Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suranta
"ABSTRAK
Sintaksis dalam linguistik struktural merupakan salah satu subsistem bahasa yang membahas masalah seluk beluk wacana, kalimat, klausa, frase dan kata..Struktur wacana, kalimat dan klausa dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat sempurna, karena mengandung unsur-unsur predikatif. Sedangkan frase dan kata tak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, sehingga kedua-_duanya akan menjadi kalimat sempurna apabila dirangkaikan dengan struktur gramatikal dan penanda kalimat lainnya. Konstruksi frase sebagai salah satu bagian dalam bi-dang sintaksis mempunyai analisis gramatikal yang cukup rumit; baik dalam analisis struktur intern itu sendiri, maupun keterikatannya dalam struktur predikatif.Analisis gramatikal sangat diperlukan untuk mendapat_kan deskripsi gramatikal yang baik dan sahih. Selain itu analisis juga diperlukan untuk mencari satuan-satuan baha_sa menjadi kesatuan yang bermakna.

"
1986
S13420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armiyanti T. Lestari
"Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan sangat mempengaruhj perkembangan dan pembentukan istilah baru dalam suatu bahasa; misalnya dengan berkembanganya komputer maka timbul kata-kata baru yang berhubungan dengan bahasa komputer. Banyaknya gagasan atau pikiran baru tersebut menyebabkan penutur bahasa membentuk kata-kata baru dari kata-kata yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, misalnya dengan penggabungan kata (nomina dengan nomina, adjektiva dengan nomina, verba dengan verba dsb). Berkaitan dengan pembentukan kata, dalam skripsi ini saya akan melakukan analisis terhadap salah satu jenis atau care pembentukan kata dalam bahasa Jerman, yaitu komposita, seperti yang dikemukakan oleh Th. Lewandowski (1985 : 557) : komposita adalah suatu jenis ataupun bentuk dari pembentukan kata (Wortbii_dung); penggabungan kata (Wortzusammensetzung). Dalam bahasa Jerman komposita merupakan cara yang paling sering digunakan untuk membentuk kata-kata baru dan merupakan pola pembentukan kata yang paling panting (selain ---> derivasi dan prefiksasi); penggabungan dua morfem bebas atau lebih, misalnya Fahrkartenverkaufsschalter. Sebagai salah satu cara atau jenis pembentukan kata, penggabungan kata bukan hanya merupakan gabungan dua atau lebih morfem bebas tetapi penggabungan kata juga mengubah atau menambah makna baru pada kata atau istilah baru yang dibentuknya. Kamposita ada bermacam-macam, yaitu komposita verbal (contoh: bekanntmachen, teilnehmen), komposita nominal (contoh: Landebahn, Waschtag), komposita adjektival (contoh: brusthoch, hellrot), dan komposita adverbial (contoh: vorderhand, beinahe). Pokok penulisan skripsi ini adalah komposita nominal..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caluwe, J. de
s-Gravenhage: SDU Uitgeverij , 1991
BLD 439.315 CAL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Alvian Machwana
"Tesis ini membahas mengenai pentingnya pembatasan nominal utang sebagai syarat dalam permohonan Pailit dan PKPU di Indonesia. Untuk itu dalam rangka mengetahui pentingnya penerapan pembatasan nominal utang dalam permohonan Pailit dan PKPU, maka pentingnya juga dibahas jenis dan metode penerapan pembatasan nominal utang yang diterapkan di beberapa negara. Tesis ini disusun dengan metode penulisan hukum normative untuk menghasilkan data yang bersifat deskriptif analitis. Hasil penelitian ini meyimpulkan bahwa prosedur permohonan Pailit dan PKPU di Indonesia hanya berdasarkan kepada Pasal 2 ayat (1) sebagai syarat diajukan pailit dan juga terpenuhinya suatu pembuktian sederhana yang berdasarkan pada ketentuan Pasal 8 ayat (4) Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 sehingga dengan syarat tersebut tidak dapat dipungkiri jika permohonan pailit lebih mudah untuk dimohonkan. Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan sutau instrument pembatasan nominal utang sebagai syarat dalam permohonan Pailit dan PKPU di Indonesia.
.....This thesis discusses the importance of limiting nominal debt as a condition in bankruptcy and PKPU applications in Indonesia. For this reason, in order to know the importance of implementing nominal debt restrictions in Bankruptcy and PKPU, it is also important to discuss the types and methods of applying nominal debt restrictions applied in several countries. This thesis is compiled by the method of writing normative laws to produce data that is descriptive analytical. The results of this study imply that the procedure for applying for Bankruptcy and PKPU in Indonesia is only based on Article 2 paragraph (1) as a condition for filing for bankruptcy and also the fulfillment of a simple proof based on the provisions of Article 8 paragraph (4) of Law Number 37 of 2004 so that with this condition it cannot be denied that the bankruptcy application is easier to request. Thus, to overcome this problem, it is necessary to limit the nominal debt as a condition."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarso
"Penulisan Skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan data sekunder sebagai sumber datanya. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai penerbitan saham tanpa nilai nominal. Permasalahan ini menarik untuk diteliti karena belum ada aturan bidang pasar modal yang mengatur tentang penerbitan saham tanpa nilai nominal. Penerbitan saham dapat dilakukan dengan menggunakan atau mencantumkan nilai nominal dan tidak mencantumkan nilai nominal. UUPT 1995 hanya membuka peluang diterbitkannya penerbitan saham dengan nilai nominal. Hal tersebut membawa akibat tertentu terhadap perusahaan, salah satunya adalah kurangnya fleksibilitas perusahaan ketika akan menambah modalnya atau ketika akan melakukan restrukturisasi. Sementara itu berdasarkan UU No. 8/1995, tidak dimungkinkan diterbitkannya saham tanpa nilai nominal karena hal tersebut belum diatur. UUPT 2007 memberikan peluang kepada peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal untuk mengatur kemungkinan penerbitan saham tanpa nilai nominal. Hal tersebut tercermin dari adanya ketentuan yang mengecualikan bahwa meskipun dalam UUPT 2007 saham harus dengan nilai nominal, tetapi dibuka peluang bahwa ketentuan di bidang pasar modal dapat mengatur lain. Dalam pengertian lain berarti bahwa ketentuan di pasar modal dapat mengatur mengenai penerbitan saham tanpa nilai nominal, sepanjang hal tersebut dikehendaki. Kesimpulan sementara penelitian ini adalah Jika penerbitan saham tanpa nilai nominal diijinkan di pasar modal, hal tersebut dapat membawa akibat hukum pada berbagai aspek yang berkaitan dengan perusahaan. Akibat hukum tersebut antara lain berkaitan dengan anggaran dasar perusahaan yang berkaitan dengan aspek modal saham, antara lain terhadap ketentuan tentang modal dasar, modal disetor dan modal ditempatkan, ketentuan tentang penentuan nilai cadangan wajib perusahaan, ketentuan tentang golongan atau seri saham, ketentuan tentang saham bonus dan terhadap emiten yang akan right issue yang sebelumnya menerbitkan saham dengan nilai nominal. Selain itu akibat hukum lainnya adalah berkaitan dengan aspek pembukuan perusahaan yang berkaitan dengan laporan tahunan yang harus disiapkan oleh Direksi. Akibat hukum penerbitan saham tanpa nilai nominal terhadap pembukuan perusahaan antara lain terkait dengan aspek pencatatan penerbitan saham, aspek pencataran pembelian kembali saham, aspek pencataran pengurangan modal, aspek pencatatan dividen saham dan aspek pencataran quasi reorganisasi. Untuk mengadopsi rejim saham tanpa nilai nominal di pasar modal maka dapat ditempuh dengan cara mengubah UUPM dan/atau membuat peraturan Bapepam-LK yang memungkinkan penerbitan saham tanpa nilai nominal dapat dilakukan di pasar modal Indonesia.

This Thesis is written using library research method with secondary data as its source. As long as, no research about this topic. The issue is attractive because until now, no regulation in the capital market that regulate the issuance of no par stock. The issuance of shares can be done with par value and no par value. The 1995 Company Law only sets opportunities for the issuance of shares with par value. It causes certain effects for the company, one of which is the lack of flexibility of the company when it will increase their capital or when it will undertake a restructuring. Meanwhile, under the Capital Market Law (UU No. 8/1995), it is not possible to issue shares without par value since it is not yet regulated. The 2007 Company Law sets opportunities to the capital market regulations to manage the possibility of the issuance of no par value shares. This is reflected in the provisions stating that even though shares within the 2007 Company Law must have a par value, but it also sets opportunities for the capital market to regulate otherwise. It also means that the regulations in the capital market can manage the issuance of no par value share, as long as it is required. The tentative conclusion are, if the issuance of no par value shares authorized in the capital market, it may causes legal consequences on various aspects related to the company. The legal consequences are as follow: in connection with the articles of association of the company related to the share capital, including the provisions concerning the authorized capital, paid up and issued capital, the provisions concerning the determination of the value of mandatory reserves of the company, provisions concerning the class or series of shares, the provision of bonus shares and to issuer that will undergo right issues, which previously issued with par value. In addition, other consequence is related to the accounting aspects in connection with the company?s annual report that should be prepared by the Directors, such as those associated with the accounting aspects of share issuance, share repurchase, capital reduction, shares dividends recording and quasi reorganization recording. To adopt a No Par Value regime in the capital market, the Capital Market Law must revise and / or draft a new law (Bapepam-LK regulation) that allows shares no par value can be issued in the Indonesian capital market."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S25007
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Koeshamimurti Amanda Zenitha
"Buku ajar Bahasa Mandarin susunan penulis Tiongkok, Singapura, dan Taiwan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia banyak beredar di toko buku Jakarta saat ini, salah satunya adalah buku “Tionghoa Interaktif III”. Dalam buku ini ditemukan beberapa frase nominal yang tidak diterjemahkan dengan baik oleh penerjemah buku ajar. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis frase nominal tersebut, serta memberikan terjemahan yang seharusnya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu para pengguna buku, khususnya pelajar Bahasa Mandarin tingkat pemula agar dapat lebih memahami makna frase-frase nominal tersebut, serta memahami metode yang sebaiknya digunakan untuk menerjemahkan frase-frase nominal tersebut.
Chinese language textbook that written by China, Singapore, and Taiwan writer were translated into bahasa Indonesiaare circulating in bookstores Jakarta today, one of them is"Tionghoa Interaktif III" book. In this book, writer discovered a lot ofnominal phrases that do not translated well. By using descriptive analysis method, this paper aims to analyze and give a supposed translation of the nominal phrase. Hopefully this research can help book user, especially the beginner learners to better understand the meaning of these nominal phrases, as well as to understand the methods that should be used to translate these nominal phrases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Putri Metri
"Frasa nomina merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi dengan nomina sebagai intinya. Frasa nomina bisa ditemukan dalam banyak karya sastra, salah satunya dongeng. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan bentuk frasa nomina bahasa Jerman dalam dongeng Grimm Der Froschkönig oder der eiserne Heinrich yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul ?Pengeran Kodok?. Penulis ingin mengetahui bagaimana bentuk struktur frasa nomina bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, dan apakah terdapat perubahan makna ketika frasa nomina bahasa Jerman tersebut diterjemahkan ke dalam frasa nomina bahasa Indonesia terkait dengan jenis penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Berdasarkan hasil penelitian, penerjemahan frasa nomina bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia ada yang mengalami perubahan struktur berdasarkan letak inti sebuah frasa dan perubahan makna yang telah disesuaikan dengan budaya pembaca bahasa sasaran.

Noun phrase is the combination of two words or more which doesn?t exceed the limited function with the nominal as the centre of a phrase. This phrase can be found in many literature works, for example in tales. This research aims to analyze the structure of the german nominal phrase in tales that was written by Grimm under the title ?Der Froschkönig oder der eiserne Heinrich?, which has been translated to Indonesian as ?Pangeran Kodok?. Furthermore, the author wants to know whether there is a change of the structure as well as the meaning when it is translated from german noun phrase into indonesian noun phrase based on the type of translation used by the translator. The result of this research shows that there is a change in structure of some of the nominal phrase based on the position of centre of a phrase and there is a change in the meaning based on the culture of the indonesian reader."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Endang Noegroho Wilis. Adjektiva Denominal dalam bahasa Jawa, (di bawah bimbingan Djoko Kentjono, MA). Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Buku-buku lingguistik Jawa sebagian besar berdasarkan kenyataan adalah karya-karya pedagogis, serta pembahasan masalah dalam lingkup yang cukup luas, jika ditinjau secara teoritis banyak terdapat kekurangan. Penulis mencoba meneliti mengenai masalah adjektiva denominal dalam Bahasa Jawa secara teoritis, serta membahas lingkup masalah yang cukup sempit dengan harapan agar, mencapai hasil yang lebih balk dan mendetil. Pembahasan mengenai adjektiva denominal sebenarnya bukanlah yang pertama. Para linguis telah membahasnya. Namun apa yang telah dibahas para linguis hanya secara umum, sehingga kurang memadai. Maksud penelitian ini ialah mengupas apa yang telah dibicarakan dan yang belum pernah dibicarakan oleh para linguis, sehingga dari apa yang telah dibicarakan dapat diketahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus ditambah. Dalam mengumpulkan data, penulis mengambil sumber data dari kamus bahasa Jawa, serta bahan bacaan tambahan sebagai pelengkap. Walaupun hanya adjektiva denominal yang dibahas dalam tulisan ini, bukan berarti masalahnya akan mudah dipecahkan. Untuk itu penulis perlu memakai wawasan teoritis dari berbagai ahli lingguistik dengan tujuan akan menekan sekecil mungkin hal-hal yang luput dari tinjauan. Masalah ini ditinjau secara deskriptif, agar dapat terpaparkan dalam pembahasan masalah untuk menuju kesimpulan, penulis menemukan perbedaan yang mendasar antara tulisan-tulisan terdahulu dengan hasil penelitian ini. Pada pembahasan-pembahasan terdahulu, masalah mengenai adjektiva denominal dibahas secara umum, tetapi setelah melalui berbagai pembahasan dalam tulisan ini dapat diketahui bahwa adjektiva denominal bahasa Jawa dapat dibentuk dengan kaidah morfofonemik, serta pengecualian-pengecualian yang mungkin muncul dalam kaidah tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramitarini Dewi J.
"Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam suatu masyarakat, komunikasi antarindividu di samping secara Iisan, dapat pula dilakukan secara tertulis, misalnya melalui media massa berupa surat kabar. Dalam surat kabar banyak terlihat nominalisasi dalam penyusunan berita. Bertitik tolak dari kenyataan ini, penulis tertarik untuk meneliti padanan frase nominal (FN) hasil nominalisasi afiksal bahasa Perancis (BP) dalam bahasa Indonesia (BI). Untuk melakukan penelitian ini, dalam skripsi yang berjudul Padanan Frase Nominal Hasil Nominalisasi Afiksal Bahasa Perancis dalam Bahasa Indonesia, digunakan konsep-konsep : satuan-satuan, gramatikal , nominalisasi afiksal, anafora dan katafora serta teori terjemahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa padanan FN hasil nominalisasi afiksal BP adalah berupa FN hasil nominalsasi afiksal BI (terdiri dari FN hasil nominalisasi afiksal setia dan FN hasil nominalisasi afiksal tidak setia dan bukan berupa hasil nominalisasi BI. Jenis padanan yang beragam ini mengakibatkan perubahan dalam hubungan antara FN hasil nominalisasi dan kalimat yang mengalami nominalisasi: - Dalam padanan, yang berupa FN hasil nominalisasi afiksal setia BI, terlihat kesamaan hubungan. Jika dalam BP terdapat hubungan anaforis setia, maka dalam BI juga terdapat hubungan anaforis setia. Demikian pula dengan hubungan kataforis. - Dalam padanan yang berupa FN hasil nominalisasi afiksal tidak setia BF, tidak terlihat kesamaan hubungan. Dalam BP terdapat hubungan anaforis dan kataforis setia, namun dalam DI terdapat hubungan anaforis dan kataforis tidak setia. - Dalam padanan yang bukan berupa hasil nominalisasi BI, ada yang memiliki hubungan dan ada pula yang tidak. Hubungan disini bukan hubungan yang sama dengan hubungan dalam BP antara FN hasil nominalisasi dan kalimat yang mengalami nominalisasi, tetapi ditandai dengan morfem -nya. Jika dalam BP terdapat hubungan anaforis dan kataforis, maka dalam BI hanya terdapat hubungan kataforis dengan morfem -nya sebagai penanda katafora. Jika morfem ini tidak muncul, maka tidak ada hubungan. Kemudian rnengenai struktur dan bentuk nomina dalam hubungan antara FN BP dan, FN BI. Dapat dilihat bahwa: - Jika dalam FN BP strukturnya adalah Det (Art) + N + Mod (FPrep), araka dalarn BI struktur tersebut menjadi :N + Mod (FN) + Det (_r), N + Mod (Num) + Det (_r), N + Mod (FPrep) + Det (_r)Jika dalam FN BP strukturnya adalah Det + N, maka dalam BI struktur tersebut menjadi N + Det. - Nomina yang paling banyak muncul sebagai padanan dari semua afiks pembentuk nomina BP adalah nomina BI berafiks pe-an. Selanjutanya mengenai pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam padanan FN hasil nominalisasi afiksal BP dalam BI adalah pergeseran struktur, tingkatan, kelas dan intra sistem. Akhirnya, analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam bidang terjemahan dan sintaksis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pratiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk memerikan padanan sintem komposisi nominal Bahasa Prancis dalam Bahasa Indonesia dilihat dari bentuk dan sifat padanannya.
Penelitian dilakukan melalui pustaka . Data diperoleh dengan cara mencuplik unsur bahasa Prancis yang berbentuk sintem komposisi nominal dalam buku Le Jongleur a LEtoile, dan dan terjemahannya Pemain MandlinBerbintangEmas serta L'Ingenu dan terjemahannya Si Lugu. Kemudian sintem-sintem komposisi nominal dan padanannya tersebut dianalisis.
Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori terjemahan, satuan-satuan sintaksis dan wawasan semantik.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa padanan sintem komposisi nominal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia dapat berbentuk monem, sintem reduplikasi, sintem derivasi, sintem komposisi, sintagma dan klausa. Sebagian besar padanan sintem komposisi nominal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia memadai dilihat dari konteks itu sendiri maupun dengan bantuan catatan kaki. Akan tetapi masih ada padanan yang kurang memadai dan tidak memadai.

"
1990
S14546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>