Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lamak, Maria Fransiska Uba
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devinita Ayu Nurcahyani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mardi Elfian
Abstrak :
Instalasi farmasi Rwnah Salkit adalah bagian dari rumah sakityang mengurus obat dan bahan farmasi habis pakai lain seperti reagen lab dan x-ray film. Di rumah Sakit Daerah Ciawi sudah terbentuk suatu instalasi farmasi berdasarkan SK Direktur Rumah sakit yang menetapkan struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, falsafah dan prosedur tetap pelayanan kefurmasian. Apalagi dalam menghadapi Rumab Sakit Daerah Ciawi yang bersiap menjadi BLUD RSD Ciawi. lnstalasi farmasi Rumah Sakit Daerah Ciawi dikepalai oleh seorang apoteker dihantu oleh 2 orang asisten apoteker serta beberapa tenaga umum. Di ruangan rnwat inap masalah kefurmasian dikelola oleh perawat yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Instalasi famtasi, keberadaannya dirumah sakit diatur oleh Kepmenkes nomor 1197/Menkes/SK/X/2004. dalam Kepmenkes tersebut diatur standar pelayanan furmasi dirumah sakit dari struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, visi,misi, falsafah, prosedur tetap pelayanan kefarmasian. Di Rumah Sakit Daerah Ciawi masih ditemukan pasien yang dirawal dikelas Ill yaitu peserta Jamkesmas yang tidak mendapa! obat diruangan karena ouJ of stock Kondisi seperti ini seharusnya dridak teljadi apabila standor pelayanan farmasi sudah dilaksanakan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah pelayanan instalasi farmasi di Rumah Sakit Daerah Ciawi sudah sesuai dengan Kepmenkes. Penelitian dilakakan dengan metede kualitarif dengan cara melakakan wawancara mendalam peda infonnan. Informan yang diwawanearai adalah Direktur RSD Ciawi, Wadir Pelayanan Medik, Kepala lnstalasi Farmasi, kepala Ruang Rawat inap Aster dan kepala UGD. Penilaian hasil wawancara dibandingkan dengan Kepmenkes nomor 1197/Menkes/SKIX/2004 apakah instalasi farmasi Rumah Sakit Daerah Ciawi sudah sesuai dengan standar pelayanan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.
Pharmacy Hospital installation is the part of hospital drugs managing and pharmacy materials used up like lab reagen and x-ray film. Ciawi Area Hospital have been formed a pharmacy installation pursuant to SK Director Hospital specifying organization chart, resp Implementation onsibility and duty, service procedure and philosophy remain to pharmacy. More than anything else in face of Ciawi Area Hospital standing by to become BLlJD RSD Ciawi.Pharmacy Installation of Ciawi Area Hospital headed by a apothecary assisted by 2 apothecary assistant people and also some common staff. In treatment room, the problem of pharmacy managed by showed nurse as underwriter responsibility. Pharmacy installation, its existence in hospital was arranged by Kepmenkes number 1197/Menkes/SKIXI2004. The Kepmenkes arranged pharmacy service standard at hospital organization chart, responsibility and duty, perspective, mission, philosophy, permanent pharmacy service procedure. At Ciawi Area hospital still found taken care of patient class III know as Jamkesmas participant who can not get drug at treatment room because out of stock. This Condition ought to not happen if pharmacy service standard have been executed better. The aim of this research is to evaluate if it the pharmacy installation service at Ciawi area Hospital have acoording to Kepmenkes. The Research conducted with qualitative method by circumstantial interview to informant. The informant whose interviewed are Director RSD Ciawi, vice director of medical Service, Head of Pharmacy Installation, head of treatment room of Aster and UGD head. Assessment result of Clawi Area Hospital of pharmacy installation interview compared to Kepmenkes number 1197/Menkes/SK/X/2004 have appropriate to service standard which released by health Department.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T31659
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Monica
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSPAD Gatot Soebroto bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang meliputi kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan habis pakai serta pelayanan farmasi klinis. Tugas khusus yang diberikan berjudul analisa DRP Kasus CVD SNH dan Hipertensi GR II dengan Riwayat Diabetes di Lantai 4-PU RSPAD Gatot Soebroto. Tugas khusus ini bertujuan untuk memantau masalah penggunaan obat terhadap pasien rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto.
Apothecary profession internship at RSPAD Gatot Soebroto aims to understand the duties and functions of the installation Pharmacy pharmacist in Hospital supply management activities which include pharmaceutical and health equipment consumables and clinical pharmacy services. The specific task that was given is analysis of DRP Cases CVD SNH and hypertension GR. II with a history of Diabetes on the 4th floor-PU at RSPAD Gatot Soebroto. The purpose of this specific task is to monitor the problem of drug use against inpatients at RSPAD Gatot Soebroto.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indera
Abstrak :
Penelitian menggunakan desain sequential explanatory melalui analisis kuantitatif menggunakan kuesioner Survei Farmasi dalam Budaya Keselamatan Pasien dari AHRQ dilanjutkan focus group discussion untuk merumuskan strategi dan kebijakan dalam membangun budaya keselamatan pasien di Instalasi Farmasi RS Santa Elisabeth Batam Kota.
Analisis budaya keselamatan pasien menghasilkan 4 dimensi kategori budaya sedang yang memerlukan perbaikan keselamatan pasien serta 7 dimensi kategori budaya baik yang menjadi kekuatan dalam keselamatan pasien. Pengorganisasian ketenagaan, beban kerja dan pola kerja; konseling pasien; keterbukaan komunikasi; dan respons terhadap kesalahan menjadi kelemahan budaya keselamatan pasien yang menjadi prioritas perbaikan. Tingkat pelaporan kejadian masih rendah dan harus mendapat perbaikan. ......This research uses sequential explanatory design started from quantitative analysis using questionnaire The Pharmacy Survey on Patient Safety Culture (PSOPSC) from AHRQ followed by focus group discussion to formulate strategy to build patient safety culture.
Analysis of patient safety culture resulted in 4 dimensions of moderate cultural categories that require improvement and 7 dimensions of good cultural categories that be strength of the patient safety culture. Staffing, Work Pressure and Pace; Patient counseling; Communication openness; and Response to Mistakes is weakness of the patient safety culture that become priority improvement. Level of incident reporting is still low and need improvement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Febrianti Soehardy
Abstrak :
Instatasi farmasi merupakan salah satu bagian dari rumah sakit yang menyediakan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Bagi pasien, kualitas pelayanan resep farmasi yang baik umumnya terkait dengan waktu pelayanan. Waktu pelayanan resep diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lama kerja, beban kerja. pengetahuan dan ketrampilan., shift kerja jumlah resep, jumlah item resep, jenis resep, jenis pembayaran dan kesesuaian resep dengan formularium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada waktu pelayanan resep instalasi fannasi RS Hermina Depok tahun 2010. Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi RS Hemina Depok pada bulan Desember 2010. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pengamatan, telaah dokumen dan wawancara mendalam dengan para informan yang terkait yaitu pimpinan RS dan para staf instalasi farmasi. Hasil penelitian rnemperlihatkan bahwa faktor faktor yang berpengaruh pda waktu pelayanan resep instalasi farmasi adalah lama kerja, bcban kcrja, pcngctahuan dan ketrampilan, shift kerja, jumlah resep, jenis resep dan kcsesuaian resep dengan formulariurn, sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan waktu pelayanan resep adlah jumlah item resep dan jenis pembayaran. Faktor-faktor dominan adalah beban kerja, jumlah resep dan kesesuaian resep dengan formularium. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan manajemen Rumah Sakit melakukan analisa beban kerja petugas farmasi, mengevaluasi ulang jadwal praktek Dokter di poliklinik, menganalisa faktor yang mempengaruhi ketersediaan obat serta mengkaji ulang definisi dan standar waktu pelayanan resep instalasi farmasi. Hal ini diharapkan menjadi besar bagi proses perbaikan dalam meningkatkan mutu layanan kefarmasian terutama waktu pelayanan resep. ......Pharmacy is one part of the hospital that provides products and services in the form of prescription services. For patients, quality of good phannacy prescription services generally associated with service time. Prescription service time is expected to be influenced by factors of length of work. workload, knowledge and skill, work shift, number of prescriptions, number of prescription items, type of prescription, type of payment and compliance with the formulary prescriptions. This study aims to determine the factors that affect the service time pharmacy prescription Hermina Depok Hospital on the year 20 l 0. This research was conducted in the pharmacy Hermina Depok Hospital in December 2010. Research design is a qualitative with observation, document review and in-depth interviews with informants related to the leadership of the hospital and phannacy staff. The results showed that the factors that affect pharmacy prescription service time are the length of work, workload, knowledge and skills, work shift, number of prescriptions, type of prescription and prescription compliance with formulary, while factors not related to the prescription service time are number of items presciption and type of payment. Dominant factors are workload, the number of prescriptions and prescription compliance with the formulary. Based on these result, hospital management is expected to analyze the workload of pharmacist, to re-evaluate the practice of doctors in the clinic schedule, analyze factors affecting the availability of drugs and review the definition and standards of pharmacy prescription service time. This is expected to be the basis for process improvement in enhancing the quality of pharmacy services, especially prescription service time.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T33641
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Muslikah
Abstrak :
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. IFRS RSUD Karawang kini sedang mengalami penurunan kinerja, ditandai dengan menurunnya cakupan pelayanan resep, oleh karena itu perlu dilakukan analisis kembali untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan oleh IFRS RSUD Karawang agar bisa meningkatkan kinerjanya. Perumusan strategi dilakukan dengan melakukan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap kebijakan, strategi, program serta kegiatan yang telah dilakukan oleh IFRS RSUD Karawang, melalui tiga tahap : Tahap I (Input Stage), Consensus Decision Making Group (CDMG) berjumlah 10 orang yang terdiri dari staf Direksi, Kepala Ruangan, Kepala Instalasi Penunjang Medik, Staf Medis Fungsional (SMF), Kepala IFRS, Komite Medik serta Ketua Komite Farmasi dan Terapi melakukan analisis lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki IFRS RSUD Karawang meliputi variabel organisasi, manajemen mutu, pemasaran, anggaran, sumber daya manusia, produk layanan, sarana dan prasarana yang terbagi menjadi fasilitas pendukung kegiatan berupa fisik bangunan, peralatan kantor, alat rumah tangga, alat listrik, peralatan farmasi, buku-buku perpustakaan dan barang farmasi yang pengadaannya melalui siklus logistik, serta variabel sistem/metoda/informasi. Analisis lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi FRS RSUD Karawang yang terdiri dari lingkungan jauh meliputi variabel ekonomi, demografi, sosial, politik/hukum/kebijakan umum dan kebijakan khusus berupa swadana, teknologi dan epidemiologi. Lingkungan industri meliputi variabel pemasok, lingkungan operasional meliputi variabel pesaing, penyandang dana dan pelanggan. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi ditentukan bobot dan rate dari masing-masing faktor tersebut sehingga diperoleh nilai total IFE (Internal Factor Evaluation) dan nilai total EFE (External Factor Evaluation). Tahap II (Matching Stage), untuk menentukan posisi agar memperoleh strategi CDMG menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE Matrix) dengan memperhatikan nilai total IFE dan EFE, guna mempertajam analisis dilakukan matching dengan memasukkan pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan pasar dari IFRS RSUD Karawang pada matriks Boston Consulting Group (BCG Matrix). Berdasarkan matriks IE posisi IFRS RSUD Karawang berada pada kuadran I atau pada posisi Growth and Build dengan strategi yang direkomendasikan adalah strategi intensif (market penetration, market development, product development) dan/atau strategi integratif (forward integration, backward integration, horizontal integration). Dari BCG matriks IFRS RSUD Karawang berada pada kuadran III yaitu Cash Cows dengan alternatif strategi yang direkomendasikan status quo, enchancement, penetration dan related diversification, Tahap III (Decision Stage) dengan kesepakatan CDMG menentukan alternatif strategi yang direkomendasikan oleh kedua matriks untuk dilaksanakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IFRS RSUD Karawang masih memiliki potensi pasar yang besar dengan dukungan internal yang cukup kuat walaupun pesaing cukup kompetitif dan pemasok mengadakan sedikit penekanan dengan mengurangi pasokan, hal ini terlihat dengan lambatnya pertumbuhan pasar IFRS RSUD Karawang. Sebagai saran untuk tindak lanjut maka strategi yang terpilih dikembangkan menjadi operasional dengan menjabarkannya menjadi program dan kegiatan yang bisa diterapkan (aplicable) dengan mengacu kepada konsep Balanced Scorecard yang berbasis 4 perspektif, yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya manusia, perpektif proses pelayanan, perpektif pengguna dan donor serta perspektif keuangan.
Strategic Improvement to Increase the Performance of Pharmaceutical Department of Karawang Public HospitalPharmaceutical services are an integrative part of comprehensive health care in a hospital. As a patient oriented services the main goal of this department is providing high quality drugs for patient in every financial status. Pharmaceutical Department of Karawang Public Hospital (IFRS RSUD Karawang) shows a decrease performance at this time, by the evidence of low the rate of prescription services coverage?s. So a new strategy is needed to achieve the high performance of FRS RSUD Karawang. Strategic improvement study was done by descriptive and qualitative research which was approaching by case study method regarding the policy, strategic, program, and activities which had applied at IFRS RSUD Karawang through 3 (three) stages as mention below : First Stage (Input Stage) is developing a Consensus Decision Making Group (CDMG), with ten personnel consist of Managerial Staff, Chief of Ward, Heads of Department, Medical Staff; Chairman of Medical Staff Organization, Committee on Drugs & Therapy. They analyzed the internal factor of IFRS RSUD Karawang to identify strengths and weaknesses of this department using some variables namely: organizational, quality management, marketing, budgeting, human resources, services product, information system and supporting facilities including building, office appliances, home appliances, electrical appliances, pharmaceutical equipment, references book and pharmaceutical stuff. They also analyzed the external factor of this department to identify opportunities and threats to this department which consist of far environment, industrial environment, and operational environment. Far environment are economical, demographic, social, politic, law, general policies and specific policies as self manage financial system (swadana), and technological and epidemiological variables, the industrial environment about vendor and operational environment are competitor, investor, and customer variables. Then the CDMG scoring and weighting the identified strengths, weaknesses, opportunities and threats, to get total score of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) The Second Stage (Matching Stage) is positioning the IFRS RSUD Karawang to find the most appropriate strategy should be taken, CDMG use Internal-External Matrix (IE Matrix) considering total score of IFE and EFE to determine the position of this department. To get more accurate analysis CDMG also use Matrix of Boston Consulting Group (BCG Matrix) considering the relative market share and market growth achievement by matching both matrix. Based on IE Matrix IFRS RSUD Karawang is in Growth and Build positions with the alternative strategies recommended are : intensive strategies (as market penetration, market development, product development), integrative strategies (forward integration backward integration, horizontal integration), based on BCG matrix 11-.RS RSUD Karawang is in Cash Cow position with the alternative strategies recommended are : status quo, enhancement, penetration and related diversification. The Third Stage (Decision Stage) on this stage CDMG decided to apply all alternative strategies are recommended by both matrixes. The research shows that IFRS RSUD Karawang still has a significant market potenticy and strong internal support in between a competitive atmosphere and pressure from vendor in late delivery order. As a result of all condition is slowly market growth of IFRS RSUD Karawang. The suggestion for the following step is developing the chosen strategy into specific applied program or activities by using the Balanced Scorecard method. The Balance Scorecard method is based on 4 (four) perspectives namely: learning and growth of human resources, internal business process, customer and investor and financial perspective.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Septirahmawati
Abstrak :
Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat sebaai institusi pemberi layanan kesehatan dituntut umuk gncngupayakan pemanfaatan setiap fasilitas layanan yang dimiliki secara optimal agar dapat tetap survive dalam sitiasi yang kompetitif scpcrti sekarang ini. Salah wtu fasiiitas layanan yang penting adalah apotik, selain keberadaannya Idibutuhkan untuk dapat memenuhi seluruh kcbutuhan obat pasien, bila dikelola idengn balk apotik akan menjadi salah satu sumber penghasilan bagi rumah sakit yang bersangkutan. Adanya kesenjangan jumlah resep yang dilayani instalasi Rumasi akan mempengaruhi kclancaran layanan dan sekaligus mengurangi kesempatan menambah penghasilan bagi RSUP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran talctor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan kembaii instalasi farmasi oleh pasien xawatjalan di RS Islam Jakarta Pusat lahun 2006. Penclitian ini merupakan penelitian kuamizalif dengan dcsain cross secrional. Responden dalam penelitian ini besjumlah 110 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan analisis data menggunakan nnalisis univariat dan analisis bivariat uji Chi Square. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas berpendidikan tinggi (Sekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi), bcrpcnghasilan rendah., penanggung biaya sama banyak antara pihak ketiga dan biaya scndiri, jumlah tanggungan keluarga sedikir, berpersepsi buruk terhadap harga obat, berpersepsi bali: terhadap petugas apotik, berpersepsi buruk terhadap Iokasi apotik, berpersepsi buruk terlndap infbrmasi obat, berpersepsi bumk tcrhadap mang nmggu. Sedangkan faktor~faktor yang mempunyai hubnngan yang signitikan dengan pemanfaaian kembali instalasi farmasi adalah pelsepsi biaya ohat, persepsi terhadap petugas apotik, pelsepsi infomlasi obat dan persepsi ruang tunggu. Saran yang dianjurkan dalam rangka meningkatkan mulu pelayanan adalah (l)Pasien dengan biaya sendiri dibexikan fasilitas yang lebih baik, (2) Penemuan target pelayanan, baik dajam hal kecepatan, ketepamn jumlah rcsep yang dilayani, (3) Perlu penambahan petunjuk amh apotik agar lcbih dapai dilihat oleh pasien disebabkan lokasi apotik yang berada disudut rumah saldt, (4) Perhmya pelatihan komunikasi pctugas apotik terhadap infoormasi obat yang dibelikan kepada pasien, (5) Dipcrluasnya ruang tunggu apotik, (6) Perlunya analisis harga obat oleh pihak manajemen agar dapat tetap bersaing dengan apotik sekitar.
Islamic Hospital as health service institution is claimed to attain using each service facilities which their owned optimally so it can fixed survive in the competitive situation like as today. One of the important service facilities is pharmacy, beside its existence is need to meet all drug needs of patient, if it managed as well it will become one of income source for the hospital. There is gap between total recipe which serviced by pharmacy installation will influence fluent the service and also it can decrease opportunity to enhance RSUP hospital income. Purpose ofthe study to know the feature related factors and using pharmacy installation by Pass Care Patient at Islamic Hospital (RS Islam) Central Jakarta in 2006. This study is a quantitative study using cross sectional design Total of Respondent in this study is 110 persons. Data gathering is performexi by questionnaire and data analysis using Univariate analysis and Bivariate Test Chi Square. Study results shows that majority high level education (Senior High Scholl and College), by lower income, cost insurer is identical between third party and cost itself; total of family insurance is few, bad perception to drug price, good perception to pharmacy staff; bad perception to pharmacy location, bad perception to dmg information, bad perception to waiting room. Whereas the related factors is significant by using the pharmacy installation is perception to drug expenses, perception to pharmacy stafll perception to dnxg infomation and perception to waiting room. Recommendation in effort to enhance service quality are 1 (1) Patient by hospital cost which insured itself must prominent in this service (2) Determining service target, in both in service speed case , and precisely in total recipe which serviced, (3) Manual of phannacy direction must added so it can viewed by patient, because pharmacy location in hospital comer, (4) Urgent explaining from pharmacy statT about drug which given to patient, (5) waiting room in the hospital must enlarged.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Bhaktiar Koe
Abstrak :
Pernbentukan kawasan perdagangan bebas oleh banyak negara, termasuk Indonesia, membuat pexsaingan makin ketat, termasuk induslri rumah sakit. Agar dapat bcrtahan, rumah sakit diharapkan dapat mcningkatkan pendapatan dan menekan biaya. Pendapatan lnstaiasi Farmasi RSAB HK hanya mempunyai ratio pcndapatun sebesar 28 - 29 % giari total pendapatan rumah sakit, sedangkan litcmtur menyatakan sekitar 40-50 %. Dineksi rumah sakit mengharapkan pcndapatan ditingkatkan menjadi 40 %. Dilakukan penelitian kualitatif selama 2 bulan pada bulan April dan Mei 2007 di Rumah Sakit Anak dan Bunda I-Iarapan Kita untuk mengctahui mengapa banyak resep keluar. Jumlah informan sebanyak 21 orang. Kesesuaian infonnasi didapatkan dari informan petugas Instalasi Farmasi dan petugas lain yang mcngetahui/berhubungan dengan aktivitas instalasi. Kecukupan informasi/inf`o|'man clilakukan dengan snow balling efécr. Metode pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan data/dokumen. Validitas data dijaga dcngan lriangulasi sumber, metode, dan data/analisis. Hasil penelitian menunjukkan harga obat mahal, obat tidak lengkap, dan waktu tunggu lama berhubungan dengan rendahnyn pcmanfaatan lnstalasi Farmasi RSAB HK. Peneiusuran lebih lanjut, empat faktor diatas disebabkan:
  1. Forrnularium yang out of date dan tidak ditaati;
  2. Pembayaran vendor dan petty cash yang terlambat,
  3. Kurangnya insentif untuk memotivasi pasien rnembeli opal di RS;
  4. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai yang kurang tepat;
  5. Pengelolaan dan monitoring stok kurang optimum;
  6. SIRS yang tidak dapat digunakan memonitor stok;
  7. Skedul kerja petugas tanpa pcnjadwalan scsuai beban kcrjajam sibuk.
Beberapa hal disarankan untuk mengatasi hal ini berdasarkan kemudahan melakukan, lama waktu pelaksanaan, penggunaan sumbcr daya, dan efektivitas:
  1. Koreksi hai-ga jual obat rajal scsuai aturan PPN;
  2. Mempcrccpal pembayaran vendor dan penggantian petty cash gudang farmasi;
  3. Menerapkan metode stok minimum dan maksimum pada pengelolaan persediaan;
  4. Sosialisasi peian lnstalasi Farmasi dalam memmjang aktivitas RS;
  5. Perbaikan SIRS schingga mampu mcmonitor stok dan melatih petugas menggunakan dengan benar;
  6. Mengatur jadwal masuk petugas sesuai jam sibuk;
  7. Membatalkan rencana penambahan depo ranap;
  8. Penentuan strategi harga dengan super value strategy (kualitas tinggi dan harga murah) untuk jangka pendek (misalnya 1 tahun) dan dilanjutkan dcngan high value strategy (kuaiilus tinggi dengan harga sedang) atau good value strategy (kualitas sedang harga dengan rendah) ditambah pengenaan margin lebih besar untuk obat pasien ranap kelas yang lebih linggi dan obat slow moving, serta perlakuan pembelian obat pasien rawat inap kelas 3 dan intensif sebagai pasien rawat map.

Free trade zone among countries, including Indonesia, create tight competitions in hospital industry. To survive, hospital has to increase revenues and decrease costs. As a government hospital, the ratio of pharmacy installation revenues compared to total revenues is 28 - 29 %. Some literatures indicate higher number reaching 40-50 % for industry average. The management of the hospital is targeting and demanding increased ratio to 40 %. A qualitative research was conducted in April and May 2007 at the Children and Women Hospital Harapan Kita to detemtine why many prescriptions failed to be used inside and were outside. 21 persons were used as informants. Informations appropriateness was got by using employees of Instalation and other persons who knew lnstalation activity. Snow balling effect in deciding the adequacy of the informants and information was used. Information and data collection was conducted using interviews, observation, and documents/data study. Triangulation of sources, methods and data/analysis were used to maintain the validity of data. The results of the study show that high price ofthe drugs/medicines, unavailability of some arrays of the medicines, and long queues are the prominent causes of internal prescription leakage. Further investigation reveal above problems were caused by:
  1. Outdated formularium;
  2. Dcllaycd payment lo vendor and reimbursement of the petty cash;
  3. Not enough incentives to motivate patient to buy inside;
  4. In-appropriate application of value added tax;
  5. Not optimized inventory management;
  6. Hospital Information system is unable to monitored drugs stocks;
  7. Evenly distributed staffs allocation, without considering the needs to assign more people at busy hours.
Seven issues are suggested to solve the problems based on feasibility, effcetivity, duration of the afford, and usages of the resources:
  1. Price correction due to in-appropriate of value added tax;
  2. Expedite faster payment to vendors, and expedite reimbursement petty cash;
  3. Apply minimum and maximum stock system to inventory management;
  4. Sosialize the iinance role of thc instalation to Hospital activity;
  5. Upgrade computer program systems and train staffs in better using it;
  6. Reschedule work force so that more staffs are on duty at peak hours;
  7. Abort the plan to establish second In-patient depo;
  8. Rocalculating thc selling price in terms super value strategy (high quality low price) for I year, then to high value strategy (high quality normal price) for good value strategy (normal quality low price), higher margin for higher class of in-patient and slow moving drug, and sell medicine without VA tax to class 3 and intensive in-patient.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Wulandari Agustini
Abstrak :
ABSTRAK
Instalasi Farmasi RSUD Balaraja berusaha menerapkan keselamatan pasien untuk meningkatkan pelayanannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kematangan budaya keselamatan pasien di Instalasi Farmasi RSUD Balaraja serta komitmen RSUD Balaraja dalam menerapkan keselamatan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan FGD berdasarkan Manchester Patient Safety Assessment Framework. Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan budaya keselamatan pasien di Instalasi Farmasi RSUD Balaraja berada pada tingkat birokratis. Disarankan agar diadakan pelatihan keselamatan pasien kepada seluruh staf farmasi agar mereka memiliki kompetensi dalam hal keselamatan pasien. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus diaktifkan untuk menegakkan penerapan budaya keselamatan pasien
ABSTRACT
Balaraja Hospital?s Pharmacy trying to implement patient safety to improve its service . This study aims to determine the maturity level of patient safety culture in Balaraja Hospital?s Pharmacy and commitment in implementing patient safety . It?s a qualitative study that uses FGD by Manchester Patient Safety Assessment Framework. The study states that the implementation of patient safety culture in Balaraja Hospital?s Pharmacy are at bureaucratic level . It?s recommended to held patient safety training to all pharmacy staffs so they have competence in patient safety. Hospital Patient Safety Team must be activated to enforce implementation of patient safety culture
2016
T45967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>