Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jong, Frits Jacob de
Leiden : Stenfert Kroese , 1951
BLD 658.8 JON s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Hidayat
Jakarta: Badan Penerbit IPWI, 1998
658.8 CEC m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Prapancha Satar
Abstrak :
Suatu studi kualitatif di bidang Manajemen Pemasaran Rumah Sakit, khususnya aspek Penjualan dan Strategi Pemasaran yang dilakukan pada Rumah Sakit "X" dan Unit Medical Check-Up RS"X" pada bulan April 1996 - Juni 1996. Rumah Sakit "X" sebagai rumah sakit swasta profit dengan berbagai jenis pelayanan kesehatan, salah satu diantaranya adalah berupa pelayanan Medical Check-Up. Manajemen pemasaran Rumah Sakit "X" telah menerapkan berbagai fungsi manajemen pemasaran dan strategi pemasaran yang berupa strategi bauran pemasaran dan seleksi pasar. Dalam tahun 1994 dan 1995, tingkat penjualan jasa pelayanan tersebut belum mencapai target volume penjualan seperti apa yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis deskriptif tentang aspek penjualan unit Medical Check-Up, penerapan fungsi-fungsi manajemen pemasaran Rumah Sakit "X" dan strategi pemasaran unit Medical Check-Up. Penelitian ini merupakan studi kualitatif terhadap manajemen pemasaran Rumah Sakit "X", serta aspek penjualan dan strategi pemasaran unit Medical Check-Up. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari sistem pencatatan dan pelaporan unit Medical Check-Up. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dan partisipasi observasi peneliti. Volume penjualan total untuk tahun 1995 sebesar 894 paket dengan nilai penjualan yang tidak dapat diperoleh datanya, sehingga varian penjualan tidak dapat dinilai. Diperoleh hasil karakteristik konsumen Medical Check-Up berdasarkan umur, jenis kelamin, domisili dan jenis perusahaan pengguna jasa. Fungsi perencanaan dan pengawasan belum berjalan baik, fungsi pengorganisasian belum optimal, kegiatan pemasaran telah berjalan baik (promosi dan publisitas). Dari komponen strategi pemasaran terlihat produk yang ada cukup pariatif dengan harga yang bersaing, dan tempat pelayanan yang nyaman, disertai kegiatan promosi yang cukup aktif. Segmen pasar yang dijadikan sasaran yaitu perusahaan khususnya sektor perbankan dan kalangan eksekutif, yang menempatkan posisi produk bagi kalangan menengah ke atas dalam segmen geografis, tanpa pesaing yang berarti. Rumah Sakit "X" telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen pemasaran dan strategi pemasaran bagi unit Medical Check-Up, namun dirasakan belum optimal. Dari aspek penjualan dapat diidentifikasi faktor-faktor volume, nilai dan karakteristik konsumen pengguna jasa pelayanan, yang perlu dikembangkan agar dapat meningkatkan pencapaian penjualan unit Medical Check-Up.
The Sales Analysis On Medical Check-Up Unit In Marketing Management Of The "X" Hospital (Rs "X"), JakartaA qualitative study in the Marketing Management of Hospital, especially the Sales aspect and Marketing Strategy used in the "X" Hospital and Medical Check-Up Unit of The "X" Hospital on April 1996 - June 1996. "X" Hospital as a profit, private hospital provide various health services, one of them is Medical Check-Up. The marketing management of the "X" Hospital have applied various management functions and the marketing strategy in terms of the marketing mix and market selection. From 1994 to 1995, the service sales have not reached the sales volume target as expected. This research is intended to make a descriptive analysis regarding the sales aspect of the Medical Check-Up unit, application of marketing management of the "X" Hospital, and sales aspect and marketing strategy of the Medical Check-Up unit. The data used is a secondary one which is obtained from recording and reporting system of the Medical Check-Up Unit. The primary data is obtained from an in-depth interview and participatory observation by the researcher. The sales volume for 1995 is 894 packages with the sales valve which is not available, that the sales variance can not be appraised. The Medical Check-Up consumer characteristics are obtained based on age, sex, domicile and types of the company of the use the service. The planning and controlling function do not run smoothly, the organization function has not run in optimum way, the marketing activities have run smoothly (through promotion and publicity). From the marketing strategy components, it can be seen that the existing products have many variations with competitive price, and the service location is convenience, and the promotion activities is quite active. The target market segment is companies especially banking sector and executives, which place the product position for middle upper class in the geographic segment, without significant competitor. The "X" Hospital have applied the marketing management functions and the marketing strategy for the Medical Check-Up, however, it is not optimum yet. It can be identified in terms of the sales aspect that the volume factors, values and characteristics of the consumers of the health service need to be developed to order to increase the sales achievement of the Medical Check-Up unit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Martinus; Hani Johanes Juliusandi
Abstrak :
ABSTRAK
Prasarana listrik dan telekomunikasi yang sangat kurang pada awal pemerintahan orde baru memacu Pemerintah untuk melakukan pembangunan pada sektor ini agar dapat menarik minat investor sekaligus meningkatkan kwalitas hidup rakyat. Prospek pembangunan tenaga listrik dan telekomuriikasi menarik minat investor dalam dan luar negeri untuk mendirikan pabrik kabel di Indonesia. Bila pada awal tahun 1970?an hanya 3 pabrik kabel, kini jumlah tersebut telah meningkat menjadi 33 buah. Dengan semakin bertambahnya pesaing maka terasa semakin penting peran strateji untuk bersaing.

Sucaco dengan persentase penjualan tahun 1991 sebesar 33% kabel listrik dan 39% kabel telepon dan penjualan dan pabrik kabel publik masih bertahan sebagai market leader. Strateji pertumbuhan yang dipilih manajemen Sucaco untuk bersaing terdiri dari integrasi kehulu yang bertujuan untuk menjaga mutu produk melalui mutu bahan baku yang baik dan menjamin kontinuitas produksi, dan strateji pertumbuhan intensive yaitu pengembangan produk (product development) dan pengembangan pasar (market development).

Kinerja pemasaran sebagai hasil strateji diatas tampak pada meningkatnya penjualan kabel listrik dan kabel telepon selania tahuri 1986?].991 masing-niasing sebesar rata?rata 23% dan 208% per tahun, dan tingkat ROE tumbuh rata?rata 24%/tahun. Akan tetapi tanpa disadani oleh manajemen pangsa pasar Sucaco menurun dan 25% ditahun 1989 menjadi 23% ditahun 1991. Turunnya pangsa pasar berdampak pada rendahnya pertumbuhan ROI selama tahun 1989-1991 yang hanya sebesar 2.1%.

Penyebab dan turunnya pangsa pasar dan ROI tersebut adalah akibat dan pertentangan kepentingan dalam menetapkan pnionitas pertumbuhari, dirnaria dana hash exnisi saham ditahun 1989 yang seharusnya untuk penluasan kapasitas produksi telah digunakan untuk membeli perusahaan pemasak bahan baku piastik dan menambah penyertaan modal pada anak perusahaan yang nemperoduksi bahan baku alumunium. Akibatnya adalab ilangnya kesempatan untuk nemanfaatkan momentum ðari meningkatnya permìntaan kabel ditahun 1990 dan 1991. Sucaco baru melakukan investasi perluasan kapasitas setelah kembali melakukan emisi saham ditahun 1991. Kesempatan ini ternyata telab dipergunakan dengan baik oleh pesaingnya untuk meningkatkan pangsa pasar mereka.

Penyebab lain dan tururinya pangsa pasar adalah akibat kebijaksanaan Tflanajemen yang konservatif didalam bìdang keuangan, yaitu tidak mau melakukan pinjanan jangka panjang untuk membiayai investasi. Perhitungan kazni, seandainya perusahaan neminjam dana jangka panjang sebesar 35% dan modalnya, maka ini akan mendorong peningkatan penjualan yang dapat meinpertahankan pangsa pasarnya pada tingkat 25% Selain itu wewenang seksi pemasaran yang hanya merupakan satu seksi dan Departemen Komersiel kurang dapat berperan dalam menentukan strateji perusahaan.

Bila hal-hal ini tidak diperbaiki segera maka dalam jangka panjang posisi Sucaco sebagai market leader akan terancam. Dengan demikian saran kami adalah:

1. Manajemen harus menyusun suatu daf tar prionitas yang dipadukan dengan f aktor kunci sukses dalam mengambil keputusan yang melibatkan pertentangan kepentingan strateji.

2. Manajemen harus lebih melonggarkan kebijaksanaannya dalam bidang keuangan, dengan membolehkan penggunaan Pinjaman jangka panjang untuk investasi dimana kesempatan untuk tumbuh memungkinkan.

3. Meningkatlan kedudukan seksi pemasaran menjadi suatu departemen agar dapat lebih berperan dalam menentukan strateji perusahaan secara proaktif.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roi Ramli
Abstrak :
ABSTRAK
PT GM merupakan perusahaan air mium mineral. Perusahaan ini merupakan pelopor dalam industri air minum mineral. Sejak berdirinya pada tahun 1973 hingga saat ini, perusahaan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Sampai saat ini (1992) perusahaan memegang tampuk pimpinan pasar air minum mineral. Namun demikian memasuki periode usia dua puluhan, perusahaan dihadapi dengan berbagai tantangan dalam mempertahankan posisinya sebagai pimpinan pasar.

Melihat perkembangan PT GM selama ini, 15 perusahaan lain mengikuti PT GM memasuki industri air minum mineral. Ke lima belas perusahaan ini senantiasa mengancam kedudukan PT GM sebagai pimpinan pasar. Pangsa pasar perusahaan dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan.

Dalam menghadapi persaingan ini perlu dilakukan analisis peluang dan ancaman pasar. Analisis peluang dan ancaman pasar didasarkan pada lingkungan usaha makro maupun mikro.

Analisis yang dilakukan mengungkapkan peluang usaha PT GM sebagai berikut :

a. Lingkungan usaha demografi menunjukkan bahwa jumlah , komposisi usia maupun penyebaran penduduk mendukung perkembangan usaha PT GM.

b. Lingkungan usaha scsial budaya, dimana kesadaran akan hidup sehat semakin bertambah dan timbulnya gaya hidup yang lebih konsumtif, membentuk lingkungan usaha yang juga mendukung perkembangmn usaha air minum mineral PT GM.

c. Lingkungan usaha ekonomi dimana tingkat pendapatan masyarakat semakin meningkat dan perkembangan berbagai infrastruktur perekonomian menunjang perkembangan usaha PT GM.

d. Lingkungan usaha teknologi, ditandai dengan perkembangan teknologi pengemasan, pengolahan air dan distribusi turut pula menunjang perkembangan usaha PT GM.

e. Lingkungan politik dengan serangkaian deregulasi utuk inembentuk perekonomian pasar yang bersaing juga menunjang perkembangan usaha PT GM.

f. Lingkungan pesaing menunjukkan jumlah pesaing yang meningkat

namun demikian ditinjau dan pangsa pasar, tingkat produksi niaupun kapasitas produksi, PT GM masih sangat mengungguli berbagai pesaingnya.

g. Lingkungan konsumen sesuai dengan profilnya ditunjang dengan analisis demografi, ekonomi dan sosial budaya dalam lingkungan makro menunjukkan potensi pasar yang sangat tuas.

h. Lingkungan penyalur menunjukkan bahwa ketersediaan penyaur bagi PT GM sangat banyak dengan tingkat penyebaran yang luas. hal ini menunjang perkembangan usaha PT GM.

i. Lingkungan pemasok menunjukkan bahwa berkat perkembangan teknologi, pasokan kemasan secara tuas dapat diperoleh PT GM. Pasokan tenaga kerja yang merupakan elemen yang sangat penting dalam usaha PT GM menunjukkan bahwa secara kwantitatif ketersediaan tenaga kerja bagi PT GM sangat luas.

Berbagal ancaman usaha yang terungkap dari analisis lingkungan usaha PT GM terdri dari :

a.Lingkungan teknologi yang terus berkembang dengan pesat telah memungkinkan lahirnya berbagai produk substitusi seperti : berbagai0 minuman sari buah, teh, kopi dan lain-lain yang menggunakan bahan baku ekstrak kimiawi.

Berkat perkembangan teknologi telah berkembang pula mesin penyaring air (water purifier) yang praktis dan dapat dipergunakan oleh perkantoran maupun rumah tangga.

b. Lingkungan pesaing menunjukkan perubahan yang sangat besar dalam struktur persaingan. Dan semula hanya terdapat PT GM sebagai satu satunya produsen, hingga pada tahun 1991 terdapat 15 perusahaan pesaing.

c. Lingkungan konsumen sebagai akibat berubahnya struktur persaingan dalam industri air minum mineral sebagaimana dijelaskan diatas menghadapi penawaran yang lebih banyak. Hal ini memungkinkan timbulnya perilaku pembelian mencari pilihan (variety seeking behaviour). Perilaku pembelian ini juga ditunjang oleh faktor lain seperti nilai pembeliazi yang rendah, tingkat diferensiasi yang terbatas, informasi yang terbuka dan tidak adanya biaya pengalihan bagi konsumen.

Hal ini merupakan perubahan lingkungan yang mengancam perkembangan usaha PT GM karena beralihnya konsumen dan PT GM sebagai pimpinan pasar ke pesaing lain dapat terjadi dengan mudah.

d. Lingkungan penyalur, dimana karakteristik umum yang dimiliki adalah berskala kecil, bermodal rendah, dengan manajemen penjualan yang Jemab tidak mendukung perkembangan usaha PT GM dalam penyaluran produknya untuk konsumen perkantoran maupun perhotelan yang membutuhkan pelayanan yang tinggi dalam bentuk kesinambungam pasokan maupun ketaatan pada prosedur pembelian dan pembayaran.

e. Lingkungan pemasok mengidentifikasikan bahwa dengan perkem bangan lingkungan demografi, sumber air pegunurigan di pulau Jawa dan Bali semakin terbatas.

Pasokan kemasan menunjukkan bahwa nilai tambali yang tinggi yang dibentuk oleh industri kemasan, memberi dampak yang besar pada harga pokok produk PT GM.

Pasokan tenaga kerja menunjukkan bahwa secara kwalitatif pasokan tenaga kerja yang ada masih memerlukan peningkatan dalam ketrampilah untuk dapat memberikan pelayanan yang tinggi pada konsumen dalam usaba meningkatkan daya saing perusahaan.

Faktor kunci keberhasilan usaha yang dapat disimpulkan dan analisis yang telah dilakukan adalah :

a. Citra merek yang tinggi untuk mernbentuk loyalitas konsumen pada produk perusahaan ditengab persaingan yang semakin banyak.

b. Mutu produk yang tinggi untuk mendukung citra dan membentuk diferensiasi yang sulit diikuti pesaing.

c. Volume penjualan yang tinggi dalam rangka senantiasa memper tahankan biaya per unit yang rendah dan mendesak produk pesaing dan pasar.

d. Harga yang bersaing untuk melawan serangan pesaing.

e. Penguasaan surnber pasokan air pegunungan pada tempat terdekat dan pasar sasaran, penguasaan tcknologi kemasan dan pengetubangan metode transportasi untuk menjamin kesinambungan pasokan dan mengendalikan harga pokok yang rendait. Disamping itu peningkatan ketrampilan tenaga kerja untuk meningkatkan pelayanan meningkatkan daya saing PT GM.

Dengan mengacu pada peluang, ancaman dan faktor keberhasilan usaha yang telah diidentifikasi , PT GM sebagai pimpinan pasar dapat mempertahankan pangsa pasarnya dengan menerapkan strateji pemasaran yang ineliputi :

a. Segmentasi pasar dan pemilihan pasar sasaran yang secara tajam untuk dapat melayani lingkungan konsumen yang tuas tersebiit secara efektif dan mengidentifikasi berbagai pasar yang baru.

b. Penempatan posisi produk pada kedudukan yang paling sulit diserang pesaing yakni posisi produk dengan kwalitas tertinggi.

c. Strateji produk yang sesuai dengan penempatan posisinya di pasar yaitu menghasilkan produk dengan mutu tinggi disertal dengan strateji yang senantiasa memperpanjang dan memperbanyak ¡ini produk untuk menciptakan berbagai fighting product (produk unggul) dalam menangkal pesaing dan memperluas pasar.

d. Strateji harga premium sesuai dengan penempatan posisi produk disertai dengan berbagai strateji diskriminasi harga untuk melawan pesaing.

e. Strateji distribusi yang senantiasa, berorientasi pada pem bangunan jaringan distribusi yang seluas-luasnya disertai dengan peningkatan kemampuan pelayanan konsumen untuk mendukung terciptaflYa volume yang tinggi dan mendesak produk pesaing dan tempat pemasaran di segala penjuru wilayah pemasaran.

f. Strateji promosi yang senantiasa diarahkan pada pembentukan citra produk yang tinggi untuk membentuk loyalitas maupun untuk menarik pelanggan baru.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Hadi
Abstrak :
ABSTRAK
Sektor industri spinning merupakan sektor industri TPT yang perkembangannya sangat cepat diantara sektor-sektor lainnya dalam industri TPT modem Indonesia. Perkembangan sektor industri spinning ini selain dipacu oleh upaya-upaya pemerintah dalam menggalakkan pemakaian sumber-sumber bahan baku dalam negeri, khususnya petrolium yang pada 1970-an melimpah, juga didorong oleh peningkatan investasi, khususnya investasi asing yang dirangsang oleh berbagai insentif dan kemudahan yang disediakan pemerintah Indonesia. Karena itu tidak mengherankan mesin spinning yang pada 1994 barn ada terpasang 642.962 spindle meningkat menjadi 7.253.281 spindle pada 1998. Dalam struktur industri spinning dunia yang memiliki total kapasitas mesin sebanyak 166.883 juta spindle, industri spinning nasional merupakan terbesar ke-5. Perkembangan tersebut merupakan salah satu alasan didirikannya PT.X yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan produk benang berkualitas dan juga secara umum menghasilkan keuntungan yang sebesar-besamya bagi perusahaan. PT.X didirikan pada bulan Oktober tahun 1989 dan mulai beroperasi pada tahun 1991. Pada awal masa pembangunan terjadi kebakaran yang mengakibatkan sebagian mesin terpaksa diimpor kembali sehingga total biaya proyek menjadi meningkat. PT.X pertama kali mendapatkan kredit pada tahun 1990 dan digunakan untuk investasi pembelian mesin-mesin yang diimpor dari Jerman. Mesin-mesin tersebut merupakan mesin-mesin barn yang memiliki kualitas terbaik yang pada saat itu belum ada yang memilikinya di Indonesia, sehingga pada awal operasinya PT. X merupakan satu-satunya perusahaan yang memiliki keunggulan dalam hal teknologi mesmnya Namun demikian keunggulan teknologi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh perusahaan karena kebijakan manajemen yang kaku sehingga penggunaan mesin hanya dikhususkan pada satu produk saja. Pasar utama dari produk yang dihasilkan oleh PT. X adalah pasar lokal. Kegiatan ekspor juga telah dilakukan oleh PT. X akan tetapi tidak berlangsung lama karena adanya hambatan kuota. Yang rutin dilakukan adalah kegiatan trading, akan tetapi dengan melakukan kegiatan trading seperti ini hambatan yang diperoleh adalah harga jual menjadi sangat rendah. Pada saat krisis ekonomi mulai terjadi, hutang perusahaan semakin meningkat. Behan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan mengalami peningkatan akibat jatuhnya nilai mata uang rupiah. Selain itu krisis juga menyebabkan harga bahan baku semakin meningkat sehingga perusahaan telah sampai kepada tahap harga jual berada dibawah biaya produksi. Namun demikian dengan adanya kondisi tersebut pihak manajemen belum mengadakan perubahan berarti sehingga pada tahun 1998 diputuskan untuk mengganti seluruhjajaran manajemen yang ada. Dengan manajemen yang baru misi perusahaan difokuskan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan modal kerja yang dianggap nol hal pertama yang telah dilakukan perusahaan adalah mulai melakukan kontrak-kontrak maklun ( dimana perusahaan hanya menerima upah jasa untuk menghasilkan benang dengan bahan baku disediakan oleh pihak pemesan) yang dibuat dalam nilai mata uang US$ baik untuk Iokal maupun untuk asing. mulai menghasilkan benang dengan menggunakan serat sintetik selain menggunakan kapas atau wol. Dari langkah-langkah yang dilakukan perusahaan tersebut mulai memberikan hasil yang baik bagi perusahaan dimana kebutuhan akan biaya operasional maupun beban bunga dapat dipenuhi. Strategi jangka pendek yang dilakukan oleh para pelaku industri saat ini adalah bagaimana mereka dapat terns survive. Kondisi negara yang masih sulit menciptakan banyak hambatan pada industri spinning yang juga semakin meningkatkan persaingan didalam industri spinning. Restrukturisasi usaha dan upaya efisiensi dengan melakukan konsolidasi usaha, perampingan usaha baik dalam bentuk penggabungan perusahaan di dalam satu grup maupun penciutan struktur organisasi adalah salah satu kemungkinan upaya perusahaan untuk mengurangi bebannya dan mendapatkan skala ekonomis. Selain itu peluang untuk melakukan aliansi strategis dengan buyer maupun dengan supplier akan mampu membantu perusahaan untuk mendapatkan efisiensi usaha. Hubungan baik dengan buyer dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan pesanan yang diterima oleh PT.X yang berarti merupakan kepastian pendapatan bagi perusahaan. Sedangkan hubungan baik dengan pemasok, untuk mendapatkan kepastian akan penerimaaan bahan baku akan membuat proses produksi dapat betjalan lancar sesuai dengan jadwal, sehingga pengiriman barang kepada buyer tidak akan terlambat. Namun hal ini juga harus didukung oleh pemerintah dalam hal menciptakan kondisi sosial politik dan keamanan yang kondusif bagi dunia usaha pada umumnya. Selain itu dukungan dalam memfasilitasi proses restrukturisasi, pengembangan infrastruktur penunjang (keuangan, litbang, jasa perdagangan), pemberiand fasilitas trade financing sesuai kapasitas industri benang. Dengan adanya dukungan pemerintah akan memudahkan perusahaan untuk mengatasi situasi sulit saat ini.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Petrus Maruli Tua
Abstrak :
Era deregulasi dalam sistem perekenomian Indonesia Tercermin dari berbagai paket kebijaksanaan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah dalam berbagai bidang, baik ekonomi, perdagangan, maupun moneter. Kondisi ini telah menciptakan berbagai peluang dan sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi oleh setiap unit usaha. Kebijaksanaan dalam sektor usaha yang berkaitan dengan industri asuransi dapat terlihat dalam Paket Kebijaksanaan 20 Desember 1988 (Pakdes 20- 1988). Paket kebijaksanaan ini antara lain berisi tentang penyederhanaan izin pendirian perusahaan asuransi, pengaturan kembali jumlah modal setor dan tingkat 'solvency margin', serta beberapa ketentuan lainnya yang berkaitan dengan industri asuransi. Dengan adanya Pakdes 20 - 1988 ini diharapkan akan terjadi peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan asuransi, kemudahan dalam pembinaan dan pengawasan kegiatan perusahaan oleh Pemerintah, serta peningkatan peran industri asuransi dalam perekonomian nasional. Peluang yang tercipta dengan adanya paket-paket kebijaksanaan ini tercermin dari makin banyaknya jumlah perusahaan yang bergerak dalam kegiatan usaha yang berkaitan dengan bisnis asuransi pad a umumnya dan bidang asuransi kerugian pad a khususnya. Pad a tahun 1987 (setahun sebelum diberlakukannya Pakdes 20 - 1988) qaru tercatat sejumlah 68 perusahaan asuransi kerugian, sedangkan di tahun 1989 (setahun setelah diberlakukannya Pakdes 20 - 1988) telah tercatat sebanyak 78 perusahaan. Disamping menciptakan peluang, paket-paket kebijaksanaan deregulasi juga telah menimbulkan berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Tingkat persaingan dalam kondisi deregulasi ini terlihat menjadi semakin tajam. Disamping makin bertambah banyaknya perusahaan yang berlomoa meraih dan menguasai pangsa pasar dalam bisnis asuransi kerugian, tajamnya persaingan juga dapat terlihat dari makin gencarnya kegiatan iklan dan promosi yang dilakukan serta makin tajamnya persaingan dalam tingkat harga. PT. AJI sebagai salah satu pelaku didalam industri asuransi kerugian juga tidak luput dari berbagai masalah yang timbul dalam kondisi industri yang semakin kompetitif dan turbulen ini. Hal ini antara lain dapat terlihat dari kecenderungan .makin kecilnya pangsa pasar yang dapat diraih dan dikuasai oleh PT. AJI dari tahun ketahun. Untuk dapat tetap bertahan, tumbuh, dan berkembang kondisi seperti ini dibutuhkan adanya suatu strategi tepat, dalam hal ini adalah strategi pemasaran. Strategi pemasaran memegang peranan paling penting didalam kegiatan usaha asuransi kerugian, mengingat sifat produknya yang unik dan masih belum memasyarakat. Penerapan dari paduan komponen strategi pemasaran yang tepat merupakan syarat utama bagi keberhasilan perusahaan. Komponen-komponen ini antara lain adalah : strategi pasar, strategi produk, strategi harga, strategi saluran distribusi, dan strategi promosi. Untuk dapat merencanakan dan menerapkan strategi pemasaran yang tepat, PT. AJI perlu melakukan penelitian pasar secara lebih mendalam, melakukan revisi terhadap produk yang dihasilkan, serta memaksimumkan penggunaan saluran yang dimiliki. Hasil yang dapat diperoleh dengan penerapan strategi ini adalah peningkatkan mutu pelayanan yang dapat diberikan oleh perusahaan; baik pada waktu proses penutupan, selama masa pertanggungan, dan terutama dalam proses penyelesaian tuntutan ganti rugi. Hal tersebut dapat menjadi kunci keberhasilan PT. AJI sebagai satu perusahaan yang bergerak dalam.bisnis jasa asuransi kerugian.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Freddy Prisanto
Abstrak :
Misi-misi sosial dan orientasi bisnis bukanlah dua hal yang mudah untuk dipadukan, seringkali bahkan terjadi benturan antara keduanya. Namun pada The Body Shop kedua hal tersebut serasi menjadi strategi. Menarik untuk mengamati bagaimana misi-misi sosial yang disuarakan lewat social marketing, justru menjadi kekuatan perusahaan dalam positioning-nya di tengah kompetisi yang ketat di industri ini. Penelitian yang dilakukan untuk penulisan skripsi ini merupakan riset deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran atas karakteristik pasar, dengan pengambilan sample menggunakan metode convenience sampling. Penelitian ini berhasil membuktikan kesimpulan yang diambil dari exploratory research yaitu misi-misi sosial yang dapat disampaikan melalui social marketing, dapat dijadikan diferensiasi positif pada positioning yang menunjang brand equity pada The Body Shop. Selain itu ditemukan bahwa pada brand equity The Body Shop variabel yang paling dominan adalah brand associations & perceived quality, yang keduanya dipengaruhi oleh positioning. Sementara faktor yang paling mempengaruhi pembelian produk adalah kualitas produk The Body Shop. Penelitian ini juga menemukan bahwa The Body Shop mampu merubah perilaku sebagian besar konsumen sesuai dengan pecan dalam misi sosial yang disampaikan dan ditemukan pula bahwa konsumen memiliki brand loyalty tinggi yang tampak dalam kemauan untuk melakukan word-01-month marketing dan toleransi terhadap kenaikan harga yang tinggi. Karakteristik konsumen The Body Shop adalah: wanita, usia 15-40 tahun, masih kuliah, mengenal produk ini dari teman dan tiap belanja di The Body Shop mengeluarkan 0 -- Rp.100.000. Saran yang dapat diberikan dari basil penulisan skripsi ini adalah agar 1 he Body Shop memperjelas adanya hubungan antara misi kepedulian alam yang sering dikampanyekan The Body Shop dengan tingginya kualitas produk. Selain itu agar melakukan program member gels member untuk strategi promosi dan memperluas jangkauan media promotion terutama kepada kelompok mahasiswi. Untuk menghadapi kenaikan harga yang sulit dibendung, disarankan agar mengemas produk dengan kemauan ekonomi yang berukuran lehih kecil agar tetap dapat dijangkau oleh konsumen, tetapi The Body Shop sebaiknya menghindari strategi discount karena akan merusak image sebagai produk "berkelas".
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
S19283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dakin, Karl J.
Chicago: Illinois Probus Publishing Company , 1991
658.514 DAK t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
DeVrye, Catherine
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997
658.8 DEV g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>