Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2014
615.11 KEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Hari masih pagi .Matahari belum sepenuhnya memancarkan panasnya. Kabut pun masih terlihat melayang diatas hamparan tanaman padi yang masih menghijau.Namun, satu per satu ibu -ibu di Dusun Kiringan, Canden,Bantul mulai menampakkan aktifitasnya....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Setyorini
Abstrak :
Obat tradisional telah diterima secara luas hampir diseluruh negara di dunia. Bertumbuh dengan cepat dalam sistem kesehatan dan penting diperhitungkan dari segi ekonomi. Obat tradisional di Indonesia pada awalnya dikenal sebagai jamu. Jamu digunakan sebagai obat alternatif pengganti obat konvensional. Kebijakan pengembangan jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka telah termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 760 tahun 1992 tentang Fitofarmaka. Jamu yang telah teruji secara praklinik disebut obat herbal terstandar, sedangkan jamu yang telah teruji secara klinik disebut fitofarmaka. Masih sedikitnya jumlah obat herbal terstandar dan fitofarmaka mengindikasikan ada masalah dalam implementasi kebijakan ini. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan pengembangan jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam. Untuk mendapatkan hasil yang valid digunakan data primer dan data sekunder serta dilakukan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam pengembangan jamu menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka menyangkut komponen komunikasi yang belum jelas dan konsisten, industri kecil kesulitan dana untuk penelitian, instrumen kebijakan tidak aplikatif, bahan baku belum tersedia secara berkesinambungan dan belum adanya koordinasi antar instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan.
Traditional medicines have been widely established almost all over the world. They have been growing so fast in health system and have been measured from economy point of view. In the beginning, traditional medicine in Indonesia was known as Jamu. Jamu was used to replace conventional medicines as an alternative. The policy in developing jamu into a standardized herbal medicine and phytoparmaca has been issued in Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 760 year 1992 about phytopharrmaca. Jamu that was tested pra clinically and approved is called standardized herbal medicines. Meanwhile, Jamu that has been clinically approved is called phytopharmaca. There is still a few number of standardized herbal medicines and phytopharmaca is an sign of problem in implementing this policy. Therefore, the goal of this research is to analyze implementation of jamu development policy into standardized herbal medicine and phytoparmaca. This research is utilizing qualitative approach to discover further information. In order to get a valid result, it uses primary and secondary data and employs data triangulation. The result of this research shows that government is facing problems in developing jamu as standardized herbal medicine and phytoparmaca. They are untransparent and inconsistent communication, difficulty in funding the research for small industries, instruments policy that are not applicable, unavailability of raw materials, and lack of coordination between agencies involved in the implementation of policy.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28487
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joni
Abstrak :
Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang. Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11. Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil. Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar. Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Trisnawan
Abstrak :
Kortikosteroid adalah salah satu obat yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Sementara di populasi umum masih terdapat jamu yang banyak mengandung bahan kimia obat (prednisone, dexametason, fenilbutazon) yang diyakini berpengaruh terhadap tekanan darah. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi jamu berkandungan kortikosteroid dengan hipertensi sistolik pada penduduk usia ≥45 tahun di Area kerja Puskesmas Cigudeg. Metode penelitian menggunakan desain observasional dan rancang studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dengan teknik wawancara dan pengukuran serta data sekunder yang didapatkan dari data PIS-PK Puskesmas Cigudeg. Penelitian dilakukan pada Januari-Maret 2023 di Area kerja Puskesmas Cigudeg, Kabupaten Bogor. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling, didapatkan 145 responden. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi penduduk ≥45 tahun sebesar 44,8%, angka konsumsi jamu penduduk ≥45 tahun sebesar 37,2%, angka konsumsi kopi sebesar 45,5%, angka merokok 46,2%, dan 16,6% memiliki riwayat penyakit kronis. Konsumsi jamu yang mengandung kortikosteroid berdampak terhadap kejadian hipertensi pada penduduk ≥45 tahun. ......Corticosteroids are one of the drugs that affect blood pressure. While in the general population there are still herbs that contain lots of medicinal chemicals (prednisone, dexamethasone, phenylbutazone) which are believed to have an effect on blood pressure. The purpose of this study was to determine the relationship between the consumption of herbal medicine and the content of corticosteroids on the incidence of systolic hypertension in the aged population≥45 years in the working area of ​​the Cigudeg Health Center. The research method uses an observational design and a cross-sectional study design. This study used primary data obtained by interview and measurement techniques as well as secondary data obtained from the PIS-PK data at the Puskesmas Cigudeg. The research was conducted from January to March 2023 in the working area of ​​the Puskesmas Cigudeg, Bogor Regency. The sampling technique is simple random sampling, obtained 145 respondents. The results showed the prevalence of hypertension in the population≥45 years is 44.8%, the population's consumption of herbs ≥45 years old was 37.2%, coffee consumption was 45.5%, smoking was 46.2%, and 16.6% had a history of chronic disease. Consumption of herbal medicine containing corticosteroids has an impact on the incidence of hypertension in the population ≥45 years.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kurniasih
Abstrak :
Tempuyung (Sonchus arvensis L) yang termasuk dalam familia Asteraceae, adalah salah satu tanaman obat tradisional yang sering digunakan dalam jamu penghancur batu ginjal. Identifikasi simplisia dalam jamu serbuk sulit dilakukan secara mikroskopik, karena sangat halus. Telah dilakukan penelitiari identifikasi Sonchi Folium dalam jamu penghancur batu ginjal secara kromatografi lapis tipis, menggunakan beberapa fase gerak yaitu kioroform-metanol (10:1), benzena-metanol (97:3), n-butanol-asam asetat-air (4:1:5) dan hcksana-etil asetat(1 7:3). Pereaksi penampak noda asam sulfat 10 % dalam etanol dan dipanaskan 110 °C selama 10 menit. Pengamatan dilakukan sebelum dan sesudah disemprot dengan sinar tampak dan sinar UV 365 nm. Bahair yang digunakan adalah fraksi petroleum benzena, fraksi etanol 70 %, dan ekstrak etanol 70 % dari Sonchi Folium, beberapa simplisia yang biasa digunakan dalam jamu penghancur batu ginjal yaitu Orthosiphonis Folium, Plantaginis Folium, Sericocalycis Folium, Phylanthi Herba, hnperatae Rhizoma, Piperis nigri Fructus, Piperis cubebae Fructus dan Caricae Folium, sampel jamu dan pasar (J 1 ,J2,J3) danjamu yang diracik sendiri (C1). Hasil penelitian menunjukan bahwa fraksi petroleum benzena dengan fase gerak heksana-etil asetat (17:3) dan penampak noda asam sulfat 10 % dalam etanol membenkan bercak identitas path Rf 0,39 yang berwama ungu kecokiatan path sinar tampak dan berwarna kuning terang pada sinar UV 365 nm, yang dapat digunakan untuk identifikasi Sonchi Foliuni dalam jamu. ......Tempuyung (Sonchus arvensis L - Asteraceae) is one of the medicinal plant often used injamu for renal stone. Identification of the crude drug in powder jamu is very difficult to do microscopically, because it is very fine. The identification experiment of Sonchi Folium in the renal stone jamu has been performed by Thin Layer Chromatography, using several mobile phase: chloroformmethanol (10:1), benzene-methanol (97:3), n-butanol-acetic acid-water (4:1:5) and hexane-ethyl acetate (17:3). The spray reagent is 10 % sulfuric acid in ethanol and heated at 1,,10 °C in 10 minutes. The observation has been done before and after spraying in daylight and under UV 365 nm. - The materials have been used: petroleum benzene fraction; 70 % ethanolic fraction; 70 % ethanolic extract of Sonchi Folium and other crude drugs used in renal stone jamu consist of Orthosiphonis Folium, Planiaginis Folium, Sericocalycis Folium, Phylanthi Herba, Jmperatae Rhizoma, Piperis nigri Fructus and Caricae Folium; several samples ofjamu available in comercial market (J 1 ,J2,J3) and my own madejamu (C1) The results showed that the petroleum benzene fraction with hexane-ethyl acetate (17:3) as the mobile phase and the spray reagent 10 % sulfuric acid in ethanol, gave an identity spot at Rf 0,39 in brownish violet in daylight and bright yellow under UV 365 nm could be used for identification of Sonchi Folium injamu.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detri Sudiarto
Abstrak :
Obat tradisional yang oleh masyarakat lebih dikenal sebagai jamu, sudah sejak dahuiu digunakan untuk kesehatan. Berdasarican Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 246/ Menkes/ Per/ V/ 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dinyatakan bahwa obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau basil isolasi yang berkhasiat obat. Salah satu obat yang mungkin ditambahkan dalam jamu adalah obat-obat golongan anti inflamasi non steroid (AINS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis obat anti inflamasi non steroid yang digunakan dalam jamu secara kromatografl lapis tipis.. Metode yang digunakan adalah ekstraksi jamu dengan etanol absolut selama 40 detik dilanjutkan dengan kromatografl lapis tipis dengan menggunakan fase gerak toluena ; etanol (7:3) dan etil asetat:metanol:amonia (85:10:5) dengan penampak noda cahaya uv gelombang pendek. Dari sampel yang diperiksa, ditemukan sembilan sampel yang positif mengandung obat golongan anti inflamasi non steroid. Sampel tersebut.yaitu S4, 35, 36, 311 dan 313 mengandung antaigin. 39 mengandung as am mefenamat dan indometasin. Sedangkan 35, 38, 310 dan 311 mengandung parasetamol dan 36 serta 312 mengandung fenilbutazon. ...... Indonesian traditional medicine which is widely known as jamu has been used for along time in medicatioa According to the regulation of Minister Of Health No. 246 / Menkes / Per / V / 1990 on Industrial Permission and the Registrj' of Traditional Medicine stated that traditional medicine must not contain chemical substance or active drug isolation product One of possibly added drug in jamu is classified as Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID). This research was aimed to analyze NSAID added in jamu using thin layer chromatography. IT Method applied was jamu extraction with absolute ethanol for 40 seconds followed by TLC using mobile phase toluene : etiianol (7:3) and ethyl acetate: methanol: ammonia (85:10:5) with short waved UV as detection mediod. From samples analyzed, it was found that 9 samples contained NSAID drugs which were S4, S5, S6, S7, Sll, S13 containing antalgin and S9 containing raefenamic acid and indometacin while S5, S8, SIO, Sll contained paracetamol, and S6, SI2 contained phenylbutazoa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penggunaan herbal jamu sebagai obat alternatif makin marak di kalangan masyarakat Indonesia. Jamu ”RMK” merupakan produk herbal jamu yang mengandung kombinasi minyak atsiri rimpang kunyit (Curcumae domestica Rhizoma), minyak atsiri rimpang temulawak (Curcumae Rhizoma), dan kurkuminoid rimpang kunyit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi pemberian jamu “RMK per oral terhadap udem yang diinduksi oleh injeksi 0,4 ml karaginan 2% secara subplantar. Metode yang digunakan adalah metode Winter yang telah dimodifikasi pada 60 ekor tikus betina yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok. Empat kelompok diberikan suspensi jamu dengan masing-masing formula I, II, III, dan IV dalam CMC 2% sebanyak 3 ml/200 g bb, 30 menit sebelum induksi karaginan. Kelompok V sebagai kontrol positif diberikan suspensi natrium diklofenak dalam CMC 2% dengan dosis 9 mg /200 g bb per oral, dan kelompok VI sebagai kontrol negatif diberikan minyak kedelai dalam CMC 2% dengan dosis 100 mg/200 g bb per oral. Volume udem diukur menggunakan pletismometer pada jam ke- 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 setelah induksi karaginan. Hasil perhitungan persentase penghambatan udem menunjukkan bahwa formula jamu “RMK” yang memiliki efek penghambatan udem berturut-turut mulai dari terbesar hingga terkecil adalah formula IV, II, III, dan I. Hasil analisis statistik keempat formula jamu memperlihatkan efek antiinflamasi yang bermakna dibandingkan dengan iv kontrol negatif pada jam kedua hingga jam keenam setelah induksi karaginan, namun efeknya lebih kecil dibandingkan dengan efek antiinflamasi natrium diklofenak.
Universitas Indonesia, 2009
S32691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soedarmilah Soeparto
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1991
615.11 SOE j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>