Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meyer, Karl E., editor
New York: Frederick A. Praeger, 1962
972.91 MEY c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Febiansyah Ibrahim
"Latar belakang. Adenokarsinoma kolorektal AKR merupakan keganasan gastrointestinal yang sering ditemukan dan mempengaruhi lebih dari satu juta individu di seluruh dunia. Identifikasi histologis invasi limfovaskular telah dikenali sebagai indikasi potensial untuk metastasis KGB dan indikasi prognostik dan prediktor dari luaran pasien.Metode.Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan regresi logistik multivariat.Hasil. Hasil penelitian didapatkan faktor usia, diferensisasi tumor, pT, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian invasi limfovaskular. AKR diferensiasi sedang dan jenis kelamin laki-laki didapatkan kejadian invasi limfovaskular yang lebih besar dibanding diferensiasi lain dan jenis kelamin perempuan.Kesimpulan. Faktor-faktor yang mepengaruhi invasi limfovaskular yaitu diferensiasi tumor, usia, jenis kelamin, lokasi tumor dan derajat patologis T tidak bermakna secara statistik. Invasi limfovaskular merupakan prediktor terjadinya metastasis KGB.
......Background. Adenocarcinoma colon and rectum are the most common gastrointestinal malignancy and afflict more than one million individual worlds wide. Histologic finding of limphovascular invasion has known as potensial indication for lymphatic metastatic and prognostic indication and predictor of patient outcome.Methods. This studi was retrospective, logistic regression test was used for multivariate analysis.Result. Result of this study ara gender, age, tumor differentiation and pT not significantly related to lymphovascular invasion. Mild differentiation and male gender recorded had bigger risk to had lymphovascular invasion descriptively.Conclusion. Factors affecting lymphovascular invasion ie tumor differentiation, age, sex, tumor location and pathologic T degree were not statistically significant. Lymphovascular invasion is a predictor of limph nodes metastasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Nehemia
"Penelitian ini mencoba melihat bagaimana ekspose foto-foto dalam media massa dalam melihat perang terutama mengenai Invasi Amerika Serikat (AS) dan koalisinya yaitu Inggris, Australia, dan Spanyol terhadap Irak. Seperti diketahui bahwa AS dan koalisinya tidak memperdulikan pendapat banyak negara yang menentang terjadinya kekerasan di Irak yang selama ini telah porak poranda karena Perang teluk pertama serta embargo ekonomi yang dilakukan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Bahkan AS dan koalisinya meninggalkan kursi dialog di PBB lalu menyerang sendirian tanpa persetujuan Dewan Keamanan (DIG) PBB.
Ketika melakukan penyerangan, pasukan koalisi terutama dari AS mengikutsertakan para wartawan untuk menyaksikan perang. Penyertaan wartawan ini kemudian disebut embedded, dimana beberapa wartawan "ditanam" dalam pool atau kelompok pasukan tertentu yang diberangkatkan ke medan perang. Tentunya semua dalam kelompok tentara AS. Dan pemberitaannya mau tidak mau berasal dari sudut tentara AS. Walaupun begitu ternyata ada juga yang bukan termasuk kelompok penyertaan. Hanya saja pemberitaannya tetap bias karena tidak ada yang berani langsung masuk ke jantung pertahanan musuh kecuali jaringan televisi A1-Jazeera maupun kontributor-kontributor wire services atau agen foto yang berkewarganegaraan Arab. Karena kemampuan kelompok wire services (jaringan penyedia berita) dan media massa barat dalam bidang SDM, Dana, dan Teknologi maka mereka bisa mendapatkan banyak berita dan foto-foto penting dari segala penjuru dunia. Lalu mereka menjual dan mendistribusikannya ke seluruh dunia. Konsumen yang paling sering menggunakan jaringan wire services ini adalah media massa Asia yang memiliki keterbatasan dalam segala hal. Sehingga untuk menampilkan berita yang menarik dan cepat mereka tinggal membelinya dari jaringan media massa luar negeri ini.
Pembelian ini sayangnya terkadang tidak melihat ideologi dari penyedia berita tersebut. Karena jaringan penyedia berita tersebut bahkan kebanyakan berasal dari negara pendukung invasi ke Irak. Namun sebenarnya mereka bisa menyeleksinya, sehingga tidak semua berita ataupun foto yang disediakan diambil begitu saja. Penyeleksian berita inilah yang menjadi bagian penting dari ideologi media, dimana mereka hidup bergantung kepada khalayaknya, pengiklan, budaya organisasi, dan lain sebagainya.
Maka ketika Kompas menampilkan foto berita yang kebanyakan dari jaringan penyedia berita Barat bahkan dengan menampilkannya secara berwarna maka dapat dipastikan bahwa Kompas berusaha menampilkan foto berita yang secara garis besar mendukung Invasi negara-negara koalisi ke Irak. Perhitungannya adalah bahwa foto berita yang di dapat dari jaringan penyedia berita barat ada sebanyak 136 foto dibandingkan foto dari kontributor langsung yang hanya berjumlah 1 buah. Bahkan ketika dihitung berasarkan isi foto, maka dapat dilihat bahwa foto yang mendukung ada sebanyak 80 dibandingkan dengan foto yang menentang yang hanya sebanyak 57 foto."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sundari Sucipta
"Skripsi ini Strategi Tokugawa Ieyasu Dalam Merestorasi Hubungan Jepang dan Choson Korea Setelah Invasi Toyotomi Hideyoshi.Jepang dan Choson merupakan dua negara yang berbatasan langsung dan telah memiliki hubungan yang baik selama dua ratus tahun. Namun hubungan kedua negara tersebut mulai memburuk karena invasi yang dilakukan oleh Toyotomi Hideyoshi pada 1592-1598. Setelah Toyotomi Hideyoshi wafat, Tokugawa Ieyasu yang mengambil alih kepemimpinan Jepang berusaha untuk memperbaiki hubungan Jepang dan Choson. Penelitian yang ditulis dengan menggunakan pendekatan sejarah dengan metode deskriptif analisis yang disusun secara kronologis da sistematis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Tokugawa Ieyasu menggunakan pendekatan secara halus untuk dapat merestorasi hubungan Jepang dan Choson Korea.
......
This study focused on Tokugawa Ieyasu strategy to restore the relation between Japan and Choson Korea after Toyotomi Hideyoshi invasion. Japan and Korea are two country that have contact frontier and maintain good relation for two hundred years. However the relation between two countries had been worse because Toyotomi Hideyoshi invasion at 1592-1598. After Toyotomi Hideyoshi died, Tokugawa Ieyasu took over the authority and try to re-established the relation between Japan and Choson. This study use historical approach with analytical descriptive method that have been arranged in chronologies and systematic. The analysis concluded that Tokugawa Ieyasu use soft approach so he can re-established the relation between Japan and Choson Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Raudy
"Penelitian ini membahas permasalahan klaim moralitas dalam dokumen resmi Pemerintah- Amerika Serikat (The National Security Strategy of the United States of America 2002/ NSS 2002) atau yang dikenal juga dengan terma The Bush Doctrine. Klaim yang diajukan dalam Bush Doctrine adalah bahwa aksi militer Amerika Serikat terhadap negara-negara- yang ditengarai sebagai pemilik dan pengembang senjata pemusnah massal. (WMD) secara tidak sah yang dapat membahayakan dan menghadirkan ancaman terhadap Amerika Serikat dan para negara sekutunya, adalah dapat dibenarkan secara moral dan hukum internasional, karena dilakukan dalam kerangka self-defense atau bela-diri oleh sebab itu diklaim sebagai memiliki just cause (alasan yang adil/sah).
Periodesasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kurun waktu sejak diberlakukannya NSS 2002 yaitu September 2002 - Maret 2003 bertepatan dengan serangan militer Amerika Serikat dan Inggris ke Irak. Dalam masa ini Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden George W. Bush, Jr membuat klaim-klaim untuk menjustifikasi tindakan penegakan hukum /law enforcement terhadap Irak yang diduga memiliki dan mengembangkan senjata pemusnah massal secara tidak sah. Sebagai pemegang Hak Veto - bersama Inggris, Russia, China dan Perancis, Amerika Serikat pada awalnya mengagendakan sebuah resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengizinkan adanya sebuah serangan militer terhadap Irak di bawah Presiden Saddam Husain. Namun ketika resolusi terkait tidak/belum didapat sampai bulan Maret 2003, akhirnya Amerika Serikat dan Inggris melakukan invasi ke Irak secara unilateral.
Penelitian ini menggunakan beberapa kerangka teoritis. Teori utama yang dijadikan dasar analisis normatif adalah Just War Theory (JWT) baik dari mazhab relijius dan mazhab sekuler. Selain itu penelitian ini menggunakan the legalist paradigm dari Michael Walzer dan theories of rights dari W.N. Hohfeld serta teori modifikasinya dari David Rodin sebagai working explanatory atau perangkat analisis operasional. Untuk melengkapi perangkat analisis dalam tesis ini ditambahkan teori intervensi.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah seabgai berikut: Klaim self-defense Amerika Serikat yang merupakan formalisasi dari konsepsi hak duty-right dan duty to prevent menurut relasi Hohfeldian, ternyata memiliki cacat secara konseptual. Melalui eksaminasi moral menggunakan JWT, legalist paradigm dan right-based theories, klaim-klaim moral dalam BD/NSS 2002 dapat dibuktikan flawed atau tidak tepat. Miskonsepsionalitas klaim BD dapat difalsifikasi terutama dalam empat parameter utama yaitu (i) miskonsepsi rogue states (ii) miskonsepsi preemption (iii) miskonsepsi justification and excuse dan (iv) miskonsepsi imminent threats."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rizki
"Tesis ini membahas masalah dampak invasi Amerika Serikat ke Irak terhadap pasokan minyak Amerika Serikat. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai kebutuhan minyak dalam negeri Amerika Serikat. Penulis tertarik pada masalah invasi Amerika Serikat ke Irak yang dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga AS dapat dikatakan melanggar Piagam PBB untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Unit analisa yang digunakan dalam tesis ini adalah negara (state) yang merupakan bagian dari perspektif malls. Kerangka berpikir dalam tesis ini berupa kerangka berpikir konseptual. Berdasarkan persoalan penelitian, maka konsep yang digunakan adalah energy security, security of supply, economic security, dan oil dependency. Dengan demikian, tesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa AS memiliki ketergantungan terhadap minyak yang besar untuk jangka panjang terutama dikawasan Timur Tengah. Sedangkan untuk jangka pendek, AS tidak tergantung pada minyak dari Timur Tengah secara langsung karena AS dapat mengimpor minyak dari negara-negara tetangga seperti Canada, Venezuela, Meksiko dan Inggris.
Sejak awal invasi Amerika Serikat ke Irak hingga terbentuknya pemerintahan sementara di Irak, pemerintah AS selalu berubah-ubah dalam memberikan alasan pembenaran / justifikasi untuk menyerang Irak. Mulai dari alasan mencari senjata pemusnah massal (Weapons of Mass Destruction), menumbangkan rezim Saddam Hussein, membebaskan rakyat Irak, hingga alasan demokratisasi di Irak.
Sejak pemerintah Irak menasionalisasi industri minyaknya pada tahun 1972, perusahaan-perusahaan minyak AS tidak diizinkan untuk melakukan eksplorasi minyak di Irak. Monopoli terhadap harga minyak dunia dikuasai oleh negara-negara anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) yang kesemuanya berasal dari negara-negara berkembang. Sedangkan negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, sangat membutuhkan minyak untuk keperluan transportasi, industri, perumahan dan perdagangan.
Terdapat tiga peristiwa penting yang berkaitan dengan masalah minyak dunia, yaitu embargo minyak Arab Saudi terhadap AS pada tahun 1973, perang Irak - Iran tahun 1980, dan invasi Irak Ke Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Peristiwa-peristiwa tersebut telah membuat harga minyak dunia melonjak tajam. Beberapa bulan sebelum peristiwa tragedi 11 September 2001, tepatnya pada bulan Mei 2001, pemerintah AS telah mengeluarkan kebijakan keamanan energi nasionalnya. Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa Amerika Serikat pada tahun 2001 telah mengalami masalah kekurangan energi paling serius sejak embargo minyak tahun 1970-an.
Adanya kebutuhan yang sangat besar terhadap suplai minyak dan keamanan energi nasional, telah membuat pemerintahan Presiden George W.Bush melakukan tindakan secara sepihak yang kemudian mendapat kecaman dunia internasional. Invasi Amerika Serikat ke Irak jelas telah melanggar Piagam PBB terutama pasal 2 (ayat 1, ayat 3, ayat 4 dan ayat 7) dan pasal 51. Sesungguhnya pemerintah AS saat itu dapat menghindari terjadinya invasi yang telah banyak memakan korban jiwa dikedua belah pihak jika pemerintah George W.Bush mau menjalankan upaya-upaya diplomasi melalui lembaga-lembaga internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Angelina
"[ABSTRAK
Kedatangan grup musik The Beatles pertama kali ke New York menjadi jalan
pembuka bagi kejayaan musisi Inggris berbakat lainnya di Amerika Serikat.
Peristiwa tersebut lebih dikenal dengan istilah British Invasion. Hal ini ditandai
ketika musisi Inggris berhasil mendominasi tangga lagu US Billboard sejak tahun
1964-1974. Kehadiran The Beatles menjadi sebuah fenomena budaya baru dalam
kehidupan masyarakat Inggris. Budaya Populer Inggris pada era British Invasion
mendominasi dan melakukan hegemoni budaya terhadap masyarakat Amerika
Serikat dan dunia. Musisi Inggris menawarkan nilai-nilai baru yang dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat Amerika Serikat.

ABSTRACT
The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians?
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public.;The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians?
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public.;The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians?
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public., The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians’
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valensia Husni
"ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah aktivitas propaganda Fox News dalam membentuk opini publik terhadap keputusan Amerika Serikat menyerang Irak tahun 2003. Pada masa menjelang Perang Irak 2003, Fox News dijadikan alat oleh pemerintahan Bush untuk meningkatkan dukungan publik terhadap keputusan Amerika Serikat menyerang Irak tahun 2003. Penelitian ini menjelaskan kegiatan propaganda apa saja yang dilakukan oleh Fox News yang telah berhasil merubah dan/atau membentuk opini publik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Fox News melakukan propaganda dalam hampir setiap program acaranya melalui cara wawancara dengan leading question, pemilihan nara sumber yang telah ?diatur? dan juga dengan mengeluarkan komentar-komentar yang mempromosikan Perang Irak 2003.

ABSTRACT
The focus of this study is Fox News propaganda activities in influencing the public opinion concerning the USA?s 2003 Iraq Invasion. Before the Iraq War, Pentagon and the States used Fox News as a tool for gaining public support on the USA?s 2003 Iraq Invasion. This study explains the Fox News propaganda activities which had major influence on public opinion. The results of this study show that Fox News did propaganda in almost every programs by giving interviews with leading questions, news source/contributors for Fox News programs has been coached and also by giving commentaries that promotes Iraq War.
"
2009
T26729
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Septiana Pratiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Politik Luar Negeri George Walker Bush: Studi Kasus Invasi Amerika Serikat terhadap Irak 2003. Penelitian ini adalah penelitian sejarah politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan sumber- sumber tertulis. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa peristiwa invasi Irak ke AS yang dimulai pada 19 Maret 2003 merupakan upaya AS untuk menjaga kepentingan politik nasional maupun internasional AS di kawasan Timur Tengah, khususnya Irak. Selain itu, dalam penelitian ini juga membahas bagaimana proses perencanaan penyerangan AS ke Irak yang didukung oleh kelompok neokonservatif, hawkish, inggris, dan organisasi lobi seperti AIPAC. Proses perencanaan hingga terjadinya penyerangan AS untuk menginvasi Irak banyak dilakukan oleh CENTCOM salah satunya melalui OPLAN 1003. Penelitian ini juga menitikberatkan pada dampak adanya peristiwa Invasi AS terhadap Irak pada tahun 2003 terhadap masalah ekonomi, politik, dan sosial.

ABSTRACT
This study discusses the Foreign Policy of George Walker Bush: A Case Study on United States Invasion Towards Iraq in 2003. This research is a study of political history. The method used in this study is historical methods, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography using written sources. The results of this study explain the invasion of Iraq which began on March 19, 2003 is an effort for national and international political interests in the Middle East region, specifically Iraq. In addition, in this study also discussed how to plan US attacks on Iraq supported by neoconservative, hawkish, British and lobby organizations such as AIPAC. The planning process to spend US attacks on invading Iraq was mostly carried out by CENTCOM, one of them through OPLAN 1003. This research also focused on when it involved the participation of the US invasion of Iraq in 2003 on economic, political and social issues."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alline Dwiantina
"Skripsi ini membahas hubungan antara teori ruang personal dan teritori dengan kepadatan yang bekerja pada tribun gedung olahraga. Dalam kenyataannya, invasi terhadap keduanya dapat berakibat negatif baik bagi penonton maupun atlet. Pembahasan dilihat dari aspek teknis (dimensi, elemen-elemen arsitektur) dan aspek non teknis (perilaku). Hasilnya menyatakan bahwa ukuran ruang personal pada tribun dapat mengerucut akibat minimnya dimensi gerak yang tersedia. Teritori dapat bertahan pada area padat jika penanda teritori dirasa kuat. Dalam mendesain tribun, sebaiknya mengacu pada garis pandang (sight line) dimana setiap titik tribun harus dapat melihat objek secara keseluruhan, sehingga menghindari terjadinya invasi berlebihan pada ruang personal dan teritori.

The focus of this study is discusses about the relationship between personal space and territory theory and the density that happen in sport facility?s tribune. In fact, the invasion of both, personal space and theritory, are able to bring negative influence not only to the spectators but also the athlete. This discussion analyzed based on the technical aspects (dimension and architectural elements) and the non technical aspect (the behaviour). The result shows that personal space for the spectators in the tribune shrinks as the effect from the lack of movement dimension available. The territory will remain in a high density area if the sign of the theritory is strong enough. In designing tribune, we should refer to sight line where in every spot in the tribune must be able to see objects in the court as a whole, so that the excessive invasion to the personal space and territory can be avoided."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S129
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>