya adalah untuk menentukan aspirasi dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Duren Sawit saat ini sehingga dapat diketahui korelasinya dan bagaimana bentuk kelembagaan LKMK dan struktur organisasinya yang sesuai dengan tuntutan masyarakat di Kelurahan Duren Sawit. Untuk menganalisa data yang sudah terkumpul melalui observasi, interview, studi kepustakaan , informan digunakan dengan teknik deskriptif analitis. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak efektifnya LKMK di Kelurahan Duren Sawit ada beberapa hambatan yang ditemui antara lain : Kurangnya komunikasi dengan masyarakat, kekurangan dana, lemahnya sumber daya manusia, kerabat dekat, kuatnya kontrol pemerintah, kurang melibatkan RT/RW, kelembagaan masa lalu, tempat kerja di LKMK sambilan, dan yang terakhir adanya Dewan Kelurahan. Untuk menentukan aspirasi dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Duren Sawit melalui lembaga LKMK, selain memperhatikan hambatan tersebut diatas, juga ada dua hal yang perlu diperbaharui (reaktualisasi) yaitu ; reaktualisasi peran LKMK dan reaktualisasi kedudukan LKMK. Ditinjau dari perspektif ketahanan wilayah maka ketangguhan dan keuletan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang tercermin dalam LKMK Kelurahan Duren Sawit kurang berperan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T4262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Solichien
Abstrak :
Ischialgia merupakan gejala dari penyakit yang menyerang saraf Ischiadicus dan banyak dijumpai di poliklinik Saraf RS Duren Sawit. Penyakit ini tidaklah fatal akan tetapi cukup memberikan penderitaan bagi yang menderitanya. Rasa sakit di bokong yang menjalar ke tungkai merupakan ciri khas penyakit ini,dan sering menimbulkan gangguan untuk aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan penyakit ini,umumnya hanya berupa pengobatan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, sambil menunggu regerasi saraf yang teriritasi. Kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangatlah besar, belum lagi jika dilihat dari tidak dapatnya penderita bekerja akibat sakitnya. Apalagi jika dinilai penderitaan yang diakibatkan penyakit ini sangat mengganggu dan cukup lama. Untuk itu diperlukan terobosan baru bagi penatalaksanaan penyakit ini. Operasi memang dapat menyembuhkan penyakit ini akan tetapi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi resiko komplikasi operasi dan kemungkinan relaps. Blok Saraf adalah upaya lain yang selain murah, mudah dilaksanakan dan secara cepat dapat menghilangkan nyeri yang diakibatkan penyakit ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Saraf RS Duren Sawit ini dimana penderita diberi tindakan blok saraf, selain diberi obat konservatif dibandingkan dengan pemberian obat saja ternyata tindakan blok saraf terbukti lebih cost effective untuk menyembuhkan penyakit ini. Dengan keberhasilan tindakan blok saraf untuk kasus Ischialgia,kedepan, dapat juga untuk dilakukan percobaan untuk kasus nyeri bagi penyakit lain. ...... Cost Effectiveness Analysis Symptomatic Treatment of Ischialgia Patient in Policlinic Neurology Duren Sawit Hospital, 2004Ischialgia, symptom of disease that affect Ishciadicus nerves is found in many of ,. the patient in Policlinic Neurology Duren Sawit Hospital. This disease is not categorized as a deadly one although it can give severe pain to the patient. The throbbing sensation start from, the buttock goes down to the leg is the specific character of this disease which often impair patient daily. Medical treatment is generally done by giving an anti inflammatory drug while waiting for the irritated nerves to regenerate themselves. Economic loss caused by this diseases is substantial as the patients are usually unable to do their activity due to severe pain for a quite long period of time. The new breakthrough medical treatment for these diseases is done through surgery, though the expense will not be small and the risk of complication as well as disease relapse makes this option not being preferred. Blocking the peripheral nerve is another option that has been considered as easier, cheaper and quicker in eliminating the back pain sensation. The result of this experimental study which compare the treatment of Nerve Block plus drugs with drugs treatment only have proven that The Nerve Block treatment is more cost effective than conventional treatment. With this successful finding, it is recommended to perform Nerve Blocking treatment to other cases of ischialgia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zunansyah Falanni
Abstrak :
[ABSTRAK
Perilaku ketidakpatuhan wajib pajak sudah menjadi permasalahan utama bertahun-tahun di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Permasalahan ini menimbulkan dampak yang besar untuk pembangunan di Indonesia, terutama karena pajak menjadi bagian terbesar dalam penerimaan negara. Penelitian ini dilakukan dengan melihat permasalahan ketidakpatuhan tersebut sebagai latar belakang penelitian serta mencari tahu faktor-faktor yang menentukan kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Kemudian, factor-faktor tersebut akan dibagi menjadi dua aspek; aspek karakter perusahaan dan aspek perilaku perusahaan. Selanjutnya, data berasal dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit sebagai data sekunder dan data survey yang didasarkan pada persepsi wajib pajak badan sebagai data primer. Perbedaan data penelitian akan di bawa ke dalam dua analisa utama, yaitu regresi logistic dan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan pajak tahun sebelumnya dan persepsi korupsi mempengaruhi kepatuhan wajib pajak secara signifikan, sementara faktor-faktor lainnya tidak mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Hal ini secara menyeluruh menyimpulkan bahwa semua factor-faktor kepatuhan adalah satu kesatuan yang harus dijadikan bahan pertimbangan untuk mengurangi perilaku ketidakpatuhan dari wajib pajak, dimana persepsi korupsi adalah faktor utama yang seharusnya menjadi kebijakan penting bagi pemerintah.
ABSTRACT
For years, the noncompliance behaviour of taxpayers has been the main problem in many developing countries like Indonesia. It makes a significant effect to the country?s development, since tax takes the biggest part of the government?s revenue. This study is conducted by seeing this phenomenon as a background, and it is aimed at determining the factors that are likely to have correlation with the compliance. It focuses on the corporate taxpayers behaviour, which is divided based on two aspects; the business characteristics aspect and tax attitudinal aspect. The data sources derive from the Duren Sawit STO, and survey data are based on the taxpayer perception using six-point Likert Scale. Then, it will apply two different analyses; first, the logistic regression and second, the multiple regressions.

It is shown that the previous tax income return from the taxpayers and the corruption perception influence the compliance significantly, while the other factors are mostly ignored. Overall, it implies that all factors must be brought together as a consideration to reduce noncompliance behavior with fighting corruption as the key element that should be a main policy by the government;For years, the noncompliance behaviour of taxpayers has been the main problem in many developing countries like Indonesia. It makes a significant effect to the country?s development, since tax takes the biggest part of the government?s revenue. This study is conducted by seeing this phenomenon as a background, and it is aimed at determining the factors that are likely to have correlation with the compliance. It focuses on the corporate taxpayers behaviour, which is divided based on two aspects; the business characteristics aspect and tax attitudinal aspect. The data sources derive from the Duren Sawit STO, and survey data are based on the taxpayer perception using six-point Likert Scale. Then, it will apply two different analyses; first, the logistic regression and second, the multiple regressions. It is shown that the previous tax income return from the taxpayers and the corruption perception influence the compliance significantly, while the other factors are mostly ignored. Overall, it implies that all factors must be brought together as a consideration to reduce noncompliance behavior with fighting corruption as the key element that should be a main policy by the government;For years, the noncompliance behaviour of taxpayers has been the main problem in many developing countries like Indonesia. It makes a significant effect to the country?s development, since tax takes the biggest part of the government?s revenue. This study is conducted by seeing this phenomenon as a background, and it is aimed at determining the factors that are likely to have correlation with the compliance. It focuses on the corporate taxpayers behaviour, which is divided based on two aspects; the business characteristics aspect and tax attitudinal aspect. The data sources derive from the Duren Sawit STO, and survey data are based on the taxpayer perception using six-point Likert Scale. Then, it will apply two different analyses; first, the logistic regression and second, the multiple regressions. It is shown that the previous tax income return from the taxpayers and the corruption perception influence the compliance significantly, while the other factors are mostly ignored. Overall, it implies that all factors must be brought together as a consideration to reduce noncompliance behavior with fighting corruption as the key element that should be a main policy by the government.;For years, the noncompliance behaviour of taxpayers has been the main problem in many developing countries like Indonesia. It makes a significant effect to the country?s development, since tax takes the biggest part of the government?s revenue. This study is conducted by seeing this phenomenon as a background, and it is aimed at determining the factors that are likely to have correlation with the compliance. It focuses on the corporate taxpayers behaviour, which is divided based on two aspects; the business characteristics aspect and tax attitudinal aspect. The data sources derive from the Duren Sawit STO, and survey data are based on the taxpayer perception using six-point Likert Scale. Then, it will apply two different analyses; first, the logistic regression and second, the multiple regressions. It is shown that the previous tax income return from the taxpayers and the corruption perception influence the compliance significantly, while the other factors are mostly ignored. Overall, it implies that all factors must be brought together as a consideration to reduce noncompliance behavior with fighting corruption as the key element that should be a main policy by the government, For years, the noncompliance behaviour of taxpayers has been the main problem in many developing countries like Indonesia. It makes a significant effect to the country?s development, since tax takes the biggest part of the government?s revenue. This study is conducted by seeing this phenomenon as a background, and it is aimed at determining the factors that are likely to have correlation with the compliance. It focuses on the corporate taxpayers behaviour, which is divided based on two aspects; the business characteristics aspect and tax attitudinal aspect. The data sources derive from the Duren Sawit STO, and survey data are based on the taxpayer perception using six-point Likert Scale. Then, it will apply two different analyses; first, the logistic regression and second, the multiple regressions. It is shown that the previous tax income return from the taxpayers and the corruption perception influence the compliance significantly, while the other factors are mostly ignored. Overall, it implies that all factors must be brought together as a consideration to reduce noncompliance behavior with fighting corruption as the key element that should be a main policy by the government]
2015
T45045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah. Pengelolaan penyakit diabetes ini dilaksanakan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan salah satunya adalah apotek. Kegiatan pelayanan farmasi klinik di apotek salah satunya adalah pengkajian dan pelayanan resep. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis kajian resep pengobatan diabetes melitus di Apotek Kimia Farma No. 147 Duren Sawit periode Februari 2023. Analisis resep dilakukan dengan cara memilih dua resep terkait diabetes yang kemudian dilakukan pengkajian berdasarkan aspek administratif, farmasetika, dan klinis. Hasil menunjukkan pada kedua resep terdapat beberapa informasi administratif yang tidak tercantum pada resep. Kajian kesesuaian farmasetik pada kedua resep menunjukkan tidak terdapat masalah pada stabilitas dan kompatibilitas. Kajian pertimbangan klinis pada kedua menunjukkan ketepatan indikasi, dosis, cara dan lama penggunaan obat yang sudah sesuai. Kesimpulannya adalah secara umum kedua resep tersebut sudah memenuhi aspek kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis, tetapi belum memenuhi aspek administratif. ......Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disease characterized by increased blood glucose levels. Management of diabetes is carried out in every health care facility, one of which is a pharmacy. One of the activities of clinical pharmacy services in pharmacies is the assessment and service of prescriptions. The purpose of this special assignment was to analyze a review of diabetes mellitus medical prescriptions at Apotek Kimia Farma No. 147 Duren Sawit for the period of February 2023. Prescription analysis was done by selecting two diabetes-related prescriptions, which were then assessed based on administrative, pharmaceutical, and clinical aspects. The results showed that both prescriptions contained some administrative information that was not included in the prescriptions. Pharmaceutical suitability studies on both prescriptions showed no problems with stability and compatibility. The study of clinical considerations on both showed the appropriate indications, dosage, method, and duration of drug use. The conclusion is that, in general, the two recipes have fulfilled the aspects of pharmaceutical suitability and clinical considerations but not the administrative aspects.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
Abstrak :
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di puskesmas dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi. Untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan kebutuhan maka, dilakukan evaluasi terhadap perencanaan. Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan menjaga ketersediaan obat di puskesmas. Analisis kombinasi ABC – VEN adalah salah satu metode evaluasi perencanaan yang biasanya digunakan. Dalam menangani hipertensi, Puskesmas Kecamatan Duren Sawit menggunakan 18 jenis obat antihipertensi dari 5 golongan obat yang berbeda. Berdasarkan analisis ABC-VEN, terdapat sembilan jenis obat yang tergolong kedalam kategori VC, seperti Hidroklorotiazid tab 25 mg; Bisoprolol 2,5 mg; dan Ramipril tab 10 mg. Obat dengan kategori EC terdiri dari Bisoprolol 1,25 mg dan 5 mg; Lisinopril tab 10 mg dan Lisinopril dihidrat 5 mg. Obat dengan kategori NC terdiri dari dua jenis obat yaitu, Valsartan tab 160 mg dan 80 mg. Obat yang tergolong kedalam kategori VB, EA, dan EB adalah Furosemid tab 40 mg, Amlodipin tab 5 mg, dan Amlodipin tab 10 mg. Tidak ada satupun obat yang tergolong kedalam kategori VA, NA, dan NB. Apabila dana yang dimiliki jumlahnya terbatas, obat yang menjadi prioritas utama untuk dihilangkan adalah obat dengan kategori NA, NB, dan NC. Kategori selanjutnya yang harus dikurangkan adalah EA, EB, dan EC. Apabila dana masih belum juga mencukupi, kategori VA, VB, dan VC menjadi pilihan terakhir untuk dikurangi. ...... The planning of pharmaceutical and disposable medical supplies (BMHP) needs at the community health center is carried out by pharmacists or pharmacy technical personnel (TTK) who manage the pharmacy area. To assess the alignment between planning and needs, an evaluation of the planning is conducted. Effective drug planning can prevent shortages or excess stock of drugs and maintain their availability at the health center. The combination analysis of ABC - VEN is one of the evaluation methods commonly used in planning. In dealing with hypertension, the Duren Sawit Sub-District Community Health Center uses 18 types of antihypertensive drugs from 5 different drug classes. Based on the ABC-VEN analysis, there are nine types of drugs categorized as VC, such as Hydrochlorothiazide tab 25 mg; Bisoprolol 2.5 mg; and Ramipril tab 10 mg. Drugs categorized as EC include Bisoprolol 1.25 mg and 5 mg; Lisinopril tab 10 mg and Lisinopril dihydrate 5 mg. Drugs categorized as NC consist of two types: Valsartan tab 160 mg and 80 mg. Drugs categorized as VB, EA, and EB are Furosemide tab 40 mg, Amlodipine tab 5 mg, and Amlodipine tab 10 mg. There are no drugs categorized as VA, NA, and NB. If the available funds are limited, the top priority drugs to be eliminated are those in categories NA, NB, and NC. The next categories to be reduced are EA, EB, and EC. If the funds are still insufficient, categories VA, VB, and VC become the last options for reduction.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henni Septa
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pentingnya Ruang Terbuka Hijau RTH bagi masyarakat kota sehingga keberadaannya perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Masalah di beberapa kota besar di Indonesia seperti DKI Jakarta, ketersediaan RTH sangat minim dikarenakan banyak terjadi konversi lahan terbuka menjadi lahan terbangun guna memenuhi kebutuhan penduduk. RTH di DKI Jakarta sampai dengan akhir 2015 tercatat hanya 9,98 dari 30 yang seharusnya disediakan menurut UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Salah satu upaya untuk meningkatkan luasan RTH dengan membangun RTH publik di kawasan Kanal Banjir Timur Kec. Duren Sawit Jakarta Timur. Selain meningkatkan luasan RTH, RTH publik tersebut memberikan manfaat secara ekologis, ekonomi, estetika dan sosial bagi masyarakat. Sedangkan ditinjau dari kriteria ruang publik menurut Stephen Carr 1992 yaitu responsive, democratif dan meaningfull menunjukan kualitas RTH tersebut baik sebagai ruang publik menurut masyarakat. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kawasan sempadan sungai/kanal berpotensi dibangun sebagai RTH publik yang bermanfaat bagi masyarakat. Khusus bagi DKI Jakarta, jenis RTH publik di kawasan sungai/kanal sangat berpotensi meningkatkan luasan RTH, mengingat kondisi wilayah DKI Jakarta yang dilalui oleh 13 sungai dan 2 kanal besar Barat dan Timur . Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif. ...... This thesis discusses about the importance of public Green Open Space GOS for the city so that its existence need to be considered and improved. Problems in several major cities in Indonesia such as Jakarta, the availability of GOS was limited because most of the conversion case of open space into land use to meet the needs of the population. Until the end of 2015, there were only 9.98 GOS in Jakarta of 30 should be provided according to Law No. 26 Year 2007 on spatial planning regulation. One of the way to increase availability of GOS by build the public GOS on the East Flood Canal area in Duren Sawit sub district East Jakarta. In addition to increasing the GOS area, the public GOS provides ecological, economic, aesthetic, and social benefit for the community. Based on criteria of public space by Stephen Carr 1992 which is responsive, democratif and meaningfull, showing the quality of the GOS as a public space are good according to community. Therefore, based on the research, it can be concluded that the border river canal area could potentially be built as a public GOS that give benefit for people. Especially for Jakarta, the type of public GOS in the area of the river canal is potentially increase the green space area, considering the conditions of Jakarta area crossed by 13 rivers and two large canals West and East. This study used a descriptive approach with mixed methods are qualitative and quantitative.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>