Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kennedy, David W.
"Summary:
Dr. David W. Kennedy, past President of the AAO-HNS, is famed worldwide among otolaryngologists-head and neck surgeons accompanying DVD includes 2 hours of narrated videos of both common and uncommon surgeries"
New York: Thieme, 2012
617.51 KEN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kennedy, David W.
Thieme, 2012
617KENR001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Rafif Hanif Harmadi
"Perkembangan teknologi yang begitu cepat, menyebabkan terciptanya banyak tantangan dalam bidang transportasi, salah satunya pada kereta cepat. Pada saat kereta cepat memasuki terowongan, akan terjadi perubahan tekanan yang begitu drastis, Hal ini tentunya akan berdampak bagi penumpang, dan juga kondisi kereta. Oleh karena itu diperlukannya metode untuk mengurangi besarnya beban terhadap fenomena perubahan tekanan di dalam terowongan. Salah satu cara mengurangi beban ini adalah dengan mengubah panjang nose kereta cepat. Pada penelitian ini dilakukan pengaruh panjang hidung kereta cepat saat memasuki terowongan terhadap koefisien drag dan perubahan tekanan. Analisis melakukan metode computational fluid dynamics (CFD) menggunakan ANSYS FLUENT dengan variasi panjang nose 9,12, dan 15 meter. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin panjang hidung kereta cepat semakin kecil tekanan dan drag yang dihasilkan. Untuk nilai koefisien drag terdapat perubahan sebesar 7 % dari panjang hidung 9 meter ke 12 meter, dan 5,5 % dari panjang hidung 12 ke 15 meter.

The rapid development of technology has created many challenges in the field of transportation, one of which is the high-speed train. When the high-speed train enters the tunnel, there will be a drastic change in pressure, this will certainly have an impact on passengers, as well as the condition of the train. Therefore we need a method to reduce the magnitude of the load on the phenomenon of pressure changes in the tunnel. One way to reduce this load is to change the nose length of the high speed train. In this study, the effect of the nose length of the fast train when entering the tunnel was carried out on the drag coefficient and pressure changes. The analysis performed a computational fluid dynamics (CFD) method using ANSYS FLUENT with variations in nose length of 9,12, and 15 meters. The simulation results show that the longer the nose of the fast train, the smaller the pressure and drag generated. For the drag coefficient value, there is a change of 7 % from a nose length of 9 meters to 12 meters, and 5.5% from a nose length of 12 to 15 meters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Likhachov, A.G.
Moscow : Foreign language Publ. House, T.t.
618.921 LIK d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Krista Ekaputri
"ABSTRAK
Praktik injeksi silikon atau parafin cair untuk memperbaiki penampilan pada hidung masih marak. Di lain pihak, rekonstruksi hidung parafinoma untuk mengembalikan ke bentuk normal sulit dicapai. Data objektif mengenai karakter distorsi pada hidung parafinoma dapat berguna untuk menjadi data awal sebagai pembanding untuk evaluasi hasil rekonstruksi hidung parafinoma. Studi ini memanfaatkan Mirror Stand MirS untuk mengambil foto wajah 30 subjek dengan parafinoma hidung. Ukuran fotogrametrik dikonversi menjadi ukuran morfometrik. Hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mendapatkan ciri distorsi dari hidung parafinoma. Ukuran meliputi intercanthal width, nasal root width,alar width,two tip defining points distance,nasofrontal angle,length of the nose radix to pronasion ,nasofacial angle,nasion projection,pronasion projection,tip angle,nasolabial angle,columella length,the extend of extended columella danbase of the nose width.Hidung parafinoma memiliki ciri sebagai berikut; nasal root yang lebar 2.70 0.30 cm ;jarak two-tip defining pointsyang lebar 2.09 0.22 cm , nasion projectionyang lebar 0.64 0.36 cm , nasolabial angleyang sempit 78.81 15.93 , kolumela yang menggantung 0.47 0.31 cm dan porsi lobular dari tip hidung yang panjang 1.12 0.20 cm .

ABSTRACT
The practice of injecting liquid silicone or paraffin at the nose for aesthetic purposes still continues today. On the other hand, normal apearance after reconstruction in nose paraffinoma is very difficult to achieve. The objective data regarding distortion characteristic in nose paraffinoma could be use as basic data to assess outcome of reconstruction in paraffinoma nose.Portable Mirror Stand MirS device is used to take standardized facial photographs of 30 patients with paraffinoma of the nose. Photogrammetrics measurements were then converted to morphometric measurement. The result was then analyzed to formulate the distortion characteristic of nose paraffinoma. Basic measurements included intercanthal width, nasal root width, alar width, two tip defining points distance, nasofrontal angle, length of the nose radix to pronasion , nasofacial angle, nasion projection, pronasion projection, tip angle, nasolabial angle, columella length, the extend of extended columella and base of the nose width. Paraffinoma nose has the following characteristics wide nasal root base 2.70 0.30 cm wide two tip defining point rsquo s distance 2.09 0.22 cm wide nasion projection 0.64 0.36 cm , acute nasolabial angle 78.81 15.93 hanging columella 0.47 0.31 cm and long lobular portion of the tip 1.12 0.20 cm . "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krista Ekaputri
"Praktik injeksi silikon atau parafin cair untuk memperbaiki penampilan pada hidung masih marak. Di lain pihak, rekonstruksi hidung parafinoma untuk mengembalikan ke bentuk normal sulit dicapai. Data objektif mengenai karakter distorsi pada hidung parafinoma dapat berguna untuk menjadi data awal sebagai pembanding untuk evaluasi hasil rekonstruksi hidung parafinoma. Studi ini memanfaatkan Mirror Stand MirS untuk mengambil foto wajah 30 subjek dengan parafinoma hidung. Ukuran fotogrametrik dikonversi menjadi ukuran morfometrik. Hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mendapatkan ciri distorsi dari hidung parafinoma. Ukuran meliputi intercanthal width, nasal root width, alar width, two tip defining points distance, nasofrontal angle, length of the nose radix to pronasion, nasofacial angle, nasion projection, pronasion projection, tip angle, nasolabial angle, columella length, the extend of extended columella danbase of the nose width. Hidung parafinoma memiliki ciri sebagai berikut; nasal root yang lebar (2.70 ± 0.30 cm); jarak two-tip defining pointsyang lebar (2.09 ± 0.22 cm), nasion projectionyang lebar (0.64 ± 0.36 cm), nasolabial angleyang sempit (78.81 ± 15.93), kolumela yang menggantung (0.47 ± 0.31 cm) dan porsi lobular dari tip hidung yang panjang (1.12 ± 0.20 cm).

The practice of injecting liquid silicone or paraffin at the nose for aesthetic purposes still continues today. On the other hand, normal apearance after reconstruction in nose paraffinoma is very difficult to achieve. The objective data regarding distortion characteristic in nose paraffinoma could be use as basic data to assess outcome of reconstruction in paraffinoma nose.Portable Mirror Stand MirS device is used to take standardized facial photographs of 30 patients with paraffinoma of the nose. Photogrammetrics measurements were then converted to morphometric measurement. The result was then analyzed to formulate the distortion characteristic of nose paraffinoma. Basic measurements included intercanthal width, nasal root width, alar width, two tip defining points distance, nasofrontal angle, length of the nose radix to pronasion, nasofacial angle, nasion projection, pronasion projection, tip angle, nasolabial angle, columella length, the extend of extended columella and base of the nose width. Paraffinoma nose has the following characteristics; wide nasal root base (2.70 ± 0.30 cm); wide two-tip defining point rsquo;s distance (2.09 ± 0.22 cm); wide nasion projection (0.64 ± 0.36 cm), acute nasolabial angle (78.81 ± 15.93 cm) hanging columella (0.47 ± 0.31 cm) and long lobular portion of the tip (1.12 ± 0.20 cm). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rivai, Author
"Pengenalan bermacam gas aroma dapat dilakukan dengan menganalisa pola keluaran dari bermacam sensor gas aroma. Makalah ini membahas pembuatan sistim pengenal jenis gas aroma dan Jaringan Syaraf Tiruan sebagai pengenal pola aroma, berdasarkan proses adsorbsi-deadsorbsi molekul gas. Sistim ini menggunakan empat buah sensor resonator kwarsa dengan frekuensi dasar 10 Mhz, masing-masing dilapis dengan membran sensitif yang mempunyai karakteristik berbeda. Adsorbsi molekul gas aroma dalam membran sensitif akan menurunkan frekuensi dasar sensor, dan ini berkaitan langsung dengan jenis gas aroma yang dideteksi. Berdasarkan larva tanggapan 4 sensor dengan membran yang berbeda akan didapatkan suatu pole tertentu bagi setiap gas masukan. Masa percobaan menunjukkan tanggapan sensor berbanding lurus dengan konsentrasi molekul gas aroma. Semakin tinggi suhu pengukuran, tanggapan sensor semakin tidak stabil. Sistim ini dapat mengenal beberapa aroma minyak alam yang mudah menguap dan juga dapat mengenal jenis gas etanol dengan konsentrasi larutan yang berbeda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T6442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswaldi Ahmad
"Otomikosis telah lama diketahui sebagai salah satu penyakit infeksi liang telinga yang disebabkan jamur. Penyakit ini umumnya dijumpai di daerah tropik atau sub tropik oleh sebab itu penelitian tidak banyak dilakukan di negara barat . Suatu survey pada kepustakaan di Inggris menunjukkan bahwa otomikosis tidak pernah menempati urutan terdepan diantara penyakit-penyakit telinga lainnya di negara tersebut. Hal ini disebabkan antara lain karena kebanyakan para ahli beranggapan bahwa disamping jarang didapati, penyakit ini juga dapat diobati dengan Cara sederhana menggunakan beberapa preparat yang telah tersedia.
Sebaliknya penelitian penyakit ini banyak dilakukan oleh para ahli di daerah tropik seperti Mesir, India, Birma, Pakistan, Bahrain dan Israel disamping penelitian oleh beberapa ahli di Indonesia. Para peneliti Amerika baru tertarik akan penyakit ini setelah banyak diantara prajurit Amerika yang baru pulang dari daerah tropik menderita otomikosis.
Di Indonesia yang beriklim tropik, penyakit ini juga sering ditemukan tetapi penelitian yang dilakukan belum banyak. Para peneliti dalam dan luar negeri mendapatkan infeksi jamur di liang telinga sering bersamaan dengan infeksi bakteri tetapi sampai sekarang belum didapat kata sepakat apakah kuman atau jamur yang merupakan penyebab primer.
Faktor-faktor yang disebutkan berperanan dalam timbulnya otomikosis antara lain : kontaminasi jamur, suhu dan kelembaban?."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaiti Iskandar
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
611.85 NUR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Woro Paramyta
"ABSTRAK
Sumbatan hidung merupakan keluhan tersering yang ditemukan pada praktek THT sehari-hari. Penyebab sumbatan hidung multifaktorial dan dapat disebabkan faktor struktural ataupun mukosa. Pemeriksaan sumbatan hidung dapat dilakukan secara subjektif dan objektif. Hidung tersumbat juga dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan antara pemeriksaan subjektif menggunakan kuisioner Nasal Obstruction and Symptom Evaluation NOSE , dan secara objektif menggunakan Peak Nasal Inspiratory Flowmeter PNIF dan Rinomanometri Aktif Anterior untuk mendiagnosis sumbatan hidung pada subjek dengan deformitas hidung. Deformitas hidung yang masuk dalam penelitian ini adalah, crooked nose, saddle nose, gangguan katup hidung dan septum deviasi. Penelitian ini juga akan mencari hubungan sumbatan hidung terhadap kualitas hidup berupa sleep disordered breathing. Penelitian ini adalah penelitian studi potong lintang dengan desain analitik pada 52 percontoh deformitas hidung dan 10 percontoh normal yang diambil secara berurutan. Analisis data dilakukan dengan pendekatan Bootstrap. Tahanan hidung populasi normal pada penelitian ini didapatkan sebesar 0,172 Pa/cm3/detik, dan pada populasi deformitas hidung sebesar 0,173 Pa/cm3/detik. Hasil dari penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara NOSE dan PNIF serta NOSE dengan rinomanometri. Didapatkan adanya hubungan bermakna antara pemeriksaan PNIF dan rinomanometri aktif anterior.
ABSTRACT Nasal obstruction is the most common symptom in daily practice. Etiology of nasal obstruction is multi factorial and can be caused by mucosal or structural factors. Nasal obstruction also correlate with quality of life. There was subjective and objective evaluation to diagnose nasal obstruction. This study aim to evaluate the correlation between Nasal Obstruction and Symptom Evaluation NOSE questionnaire, Peak Nasal Inspiratory Flowmeter PNIF and Active Anterior Rhinomanometry to diagnose nasal obstruction in nasal deformity. Nasal deformity that include in this study were crooked nose, saddle nose, nasal valve incompetence, and deviated septum. This study also will examined correlation between nasal obstruction and sleep disordered breathing. This study is cross sectional study with analitic design on 52 subject with nasal deformity, and 10 normal subject taken consecutively with data analyzed with bootstraps method. The result of this study was nasal resistance in normal subject 0,172 Pa cm3 sec and in nasal deformity subject 0,173 Pa cm3 sec on 75 Pa pressure. There is no significant correlation between NOSE score and PNIF value also between NOSE score and rhinomanometry value. There is significant correlation between PNIF and active anterior rhinomanometry."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>