Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Dameria F.
Abstrak :
The environmental issue has been the major issue in the world nowadays. This issue also has encourage many big cities around the world to implement the green cities concept in their city development, to reach the minimal standard 30% green open space of the city?s area, that has been settled on the Earth Conference at Johannesburg in 2002. In Jakarta, as an effort to reach the minimal 13,94% standard that has been settled in the Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010 (RTRW 2010), the local government especially Dinas Pertamanan DKI Jakarta are trying to rearrange the use of the land that has been improperly used by people. One of the refunction is on Taman Ayodia, which is well known by the name Pasar Barito. There has been resistance made by the small merchants (PKL) in Pasar Barito regarding the ondemnation process. Due to that reason, the research questions in this research are: how was the implementation process seen from Edward III?s and Grindle?s conceptions about the dimensions of a policy implementation and which dimension that is dominant in the policy implementation process? The research method that the researcher uses in this research is positivist approach which is helped by qualitative data technique. The type of this research is descriptive research. In collecting data, researcher uses in depth interviews, observation, and documentation. Qualitative data is the most important data which is supported by literature studies from books, journal, etc. The result from this research is that the implementation of green open space refunction in Taman Ayodia has been done but still it has lack of perfection due to the resistance that the small merchants (PKL) made within the condemnation process. The imperfection came from the lack of communication and lack of interests affected from the implementers that the small merchants refer to an improper relocation place and there is no access for the citizen to participate in the decision making of the policy. The suggestion that has been made to Dinas Pertamanan was to enhance the communication within the organization and enhance the coordination to make the socialization of the program heard and understood by the interests affected clearly. So that in the future a successful policy implementation can be achieved.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ova Candra Dewi
Abstrak :
Abstrak
Nowadays the green open spaces are becoming more difficult to find,especially in urban areas. Malls and other physical buildings tend to dominatepublic options for recreation. Thispaper describes the community engagement program in developing community parkin Bogor Regency that has been done within July-December 2016, which wasinitiated by American Red Cross in Indonesia. Implemented together withIndonesian Red Cross and Universitas Indonesia, the program highlighted thenecessity of community park revitalization as nature-based infrastructure thatalso functioned as refugee point when disaster occurs. The Charrette was usedas the method to collect information from the community and to make surebottom-up approach was applied. This way, the community park can be revitalizedbased on the needs of thecommunity. This paper accesses the process of green open spaces revitalizationin the 4 selected locations in Bogor Regency. It observes the sustainabilitypotentials based on the preconditions in each locations. In general, theprocesses show that community engagement in terms of enthusiasm, willingness tocontribute voluntary and financial capital highly influence the sustainabilityof the green open space. Based on the assessment, one of the four green openspaces hold the highest sustainability potential.
Depok: Directorate of research and community engagement Universitas Indonesia, 2017
300 AJCE 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Purnawansani
Abstrak :
Dalam Perda No.6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, sasaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada tahun 2010 adalah sebesar 13,94% dari total luas wilayah DKI Jakarta atau setara dengan 9.544 hektar (ha). Namun keberadaan Ruang Terbuka Hijau saat ini sangat rentan terhadap perubahan status dan konversi lahan untuk kepentingan yang lebih ekonomis. Oleh karena itu perlu dilakukan Evaluasi kebijakan Pengelolaan RTH, agar diketahui pengelolaan RTH dan penerapannya dalam pencapaian target sebesar 13,94%? Selain itu juga dilihat bagaimana upaya setiap sektor didalam pengadaan lahan terkait dengan target RTH tersebut. Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian tersebut, saya menggunakan pendekatan evaluasi formal. Evaluasi formal dalam penelitian ini berarti penelitian yang dilakukan dengan tujuan, sasaran dan informasi lain yang tertera dalam dokumen resmi atau formal, yang kemudian digunakan sebagai pembanding dengan kenyataan dilapangan. Pada pendekatan evaluasi formal, evaluasi dilakukan dengan menilai tercapai atau tidakrtya tujuan maupun sasaran yang telah dicantumkan secara formal dalam dokumen resmi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Fokus kerja setiap lembaga dalam rangka pencapaian target RTH sangat lemah, selain itu setiap sektor kecuali Dinas Pertamanan tidak membekali atau dibekali oleh panduan yang jelas dalam rangka pencapaian target luasan RTH. Hal ini berdampak tidak efektifnya kinerja setiap sektor dalam upayanya memenuhi kebutuhan pengadaan lahan untuk penambahan luasan RTH sebanyak 13,94% sampai 2010 sesuai dengan Perda No. 6 Tahun 1999. Selain itu juga diketahui bahwa dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir pengadaan lahan untuk RTH bertambah sebesar 273.09 ha atau setara dengan 0.41 % dari total luas DKI Jakarta yang 66.152 ha.
In Perda No.6 Year 1999 concerning Regional Plan of DKI Jakarta 2010, Green Open Space (RTH) target in the year 2010 is equal to 13,94% from totalizing wide of region of DKI Jakarta or equivalent by 9.544 hectare (ha). But existence of Green Open Space in this lime very rentan to change of farm conversion and status to more economic importance. Therefore require to be conducted by Evaluation policy of Management of Green Open Space (RTH), it's to be known the management of Green Open Space and applying of in attainment of goals equal to 13,94%? Besides that is also seen how effort each every sector in levying of farm related to goals of Green Open Space. To be able to answer question of the research, I use approach of formal evaluation by William dunn. Formal evaluation in this research meaning conducted research with a purpose to, other information and target which as described in formal or formal document, which is later; then used as a comparator with fact of field. With this approach of formal evaluation, evaluation conducted is by judging reached or him do not the target and target which have been mentioned formally in formal document. Pursuant to research result known that Focus work each every sector for the agenda of attainment of goals of Green Open Space (RTH) is very weak, except Sector of Gardening (Divas Pertamanan) is supplied by clear guidance for the agenda of attainment of goals of Green Open Space (RTH). This matter affect not effective of performance him each; every sector. in the effort him fulfill requirement of levying of farm to addition of target Green Open Space (RTH) counted 13,94% until 2010 as according to Perda No. 6 Year 1999. Besides that is also known that in range of time the last six year levying of farm for Green Open Space (RTH) to increase equal to 273.09 ha or equivalent by 0.41 % from totalizing wide of DKI Jakarta which is 66.152 ha.
2007
T20718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Asiani
Abstrak :
ABSTRAK
Pesatnya pembangunan di Kota Bogor telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan seperti perubahan fungsi lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Hal ini berdampak pada perubahan iklim mikro terutama peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban udara.Ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bogor sejak tahun 1994-2004 telah mengalami perubahan seluas 940 ha, akibat pengalih fungsian RTH menjadi kawasan permukiman, perdagangan, industri, perkantoran, dan jalan. Padahal dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus dialokasikan RTH yang memadai sebagai dasar bagi pengembangan kota yang produktif, nyaman, aman dan berkelanjutan. RTH dapat menanggulangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas kota yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk. Bagi sebagian masyarakat, RTH merupakan ruang publik yang sangat diperlukan sebagai tempat interaksi. Penurunan kualitas lingkungan dapat menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan tingkat kesehatan, dan tingkat harapan hidup masyarakat, serta menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak. Selain itu juga meningkatkan tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan. Hal ini menuntut perhatian dari berbagai pihak dalam pengelolaan RTH agar dapat berfungsi secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kondisi RTH di kebun raya, lapangan olah raga, taman, dan perumahan yang berpengaruh pada iklim rnikro terutama suhu dan kelembaban udara; (2) Menghitung indeks kenyamanan di kebun raya, lapangan olah raga, taman, dan perumahan yang berpengaruh pada kesehatan penduduk; (3) Menganalisis dampak jumlah dan keanekaragaman jenis tanaman yang terdapat di RTH pada iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara; (4) Menganalisis upaya pengelolaan RTH yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi RTH dalam memperbaiki iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2006. Lokasi penelitian pada RTH di Kota Bogor, diwakili oleli Kebun Raya Bogor, Lapangan Olah Raga Pajajaran, Taman Topi, dan Perumahan Bumi Cimahpar Asri dengan kategori RTH berturut-turut sangat baik, baik, sedang, dan jelek. Alat yang digunakan adalah termometer (bola kering dan bola basah). Parameter yang diukur adalah suhu (°C) dan kelembaban udara (%) serta jumlah dan jenis tanaman. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Guna rnelihat apakah terdapat hubungan antara kondisi RTH dengan suhu dan kelembaban udara digunakan metode statistik, yaitu uji F dan analisis regresi yang mempunyai bentuk umum sebagai berikut: Y=a+b1X1+b2X2 +?.+bnXn. Dari data suhu udara dan kelembaban udara dihitung Temperature Humidity lndeks (THI) yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu lokasi dengan rumus : THE = T - 0,55 (1 - RH)(T-14). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kebun Raya Bogor dengan kondisi RTH sangat baik mempunyai suhu udara Iebih rendah dan kelembaban lebih tinggi dibandingkan lokasi lain. Suhu udara di Kebun Raya Bogor, Lapangan Olah Raga Pajajaran, Taman Topi, dan Perrnukiman Bumi Cimahpar Asri berturut-turut 25,7°C, 27,8'j C, 27,3°C, dan 27,9°C Kelembaban udara berturut-turut 82,64%, 79,47%, 80,74%, dan 75%. Jumlah tanaman berturut-turut 13.865 tanaman, 116 tanaman, 83 tanaman, dan 37 tanaman dengan kerapatan berturut-turut 159 tanaman/ha, 23 tanamanlha, 42 tanamanlha, dan 8 tanaman/ha. Berdasarkan analisis regresi maka persamaan penelitian ini adalah Y1=28,710-0,601 X dan Y2 =74,052 + 2,164 X. Berdasarkan Uji T, kondisi RTH berpengaruh nyata pada suhu udara tetapi tidak berpengaruh nyata pada kelembaban udara. Hal ini berarti bahwa kondisi RTH berpengaruh pada iklim mikro. THI di Kebun Raya Bogor adalah 24,6 termasuk kategori kenyamanan sedang. Lapangan Olah Raga Pajajaran, Taman Topi, dan Perurnahan Bumi Cimahpar Asri berturut-turut 26,2, 25,9, dan 26,0 termasuk kategori tidak nyaman. Penduduk Kota Bogor dan sekitamya menganggap bahwa Kota Bogor dengan udara yang sejuk merupakan salah satu tempat tinggal yang nyaman.Pengelolaan RTH di Kota Bogor yang meliputi perencanaan, penanaman dan pemeliharaan masih perlu ditingkatkan kecuali di Kebun Raya Bogor. Pengelolaan RTH di lokasi pengamatan dilakukan oleh LIPI, Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, developer (swasta), dan masyarakat dengan harapan suhu udara di sekitar RTH menjadi sejuk, segar, dan nyaman. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Berdasarkan Uji T menunjukkan bahwa kondisi RTH berpengaruh positif terhadap suhu, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kelembaban udara. Berarti kondisi RTH berpengaruh positif terhadap iklim mikro; (2) THI di Kota Bogor pada umumnya dalam kondisi tidak nyaman, kecuali di Kebun Raya Bogor yang memiliki indeks kenyamanan kategori sedang; (3) Semakin banyak jumlah dan jenis tanaman yang terdapat di RTH Kota Bogor, maka semakin meningkatkan kemampuan RTH dalam menanggulangi permasalahan lingkungan seperti iklim mikro terutama suhu udara maupun kelembaban udara. RTH dengan kondisi sangat baik dapat menurunkan suhu udara sekitar 5,86% dan meningkatkan kelembaban udara sekitar 4%.; (4) Pengelolaan RTH di Kota Bogor yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi RTH dan kualitas lingkungan melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
ABSTRACT
The rapid development in Bogor City has caused environmental degradation such as conversion of green open space into developed area leading to effect the micro climate. The green open space in Bogor City has reduced 940 hectares from 1994 to 2004 as a result of green open space conversion into settlement area, commercial area, industrial area as well as road infrastructure. In the development of spatial planning as stated in the regional spatial planning (RTRW) that green open space should be allocated as a basis for city development in regards to create productivity, comfort ability, security, and sustainability. The green open space has various functions such as preventing environmental problems, caused by city activities due to population growth. For some people, green open space is a public space needed for social interactions. Reduction in environmental quality will decrease public productivities, health and life expectancy and child intelligent. It will increase crime activities and social conflicts among city residents. Therefore, it needed our attention in green open space management to achieve optimal results. The objectives of the study are (1) To analyze the influence of green open space in the botanical garden, sport center, parks, and resident to the micro climate especially air temperature and humidity; (2) To measure a comfortable index in the botanical garden, sport center, park, and residence which affect people health ; (3) To analyze the effect of the amount and biodiversity particularly species of vegetation to the micro climate especially air temperature and humidity; (4) To analyze the effort of management in increasing the green open space function in improving the micro climate especially air temperature and humidity. Field study was conducted in Bogor Botanical Garden, Pajajaran Sport Center, Topi Park, and Bumi Ciinahpar Asri Residence green open spaces in July and August 2006. The sites selection was based on assumption of the green open space condition. The parameters measured are temperature (°C) and humidity (%) using dry and wet ball thermometer, amount and species of vegetation. Statistical method is used to analyze the relationship between green open space condition, temperature and humidity, which is the statistical F test and regression analysis: Y=a1+b1X1+b2X2+ +bnXn. Temperature Humidity Index was calculated base on temperature and humidity data to show level of the comfortable area using the formula THI=T-0.55(1-RH)(T-14). The result of the study shows that excellent green open space in the botanical garden has lower air temperature and higher air humidity compare to the other locations. The temperature in the Bogor Botanical Garden, Pajajaran Sport Center, Topi Park, and Bumi Cimahpar Asri Residence is 25.7°C, 27.8°C, 27.3°C, and 27.9°C respectively. The air humidity is 82.64%, 79.47%, 80.74%, and 75% respectively. The amount of plant is 13,865 plants, 116 plants, 83 plants, and 73 plants respectively. The plant density is 159 plants/ha, 23 plants/ha, 42 plantslha, and 8 plants/ha respectively. Based on the regression analysis Y1=28.710-0.601X dan Y2=74.052+2.164X. According to T-test, the green open space significantly effect the air temperature, however it does not significantly effect the air humidity. It means that the green open space effect the micro climate. Temperature Humidity Index (THI) in the Bogor Botanical Garden is 24.6. it means moderately comfortable. The Pajajaran Sport Center, Topi Park and Bumi Cimahpar Asri Residence is 26.2, 25.9, and 26.0 respectively is not comfortable. The population in Bogor City and it surrounding considered that weather in Bogor City is one of the criteria of comfortable residence. The management of the green open space in Boor City include planning, planting, and maintenance need improve except in the Bogor Botanical Garden. The maintenance of the green open space in the study locations are conducted by central government (LIPI), Bogor City Goverment, private, and community hoping that air temperature surrounding the green open space become fresh and comfortable. The conclusions of the study are: (1) T-test shows that the green open space condition significant affect the air temperature, however it does not significantly effect the air humidity. It means that the green open space positively effect the micro climate; (2) THI in Bogor City in general is not comfortable, except in the Bogor Botanical Garden. It has moderately THI; (3) Amount and species of plant in the green open space of Bogor City is able to improve the capability of green open space to change the micro climate, especially air temperature and humidity. The excellent green open space is able to decrease air temperature above 5.86% and to air humidity above 4%; (4) Management of the green open space in Bogor City is conducted by the government, private, and community to optimize the green open space function in improving the environmental quality in the city, especially in creating comfortable air temperature.
2007
T20478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardelia Mandasari
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena ketertarikan manusia terhadap makhluk hidup lain dan alam menjadi prinsip dasar desain yang lebih natural populer disebut dengan desain biofilik. Salah satu jenis properti yang diklaim merupakan desain biofilik oleh pengembang adalah condovilla. Condovilla adalah hunian bertingkat rendah dengan kombinasi antara kemewahan kondominium dan keasrian lingkungan sebuah villa. Penelitian ini: 1) Mengevaluasi apakah condovilla termasuk ke dalam kategori desain biofilik; 2) Mencari tahu seberapa besar pengaruh kecenderungan pribadi untuk dekat dengan alam (biofilia) mempengaruhi keputusan pembelian condovilla; 3) Mengevaluasi peran biofilia di antara faktorfaktor penentu keputusan pembelian properti hunian, 4) Melihat keterkaitan biofilia dengan pembelian unit condovilla, dan 5) Membandingkan margin antara condovilla dan apartemen konvensional. Menggunakan metode campuran dengan strategi eksplanatoris sekuensial, penelitian ini menemukan bahwa: 1) Condovilla adalah salah satu properti yang menerapkan beberapa kategori desain biofilik; 2) Tingkat biofilia seseorang berpengaruh dalam keputusan pembelian dan; 3) Biofilia merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi keputusan pembelian condovilla karena ada faktor lainnya seperti harga, lokasi dan fisik bangunan; 4) Adanya keterkaitan biofilia dengan pemilihan unit dan harga unit; dan 5) Adanya harga premium untuk konsumen yang ingin mendapatkan fasilitas ruang terbuka hijau.
ABSTRACT
The phenomenon of human interest towards other living organism and nature becomes the basic principles of more natural design popularly known as biophilic design. One of the property types claimed as biophilic design by the developer is condovilla. Condovilla is a low-rise residential that combines the luxury of a condo and the beauty of the environment of a villa. This study aimed at: 1) Evaluating whether condovilla falls into the category biophilic design; 2) Seeking on how much is personal tendency to be close to nature (biophilia) influences the buying decisions for a condovilla; 3) Evaluating the position of biophilia factor among the other factors of decisions on purchasing residential property; 4) Looking at the linkages of biophilia with the purchase of condovilla units; and 5) Comparing the margins between condovilla and conventional apartments. Using mixed method with sequential explanatory strategy, the research found that: 1) Condovilla is one of the residential properties applying some biophilic design patterns; 2) The level of biophilia does influence the purchasing decision; 3) Biophilia is a supporting factor affecting condovilla purchasing decisions because there are other factors such as price, location and physical building; 4) There is relation between biophilia with unit selection and unit price; and 5) There is premium price for consumers who want to get green open space facility.
2017
T47888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandes Punjung Winanti
Abstrak :
Urban agriculture merupakan konsep pertanian yang dilakukan diruang kota. Terkait pemanfaatanya diruang kotadengan faktor keterbatasan lahan, Ruang Terbuka Hijau menjadi salah satu pilihan lokasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat kota, salah satunya komunitas kebun. Skripsi ini akan membahas mengenai aktivitas komunitas kota memanfaatkan ruang terbuka hijau untuk berkegiatan urban agriculture terkait pembentukan ruangnya. Penulisan ini menggunakan metode desktiptif berdasarkan studi literature dan pengumpulan data baik dari pengamatan lapangan dan data sekunder. Kajian literatur dipelajari dan digunakan sebagai dasar saat melakukan survey lapangan, untuk kemudian dianalisis terhadap ruang aktivitas komunitas berkebun di Kota Jakarta. Dapat disimpulkan terdapat empat tahapan yang diperlukan dalam proses pembentukan ruang aktivitas komunitas berkebun terkait pemanfaatan ruang kota, yaitu (1)pembentukan form komunitas di ruang kota; (2)pengkondisian keamanan bagi lingkungan berkebun; (3)penetapan lokasi kebun komunitas dengan memperhatikan elemen pendukung ruang berkebun dan akses (4)penambahan elemen pendukung aktivitas.
Urban agriculture is a concept of agriculture conducted in the urban space. Open space is one of the locations utilized by the community based urban agriculture. This paper will discuss the activities of the community based urban agriculture which takes advantage of green open space for doing their activities related to the formation of urban agriculture. By using descriptive writing method through literature studies and direct observation. The literature is used as a basis for field survey and analysis on the case studies of community based urban agriculture activity in South Jakarta. As a result, there are four stage of forming activities space for community based urban agriculture related to the utilization of urban space, which is (1)establishment of a community form ; (2)conditioning garden space from environtmental security; (3)setting the land for location of the community based urban agriculture activities based on the beneficial elements of gardening space and the access of the land use; (4)adding the supporting elements activity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanthi Wahyu Kusumaningrum
Abstrak :
Pembangunan sarana dan infrastruktur di Kota Malang mengakibatkan terjadinya konversi ruang terbuka hijau (RTH) menjadi lahan terbangun. Pembangunan ini menimbulkan fenomena urban heat island (UHI). Adanya fenomena UHI menyebabkan suhu udara semakin meningkat. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pengembangan RTH. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi RTH eksisting di Kota Malang, mengidentifikasi wilayah dengan UHI di Kota Malang dan menentukan wilayah pengembangan RTH di Kota Malang. Identifikasi RTH eksisting berbasis data tutupan lahan dihasilkan melalui digitasi pada aplikasi Google Earth sedangkan identifikasi UHI dihasilkan dari analisis suhu permukaan darat (land surface temperature). Hasil menunjukkan bahwa luas RTH Kota Malang secara keseluruhan sebesar 4.214 hektar terdiri dari RTH privat seluas 3635 hektar (34%) dan RTH publik seluas 579 hektar (5%). Hasil analisis RTH eksisting menunjukkan bahwa RTH privat sudah memenuhi ketentuan yaitu melebihi 10%, sedangkan RTH publik masih perlu penambahan karena masih dibawah ketentuan yaitu 20%. Sementara fenomena UHI di Kota Malang sudah mencakup 59% dari luas Kota Malang yaitu seluas 6421 hektar. Pengembangan RTH publik difokuskan pada kelurahan-kelurahan yang masih memiliki RTH privat cukup luas karena salah satu cara pengembangan RTH yang dapat dilakukan adalah mengonversi lahan RTH privat menjadi RTH publik. Pengembangan RTH publik diprioritaskan pada kelurahan-kelurahan yang memiliki kelas suhu paling tinggi yaitu lebih dari 32°C. Dengan mempertimbangkan kriteria tersebut, terdapat 30 kelurahan yang dapat dilakukan pengembangan RTH dan disusun menjadi tiga kelompok prioritas menjadi prioritas 1 meliputi 4 kelurahan, prioritas 2 meliputi 14 kelurahan dan prioritas 3 meliputi 12 kelurahan ......The development of facilities and infrastructure in Malang are trigerring the conversion of green open space (GOS) into built-up land. The development causes the urban heat island phenomenon (UHI). The existence of the UHI phenomenon causes the air temperature to increase. Therefore, to overcome the increase in environmental temperature it is necessary to develop green open space. This study aims to identify existing green open spaces in Malang City, identify areas with UHI in Malang City and determine areas for the developing of green open spaces in Malang City. Identifying existing green open space based on the data from land use analysis obtained from digitizing on Google Earth. Meanwhile, the identification of UHI is generated from analysis of land surface temperature. The result shows that the total area of green open space in Malang City is 4214 hectares, consisting of private green open space covering 3635 hectares (34%) and public green open space covering 579 hectares (5%). The analysis of existing green open space, it shows that private green open space has met the requirements, which is more than 10%, while public green open space is still below the stipulation of 20%. Meanwhile, the UHI phenomenon in Malang City already covers 59% of the area of Malang City. The development of public green open space is focused on villages with relatively large private green open spaces because one way to develop green open spaces that can be done is to convert private green open spaces into public green open spaces. The development of public green open space is focused on villages with a high temperature of more than 32°C. By considering these criteria, 30 urban village can be developed with green open space and arranged into three priority groups to become priority 1 covering 4 villages, priority 2 covering 14 villages and priority 3 covering 12 villages.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setiowati
Abstrak :
Pertambahan penduduk dan pembangunan yang pesat di Jakarta menyebabkan berkurangnya jumlah RTH di perkotaan. RTH adalah elemen keberlanjutan sebuah kawasan perkotaan. Tujuan dari penelitian ini menganalisis luas dan sebaran RTH, perencanaan dan implementasi kegiatan RTH, dan pola interaksi para pihak. Dari hasil penelitian menggunakan SIG disimpulkan bahwa luasan RTH tahun 2011 sebesar 3.816,34 ha (5,84%) dan menurun sebesar 342,40 ha pada tahun 2018 menjadi 3.473,94 ha (5,31%). Penurunan luasan RTH terbesar pada zona jalur hijau sebesar 255,11 ha. Sebaran RTH menyebar di lima kota administrasi namun belum merata dengan luasan terbesar di Jakarta Timur sebesar 1.350,52 ha. Perencanaan dan implementasi kegiatan pengelolaan RTH belum memadai dikarenakan belum adanya Masterplan RTH dan faktor politis. Anggaran kegiatan pengelolaan RTH terbesar tahun 2018 dan terendah tahun 2017. Penyerapan anggaran kegiatan pengelolaan RTH terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 34,30% dan tertinggi pada tahun 2018 sebesar 93,16%. Berdasarkan analisis Actor Network Theory (ANT), aktor kunci dalam perumusan Masterplan RTH adalah Gubernur, Dinas Kehutanan, dan Bappeda. ......Population growth and rapid development in Jakarta have caused a reduction in the amount of Green Open Space (GOS) in urban areas. Open green space is an element of sustainability for an urban area. The aim of this study is to analyze the extent and distribution of GOS, planning and implementation of GOS programmes, and the interaction between the actor. The results of this study using Geographic Information System (GIS), it can be concluded that the area of GOS in 2011 was 3,816.34 ha (5,84%) and decreased 342,40 ha in 2018 to 3,473.94 ha (5.31%). The largest decrease in the area of GOS occurred in the green line zone (255.11 ha). The distributin of GOS spreads in five administrative cities, with the largest area being in the East Jakarta (1,350.52 ha). Planning and implementation for GOS management activities is inadequate because there is no GOS Masterplan and political factors. The largest budget for GOS management occurs in 2018 and the lowest in 2017.The lowest budget absorption of GOS management activities in 2014 was 34.30% and the highest in 2018 was 93.16%. Based on Actor Network Theory (ANTs) analysis, the key actors in the formulation of the GOS Masterplan are Governor, Forest Agency, and Planning Agency.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T52649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Penelitianinimenitikberatkanpadaimplementasikebijakanketentuanpenyediaanruan gterbukahijauberdasarkanpasal 29 undang-undangnomor 26 tahun 2007 tentangpenataanruang di wilayahkota Bogor.Penelitianiniadalahpenelitianyuridisnormatifyaitupenelitian yang mengacukepadanormahukum yang terdapatpadaperaturanperundang-undangan. Sedangkanmetodepenelitian yang digunakanadalahpenelitianwawancaradengantujuanuntukmemperoleh data primer melaluialatpengumpul data yaituwawancaradengan Kantor Pemerintah Kota Bogor danpenelitiankepustakaandengantujuanuntukmemperoleh data sekundermelaluialatpengumpul data yaitustudidokumen. Data dalampenelitiandiolahsecarakualitatif yang nantinyaakanmenghasilkanbentuk data berupadeskriptif-analistis yang bergunauntukmemberikan data setelitimungkintentangkeadaanataugejala yang adadananalisitisbergunauntukmenarikasas-asashukum yang terdapat di dalamhukumpositif yang berlaku di Indonesia. Berdasarkanhasildaripenelitiandapatdisimpulkanbahwaimplementasiketentuanpen yediaanruangterbukahijauberdasarkanpasal 29 undang-undangnomor 26 tahun 2007 tentangpenataanruang di Kota Bogor yang dilaksanakanolehpemerintah Kota Bogor yaitudenganadanyabeberapaPeraturan Daerah Wujuddarikoordinasipenyelenggaraanpenataanruang demi mendapatkannilai minimal proporsiruangterbukahijausebesar 30 persendari total wilayah Kota yaituberupaperencanaan, pemanfaatansertapengendalianruangkota. Hal tersebutdiwujudkandengankerjasamabaikdariPemerintah Kota, masyarakat, swasta, danbersamabadanlainnya. Dalampelaksanaanimplementasitersebut, masihterdapatbeberapakendala. Olehkarenaitupemerintahdenganmelaluibeberapa program terusberupayauntukmeningkatkankekuranganruangterbukahijaudenganberbagaistr ategi. Mengingatbahwaluas Kota yang tidakdapatbertambahluas, makapemerintahlebihmengoptimalisasikanpenyelenggaraanpenertiban, pengawasanpemanfaatanruang, evaluasi, penanganan, danperizinan yang lebihketat., This study focuses on the implementation of the provisions of the policy on green open space pursuant to Article 29 of Law No. 26 of 2007 on spatial planning in the city of Bogor. This research is a normative juridical research that refers to the legal norms contained in the legislation. While the research method used was an interview study with the aim to obtain primary data through a data collection tool that is an interview with the Office of the City Government and the research literature with the aim of obtaining secondary data through a data collection tool that studies document. The data were analyzed qualitatively in which will result in the form of descriptive-analytical data in the form that is useful to provide the data as accurately as possible about the state or existing symptoms and analysts useful to draw legal principles contained in the applicable positive law in Indonesia. Based on the results of this study concluded that the implementation of the provisions of the policy on green open space pursuant to Article 29 of Law No. 26 of 2007 on spatial planning in the city of Bogor implemented by the government, namely the presence of some Local Rule realization of the coordination of spatial planning in order to obtain the value minimum proportion of green open space by 30 percent of the total area of the city in the form of planning, utilization and control of urban space.This is realized with good cooperation from the city government, public, private, and together with other institutions. In the implementation of the implementation, there are still some obstacles. Therefore, the government through several programs continually strives to raise the shortage of green open spaces with a variety of strategies. Given that the area of the city that can’t be expanded, then the government is to optimize the control, monitoring of space utilization, evaluation, treatment, and strict licensing.]
Universitas Indonesia, 2014
S58358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Nugraha Pratama
Abstrak :
ABSTRAK Skripsi ini berusaha melihat relasi yang terjadi antara Pemerintah DKI Jakarta dengan PT Summarecon pada penggunaan Ruang Terbuka Hijau RTH dalam skema Rencana Umum Tata Ruang RUTR 1985 ndash; 2005. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penggunaan data primer dan sekunder. Temuan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa ada penyimpangan pemanfaatan lahan di kecamatan Kelapa Gading. Penyimpangan ini mengubah zona resapan air dan tadah hujan dalam RUTR 1985 ndash; 2005 menjadi kawasan pemukiman kelas menengah dan atas pada Rencana Tata ruang dan Wilayah RTRW 2010 ndash; 2030 dan kawasan sentra primer pada RTRW 2010 ndash; 2030. Penyimpangan ini terjadi atas hasil interaksi pemerintah provinsi DKI Jakarta dengan PT Summarecon. Perubahan ini memicu munculnya permasalahan di kecamatan Kelapa Gading.Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau RTH ; PT Summarecon; Pemerintah DKI Jakarta; Relasi.
ABSTRACT This thesis seeks to see the relation between DKI Jakarta government and PT Summarecon on the use of Green Open Space RTH in General Spatial Plan scheme RUTR 1985 2005. This research uses qualitative method with primary and secondary data usage. The findings in this study show that there are deviations of land use in Kelapa Gading sub district. This deviation changed the water catchment area and rainfed zones in RUTR 1985 2005 into middle and upper class residential areas in Spatial and Regional Plans RTRW 2010 2030 and primary centers in RTRW 2010 2030. These deviations occurred on the results of government interaction between the province of DKI Jakarta with PT Summarecon. This change triggered the emergence of problems in Kelapa Gading district.Keywords Green Open Space RTH PT Summarecon Government of DKI Jakarta Relation
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>